Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK I

1. KADEK SUARBAWA
2. RAMLAH
3. NURFAIDA
4. HASANUDIN
5. RAHMANIA
6. IRWAN
2.1 Anatoni Sinus
2.2 Definisi Sinusitis

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi


mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau
dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Bila
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis,
sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal
disebut pansinusitis
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus


yang berlansung selama 3 minggu. Macam-macam
sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis
emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus
sphenoid akut.
2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus
yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
2.3 Etiologi

1.Infeksi virus
2.Bakteri
3.Infeksi jamur
4.Peradangan menahun pada saluran hidung
2.4 Manifestasi Klinis
1 Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung,
hidung tersumbat, ingus mengalir ke
nasofaring, kental kadang-kadang berbau
dan bercampur darah.

2 Sinusitis etmoid akut


Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring,
nyeri di antara dua mata, dan pusing.
3 Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang
hari, tetapi berkurang setelah sore hari,
sekret kental dan penciuman berkurang.

4 Sinusitis sphenoid akut


Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan
terdapat sekret di nasofaring
2.5 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi


ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar
(mucociliary clearance) . Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya
berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang
berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat.
Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini
biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini
menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik
untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan
memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya
karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia
dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan
ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan
tindakan operasi.
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM
sehingga drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada
sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan
pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium
sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti
amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau
memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan
amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2.
Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun
gejala klinik sudah hilang.
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai
untuk kuman negative gram dan anaerob. Selain
dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan
jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid
oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau
pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan,
karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret
jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau
Proetz displacement therapy juga merupakan terapi
tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat
dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi
yang berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional
(BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis
kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah
menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu
karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan
tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat;
sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible;
polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis
jamur.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : Malunda , 18 September 1970
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Alamat : Jln. Pande besi no.49 Malunda
Hubungan dengan klien : istri
b. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 16 November 2013 dengan
keluhan nyeri kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak
7 hari yang lalu disertai pilek yang sering kambuh dan ingus
yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika
pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien
mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat
badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai
riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan
pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga tidak ada yang menderita sinusitis.

g. Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang
bersih, ventilasi rumah kurang (tidak adekuat).
3.2 Observasi
3.2.1 Keadaan Umum
1.Suhu : 38C
2.Nadi : 84 /menit
3.Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4.RR : 25 /menit
5.BB : 62 kg
6.Tinggi badan : 170 cm
3.2.2 Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi
berhubugan dengan adanya secret kental
pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan
menurun dan BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
3.3 Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. - Data subjektif: Inflamasi pada sinus
frontal
Pasien mengeluh nyeri kepala. Nyeri
Peradangan
- Data objektif:
Nyeri pada kepala
Pasien tampak gelisah, didapati
skala nyeri 8, RR= 25 x/ menit.

2. - Data subjektif: Inflamasi pada sinus


frontal
Pasien mengeluh sesak nafas. Bersihan jalan nafas
Produksi secret tidak efektif
- Data objektif:
meningkat
Ada retraksi dinding dada,
Akumulasi secret
penggunaan pernafasan cuping
hidung, suara nafas ronkhi, Bersihan jalan nafas tidak
RR=25 x/menit. efektif
Ronkhi
Sesak nafas
3. -Data subjektif: Inflamasi
Pasien mengeluh tidak Produksi secret Gangguan
nafsu makan. meningkat pemenuhan nutrisi
-Data objektif: Secret terakumulasi kurang dari
dihidung kebutuhan
Penurunan berat badan dari
63 kg menjadi 62 kg, Hidung tersumbat
makanan yang disajikan Penciuman terganggu
tidak pernah dihabiskan.
Tidak bisa mencium
aroma makanan
Nafsu makan menurun
Nutrisi tidak terpenuhi
4. - Data subjektif: Inflamasi
Pasien mengeluh tidak bisa Rasa tidak nyaman karena Gangguan istirahat;
tidur dengan nyenyak. hidung tersumbat (buntu) tidur berhubungan
dengan hidung
-Data objektif: Tidur tidak nyenyak
tersumbat (buntu)
Gelisah, lemas, mata cowong,
tidur kurang dari 6-8 jam
perhari.
5. - Data Subjektif: Infeksi saluran pernafasan
atas
Pasien mengeluh kedinginan Hipertermi
Makrofag menangkap
- Data Objektif:
benda asing yang masuk
Suhu tubuh= 38C ke tubuh
Merangsang pengeluaran
mediator kimia
Prostalglandin
Peningkatan set. point
Hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
1. Nyeri: kepala, tenggorokan berhubungan dengan
peradangan pada hidung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
adanya secret yang mengental.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan menurun.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung
tersumbat.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.
3.5 Intervensi
1. Diagnosa : Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan
peningkatan tekanan sinus sekunder terhadap
peradanggan sinus paranasal.

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang


dalam waktu 1x24 jam.
Kriteria hasil : a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan
berkurang atau menghilang
b) RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi
wajah klien tidak menyeringai lagi.
c) Skala nyeri 2
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Obat analgeytic dapat menurunkan
Berikan obat analgetic atau menghilangkan rasa nyeri.

2. Mandiri: Teknik distraksi diharapkan bisa


Ajarkan teknik distraksi menurunkan skala nyeri setelah
atau pengalihan nyeri pengobatan dengan obat analgesic.
dan teknik relaksasi
3. Mandiri: Observasi dilakukan untuk
Observasi tanda-tanda memastikan bahwa nyeri berkurang
vital, keluhan klien serta yang ditandai dengan RR dalam
skala nyeri skala normal.
2. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan adanya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10-15
menit.
Kriteria hasil :
a) Klien tidak lagi menggunakan pernafasan
cuping hidung
b) Tidak adanya suara nafas tambahan
c) Ronkhi (-)
d) RR= 16-20 x/menit
e) Tidak adanya retraksi dinding dada
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Nebulizing dapat mengencerkan secret dan
berperan sebagai bronkodilator untuk
Berikan nebulizing.
melebarkan jalan nafas.
2. Mandiri: Mengetahui letak secret dan mengakumulasi
secret di supsternal sehingga mudah untuk di
Foto thoraks dada serta melakukan
drainase.
clapping atau vibrasi
3. Kolaborasi: Mengeluarkan secret dari paru.
Lakukan suctioning (pada px. yang
mengalami penurunan kesadaran dan
tidak mampu melakukan batuk
efektif).
3. Mandiri: Mengeluarkan secret dari jalan nafas
khusunya pada pasien yang tidak mengalami
Ajarkan batuk efektif (pada px. yang
penurunan gangguan kesadaran dan bisa
tidak mengalami penurunan kesadaran
melakukan batuk efektif.
dan mampu melakukan batuk efektif).
4. Mandiri: Untuk mengetahui perkembangan kesehatan
klien.
Observasi tanda tanda vital
3. Diagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi
dalam waktu 5x24 jam
Kriteria hasil :
a) Berat badan klien kembali seperti
semula (63kg), BB normal= 63 kg
b) Makanan yang disajikan selalu
dihabiskan
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Dengan menu yang bervariasi, dapat
Sajikan makanan secara menarik menumbuhkan nafsu makan klien
dengan memperhatikan nutrisi sehingga kebutuhan nutrisi klien kembali
yang diperlukan oleh klien. terpenuhi.

2. Mandiri: Mengetahui perkembangan pemenuhan


Catat intake dan output makanan kebutuhan nutrisi klien.
klien.
3. Mandiri: Dengan sedikit tapi sering dapat
Anjurkan makan sedikit sedikit mengurangi penekanan pada lambung.
tapi sering.
4. Mandiri: Dengan pemahaman yang baik tentang
Berikan helath education nutrisi akan memotivasi untuk
pentingnya makanan bagi proses meningkatkan pemenuhan nutrisi.
penyembuhan.
Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan
hidung tersumbat.
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan
nyaman.
Kriteria hasil :
a) Klien dapat tidur 6-8 jam perhari
b) Tidak gelisah
c) Mata tidak cowong
d) Klien tidak lemas
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri: Mengetahui permasalahan
Kaji kebutuhan tidur klien dalam pemenuhan
klien kebutuhan ; istirahat klien.
2. Mandiri: Klien dapat tidur dengan
Ciptakan suasana yang tenang.
nyaman.
3. Kolaborasi: Agar klien dapat tidur.
Berikan obat tidur
5. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan reaksi
infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal
Kriteria Hasil :
a) Suhu tubuh 36,5-37,5 C
b) Kulit hangat dan lembab, membran
mukosa lembab
No. Intervensi Rasional
1. Mandiri: Suhu tubuh harus dipantau secara
Monitoring perubahan suhu tubuh efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari
pasien.
2. Mandiri:
Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi
demam.

3. Kolaborasi: Mengurangi demam dengan aksi


Berikan antipiretik sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme dan
autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.
4.1 Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus
paranasal yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-
hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan
kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua
sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang
berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.
Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan
merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995
membagi sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu
yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia (30-50%) dan kronik yang lebih disebabkan oleh
bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.

Anda mungkin juga menyukai