Anda di halaman 1dari 38

Senin, 17 Agustus 2009

penyakit ispa di pekanbaru 2008

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU

KARYATULIS ILMIAH

JUNI 2008

Nama : Mardi Purna Irawan

NIM : 1005037

Judul : Gambaran Sikap Dan Tindakan Masyarakat Terhadap Ispa Pada Anak Usia 1-4
Tahun Di Kelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai Pekanbaru Tahun2008.

iv + 35
Halaman + 12 Daftar Pustaka + XIII Lampiran

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi
kemakanaanya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Sikap Dan Tindakan Kepala
Keluarga Terhadap Ispa Pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Kelurahan Umban Sari Kecamatan
Rumbai Pekanbaru Tahun2008. Jenis penelitian ini yang digunakan adalah jenis deskriptif dan
objek penelitian adalah kepela keluarga, yaitu sebanyak 97 responden . Tehnik pengambilan
sampel yang digunakan adalah random sampling dan analisa data. Pengolahan data dialakukan
dengan melihat hasil perhitungan persentase hasil kuesioner.

Berdasarkan data keseluruhan tentang sikap terhadap ispa pada anak usia 1-4 tahun dengan hasil
nilai rata-rata dari keseluruhan item yang telah dijawab setiap responden untuk sikap positif
berjumlah 80 responden (82,47%) sedangkan sikap negatif 17 responden (17,53%).

Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat kita lihat tindakan kepala keluarga tehadap ispa pada
anak usia 1-4 tahun berdasarkan data yang tertuang di atas yang dikategorikan baik 82 orang
(84,53%), cukup 14 orang (14,43%) dan kurang 1 orang (1,03%.)

Kata kunci : Sikap dan tindakan kepala keluarga terhadap ispa

Daftar bacaan : 12 referensi (Tahun 2003-2007).


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi

kemakanaanya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini

lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu

makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya (Nelson, 2000).

Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini terjadi

pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa dapat mencetus

kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).

Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling berhubungan

sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa mempengaruhi bagian saluran

pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama mengapa pasien lebih memilih

perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu

dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan penyuluhan dan informasi

mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi kedokteran telah berkembang

sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ISPA

selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk pencegahan, diagnosa dan perawatan

(Carlene, 2001).

Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang berbagai

penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan organisasi kesehatan dunia (WHO)
diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang disebabkan karena diare, HIV/AIDS,

Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).

Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena masih

tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Aak-Anak dan balita. ISPA mengakibatkan sekitar

20%-30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada

sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan

berobat dirawat jalan dan rawat inap (triska, 2007).

Kabut asap karena pembakaran hutan dan lahan diriau sudah jadi agenda tahunan yang

tak kunjung mereda. Tidak ada satupun pelaku kebakaran diperoses hukum. Kondisi ini

mengambarkan mandulnya kinerja penggerak hukum di Riau. Di Riau pada juli hingga Agustus

2006 terdapat sedikitnya 171.787 hektar hutan atau lahan terbakar yang berasal dari 63

perusahaan meliputi areal perkebunan sawit seluas 41.370 hektar. Sementara dampak asap

kesehatan terhadap kesehatan sejak Mei hingga September 2006 telah menyebabkan sedikitnya

12000 orang terkena ISPA 3000 orang terkena iritasi mata, 10000 terkena diare dan mencret,

namun tak satu perusahaan tersebut yang diperoses hukum (Jikalahari, 2007).

Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah pasien yang terinfeksi penyakit ISPA dari kelima
kelurahan tersebut yaitu terdapat dikelurahan Umban sari yaitu berjumlah 3001 orang
(Puskesmas Umban sari, 2007).

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam karya tulis ini perumusan masalah yang

penulis ambil yaitu bagaimana Sikap Dan Tindakan Keluarga terhadap ISPA pada anak usia 1-4

Tahun di Kecamatan Rumbai Kelurahan umban sari tahun 2008.


1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana sikap dan tindakan keluarga terhadap ISPA pada

anak usia 1-4 Tahun di Kecamatan Rumbai Kelurahan Umban sari.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui sikap Kepla keluarga terhadap ISPA pada anak usia 1-4

Tahun

b. Untuk mengetahui tindakan Kepala keluarga terhadap ISPA pada anak usia 1-4

Tahun.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Penulis dapat mengetahui Gambaran Sikap Dan Tindakan kepala keluarga terhadap

ispa pada anak umur 1-4 tahun.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan bahan masukan dalam peroses belajar mengajar serta dapat

dijadikan sebagai unsur dasar pertimbangan.


1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi masyarakat dalam upaya

pencegahan ISPA

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis hanya membatasi penelitian pada Gambaran Sikap dan

tindakan keluarga terhadap ISPA pada Anak usia 1-4 Tahun Di Kecamatan Rumbai Kelurahan

Umban sari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam kaitannya stimulus-organisme dengan respon maka dalam hal ini pula perilaku

dikelompokkan menjadi dua kategori menurut (Taufik, 2007) yaitu :

1. Covert Behavior (Perilaku tertutup)

Perilaku tertutup akan terjadi apabila respon seseorang terhadap rangsangan tersebut

masih belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Dari hal ini respon

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan serta
sikap pada stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau Covert

behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

2. Overt behavior (perilkau terbuka)

Perilaku terbuka akan terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut berupa tindakan

atau praktik serta dapat diamati oleh orang lain (oversable behavior). Misalnya, ibu

hamil datang kepuskesmas atau kepelayanan kesehatan lainnya (dokter kandungan atau

bidan praktik) untuk memeriksakan kehamilannya. Seorang ahli psikologi pendidikan,

Benyamin Bloom (1908) membedakan adanya terdapat tiga ranah atau domain perikalu,

yakni kognitif, efektif dan fsikomotor.

2.1.1 Pengetahuan (Klowledge)

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan sebagai berikut :

1. Know (Tahu)

Tahu diartikan sebagai reccal (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Sebagai alat ukur untuk mengetahui

bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan,

misalnya tanda-tandanya seseorang mengalami penyakit DBD, apa yang

menyebabkannya, bagaimana cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk

dan lain sebagainya.

2. Comprehension (Memahami)
Memahami suatu objek tidak hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak hanya sekedar menyebutkan, akan tetapi orang tersebut juga harus

dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

3. Application ( Aplikasi / penerapan )

Aplikasi dapat diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaflikasikan prinsip yang diketahuinya tersebut

pada situasi lain. Contoh, seseorang telah paham proses perencanaan, ia

harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat bekerja atau

dimana saja.

4. Analyisis (Analisa)

Adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen- komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi yang menandakan

bahwa seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan,

membuat diagram (Bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen


pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, bahwa sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

Misalnya dapat membuat ringkasan dengan kata-kata sendiri dengan kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar.

6. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada

suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di

masyarakat. Contoh, seseorang dapat menilai manfaat mengikuti KB dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Sikap (Attitude)

Menurut Allport (1954) komponen pokok sikap terdiri dari tiga, yaitu:

a) kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya,

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah

merupakan membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.


Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Sikap mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya,

yaitu :

1) Receiving (Menerima)

Menerima disini diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan ( objek).

2) Responding (Menanggapi)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyan

atau objek yang dihadapi.

3) Valuing (Menghargai)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain

dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespon.

4) Responsible (Bertanggung jawab)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap yang

telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang

lain yang mencela atau adanya risiko lain.


2.1.3 Tindakan atau Praktik (Practice)

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud

dalam tindakan, karena untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu

antara lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana.

Menurut Taufik ( 2007) praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga

tingkatan menurut kualitasnya, yaitu;

1) Praktik terpimpin (Guided response)

Apabila Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung paada tuntunan atau menggunakan panduan.

2) Praktik secara mekanisme

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memperaktikan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3) Adopsi (Adoption)

Adalah suatu tindakan atau peraktik yang sudah berkembang, artinya apa

yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan memodifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas

2.2. Definisi

2.2.1 Pengertian ISPA


Menurut Depkes RI 2007 ispa adalah infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini

meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut. Dengan pengertian

sebagai berikut:

i. infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia

dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

ii. Saluran pernapasan adalah organ dari hidung hingga alvioli serta organ

adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara

anatomis mencakup saluran pernapasan atas

iii. infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari diambil untuk menunjukan

peroses akut. Meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA

proses ini berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes, RI 2007).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari

yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai

gelembung paru. Beserta organ-organ disekitarnya: sinus, ruang telinga tengah dan

selaput paru ispa hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek (Rasmaliah, 2007).

2.2.2 Etiologi

Penyakit di sebabkan oleh lebih dari 200 agen virus yang berbeda secara serologis.

Agen utamanya adalah rinho virus yang menyebabkan sepertiga dari semua kasus.

Krono virus menyebabkan sekitar 10% masa infektifitas berakhir dari beberapa jam

sebelumnya muncul gejala sampai 1-2 hari sesudah penyakit nampak. Streptokokus
grup A adalah yang menyebabkan ISPA. Corynebacterium diphteriae, myco

plasma pneumoniae.nisseriae menengitidis dan N ghorrhoea juga merupakan agen

infeksi primer. Himophilus influenza streptokokus pneunoniae maraxellcatarrhalis

dan staphylacocus auereus dapat menimbulkan infeksi sekunder pada jaringan

saluran pernapasan atas (Nelson, 2000).

2.2.3 Epidemiologi

Kerentanan agen yang menyebabkan nasofaring akut adalah universal, tetepi

karena alasan yang kurang mengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang

sama dari waktu kewaktu. Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi

setahun dan angka terjadi selama umur 2 Tahun pertama frekuensi Nasofaringitis

akut berbanding langsung dengan angka pemejanan, dan sekolah taman kanak-

kanak sertra pusat perawatan harian mungkin epidemiologi sebenarnya.

Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi yang jelek (Nelson, 2000).

2.2.4 Patologi

Perubahan pertama adalah edema dan vasodiasi pada sub mukosa. Infiltrat sel

Memoklear. Perubahan setruktural dan fungsional silis mengakibatkan

pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisal

mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer kemudian

mengental dan biasanya perulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran

pernapasan atas termasuk okulasi dan kelainan sinus (Nelson, 2000)

2.2.5 Manifestasi klinis


Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada

awal perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang

berlokalisasi muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang

lebih tua dapat menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya

adalah kekeringan dan iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala

ini dalam beberapa jam disertai bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung

yang encer kadang batuk., nyeri kepala lesu dan demam ringan. Dalam satu sekresi

biasanya lebih kental dan akhirnya perulen. Obstruksi hidung menyebabkan

pernapasan melalui mulut.(Nelson, 2000).

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi merupakan invasi bakteri sinus pranasal dan bagian-bagian lain saluran

pernafasan. linfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat kadang-kadang

bernanah. Selulitis pritonsiler, sinusitis dan selulitis periobital dapat terjadi.

Komlikasi yang paling sering terjadi adalah otitis media. Kebanyakan ISPA

melibatkan saluran pernapasan bawah (Nelson, 2000).

2.2.7 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan: menjaga keadaan gizi tetap baik, imunisasi,

menjaga kebersihan perorangan, mencegah anak tidak berhubungan dengan

penderita ISPA.

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional

NO Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur skala Hasil ukur


Operasional
1 Sikap Sikap adalah Kuesioner Checklist Ordinal Sikap
respon seseorang positif(+)
terhadap .
Apabila
penyakit ispa dan
nilai >
bagaimana
median.
pendapat atau
keyakinan orang
Sikap
terhadap ispa .
negatif(-)

Apabila
nilai <>

No Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur skala Hasil ukur


Operasional
2 tindakan Suatu sikap Kuesioner CheckList Ordinal Ya di beri
belum tentu nilai 1
terwujud dalam
Tidak di beri
tindakan (overt
nilai 0
behavior). Untuk
mewujudkan
sikap yang nyata
di perlukan
faktor
pendukung atau
suatu kondisi
yang
memungkinkan,
antara lain
adalah fasilitas

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan metode penulisan deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara

objektif. Metodoe penelitian Gambaran Sikap Dan Tindakan Kepala Keluarga Terhadap

Ispa Pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Kecamatan Rumbai Kelurahan Umban Sari Pekanbaru

Tahun 2008.

4.2 Tempat dan Waktu


4.2.1 Tempat penelitian

Tempat Penelitian Dilaksanakan di Kecamatan Rumbai Kelurahan Umban Sari

Pekanbaru Tahun 2008.

4.2.2 Waktu penelitian

Waktu Penelitian akan dilaksanakan Pada bulan Mei Juni 2008.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah kepala keluarga di Kelurahan Umban

Sari Rumbai Tahun 2008 yaitu berjumlah

4007 KK

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diambil dari keseluruhan populasi

(Notoatmodjo, 2005).

4.3.3 Sampeling

Menurut Notoatmodjo (2005) cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara

acak sederhana atau random sampling dengan rumus sebagai berikut:

N
n=

1+ N (d)

4007

n=

1+ 4007 (0,1)

4007

n=

1+ 4007 (0,01)

4007

n=

41,07

n= 97,56 KK

n= 97 KK

Keterangan

N = Besar populasi

n = Besar sampel

Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 90%

d = Toleransi kesalahan (10% = 0,1)

4.3.4 Kreteria sample


Dalam mengambil data ini adalah kepala keluarga atau Ibu rumah tangga yang manjadi

kepala keluarga yang berjumlah 97 responden

4.4 Instrumen Penelitian

Didalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan

yang sederhana agar mudah dipahami oleh responden. Adapun kisi-kisi kuesioner sebagai

berikut:

No. Variabel Jumlah (%)

1 Sikap 10 100%

2 Tindakan 10 100%

4.5 Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a) Penelitian lapangan yaitu pengamatan secara langsung dilokasi penelitian.

b) Kuesioner berbentuk angket dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada

responden yang dijadikan objek penelitian.

4.6 Cara Pengolahan dan Analisa Data

4.6.1 Cara Pengolahan Data

1. Editing
Data yang sudah dikembalikan oleh responden maka setiap instrumen diperiksa

apakah diisi dengan benar dan semua sistem sudah dijawab oleh responden.

2. Coding

Cara memberi tanda atau kode tertentu pada data yang tercatat dari kuesioner

dibuat dalam kode setelah dilakukan pengolahan data dan penyajian dalam bentuk

tabel.

3. Tabulasi

Memasukkan data kedalm tabel kemudian disajikan. Data yang diteliti untuk

mendapatkan jumlah dalam bentuk tabel distribusi Frekuensi untuk melakukan

analisa data.

4.6.2 Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data, data diteliti untuk mendapatkan jumlah dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi untuk melakukan analisa data. Untuk melanjutkan disajikan

dalam bentuk tabel dan setelah data yang dilakukansecara univariete untuk

menggambarkan frekuensi dan persentase dan hasil penelitian yang nantinya akan

dapat dipergunakan sebagai tolak ukur dalam pembahasan dan kesimpulan

(Notoatmodjo, 2005).
Menurut Riduwan (2005) mengatakan alat pengumpulan data yang digunakan adalah

berupa kuesioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang

sedang diteliti menggunakan skala Likert:

A. Sikap

a) Sangat setuju (SS) = 5

b) Setuju (S) = 4

c) Netral (N) = 3

d) Tidak setuju (TS) =2

e) Sangat tidak setuju (STS) =1

Berdasarkan ketetapan diatas maka peneliti menetapkan

Sikap positif apabila skor responden > rata-rata -rata

Sikap negatif apabila skor responden <>

Adapun langkahnya sebagai berikut

Mencari dari skor masing-masing responden

Menjumlah dari skor responden

Mencari nilai rata-rata


Membandingkan skor responden dengan nilai rata-rata

Menurut Ating, 2006 Skala yang menggambarkan skore minimal, nilai kuartil ke satu, nilai

median, nilai kuartil ketiga, dan skor maksimal.untuk menentukan skor maksimal yaitu skor

jawaban terbesar dikali banyak item dan untuk menentukan skor minimal yaitu jawaban terkecil

dikali dengan item.

5 10 15 20 25

Minimal kuartil 1

median kuartil 3 maksimal

Keterangan :

- Kategori sikap sangat positif, yaitu daerah yang dibatasi oleh kuartil ketiga dan sekor

maksimal. (kuartil 3 x skor maksimal ).

- Kategori sikap positif , yaitu daerah yang dibatasi oleh median dan kuartil ketiga. (median

x <>

- Kategori sikap negatif, yaitu daerah yang dibatasi oleh kuartil ke satu dan median. (kuartil 1

x <>

- Kategori sikap sangat negatif, yaitu daerah yang dibatasi oleh skor minimal dan kuartil

kesatu ( skor minimal x <>

B. Prilaku
Menurut sekala Gottman untuk menilai tindakan terdiri dari komponen :

Ya : diberi nilai 1

Tidak : diberi nilai 0

Berdasarkan ketetapan diatas maka peneliti menetapkan:

Baik : apabila skor responden 8-10

Cukup : apabila skor responden 6-7

Kurang : apabila skor responden 4-5

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

Mencari dari skor masing-masing responden

Menjumlah dari skor responden

Mencari nilai rata-rata

Membandingkan skor responden dengan nilai rata-rata

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Data Umum


Data umum merupakan gambaran responden dimana responden di dalam penelitian

ini adalah kepala keluarga yang berada dikelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai

Pekanbaru yang berjumlah 97 responden akan dikelompokan dalam beberapa kreteria :

A. Golongan umur

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur Dikelurahan Umban Sari Rumbai


Pekanbaru Tahun 2008

No Umur Jumlah %
1 20-40 58 59,79%
2 41-60 37 38,15
3 60+ 2 2,06%
Total 97 100%

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat kelurahan Umban Sari

Kecamatan Rumbai Pekanbaru tahun 2008 dijumpai pada golongan umur 20-40 tahun 58

responden (59,79%) 41-60 tahun 37 responden (38,15) dan >60 tahun sebanyak 2 responden

(2,06%).

B. Golongan Pendidikan

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dikelurahan Umban


Sari Rumbai

Pekanbaru Tahun 2008


No Pendidikan Jumlah (%)
1 SD 26 26,82%
2 SLTP 22 22,68%
3 SMU 47 22,68%
4 S.1 2 2,06%

Total 97 100%

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat

kelurahan Umban Sari adalah SD sebanyak 26 orang (26,82%), SLTP 22 orang (22,68%), SMA

47 orang (22,68%) dan S.1 sebanyak 2 orang (2,06%).

C. Golongan Pekerjaan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dikelurahan Umban Sari Rumbai


Pekanbaru Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah (%)


1 PNS 2 2,06%
2 Buruh 5 5,17%
3 Petani 6 6,18%
4 Wiraswasta 84 86,59%
Total 97 100%

Dari tabel 5.3 diatas dapat di lihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden masyarakat

Kelurahan Umban Sari adalah Wiraswasta yang berjumlah 84 0rang (86,59%), Petani 6 orang

(6,18%), Buruh 5 orang (5,17%) dan PNS 2 orang (2,06%).

5.2 1 Data Khusus


a). Sikap kepala keluarga terhadap Ispa pada anak usia 1-4 tahun

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya Akan Menggunakan Masker Pada
Anak Saya Apabila Ada Pencemaran Udara.

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 24 24,75%
2 Sikap Negatif 73 75,25%
Total 97 100%

Dari tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

menggunakan masker pada anak saya apabila ada pencemaran udara sikap positif sebanyak 24

orang (24,75%) sedangkan sikap negatif sebanyak 73 orang (75,25%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya Akan

Membawa Anak Kepuskesmas Terdekat Bila Terkena Ispa

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 70 72,16%
2 Sikap Negatif 27 27,84%
Total 97 100%

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

membawa anak kepuskesmas terdekat bila terkena ispa sikap positif berjumlah 70 orang (

72,16%) sedangkan sikap negatif berjumlah 27 orang (27,84%) .

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya akan

berusaha merawat anak saya agar tidak terkena ISPA.

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 97 100%
2 Sikap Negatif 0 0%
Total 97 100%

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden Saya akan berusaha

merawat anak saya agar tidak terkena ispa yang bersikap positif 97 orang (100%) sedangkan

sikap negatif tidak ada.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya Akan Memenuhi Kebutuhan Gizi
Pada Anak Apabila Terkena Ispa

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 80 82,47%
2 Sikap Negatif 17 17,53%
Total 97 100%

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

memenuhi kebutuhan gizi pada anak apabila terkena ispa yang bersikap positif berjumlah 80

orang (82,47%). Sedangkan yang sikap negatif berjumlah 17 orang (17,53%).

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya Akan Membersihkan Got


Seminggu Sekali
No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 47 48,45%
2 Sikap Negatif 50 51,55%
Total 97 100%

Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

membersihkan got seminggu sekali sikap positif sebanyak 47 orang (48,45%) orang sedangkan

sikap negatif sebanyak 50 orang (52%) .

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya Akan Menghindari Anak dari Obat
Nyamuk Bakar Apabila Terkena Ispa.

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 80 82,47%
2 Sikap Negatif 17 17,53%
Total 97 100%

Dari tabel 5.9 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

menghindari anak dari obat nyamuk bakar apabila terkena ispa. Sikap positif 80 orang ( 82,47%)

sedangkan sikap negatif 17 orang (17,53%) .

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya akan Menghindari Anak Dari
Penderita Ispa

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 87 89,69%
2 Sikap Negatif 10 10,31%
Total 97 100%
Dari tabel 5.10 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

menghindari anak dari penderita ispa sikap positif 87 orang (89%) sedangkan sikap negatif

sebanyak sebanyak 10 orang (11%).

Tabel 5.11

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Bagaimana Sikap Anda Tentang Gotong
Royong Yang Diadakan Satu Minggu Sekali

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 57 58,76%
2 Sikap Negatif 40 41,24%
Total 97 100%

Dari tabel 5.11 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang bagaimana

sikap anda tentang gotong royong yang diadakan satu minggu sekali sikap positif berjumlah 57

orang (58,76%).

Tabel 5.12

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya akan menghindari

anak saya dari orang yang sedang merokok.

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 89 91,75%
2 Sikap Negatif 8 8,25%
Total 97 100%

Dari tabel 5.12 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden tentang saya akan

menghindari anak saya dari orang yang sedang merokok sikap positif berjumlah 80 orang (82%)

sedangkan sikap negatif berjumlah 17 orang (18%) .


Tabel 5.13

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Saya akan berusaha untuk tidak
membawa anak saya ketampat yang banyak terdapat kendaraan.

No Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 75 77,21%
2 Sikap Negatif 22 22,69%
Total 97 100%

Dari tabel 5.13 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap responden Tentang saya akan

berusaha untuk tidak membawa anak saya ketampat yang banyak terdapat kendaraan. Sikap

positif berjumlah 77 orang (77,21%) sedangkan negatif berjumlah 27 orang (22,69%)orang .

Tabel 5.14

Distribusi Frekuensi Sikap kepala keluarga terhadap ISPA pada anak usia 1-4 tahun
Secara Keseluruhan Di kelurahan Umban Sari Rumbai

Pekanbaru Tahun 2008

NO Kreteria Jumlah %
1 Sikap Positif 80 82,47%
2 Sikap Negatif 17 17,53%
Total 97 100%

Dari tabel diatas merupakan data secara keseluruhan tentang sikap terhadap Ispa dengan

hasil nilai rata-rata dari keseluruhan item yang telah dijawab responden untuk sikap positif

berjumlah 80 responden (82,47%) sedangkan sikap negatif 17 responden (17,53%).

b). Tindakan kepala keluarga terhadap Ispa pada anak usia 1-4 tahun
Tabel 5.14

Distribusi Frekuensi Responden Tentang Tindakan Kepala Keluarga Terhadap Ispa


Dikelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai

Pekanbaru Tahun 2008

No Kreteria Jumlah %
1 Baik 82 84,53%
2 Cukup 14 14,43 %
3 Kurang 1 1,03%
Total 97 100%

Berdasarkan tabel 5.14 diatas dapat kita lihat tindakan kepala keluarga tehadap ispa pada

anak usia 1-4 tahun berdasarkan data yang tertuang di atas yang dikategorikan baik 84,53%,

cukup 14,43% dan kurang 1,03%.

5.2 Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai Gambaran Sikap Dan Tindakan Kepala Keluarga

Terhadap Ispa Pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Kecamatan Rumbai Kelurahan Umban Sari

Pekanbaru Tahun 2008. setelah dilakukan analisa dan dilihat hasil yang di peroleh penulis akan

membahas beberapa hal sesuai dengan teori kepustakaan yang ada dan ditinjau atas Data umum

dan Data khusus.

5.2.1 Data umum

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa

mayoritas masyarakat kelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai Pekanbaru


Tahun 2008 dijumpai pada golongan umur 20-40 tahun 58 responden (59,79%)

41-60 tahun 37 responden (38,15) dan 60+ tahun sebanyak 2 responden

(2,06%).

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa

sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Umban Sari adalah

SD sebanyak 26 orang (26,82%), SLTP 22 orang (22,68%), SMA 47 orang

(22,68%) dan S.1 sebanyak 2 orang (2,06%).

3. berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa

sebagian besar pekerjaan dikelurahan Umban sari sebagian besar pekerjaan

masyarakat Kelurahan Umban Sari adalah Wiraswasta yang berjumlah 84

0rang (86,59%), Petani 6 orang (6,18%), Buruh 5 orang (5,17%) dan PNS 2

orang (2,06%).

5.2.2 Data khusus

a) Sikap kepala keluarga terhadap ISPA

Berdasarkan tabel 5.14 diatas data keseluruhan tentang sikap terhadap Ispa

pada anak usia 1-4 tahun dengan hasil nilai rata-rata dari keseluruhan item

yang telah dijawab setiap responden untuk sikap positif berjumlah 80

responden (82,47%) sedangkan sikap negatif 17 responden (17,53%).

Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa

perilaku tersebut akan membawa hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif ( yang diharapkan

oleh orang lain ) dan motivasi untuk bertidak sesuai dengan harapan normatif

tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu (Saifuddin, 1995).

Menurut Taufik, 2007 sikap adalah suatu kumpulan gejala dalam

merespon stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan

dan perhatian

Mayoritas Pada pengisian kuesioner bahwa sikap masyarakat terhadap

penyakit Ispa sebsgian besar positif karena responden mampu menjawab soal

dengan baik dan benar karena di kelurahan Umban Sari sudah mendapatkan

penyuluhan dan berbagai informasi dari puskesmas.

Meskipun mayoritas masyarakat menjawab positif Sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, karena untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara

lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana (Taufik, 2007).

b) Tindakan kepala keluarga terhadap ISPA

Berdasarkan tabel 5.15 diatas dapat kita lihat tindakan kepala keluarga

tehadap Ispa pada anak usia 1-4 tahun berdasarkan data yang tertuang di atas

yang dikategorikan baik 82 responden (84,53%), cukup 14 responden

(14,43%) dan kurang 1 responden (1,03%). Dari hasil persentase-persentase

diatas tindakan kepala keluarga terhadap ispa pada anak sebagian besar adalah

baik karena masyarakat mengatakan sebelumnya masyarakat mengatakan


pernah diadakan penyuluhan di puskesmas dan informasi informasi

kesehatan pada anak.

Menurut pendapat Notoadmodjo, 2003 faktor resiko yang berasal dari

lingkungan (faktor resiko ekstrinsik) yang memudahkan seseorang terjangkit

penyakit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnya faktor ekstrinsik dapat

berupa keadaan fisik kimiawi, biologik, psikologik, maupun sosial budaya dan

perilaku misalnya : keadaan perkampungan yang padat penduduknya

merupakan faktor resiko terjadinya penyakit Ispa. Orang yang berkerja di

perusahan yang menggunakan bahan-bahan kimiawi tertentu mempunyai

resiko untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan kimiawi

tersebut. Sedangkan faktor resiko ialah suatu kondisi yang memungkinkan

adanya mekanisme hubungan antara agen penyakit dengan induk

semang(host) dan penjamu yaitu manusia, sehingga terjadi efek (sakit).

Contoh virus merupakan agen dari penyakit influenza. Sedangkan kondisi

lingkungan jelek, ventilasi yang lembab, rumah kurang ventilasinya,

merupakan faktor resiko terjadinya mecro bacterium tersebut dengan orang,

sehingga terjadi efek (sakit).

Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahawa walaupun tindakan

kepala keluarga mayoritas baik belum tentu dapat mencegah terjadinya Ispa

pada anak karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya penyakit

Ispa seperti kabut asap dan pencemaran udara lainya.


Sesuai pendapat menurut Dainur 1995 bahwa berkenaan dengan

pengetahuan serta prilaku warga masyarakat terhadap penyakit dan cara

pengobatan serta pencegahanya. Maka upaya penyuluhan kesehatan

merupakan upaya pemberantasan lainya. Dengan penyuluhan kesehatan

diharapkan ada perubahan prilaku kehidupan. sesuai dengan kaidah-kaidah

kesehatan sehingga prilaku masyarakat akan mencerminkan tingkat kesehatan

masyarakat tersebut.

dari pendapat Dainur di atas dapat kita simpulkan bahwa sesuai data

subjektif dari masyarakat diatas bahwa mereka telah mendapatkan penyuluhan

sehingga hasil dari tindakan masyarakat mayoritas adalah baik.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sebagian Besar umur responden masyarakat kelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai

Pekanbaru tahun 2008 dijumpai pada golongan umur 20-40 tahun 58 responden

(59,79%) 41-60 tahun 37 responden (38,15%) dan >60 tahun sebanyak 2 responden

(2,06%).

2. Sebagian Besar pendidikian responden masyarakat kelurahan Umban Sari adalah SMA

47 responden (48,46%) Dan sebagian kecil perguruan tinggi sebanyak 2 responden

(2,06%).
3. Sebagian Besar pekerjaan responden masyarakat Kelurahan Umban Sari adalah

Wiraswasta yang berjumlah 84 responden (86,59%) dan sebagian kecil dan PNS 2

responden (2,06%).

4. Sebagian Besar sikap responden yang akan menggunakan masker pada anak apabila ada

pencemaran udara sikap negatif sebanyak 73 responden (75,25%). Dan sebagian kecil

sikap positif sebanyak 24 responden (24,75%).

5. Sebagian Besar sikap responden tentang saya akan membawa anak kepuskesmas terdekat

bila terkena Ispa sikap positif berjumlah 70 orang (72,16%) dan sebagian kecil sikap

negatif berjumlah 27 responden (28,84%).

6. Sebagian Besar sikap responden tentang berusaha merawat anak agar tidak terkena ispa

yang sikap positif 97 responden (100%) dann sikap negatif tidak ada.

7. Sebagian Besar sikap responden tentang memenuhi kebutuhan gizi pada anak apabila

terkena ispa yang bersikap positif berjumlah 80 responden (82,47%). dan sebagian kecil

yang sikap negatif berjumlah 17 responden (17,53%).

8. Sebagian Besar sikap responden tentang membersihkan got seminggu sekali sikap negatif

sebanyak 50 responden (51,55%). dan sebagian kecil sikap positif sebanyak 47

responden (48,45%)

9. Sebagian Besar sikap responden tentang menghindari anak dari obat nyamuk bakar

apabila terkena Ispa. Sikap positif 80 responden (82,47%) dan minoritas sikap negatif

17 responden (17,53%) .
10. Sebagian Besar sikap responden tentang menghindari anak dari penderita Ispa sikap

positif 87 responden (89,69%) dan sebagian kecilsikap negatif sebanyak sebanyak 10

responden (10,31%).

11. Sebagian Besar sikap responden tentang gotong royong yang diadakan satu minggu

sekali sikap positif berjumlah 57 responden (58,76%). dan sebagian kecil sikap negatif

sebanyak 40 responden (41,24%).

12. Sebagian Besar sikap responden tentang menghindari anak saya dari orang yang sedang

merokok sikap positif berjumlah 89 responden (91,75%) dan minoritas sikap negatif

berjumlah 8 responden (8,25%)

13. Sebagian Besar sikap responden Tentang saya akan berusaha untuk tidak membawa

anak ketampat yang banyak terdapat kendaraan. Sikap positif berjumlah 75 responden

(77,31%) dan sebagian kecil sikap negatif berjumlah 22 responden (22,69%).

14. Sebagian Besar Sikap kepla keluarga terhadap ISPA pada anak usia 1-4 tahun secara

keseluruhan Di kelurahan Umban Sari Rumbai sikap positif sebanyak 80 responden

82,47%, dan sebagian kecil sikap negatif 17 responden (17,53%).

15. Sebagian Besar tindakan kepala keluarga tehadap ispa pada anak usia 1-4 tahun 2008,

berdasarkan data yang tertuang di atas yang dikategorikan baik 82 responden (84,53%),

cukup 14 responden (14,43%). dan kurang 1 responden (1,03%).

6.2 Saran
1. Diharapkan Bagi instansi bisa mengetahui bagaimana sikap dan tindakan masyarakat

terhadap ISPA sehingga dapat malakukan tindakan selanjutnya dalam pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat.

2. Diharapkan instisusi pendidikan universitas abdurrab memperbanyak leteratur bacaan

khusus mengenai ISPA dan ilmu kesehatan lainnya mengingat sulitnya peneliti

dalam sumber yang berkaitan dengan ISPA.

3. Di harapkan bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menggunakan karya tulis ilmiah ini

sebagai tambahan wawasan penelitian tentang gambaran sikap dan tindakan

masyarakat terhadap ISPA mengimgat kasus ispa semakin meningkat sehingga perlu

sekali ditingkatkan dalam penelitiannya kelapangan.

4. Diharapkan kepada masyarakat dapat mengerti tentang gambaran sikap dan tindakan

terhadap ISPA pada anak usia 1-4 tahun. Agar masalah ISPA dapat teratasi dengan

benar dan menurunya jumlah ksaus ISPA pada anak usia 1-4 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Candara budiman. 2006

Pengantar kesehatan lingkungan, Jakarta : EGC.

Charlene, 2001

Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

Dinas kesehatan kota pekanbaru, 2007.


Laporan Angka P2M, ISPA

Depkes RI. 2007

Pengertian ISPA, http. www. Google. Com 27 November 2007.

Jikalahari, 2006

Bencana Kabut Asap. http. www. Google. Com 27 Desember 2007.

Nelson, 2000

Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC.

Nindya, T. S. 1998

Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita. www. Google.
Com 14 Desember 2007.

Notoatmodjo, soekidjo. 2005.

Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Renika Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Renika Cipta.

Rasmaliah, 2007

ISPA dan penanggulangannya. www. Google. Com 14 Desember 2007.

Riduwan, 2003.

Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung : Alfabeta.

Taufik, 2007.

Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatam untuk Perawat dan


Mahasiswa Keperawatan, Jakarta : Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai