Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Kerja Pemerintah Daerah dengan PT Aetra Air di


Tanggerang

Dosen : Vita Fitria Sari, SE, M.Si

DINA PUSPITA SARI / 14043106

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS EKONOMI

2016
PEMBAHASAN
Ilustrasi:

PT Aetra Air Tangerang (AETRA) adalah perusahaan air minum swasta pertama di
Indonesia yang memproduksi air bersih berkualitas layak minum. PT Aetra mayoritas
dimiliki oleh Acuatico Pte. Ltd, Investment Holding Company yang berbasis di Singapura,
dan oleh PT Capitalinc Tbk yang berinvestasi di infrastruktur air bersih. Saat ini PT Aetra
sedang membangun proyek penyediaan air minum di Kabupaten Tangerang. Proyek ini
adalah proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) pertama di Indonesia yang berhasil
dilaksanakan.

Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan dibantu oleh Badan Pendukung


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) Departemen Pekerjaan Umum
pada 2007 melaksanakan lelang terbuka dan menetapkan PT Aetra untuk melayani
Penyediaan Air Minum di Kabupaten Tangerang.

Sesuai perjanjian konsesi dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang Ref. No.


690/PK.2076-BPMD2008 dalam kontrak kerjasama yang ditandatangani pada 4 agustus
2008, PT Aetra memperoleh masa konsesi selama 25 tahun, terhitung sejak 2009 hingga
2034. Kemudian PT Aetra mendapat mandat untuk mendistribusikan air bersih di delapan
kecamatan dengan kapsitas 900 liter per detik, ini memanfaatkan sumber air baku dari Sungai
Cisadane dan akan melayani 72.000 sambungan rumah tangga maupun industri. Ke delapan
kaecamatan itu meliputi Sepatan, Pasar Kemis, Cikupa, Balaraja, Jayanti, Sepatan Timur,
Sukamulya dan Sindang Jaya.

PT Aetra menggunakan pipa-pipa distribusi kualitas terbaik dengan diameter 90


1000 milimeter dengan total panjang mencapai 267,7 km yang terdiri atas jaringan pipa
transmisi air baku 6,3 km, jaringan pipa utama air minum 34,4 km, dan jaringan pipa air
minum sekunder dan tersier 227 km.

Kerjasama antara pemerintah dan swasta (KPS) sistem penyediaan air minum
(SPAM) kabupaten Tanggerang. KPS antara pemerintah kabupaten Tanggerang dengan PT
Aetra Air Tanggerang merupakan kerjasma antara pemerintah dengan swasta terkait air
minum yang pertama di Indonesia dengan berdasarkan Peraturan Presiden No 67 Tahun
2005.
Hal yang paling utama adalah tiap-tiap proyek yang dipilih oleh pihak swasta (PT
Aetra Air Tangerang atau konsorsium Acuatico Pte Ltd - Capitalinc) harus dapat memberikan
keuntungan/menguntungkan. Artinya, hal yang pertama kali menjadi pertimbangan, sebelum
masuk ke pertimbangan lain, adalah apakah proyek memberi keuntungan atau tidak.
Preferensi kedua dipilih karena tiap-tiap regulasi dan aturan yang dibuat pemerintah harus
dapat dijadikan dasar perlindungan hak dan tanggung jawab kedua pihak dalam kerjasama.
Kemudian preferensi terakhir adalah sikap kooperatif pemerintah sebelum dan selama proses
kerjasama berlangsung.
Kebutuhan masyarakat akan ketersediaan air bersih baik untuk industri, niaga,
khususnya bagi rumah tangga semakin terus meningkat, hal ini disebabkan karena kualitas air
tanah yang digunakan masyrakat di beberapa wilaya kabupaten Tanggerang masih sangat
buruk, sehingga peningkatan masyarakat akan air bersih terus mengalami peningkatan.
PT Aetra Air Tanggerang merupakan contoh KPS yang terbaik terbaik, dalam arti
seluruh resiko ditanggung oleh PT Aetra Air Tanggerang sebagai pihak swasta. Hal ini
berbeda dengan beberapa daerah lainnya dimana masih banyak pemerintah dearah yang
menanggung resiko investasi dari pihak swasta yang diajak kerjasama. Dalam keputusan MK
memang masih dimungkinkan KPS dengan syarat tertentu dan ketat, syarat-syarat tertentu
tersebut mungkin bisa dipelajari dari apa yang telah dijalankan oleh Aetra Air Tanggerang
beserta Pemkab tanggerang dalam KPS ini.

MK menyebutkan 6 pokok pikiran yag terkait pengusaha air Indonesia. Diantaranya


setiap pengusaha air tidak boleh menganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak
rakyat atas air, negara harus memenuhi hak rakyat atas air, harus mengingat kelestarian
lingkungan hidup, pengawasan dan pengadilan oleh negara atasa airsifatnya mutlak, prioritas
utama yang diberikan pengusaha atas air adalah BUMN dan BUMD dan apabila semua
pembatasan diatas sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air, pemerintah masih
dimungkinkan untuk memberikan izin kepada swasta dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.

Tanpa adanya peran swasta mengakibatkan pemeritah kesulitan dalam merealisasikan


target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) terkait penyediaan air bersih bagi
warganya serta akan terjadi penurunan realisasi penyediaan air bersih hampir 20 persen, baik
untuk penyediaan via pipanisasi maupun non pipanisasi. Mengingat dalam kepemilikannya
usaha penyediaan air dibatasi oleh waktu. Berbeda dengan usaha lainnya yang dimiliki tanpa
batas. Selain itu, dalam pengelolaannya masih ada keterlibatan pemerintah termasuk dalam
penentuan harga.

Analisis dari ilustrasi tersebut:

Bentuk kemitraan / pola kerjasama yang dibangun antara pemerintah daerah


kabupaten Tanggerang dengan pihak swasta PT Aetra Air Tanggerang adalah pola Bangun
Guna Sera atau lazim disebut Built Operate Transfer (BOT). BOT adalah pemanfaatan
barang milik negara/daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan/sarana beserta fasilitasnya, setelah selesai pembangunan dan atau diserahkan untuk
digunakan oleh pihak lain lain tersebut dalam jangka waktu yang telah disepakti. Terdapat
dalam PP No 27 Tahun 2014.

Peran pihak swasta / PT Aetra dalam kerja sama ini adalah sebagai investor pada
pemerintahan Kabupaten Tanggerang. Saat ini investasi yang sudah ditanamkan oleh PT
Aetra mencapai Rp 680 miliar atau setengah triliun lebih. serta terus berupaya memberika
pelayanan terbaik bagi masyarakat tanggerang khususnya di delapan kecamatan. Bila
ditambah dengan pemasangan pelanggan diwilayah ini, yang kurang lebih ada sekitar enam
sampai tujuh ribuan ini, maka seluruh pelanggan sudah sampai mencapai 70 ribuan lebih atau
hampir 300 ribu jiwa.

Kelebihan :

Pemerintah daerah dapat mempertahankan kepemilikan aset, kepemilikan pemerintah dan


kontrak di luar operasi tidak dapat dikenai pajak dan pemerintah daerah mempertahankan
otoritas terhadap kualitas layanan dan pembayarannya.

Kelemahan :

Pemindahan entitas sektor swasta atau penyelesaian kontrak ketika terjadi kebangkrutan dan
jika kontraktor bangkrut, maka pemerintah yang harus melanjutkan operasi proyek dan
memberikan subsidi.

Anda mungkin juga menyukai