Draft Seminar Annes Krias
Draft Seminar Annes Krias
1
penambahan variasi konsentrasi aditif itu HDPE memiliki tingkat kristalinitas
antioksidan primer fenolik, aditif tertinggi dalam polietilen. HDPE juga
antioksidan sekunder fosfor, dan aditif memiliki berat molekul yang cukup
lubrikan metalik pada polimer HDPE tinggi untuk memperoleh tingkat
memberikan nilai melt flow index yang kristalinitas antara 70-95%
berbeda nyata. Uji lanjutan RAL yaitu (ANDRADY, 2003).
uji least significant difference (LSD), Dalam tahapan proses, serbuk
pada formula 1 nilai melt flow index polietilen ditambahkan beberapa jenis
antara standar 2 dan standar 3 tidak aditif untuk menjaga, mempertahankan
berbeda signifikan, pada formula 2 nilai bentuk strukur fisik dan kimia dari
MFI antara kontrol positif dan standar 4 polietilen. Zat aditif yang umum
tidak berbeda signifikan. Kurva rerata digunakan pada polimer adalah
nilai melt flow index membuktikan, antioksidan dan lubrikan. Zat aditif
bahwa penambahan aditif dapat antioksidan terbagi lagi menjadi dua
mempertahan penurunan nilai melt flow jenis yaitu aditif primer dan aditif
index nya. sekunder. Aditif antioksidan primer
berfungsi sebagai antioksidan jangka
panjang yang melindugi polimer dari
PENDAHULUAN
degradasi akibat paparan oksigen,
cahaya, dan pemanasan saat tahap
Polietilena adalah bahan
proses dan saat sudah menjadi produk
termoplastik yang transparan, berwarna
jadi. Aditif antioksidan sekunder
putih yang mempunyai titik leleh
berfungsi sebagai antioksidan jangka
bervariasi antara 110-137C. Umumnya
pendek yang melindungi degradasi dan
polietilen bersifat resisten terhadap zat
oksidasi pada polimer hingga tahapan
kimia. Pada suhu kamar, polietilena
proses saja. Aditif lubrikan berfungsi
tidak larut dalam pelarut organik dan
sebagai pelumas yang dapat
anorganik (BILLMEYER, 1994).
menurunkan lelehan viskositas,
PT Lotte Titan Chemical
sehingga dapat meningkatkan laju alir
merupakan perusahaan pertama di
pada tahapan proses produksi polimer.
Indonesia yang bergerak di bidang
Nilai melt flow index merupakan salah
petrokimia sebagai penghasil
satu parameter yang penting dalam
polietilena, yang selalu berupaya untuk
proses produksi polietilen dan sudut
menyediakan produk polimer yang
pandang komersial.
bermutu tinggi. Produk polimer yang
Melt index merupakan suatu
berkualitas dan memenuhi persyaratan
metode untuk mengukur sejumlah
perusahaaan, didapat dengan melakukan
partikel material polimer yang meleleh
analisis baik pada produk separuh jadi
melalui orifice pada alat melting
atau pun produk jadi. Produk yang
indexer dalam waktu 10 menit, pada
dihasilkan oleh PT Lotte Titan Chemical
suhu 190C dengan beban standar yang
salah satu nya adalah HDPE yang
di tetapkan 2,16 kg, 5 kg, dan 211,6 kg.
merupakan salah satu jenis polietien.
Berdasarkan PEACOCK (2000) melt
Plastik HDPE merupakan salah
index dari resin polietilen tergantung
satu dari tipe plastik polietilen, HDPE
pada karakteristik molekuler, terutama
memiliki struktur yang sederhana dan
berat molekul, distribusi berat molekul,
pada dasarnya memiliki struktur rantai
dan bercabang karakteristik pendek
polimer yang lumayan panjang. Rantai
rantai dibandingkan rantai panjang,
polimer ini lebih mudah menyesuaikan
konsentrasi, dan distribusi. Indeks leleh
diri dengan ikatan rantai lainnya, karena
2
mencerminkan dimensi rata-rata dari Nusantara, Jalan Raya Merak Km. 116,
molekul dalam resin dan keterlibatan Desa Rawa Arum, Pulomerak, Gerem,
mereka dengan satu sama lain. Indeks Cilegon, Kota Cilegon, Banten.
lelehan dari sudut pandang komersial
digunakan sebagai panduan dasar Bahan dan Alat
mengalirkan material dalam proses
konversi. Bahan
Percobaan ini bertujuan
Bahan yang digunakan terdiri
membandingkan nilai melt flow index
dari bahan uji dan bahan kimia. Bahan
(MFI) pada HDPE yang ditambahkan
uji yang digunakan adalah serbuk
zat aditif pelumas metalik dengan
polimer HDPE (high density
konsentrasi yang tetap pada masing-
poliethylene) dengan nomor batch
masing formulasi, sedangkan aditif
53XX yang didapat dari train 2. Bahan
antioksidan primer fenolik dan aditif
kimia yang digunakan adalah standar
sekunder fosfor pada HDPE
zat aditif antioksidan primer fenolik, zat
konsentrasinya bervariasi pada
aditif antioksidan sekunder fosfor, dan
formulasi. Nilai melt flow index yang
zat pelumas metalik.
diperoleh diolah dengan uji rancangan
acak lengkap (RAL), untuk melihat
pengaruh penambahan variasi Alat
konsentrasi aditif antioksidan pada
serbuk HDPE terhadap nilai melt flow Peralatan yang digunakan untuk
index. menentukan nilai melt flow index adalah
PERCOBAAN Melt Indexer Tinius Olsen, neraca
analitik Mettler Toledo XP205, spatula,
Percobaan ini bertujuan gelas piala 250 mL, kertas timbang,
membandingkan nilai melt flow index tisu, dan plastik wrap berukuran sedang.
(MFI) pada HDPE yang ditambahkan
zat aditif pelumas metalik dengan Metode Percobaan
konsentrasi yang tetap pada masing-
masing formulasi, sedangkan aditif Uji pengaruh penambahan
antioksidan primer fenolik dan aditif variasi konsentrasi zat aditif antioksidan
sekunder fosfor pada HDPE pada HDPE terhadap nilai melt flow
konsentrasinya bervariasi pada index polimer dilakukan dalam tiga
formulasi. Nilai melt flow index yang tahapan yaitu tahap persiapan contoh,
diperoleh diolah dengan uji rancangan tahap pengujian contoh, dan tahap uji
acak lengkap (RAL), untuk melihat statistika. Tahap persiapan contoh,
pengaruh penambahan variasi serbuk polimer dan aditif yang telah
konsentrasi aditif antioksidan pada ditentukan konsentrasinya ditimbang
serbuk HDPE terhadap nilai melt flow dengan neraca analitik dalam gelas
index. piala. Variasi konsentrasi aditif pada
polimer dibuat menjadi 2 formulasi.
Waktu dan Tempat Formula 1 terdiri dari contoh F1, F2, F3
dan kontrol positif (contoh HDPE tanpa
Percobaan dilakukan pada bulan aditif), merupakan campuran aditif
Februari hingga April 2017. Percobaan antioksidan primer fenolik dengan kadar
dilaksanakan di laboratorium quality (200, 500, dan 1000) mg/kg, dan
control PT Lotte Titan Chemical penambahan zat aditif metalik lubrikan
3
1000 mg/kg untuk setiap contoh. index polimer dilakukan dalam tiga
Formula 2 terdiri dari contoh F4, F5, F6 tahapan yaitu tahap persiapan contoh,
dan kontrol positif (contoh HDPE tanpa tahap pengujian contoh, dan tahap uji
aditif), merupakan campuran aditif statistika. Serbuk polimer dan aditif
antioksidan sekunder fosfor dengan yang telah ditentukan konsentrasi dan
kadar (200, 500, dan 1000) mg/kg, dan dihitung bobotnya, ditimbang dengan
penambahan zat aditif metalik lubrikan neraca analitik dalam wadah gelas piala.
1000 mg/kg untuk setiap contoh. Tahap Contoh akan memiliki variasi
kedua dilakukan dengan pengondisian konsentrasi aditif antioksidan (primer
alat melting indexer dan pengukuran dan sekunder) serta ditambahkan aditif
nilai melt flow index pada contoh yang pelumas metalik secara konstan sebesar
telah homogen. Nilai yang diperoleh 1000 ppm. Contoh dibuat menjadi 2
diolah dengan uji rancangan acak formulasi dengan masing-masing
lengkap (RAL). formula terdiri dari 3 standar dan
kontrol positif (serbuk polimer HDPE
Cara Kerja tanpa tambahan zat aditif), seperti yang
terlihat pada Tabel 1. Perhitungan
Persiapan Contoh bobot zat aditif dari konsentrasi yang
telah ditetapkan dapat dilihat pada
Uji pengaruh penambahan Lampiran 1.
variasi konsentrasi zat aditif antioksidan
pada HDPE terhadap nilai melt flow
FORMULA 1
FORMULA 2
4
F6 1000 50 1000 50 49.900
Standar yang telah ditimbang yang keluar dari celah alat melting
(serbuk polimer dan zat aditif) didalam indexer) yang keluar. Exstrude
gelas piala, dipindahkan secara dipotong dengan cut-off tool, bersamaan
kuantitatif kedalam plastik wrap. menekan tombol pada alat. Timer akan
Plastik wrap ditutup dan dikocok menghitung naik kembali untuk
contoh secara manual, selama beberapa pemotongan berikutnya, setelah selesai
menit untuk sehingga campuran serbuk membuat beberapa potongan exstrude
polimer HDPE dan zat aditfi homogen. timer dihentikan.
5
kuadrat galat), KTP (kuadrat total penambahan aditif pelumas metalik
perlakuan), KTG (kuadrat total galat), yang tetap konsentrasinya karena hanya
lalu dihitung nilai F hitung. Nilai F hitung sebagai zat yang mengurangi gaya
dibandingkan dengan nilai F tabel, jika gesek pada pelelehan polimer sehingga
nilai Fhitung < Ftabel maka H0 diterima pada dapat meningkatkan aliran polimer,
level nyata , artinya perlakuan tidak memiliki 2 formulasi dengan masing-
memberikan pengaruh nyata terhadap masing formula terdiri dari 3 contoh dan
respon yang diamati. Nilai Fhitung > Ftabel kontrol positif (serbuk polimer tanpa
maka H0ditolak pada level nyata , tambahan zat aditif). Formula 1,
artinya perlakuan memberikan pengaruh campuran aditif antioksidan primer
yang nyata terhadap respon yang fenolik dan zat aditif metalik lubrikan.
diamati. Formula 2, campuran aditif antioksidan
Adapun model rancangan acak sekunder fosfor dan zat aditif metalik
lengkap adalah sebagai berikut : lubrikan. Contoh kemudian dianalisa
dengan alat melting indexer, lalu nilai
Yij = + i+ ij melt flow index yang didapat dilakukan
dengan : uji RAL untuk melihat pengaruh
i : 1, 2, , t penambahan variasi konsentarsi aditif
j : 1, 2, , r dalam polimer HDPE terhadap nilai
Yij : respon atau nilai pengamatan melt flow index nya.
dari perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j Contoh HDPE Formula 1
: rata-rata umum
i Nilai MFI yang didapat untuk
: pengaruh perlakuan ke-i kontrol positif, F1, F2, dan F3 dapat
ij : pengaruh galat percobaan dari dilihat di Lampiran 2, berikut adalah
perlakuan ke-i dan ulangan ke-j kurva dari rerata nilai MFI terdapat
pada Gambar 1.
Hipotesis yang dikemukakan
dalam rancangan acak lengkap adalah
sebagai berikut.
6
positif dengan F1 sebesar 6,94%, Pada percobaan ini polimer yang
kenaikan nilai melt flow index antara F1 digunakan adalah polietilen, namun
dengan F2 sebesar 5,13%, dan kenaikan dari sumber acuan jurnal di atas
nilai melt flow index antara F2 dengan menggunakan polimer poliprilen. Data
F3 sebesar 0,03%. Kenaikan MFI jurnal tersebut masih dapat dijadikan
sebesar 12, 47% dari contoh kontrol acuan yang menguatkan, bahwa
positif (HDPE tanpa penambahan zat penambahan aditif antioksidan dalam
aditif) dengan nilai melt flow index polimer HDPE pun dapat
(MFI) dari data rerata kontrol mempengaruhi nilai MFI nya. Hal ini
positif, F1, dan F2, sedangkan dari F2 pun diperkuat dengan data yang didapat,
hingga F3 mengalami nilai MFI yang yaitu terjadi nya kenaikan MFI seiring
konstan tidak mengalami penurunan dengan penambahan antioksidan atau
ataupun kenaikan. Hal ini sesuai dengan kata lain dapat menahan
dengan acuan seperti dalam jurnal penurunan MFI.
Ismariny dan wisojodharmo yang Adanya aditif lubrikan metalik,
berjudul pengaruh antioksidan pada polimer lebih mudah mencair dan
proses pengolahan dan daur ulang menurunkan viskositas dari lelehan
propilen, yang menyatakan bahwa polimer, sehingga semakin banyak pula
penambahan aditif primer fenolik dan polimer yang keluar dari celah die
aditif lubrikan metalik pada polimer (lubang kecil keluanya lelehan polimer)
akan menahan penurunan MFI. melting indexer sehingga memperbesar
pula nilai MFI nya. Aditif antioksidan
primer fenolik mampu melindungi
material dari kerusakan oksidasi termal
selama pemanasan.
Penambahan aditif antioksidan
primer fenolik dan aditif lubrikan
metalik seharus nya dapat menurunkan
degradasi dan kerusakan oksidatif
termal pada polimer saat terjadi nya
pemanasan. Data nilai MFI yang di
dapat dari penambahan variasi
Gambar 2. Pengaruh Campuran konsetrasi aditif pada campuran
Aditif Primer dan Sekunder terhadap polimer, tidak dapat terlihat apakah
MFI (Sumber : ISMARINY & penambahan aditif dapat mengurangi
WISOJODHARMO, 2005) proses degradasi pada polimer hanya
dengan melihat nilai MFI nya.
Gambar di atas menunjukkan Perhitungan uji RAL pada
pengaruh PP (poliprilen) yang kontrol positif, standar 1, 2, dan 3 dapat
distabilkan dengan campuran dilihat pada Lampiran 4. Berikut adalah
antioksidan. Penambahan sistem hasil uji RAL terdapat pada Tabel 2.
stabilisasi ini dapat menahan penurunan Nilai MFI kontrol positif,
MFI hampir 24 % dibanding kan standar 1, 2 dan 3, diperoleh F hitung
dengan PP tanpa aditif (ISMARINY & sebesar 81,14 lebih besar dari F tabel
WISOJODHARMO, 2005). 3,24, menunjukkan hipotesis awal Ho di
tolak. Hasil ini mengemukakan bahwa
antara variasi konsentrasi aditif yang di
Tabel 2. ANOVA dari MFI Kontrol Positif, Standar 1,2, dan 3
7
Keterangan Jumlah Kuadrat DF F Hitung F Tabel 0,05
Kuadrat Tengah
8
pemanasan yang baik dari polimer dapat stabilitas proses. Melihat kemampuan
memudahkan pelelehan nya, sedangkan menurunkan degradasi dan diskolorasi
aditif lubrikan metal akan menurunkan saat pemanasan pada HDPE tidak dapat
viskositas dari lelehan polimer sehingga terlihat jika hanya melihat nilai MFI
semakin banyak pula polimer yang nya, harus dilakukan uji lanjutan.
keluar dari celah die alat MI (exstrude) Hasil uji RAL standar 4, 5, dan 6
sehingga memperbesar bobot extrude dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut
yang di dapat, sehingga menaikkan nilai adalah hasil uji RAL terdapat pada
MFI nya. Tabel 3.
Campuran aditif sekunder fosfor Tabel 3 menunjukkan bahwa
dengan aditif lubrikan metalik pada nilai MFI pada ke empat standar, dari
HDPE diharapkan dapat menurunkan aditif antioksidan primer dan aditif
kemungkinan degradasi. Menurut lubrikan metalik diperoleh F hitung
ISMARINY & WISOJODHARMO sebesar 26,66 lebih besar dari F tabel
(2005), antioksidan sekunder berfungsi yaitu 3,24 menunjukkan hipotesis awal
untuk meminimalkan diskolorasi selama Ho di tolak. Hasil ini mengemukakan
proses, selama aging dan menaikkan
Tabel 3. Tabel ANOVA dari MFI Kontrol Positif, Standar 4, 5, dan 6
Total 16,21
9
bahwa antara variasi konsentrasi
aditif yang di berikan pada serbuk
polimer HDPE memberikan nilai SARAN
melt flow index yang berbeda nyata
pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui
Perbedaan antar penambahan kemampuan anti degradasi dan anti
masing-masing konsentrasi aditif diskolorasi aditif pada HDPE dapat
pada nilai melt flow index nya dalam dilakukan dengan uji lanjutan dengan
polimer HDPE dapat terlihat dengan analisis FTIR untuk melihat migrasi
uji least significant difference (LSD). aditif dan stabilitas termal dari
Perhitungan uji RAL untuk standar 4, polimer yang telah dipanaskan.
5, 6 dan kontrol positif dapat dilihat Analisis OIT dengan alat DSC dapat
pada lampiran 4. dilakukan melalui program onset
Perhitungan uji BNT atau yang bertujuan untuk menentukan
LSD data MFI kontrol positif, waktu terjadi nya oksidasi pada
standar 4, 5, dan 6, serta hasil uji polimer di mulai. Analisa
LSD dapat dilihat pada Lampiran 7. diskolorisasi pada polimer dapat
Berikut adalah hasil uji LSD terdapat digunakan alat Mi/Yi sehngga
pada Tabel 4. terlihat derajat keputihan dan
Uji LSD pada Tabel 6 didapat kekuningan suatu polimer setelah
hampir semua perbandingan nilai melalui tahap pemanasan.
MFI antar standar berbeda signifikan
nilai MFI nya. Hanya antara data
MFI kontrol positif dengan standar 2
yang tidak berbeda signifikan,
terlihat dari selisih rerata nilai MFI
nya yaitu 0,45, sehingga diantara dua DAFTAR PUSTAKA
perlakuan ini penambahan aditif pada
HDPE tidak berbeda signifikan
terhadap nilai melt flow index nya. BILLMEYER, Jr. F. W. 1994.
Textbook of Polymer Science.
John Wiley and Sons.
SIMPULAN
ANDRADY, A.L. 2003. Plastic
Berdasarkan pengujian and Environment. A John
penambahan zat aditif (antioksidan Wiley & Sons Inc. New
fenolik, antioksidan fosfor, dan Jersey.
pelumas metalik) pada polimer
HDPE, mempengaruhi nilai melt PEACOCK, A. J. 2000. Handbook
flow index nya berdasarkan uji RAL. of Polyethylene Structures,
Hasil Uji least significant difference Properties, and Aplication.
(LSD) atau BNT di dapat pada Marcel Dekker Inc. Amerika
formula 1 dan 2, semua
perbandingan nilai MFI antar standar ISMARINY &
berbeda signifikan kecuali, data MFI WISOJODHARMO, A.
antara standar 2 dengan 3, dan data 2005. Pengaruh Antioksidan
MFI antara kontrol positif dengan pada Proses Pengolahan
standar 4.
dan Daur Ulang Propilen.
ISSN 14/0-8710. Jakarta
Zat aditif yang digunakan adalah aditif fenolik 200; 500; 1000 ppm, untuk
standar 1; 2; 3, sedangkan aditif fosfor 200; 500; 1000 ppm untuk standar 4; 5; 6
dan aditif pelumas metalik 1000 ppm dalam bobot total sampel 0,05 kg.
Keterangan :
Ppm = konsentrasi aditif primer (mg/kg)
= 10 mg
Lampiran 2. Hasil Nilai dan kurva Melt index Standar 1, 2, 3 dan Kontrol Positif
Melting Index
1
13,86 14,56 15,3 15,47
Keterangan :
= 13,86
Melt Index =
Keterangan :
= 13,15
Kontrol
Ulangan Standar 1 Standar 2 Standar 3 TOTAL
positif
Lampiran 4. Uji RAL Data Nilai MFI standar 1,2, 3 dan Kontrol Positif
1. Hipotesis
2. Faktor Koreksi
FK =
Keterangan :
Tij : jumlah total data.
r : jumlah pengulangan.
t : jumlah perlakuan.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Perhitugan :
FK =
FK = 4408,61
JKP =
Keterangan :
r = jumlah pengulangan.
FK = faktor koreksi.
Perhitungan :
JKP =
JKP = 9,90
JKT = (Yij2 ) FK
Keterangan :
Perhitugan :
JKT = 10,56
Lampiran 4. (Lanjutan)
JKG = 0,65
KTP =
KTP =
KTP = 3,30
KTG =
KTG =
KTG = 0,04
8. Menghitung Nilai F.
Fhitung =
Fhitung =
Fhitung = 81,14
Lampiran 4. (Lanjutan)
9. Nilai Ftabel
Ftabel = ((t-1),(n-t))
Keterangan :
t = jumlah perlakuan
Perhitungan :
Ftabel = ((4-1),(20-4))
= (3,16)
= 3,24
Thitung lebih besar dari Ttabel maka H1 diterima, hal ini menyatakan
standar 1, 2, 3, dan kontrol positif yang terdiri dari campuran serbuk
HDPE, aditif antioksidan sekunder fenolik dan aditif lubrikan metalik
memberikan nilai melt flow index yang berbeda nyata.
Kontrol
Ulangan Standar 4 Standar 5 Standar 6 TOTAL
positif
Lampiran 5. Uji RAL dari Data Nilai MFI Standar 3,4, 5 dan Kontrol Positif
1. Hipotesis
2. Faktor Koreksi
FK =
Keterangan :
Tij : jumlah total data.
r : jumlah pengulangan.
t : jumlah perlakuan
Lampiran 5. (Lanjutan)
Perhitugan :
FK =
FK = 4314,16
JKP =
Keterangan :
r = jumlah pengulangan
Perhitungan :
JKP =
JKP = 13,51
JKT = (Yij2 ) FK
Keterangan :
Perhitugan :
JKT = 16,21
Lampiran 5. (Lanjutan)
JKG = 2,70
KTP =
KTP =
KTP = 4,50
KTG =
KTG =
KTG = 0,17
8. Menghitung Nilai F.
Fhitung =
Fhitung =
Fhitung = 26,66
Lampiran 5. (Lanjutan)
9. Nilai Ftabel
Ftabel = ((t-1),(n-t))
Keterangan :
t = jumlah perlakuan
Perhitungan :
Ftabel = ((4-1),(20-4))
= (3,16)
= 3,24
1. Hipotesis
2. Nilai BNt
Keterangan :
t : nilai
MSE : mean square error atau kuadrat tengah galat dari Uji RAL sebelumnya
r : Jumlah pengulangan
Perhitungan :
BNt = (0,05, 16)
BNt = (2,12)
BNt = 0,2682
Lampiran 6. (Lanjutan)
H0 :Yi.-Yj.< LSD atau BNT, maka data antara dua perlakuan dari nilai
MFI nya tidak berbeda signifikan
H1 :Yi.-Yj.> LSD atau BNT, maka data antara dua perlakuan dari nilai MFI nya
berbeda signifikan
Besar LSD
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Keterangan
beda (0,05)
Berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 1 14,71 1,01 0,268
signifikan
Berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 2 15,46 1,76 0,268
signifikan
Berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 3 15,47 1,77 0,268
signifikan
Berbeda
Standar 1 14,71 VS Standar 2 15,46 0,75 0,268
signifikan
Berbeda
Standar 1 14,71 VS Standar 3 15,47 0,76 0,268
signifikan
Tidak berbeda
Standar 2 15,46 Standar 3 15,47 0,01 0,268
signifikan
Contoh perhitungan :
Antara data kontrol positif dengan aditif primer 200 ppm dan aditif lubrikan 1000
ppm :
0,45 <0,268, maka nilai melt flow index antara kontrol positif dengan aditif
primer 200 ppm dan aditif lubrikan 1000 ppm berbeda signifikan.
1. Hipotesis
2. Nilai BNt
Keterangan :
t : nilai
MSE : mean square error atau kuadrat tengah galat dari Uji RAL sebelumnya
r : Jumlah pengulangan
Perhitungan :
BNt = (0,05, 16)
BNt = (2,12)
BNt = 0,5528
Lampiran 7. (Lanjutan)
H0 :Yi.-Yj.< LSD atau BNT, maka data antara dua perlakuan dari nilai
MFI nya tidak berbeda signifikan
H1 :Yi.-Yj.> LSD atau BNT, maka data antara dua perlakuan dari nilai MFI nya
berbeda signifikan
Besar LSD
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Keterangan
beda (0,05)
Tidak berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 4 14,15 0,45 0,55
signifikan
Berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 5 15,08 1,38 0,55
signifikan
Berbeda
Kontrol positif 13,7 VS Standar 6 15,82 2,12 0,55
signifikan
Berbeda
Standar 4 14,15 VS Standar 5 15,08 0,93 0,55
signifikan
Berbeda
Standar 4 14,15 VS Standar 6 15,82 1,67 0,55
signifikan
Berbeda
Standar 5 15,08 Standar 6 15,82 0,74 0,55
signifikan
Contoh perhitungan :
Antara data kontrol positif dengan aditif sekunder 200 ppm dan aditif lubrikan
1000 ppm :
0,45 <0,268, maka nilai melt flow index antara kontrol positif dengan aditif
primer 200 ppm dan aditif lubrikan 1000 ppm berbeda signifikan.