Anda di halaman 1dari 17

Kisah Pasukan Perdamaian Garuda

Kontingen Garuda Pernah Dijuluki "Crazy"


This is buffer zone. You, Israel, no look-look. Go!" Kalimat bahasa Inggris ala Tarzan ini diucapkan oleh
seorang prajurit Kontingen Garuda (Konga) VIII yang sedang bertugas di Timur Tengah.

Kalimat itu ditujukan kepada prajurit-prajurit Israel yang mencoba melewati zona penyangga (buffer
zone) daerah Israel-Mesir. Dengan menggunakan bahasa Inggris seperti itu, tentara Israel yang mencoba
melihat-lihat daerah penyangga langsung kabur. Cerita itu diungkapkan oleh Letkol Sutopo (Akabri 1961)
yang bersama Batalion 312 Kala-Hitam/Berdiri Sendiri (BS) bertugas sebagai tentara PBB di Suez pada
1974/1975.

Menurut dia, dengan bahasa Inggris ala Tarzan itu, Kontingen Indonesia mendapat pujian dan
penghargaan dari pucuk tertinggi Pasukan PBB di Timur Tengah. Itu baru masalah bahasa, belum lagi
masalah ketahanan fisik.

Tentara PBB dari negara lain seperti Kanada, Senegal, Polandia dan sebagainya, tidak habis-habisnya
memuji tentara Indonesia karena bisa bertahan berbulan-bulan tinggal di tengah-tengah gurun pasir.
Tentara-tentara negara lain tersebut biasanya tidak bisa berlama-lama di gurun, karena terjangkit
penyakit NKO yakni Naik Ke Otak. Maksudnya, baru tiga bulan bertugas, sudah mengeluh, minta cutilah,
pusinglah atau ada yang minta ditemani keluarga.

Tentara Indonesia tidak demikian. Tiga bulan berada di tengah gurun tidak pernah mengeluh, malah
menikmati tugas yang diembankan, sampai-sampai tentara lain mengecap tentara Indonesia dengan
sebutan strong army. Belum selesai sampai di situ, tentara Indonesia tiba-tiba mendapat gelar baru yakni
very strong karena bertahan sampai enam bulan tanpa mengeluh penyakit NKO.

Sutopo menceritakan, setelah 9 bulan berada di sana, tentara lain menggeleng-geleng kepala melihat
kehebatan Indonesia, sampai-sampai mereka mengatakan pasukan Indonesia termasuk pasukan crazy
(gila). "Anda benar-benar gila, masa bertahan 9 bulan tidak bertemu perempuan," kata tentara PBB dari
negara-negara lain.

Menurut dia, tentara PBB dari Indonesia selama bertugas di Timur Tengah dianggap sebagai pasukan
PBB yang paling berhasil dan menonjol dibandingkan dengan kontingen-kontingen PBB dari negara lain.

Kuncinya, karena pasukan Indonesia bisa bekerja sama dengan pasukan Israel, Mesir dan pasukan PBB
lainnya. "Jika ada persoalan dengan pasukan lain atau jika ada persoalan mengenai perbatasan,
sepanjang masalahnya tidak prinsipil, prajurit kita biasanya menyelesaikan sendiri masalah tersebut.
Tidak cepat melapor ke atasan. Caranya, ya, dengan banyak tersenyum, bahasa tubuh atau bahasa Inggris
ala Tarzan tadi," kata Sutopo.

Senjata Sapu

Cerita lucu tapi sukses dari Kontingen Garuda VIII di Mesir pada 1974/1975, masih terulang lagi oleh
tentara Indonesia lainnya ketika bertugas di berbagai negara, seperti Konga I di Gaza (1957), Konga II-III
di Kongo (1961-1964), Konga IV-V di Vietnam (1973-1974), Konga VI di Sinai (1974), Konga VII di
Vietnam (1974), Konga VII di Sinai (1975-1978), Konga IX di Irak (1990), Konga XI di Kuwait (1991)
Konga XII-A dan B di Kamboja (1992) dan beberapa negara lainnya

Pasukan Garuda XII-A juga punya pengalaman sama ketika bertugas di Kamboja pada 1992. Mayor Budy
WS, Wakil Komandan Kontingen Garuda XII-A kepada pers ketika itu mengatakan, pasukan yang
berkekuatan 850 personel tersebut menghadapi rakyat Kamboja tidak dengan mengandalkan senjata.
Cukup dengan senyum, keramahan, sabar dan menghargai mereka serta saling membantu satu sama lain.

"Kami memperbaiki jalan yang rusak, dan membuat jalan baru yang menguntungkan masyarakat sekitar.
Atau memperbaiki tempat-tempat ibadah yang sudah rusak dan perlu perawatan. Jadi senjata kami
cukup palu, sapu, kuas untuk mengecat dan alat-alat lainnya," kata Mayor Budy WS seperti dikutip dari
Suara Merdeka.

Cerita-cerita sukses tentara Indonesia di ajang internasional tidak hanya terkenal di dunia ketiga atau
negara-negara miskin. Pasukan Indonesia juga pernah diminta ditugaskan ke sejumlah negara Eropa,
seperti ke Bosnia Herzegovina.

Berbeda dengan pengiriman sebelumnya, kontingen ke Eropa ini sangat terbatas, cuma 25 perwira
pertama dan menengah ABRI dari ketiga angkatan. Mereka bergabung dalam Konga XIV/UNPROFOR
(United Nations Protection Force).

Mabes ABRI di Cilangkap ketika itu sangat selektif memilih tim, selain karena harus bertugas di Benua
Eropa, juga untuk menunjukkan kemampuan tentara Indonesia di dunia Barat. Maka dipilihlah perwira-
perwira yang memiliki kemampuan nubika (nuklir, biologi dan kimia), intelijen dan kemampuan khusus
lainnya. Selain itu, ke-25 kontingen itu sudah memiliki kemampuan dasar dalam bahasa Inggris. Dan
hasilnya sungguh memuaskan.

Cerita Sedih

Citra TNI dalam berbagai misi Konga diakui sangat menggembirakan. Sayang prestasi dunia
internasional yang sudah diraih itu tiba-tiba sirna dalam sekejap hanya karena kasus Timor Timur.
Diakui, kasus Timor Timur adalah satu pelajaran berharga untuk TNI.

Banyak pihak dan lembaga swadaya masyarakat menilai kejayaan Konga di berbagai belahan dunia
sepertinya mencapai titik antiklimaks ketika meletus kasus Timtim.

Ketika Timtim lepas dari Indonesia, secara bergelombang pasukan Interfet (International Force in East
Timor), yang berintikan tentara Australia, mulai mendarat di Dili. Wajah-wajah mereka penuh percaya
diri, karena datang dengan dukungan peralatan militer yang canggih, dan logistik melimpah. Pasukan
TNI yang biasanya selalu dipercaya sebagai Pasukan Perdamaian PBB, kali ini harus menarik diri dari
Timtim, karena kedatangan Pasukan Interfet di bawah payung PBB. Padahal, sejak 1957, TNI selalu
menjadi langganan sebagai pasukan perdamaian di bawah PBB.

Kini di tahun 2006, PBB meminta lagi Indonesia untuk mengirim pasukannya ke Lebanon selatan. Kita
berbangga, karena itu artinya TNI masih diperhitungkan. Tapi, mampukah TNI mengemban tugas
tersebut, mengingat kemajuan teknologi militer di daerah konflik jauh melebihi kemampuan pasukan
Indonesia?

Ini sebuah pertanyaan mendasar yang harus diperhitungkan oleh para pengambil keputusan di negara
ini, jika ingin TNI tampil kembali dengan gagah perkasa di dunia internasional. [dari berbagai sumber.

satu lagi......

Kesempatan Emas bagi Prajurit TNI

ejumlah prajurit yang ikut dalam Kontingen Garuda XXIII-A ke Lebanon sama sekali tidak berpikir soal
gaji yang rencananya akan diberikan PBB yakni sebesar US$ 1.027 per bulan atau pun adanya tunjangan
keluarga, asuransi, peningkatan karier, atau segala penghargaan.

"Yang utama bagi saya hanya kebanggaan, ketika tahu saya terpilih. Sebagai seorang prajurit, tugas
adalah kehormatan, apalagi ini misi negara. Belum tentu juga kesempatan-kesempatan seperti ini ada
lagi. Tidak semua tentara dapat kesempatan emas seperti ini," ujar Sersan Dua, Basuki, dari Kesatuan
Pengintaian Tempur (Taipur) Kostrad kepada Pembaruan seusai upacara penutupan pratugas Kontingen
Garuda XXIII di Cilodong, Jawa Barat, Selasa (12/9).

Seusai penutupan pratugas Kontingen Garuda, Basuki, masih sempat menyambangi istrinya, Ratna
Setianingsih, dan anak pertamanya, Desta Lingga Putri Prabaskara yang baru berusia tiga bulan. Tempat
tinggal Basuki kebetulan berada di mess Taipur, Cilodong Cibinong Bogor, dekat dengan lokasi
penampungan pasukan Kontingen Garuda.

Basuki yakin, istri dan anaknya yang dia tinggalkan di Tanah Air pasti akan diperhatikan pemerintah.
Makanya tidak ada yang dia khawatirkan ketika berangkat ke Lebanon dalam misi perdamaian PBB.

"Wah saya tidak berpikir soal tunjangan ini dan itu, termasuk tunjangan khusus dari pemerintah. Dan
sejauh ini memang belum disampaikan kepada kami. Kami hanya mendapat informasi soal RoE (Rule of
Engagement), SOP (Standard Operational Procedure) yang ditetapkan PBB, dan kondisi di lokasi tugas di
Lebanon. Memang kalau manusia secara materi pasti memikir ke sana (tunjangan). Namun, saya hanya
melihat ini sebagai tugas untuk negara, saya ingin tunjukkan bahwa kita mampu," ujar Basuki.

Dia mengakui, terpilih menjadi bagian dari pasukan perdamaian PBB saja, merupakan suatu hal luar
biasa.

Sebab, dia harus melewati sejumlah proses seleksi yang cukup panjang. Mulai dari tes kesehatan jiwa dan
juga fisik. Proses seleksi memang sudah dilewati melalui pemilihan prestasi sesuai penilaian pimpinan.
Dari sekitar 250 pasukan di Taipur, hanya 95 orang yang terpilih ikut ke Lebanon.

Hal senada diungkapkan Praka Chairul ASP. "Ini sebuah tugas yang membanggakan. Dan sebuah
kehormatan bagi saya menjadi duta bangsa," kata Chairul yang baru pertama kali menjadi pasukan
perdamaian PBB. Bagi Basuki dan Chairul, segala tunjangan yang ramai dibicarakan masyarakat untuk
para personel Kontingen Garuda tidak pernah mereka hiraukan.

"Saya yakin para pimpinan kami sudah memikirkan itu semua bagi kami. Mereka tidak mungkin
menutup mata untuk anggotanya," kata Chairul yang juga pernah bertugas di Timor Leste.

Utamakan Tugas

Seperti syair di lagu Iwan Fals, memang, isi kepala di balik topi baja semua serdadu pasti tak jauh beda.
Yang ada dalam pikiran mereka saat ini hanya bertugas menjalankan perintah negara. Membawa bendera
Indonesia dalam misi perdamaian PBB.

"Tugas kita sebagai prajurit menjalankan perintah, mengamankan perintah dengan sebaiknya untuk
masalah tunjangan dan juga tugas ini bakal menunjang karier, itu terserah pimpinan kita. Karena
merekalah yang menilai," tambah Chairul.

Hal itu juga yang ditekankan Komandan Pasukan Kontingen Garuda XXIII-A, Letkol Inf Surawahadi.
Bahkan Surawahadi hingga kini tidak tahu berapa besar tunjangan yang akan diterima dari PBB. Sama
seperti Basuki dan Chairul, juga pasukan lainnya.

"Sebagai tentara kami harus tahu persis yakni mengutamakan tugas. Yang lainnya itu hal belakang.
Apalagi kami sebagai yang punya keluarga, punya anak, kita tidak lagi berpikir di belakang. Di basis ini
adalah urusan ibu-ibu dan anak-anak kita. Pimpinan di Tanah Air pasti sangat memperhatikan keluarga
kami," ujar Surawahadi.

Chairul dan Basuki yakin betul, mereka dan seluruh kawan-kawan di Kontingen Garuda XXIII-A sudah
siap berangkat kapan pun juga.

"Secara teknis kita sudah disiapkan, karena memang setiap prajurit selalu dilatih untuk siap. Kalaupun
ada penugasan seperti ini, tinggal menambah materi-materi sesuai aturan penugasan PBB. Jadi tidak
terlalu sulit. Makanya kita tidak khawatir mau ditegaskan ke mana pun juga," papar Chairul.

Dalam persiapan ke Lebanon melalui pratugas selama 12 hari, mereka sudah dilatih bagaimana
menerapkan aturan yang ditentukan PBB. Seperti pelarangan mengeluarkan tembakan dan bagaimana
menghadapi kedua pihak yang bertikai. "Sebab ini misi perdamaian bukan bertempur. Kita semua harus
membalikkan pikiran bahwa ini misi perdamaian, bukan perang," tambah Basuki.

Kemampuan Teknis

Kolonel Gustav Heri yang juga pernah menjadi pasukan perdamaian di Bosnia dan Kuwait mengatakan,
dari kemampuan teknis pasukan TNI dibanding pasukan dari negara-negara lain tidak perlu diragukan.
Selama ini pasukan TNI dalam setiap misi perdamaian selalu berhasil melaksanakan tugas dengan baik.

"TNI selalu siap. Makanya ketika diminta untuk menyiapkan satu batalion mekanis, kita hanya memoles
sedikit, tidak sampai sebulan sudah siap ke Lebanon," katanya.

Gustav yakin, setiap prajurit TNI yang mendapat tugas ikut dalam misi perdamaian PBB adalah prajurit
istimewa. "Mereka patut berbangga, sebab ini kesempatan bagus. Dalam arti, dia memiliki pengalaman
yang lebih ketimbang rekan-rekannya," ujar Gustav.

Pengalaman hidup bersama pasukan berbagai negara merupakan pengalaman tersendiri yang bisa
menambah wawasan yang lebih kompleks dan komprehensif dalam dunia militer. Tugas ke luar negeri
akan memberikan nilai tambah bagi prajurit.

"Selama saya bertugas, lebih banyak sukanya ketimbang dukanya. Soalnya saya bisa merasakan berarti
bagi dunia lain. Dukanya, saya rasa tidak ada. Seorang tentara sudah biasa tugas berpisah dengan
keluarga. Memang berat meninggalkan anak dan istri. Ancaman depresi yang tidak menentu dan
menekan perasaan. Tetapi rasa itu cenderung akan tenggelam oleh kebanggaan yang bisa didapat," tutur
Gustav.

Dia mengisahkan, memang, setiap pasukan PBB akan mendapat tunjangan sangat lumayan. Mulai dari
asuransi dengan jaminan yang sangat besar, kemudian uang saku kepada setiap pasukan. Ketika di
Bosnia, dia memperoleh US$ 140 per hari, sedangkan ketika di Kuwait, dia mendapat US$ 90 per hari.

Kontingen Garuda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional
Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim
pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.

[sunting]Sejarah

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera mengadakan sidang
menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946, mereka menetapkan resolusi tentang
pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu
pengakuan de jure menurut hukum internasional.

Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam Pasya,
mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul Mun'im, untuk pergi ke Indonesia. Setelah melalui
perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu
Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta, dan diterima secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung
Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.

Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir dengan menunjuk HM
Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha". Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi diplomatik
tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan yang akrab ini memberi arti pada perjuangan
Indonesia sewaktu terjadi perdebatan di forum Majelis Umum PBBdan Dewan Keamanan PBB yang
membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.

Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi
Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketikaMajelis Umum
PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia
mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke
Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.

[sunting]Daftar kontingen
[sunting]Kontingen Garuda I
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I terdiri dari gabungan
personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen
Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang. Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang
kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor
Infanteri Soediono Suryantoro. Kontingen Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan pesawat C-124
Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibukota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi
dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El Sandhira
dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah.
Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September 1957. Kontingen Garuda I berkekuatan
559 pasukan.

[sunting]Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II berada di bawah
misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol. Prijatna (kemudian digantikan oleh Letkol Solichin
G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.

[sunting]Kontingen Garuda III


Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin oleh Brigjen
TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri atas 3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal
Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar. KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam
II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan
Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisis) turut dalam kontingen Garuda yang bertugas hingga akhir
1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB
di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA.
Manulang gugur di Kongo.

[sunting]Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen
TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan Garuda IV diberangkatkan ke Vietnam yang
dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo Atmodarminto, yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan
kekuatan 294 orang yang terdiri dari anggota ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini
merupakan Kontingen ICCS (International Commission of Cantre and Supervision) pertama yang tiba di
Vietnam. Tugas kontingen Garuda IV adalah mencegah pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo,
mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.

[sunting]Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen
TNI Harsoyo.

[sunting]Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF dan dipimpin oleh Kol
Inf Rudini. Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean.
Tugas pokok Kontingen Garuda Indonesia sebagai peace keeping force atau Pasukan Pemelihara
Perdamaian. Komposisi Kontingen tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan
466 orang, dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis, ditunjuk Mayor Basofi
Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB diberangkatkan pula Brigadir Jenderal Himawan
Sutanto sebagai Komandan Brigade Selatan Pasukan PBB di Timur Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973.
Kontingen Garuda Indonesia VI tiba kembali di Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur Tengah
selama sembilan bulan. Pada tanggal 31 September 1974, Kasum Hankam Marsdya TNI Sudharmono atas
nama Menhankam/Pangab membubarkan Kontingen Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada
kesatuan masing-masing.

[sunting]Kontingen Garuda VII


Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan dipimpin oleh Brigjen
TNI S. Sumantri.

[sunting]Kontingen Garuda VIII


Kontingen Garuda VIII dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah paska Perang Yom
Kippur antara Mesir dan Israel yang berlangsung dari tanggal 6 sampai dengan 26 Oktober 1973, dengan
tercapainya gencatan senjata di kilometer 101 dan disusul dengan keluarnya resolusi PBB 340 [1]. Kontingen
Garuda VIII bertugas di daerah penyangga PBB di Semenanjung Sinaitersebut dikirim dalam 9 gelombang
rotasi, dan setiap rotasi bertugas selama 6 bulan. Negara yang berkontribusi dalam pasukan perdamaian
dalam wadah UNEF II tersebut yaitu dari Australia,Austria (penerbangan), Kanada (logistik), Finlandia
(pasukan), Ghana (pasukan), Indonesia (pasukan), Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia
(logistik), Senegal dan Swedia (pasukan)[2].

[sunting]Kontingen Garuda VIII/1

Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Art Sudiman Saleh.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/2

Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari kesatuan KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD
305/Tengkorak-BRIGIF LINUD 17/KOSTRAD.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/3

Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf Untung Sridadi.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/4

Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf Suhirno.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/5

Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Kav Susanto Wismoyo.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/6

Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf Karma Suparman. Inti pasukan Garuda VIII/6 ini adalah dari kesatuan Yonif 700 Linud (Ujung Pandang)
dibawah pimpinan Letkol Inf Sarmono (dalam kontingen menjabat sebagai Wakil Komandan Kontingen). Untuk
meningkatkan komando dan pengendalian pasukan maka markas kontingen yang semula berada di
Kota Suez diajukan ke tengah-tengah buffer zone yaitu di Wadi Reina, Semenanjung Sinai.
[sunting]Kontingen Garuda VIII/7

Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf Sugiarto.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/8

Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf R. Atmanto.

[sunting]Kontingen Garuda VIII/9

Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi UNEF II dan dipimpin oleh
Kol Inf RK Sembiring Meliala.

[sunting]Kontingen Garuda IX
[sunting]Kontingen Garuda IX/1

Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh
Letkol Inf Endriartono Sutarto.

[sunting]Kontingen Garuda IX/2

Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh
Letkol Inf. Fachrul Razi.

[sunting]Kontingen Garuda IX/3

Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG dan dipimpin oleh
Letkol Inf Jhony Lumintang.

[sunting]Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan dipimpin oleh Kol
Mar Amin S.

[sunting]Kontingen Garuda XI
[sunting]Kontingen Garuda XI/1

Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh
Letkol Inf Albert Inkiriwang.

[sunting]Kontingen Garuda XI/2

Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh
May CZI TP Djatmiko. Setelah Kontingen Garuda XI-1 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 23 April 1992
kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai
pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-1. Kontingen
gelombang kedua ini berangkat pada tanggal 23 April 1992.Penugasan Kontingen Garuda XI-2 berdasarkan
resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3 April 1992 pada paragraf 5 tentang pembentukan dan
tugas-tugas yang dilaksanakan Unikom dan Surat Perintah Panglima ABRI Nomor Sprin 1024/IV/1992.Sebagai
Komandan Kontingen Garuda XI-2 adalah Mayor Czi Toto Punto Jatmiko. Personel anggota Kontingen Garuda
XI-2 terdiri dari 6 perwira. Sebagai duta bangsa prestasi yang berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah
berperan mengembalikan personel Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait. Di
samping itu Kontingen Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven untuk tidak melaksanakan kegiatan
pasar gelap. Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen Garuda XI-2 telah selesai melaksanakan tugas dan
kembali ke tanah air dan mereka kemudian mendapatkan bintang Satyalencana Santi Dharma dari pemerintah.

[sunting]Kontingen Garuda XI/3

Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh
May Kav Bambang Sriyono. Garuda XI-2 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 23 April 1992, maka
Kontingen Garuda XI-3 menggantikan Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan
pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait. Kontingen ini beranggotakan enam orang perwira ABRI di
bawah pimpinan Mayor Kav. Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19
April 1993 dan kembali ke tanah air pada tanggal 25 April 1994.Atas permintaan Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 10 Oktober 1993 Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol Inf. Hasanudin sebagai anggota Staf
UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM dan berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Pada
tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini kembali ke tanah air.

[sunting]Kontingen Garuda XI/4

Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh
May Inf Muh. Mubin.

[sunting]Kontingen Garuda XI/5

Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi UNIKOM dan dipimpin oleh
May CPL Mulyono Esa.

[sunting]Kontingen Garuda XII


[sunting]Kontingen Garuda XII/A

Konga XII/A dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/A berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh
Letkol Inf Erwin Sujono.
[sunting]Kontingen Garuda XII/B

Konga XII/B dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/B berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh
Letkol Inf Ryamizard Ryacudu.

[sunting]Kontingen Garuda XII/C

Konga XII/C dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/C berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh
Letkol Inf Darmawi Chaidir.

[sunting]Kontingen Garuda XII/D

Konga XII/D dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/D berada di bawah misi UNTAC dan dipimpin oleh
Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung. Pada tanggal 20 Januari 1993 Kontingen
Garuda XII-D diberangkatkan ke Kamboja untuk menggantikan Kontingen Garuda XII-C. Kontingen Garuda
XII-D dipimpin oleh Letkol Inf. Saptadji dan wakilnya Mayor Inf. Suryo Sukanto. Jumlah personel 850 orang
terdiri atas 390 orang dari Yonif 303/SSM Kostrad, 213 orang anggota Korps Marinir TNI AL dan 217 orang
anggota ABRI dari berbagai kesatuan. Selama penugasan terjadi penyusutan lima orang personel, karena tiga
orang menderita kecelakaan ranjau, satu orang kecelakaan lalu lintas dan satu orang sakit. Untuk
menggantikan personel tersebut dikirim 63 orang, sehingga pada akhir penugasan berjumlah 908 personel.

[sunting]Kontingen Garuda XII (Civpol)


Konga XII dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII berada di bawah misi UNTAC (civil police) dan dipimpin
oleh Kol Pol Drs S. Tarigan dan Kol Pol Drs Rusdihardjo.

[sunting]Kontingen Garuda XIII


Konga XIII dikirim ke Somalia pada 1992. Konga XIII berada di bawah misi UNOSOM dan dipimpin oleh May
Mar Wingky S.

[sunting]Kontingen Garuda XIV


[sunting]Kontingen Garuda XIV/1

Konga XIV/1 dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993. Konga XIV/1 berada di bawah misi UNPROFOR dan
dipimpin oleh Letkol Inf Eddi Budianto.

[sunting]Kontingen Garuda XIV/2

Konga XIV/2 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/2 berada di bawah misi UNPROFOR dan dipimpin oleh
Letkol Inf Tarsis K.

[sunting]Kontingen Garuda XIV/3

Konga XIV/3 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/3 berada di bawah misi UNPROFOR.
[sunting]Kontingen Garuda XIV/4

Konga XIV/4 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/4 berada di bawah misi UNPROFOR (civil police) dan
dipimpin oleh Letkol Pol Drs Suhartono.

[sunting]Kontingen Garuda XIV/5

Konga XIV/5 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/5 berada di bawah misi UNPROFOR dan dipimpin oleh
Letkol Art Mazni Harun.

[sunting]Kontingen Garuda XIV/A

Konga XIV/A dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/A berada di bawah misi UNPROFOR (Yonkes) dan
dipimpin oleh Letkol CKM dr Heridadi. Konga XIV/A ini merupakan petugas kesehatan.

[sunting]Kontingen Garuda XIV/B

Konga XIV/B dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/B berada di bawah misi UNPROFOR (Yonkes) dan
dipimpin oleh Letkol CKM dr Budi Utoyo. Konga XIV/B ini merupakan pasukan yang bertugas mendukung misis
kesehatan. pasukan kesehatan ini pun di dukung oleh beberapa personel dari zeni(lettu CZI Deni dkk ),Hub
(kapten Chb Sarjuno Dkk), Pal ( lettu Cpl Herry Dkk ), Bekang ( kapten CBA Eko Sedaryanto Dkk ), pasukan ini
merupakan gabungan tim kesehatan dari beberapa matra yakni TNI AD, TNI AU, TNI AL. tergabung dalam
satu kontingen garuda XIV/B, lagu mars konga kebanggaan Indonesia di ciptakan oleh Lettu Ckm Hasyim,
yang saat ini menjabat di Denkes Garut. Wassalam. salam garuda

[sunting]Kontingen Garuda XIV/C

Konga XIV/C dikirim ke Bosnia pada 1995. Konga XIV/C berada di bawah misi UNPROFOR (Yon Zeni) dan
dipimpin oleh Letkol CZI Anwar Ende. Konga XIV/C ini adalah dari Batalyon Zeni.

[sunting]Kontingen Garuda XV
Konga XV dikirim ke Georgia pada 1994. Konga XV berada di bawah misi UNOMIG dan dipimpin oleh May
Kav M. Haryanto. Kontingen Garuda XV pada awalnya merupakan kontingen para Military Observer yang
bertugas di bawah misi United Nations Observer for Military in Georgia (UNOMIG). Bertugas di Rep. of Georgia
untuk mengawasi perjanjian damai antara Rep. of Georgia dan Rep. of Abkhazia (Self Autonomous), yang
merupakan upaya pemecahan diri dari sebagian wilayah. Pertama kali misi ini di kirimkan pada tahun 1994 dan
berakhir tahun 2009.

[sunting]Kontingen Garuda XVI


Konga XVI dikirim ke Mozambik pada 1994. Konga XVI berada di bawah misi UNOMOZ dan dipimpin oleh May
Pol Drs Kuswandi. Kontingen ini terdiri dari 15 pasukan.

[sunting]Kontingen Garuda XVII


Konga XVII dikirim ke Filipina pada 1994. Kontingen ini bertugas dari 17 Juni 1994 sampai 28 Desember 1994.
KONGA XVII dipimpin oleh Brigjen TNI Asmardi Arbi, bertugas di Filipina sebagai pengawas gencatan senjata
setelah adanya perundingan antara MNLF pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina.

[sunting]Kontingen Garuda XVIII


KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997. Kontingen ini terdiri dari 8 perwira TNI yang dipimpin
oleh Mayor Can Suyatno.

[sunting]Kontingen Garuda XIX


[sunting]Kontingen Garuda XIX/1

Konga XIX/1 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/1 beranggotakan 10 perwira TNI dipimpin
oleh Letkol K. Dwi Pujianto dan bertugas sebagai misi pengamat (observer mission).

[sunting]Kontingen Garuda XIX/2

Konga XIX/2 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/2 beranggotakan 10 orang dipimpin oleh
Letkol PSK Amarullah. Konga XIX/2 bertugas sebagai misi pengamat.

[sunting]Kontingen Garuda XIX/3

Konga XIX/3 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/3 beranggotakan 10 perwira dipimpin oleh
Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk. Konga XIX/3 bertugas sebagai misi pengamat.

[sunting]Kontingen Garuda XIX/4

Konga XIX/4 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/4 beranggotakan 10 perwira dan dipimpin
oleh Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Konga XIX/4 bertugas sebagai misi pengamat. [1]

[sunting]Kontingen Garuda XX
[sunting]Kontingen Garuda XX/A

Konga XX/A dikirim ke Bungo, Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun. Konga XX/A
berjumlah 175 prajurit dari Kompi Zeni dibawah pimpinan Mayor CZI Ahmad Faizal. [2]

[sunting]Kontingen Garuda XX/B

Konga XX/B bertugas di Republik Demokratik Kongo. Konga XX/B berasal dari Kompi Zeni. [3]

[sunting]Kontingen Garuda XX/C

Konga XX/C dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada 28 September 2005. Konga XX/C berjumlah 175
personel dan dipimpin Mayor Czi Demi A. Siahaan. Konga XX/C berasal dari Kompi Zeni.[4]
Sebagai Military Observer (Milobs) di MONUC Congo)tahun 2005-2006 yang bertugas di Riverine Section
sebagai Team Leader di kapal-kapal MONUC melaksanakan patroli di sungai Congo dari Kinshasa -
Mbandaka - Kisangani 1. Mayor Laut (E) Ir. Wahyu Broto 2. Mayor Mar Werijon

[sunting]Kontingen Garuda XX/D

Konga XX/D rencananya akan diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo untuk menggantikan Konga
XX/C yang telah bertugas selama hampir satu tahun. Konga XX/D berjumlah 175 personel dan dipimpin oleh
Mayor Czi Jamalulael. Konga XX/D berasal dari Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim
kesehatan 11 orang, ton bantuan 30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang
dan ton Alberzi 41 orang [5].

[sunting]Kontingen Garuda XXI


Kontingen Garuda XXI merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia (UNMIL) yang terdiri
dari perwira AD, AL, AU yang terlatih dalam misi PBB dan mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat
militer (UN military observer).

Konga XXI sampai saat ini 2009 sudah masuk gelombang ke-6:

1. Konga XXI-1 dipimpin oleh Letkol Lek. Bayu Roostono, bertugas tahun 2003-2004 dalam periode
DDRR, pasca perang sipil II.

2. Konga XXI-2 dipimpin oleh Letkol (L) Putu Angga, bertugas tahun 2004-2005 dalam periode pasca
pemilu dan pemilu.

3. Konga XXI-3 dipimpin oleh Letkol (L) Supriatno, beserta dua orang perwira lainnya yaitu Mayor Inf
Fritz Pasaribu dan Mayor Pnb Andri G. bertugas tahun 2005-2006 dalam periode pemulihan
keamanan, rekonstruksi, pemilu dan pemerintahan demokratis pertama semenjak perang sipil 14
tahun.

4. Konga XXI-4 dipimpin oleh Letkol Kav. Hilman Hadi, beserta dua orang perwira lainnya yaitu Mayor
Mar Beni dan Kapten Adm Tri Ambar Nugroho, bertugas tahun 2006-2007, sudah memasuki tahap
konsolidasi setelah berhasil melewati tahap DDRR.

5. Konga XXI-5 dipimpin oleh Letkol Lek. Joseph Rizki P., bertugas tahun 2007-2008, di saat misi UNMIL
memulai tahap drawdown.

Kontingen Garuda XXI dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh Perhimpunan Masyarakat
Indonesia di Liberia (PERMIL) termasuk beberapa staf Internasional yang berasal dari Indonesia.

[sunting]Kontingen Garuda XXII


Kontingen Garuda XXII merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Sudan (UNMIS) yang terdiri
dari perwira AD, AL, AU yang bertugas khusus sebagai pengamat militer (UN Military Observer). Sekarang ini
Konga XXII juga berkontribusi untuk UNAMID (Darfur).

Kontingen Garuda XXII/G berjumlah 6 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN Military Observer)untuk
UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor Inf Tri Saktiyono, Mayor Laut (E) Danny
Bachtera, Mayor Adm Mirza Hus'an, Mayor Arh I Made Kusuma Dhyana Graha, Mayor Tek Lully Hermawan,
dan Kapten Laut (E) Ertawan Juliadi. Periode Penugasan Konga XXII/G ini terhitung mulai tanggal 9 Pebruari
2008 sampai dengan 8 Pebruari 2009.

Kontingen Garuda XXII/H berjumlah 3 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN Military Observer)untuk
UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor Arm Ari Estefanus , Mayor Laut (P) Robert
Marpaung , Mayor Lek Johni Purwnato. Periode penugasan Konga XXII-H/08 terhitung mulai 23 Agustus 2008
- 22 Agustus 2009. Dengan Tugas pokok : Monitorir , Verifikasi dan Implementasi Perjanjian Damai
Komprehensif (Comprehensive Peace Agreement/CPA) dengan sasaran yaitu Proses Gencatan senjata ,
Proses DDR ,Sensus , Pemilu dan Referendum. Dalam kurun tersebut terjadi beberapa peristiwa penting :
Indictment Presiden Baasyir, Malakal Assault , PCA Abyei dan penolakan hasil Pemilu oleh SPLM.

Kontingen Garuda XXII/I berjumlah 3 personel TNI yang bertugas sebagai UNMO (UN Military Observer)untuk
UNMIS (United Nations Mission In Sudan) yang terdiri dari: Mayor Inf Freddino Silalahi, Mayor Laut (adm)
Tarmizi dan, Mayor (psk) Nana Setiawan. Periode Penugasan Konga XXII/I ini terhitung mulai tanggal 4
September 2008 sampai dengan 3 September 2009. Tugas Pokok para Milobs adalah mengawasi gencatan
senjata antara tentara SAF (pemerintah)& SPLA (pemberontak)untuk mendukung pelaksanaan Referendum
pada tahun 2011 nantinya.

[sunting]Kontingen Garuda XXIII/A


Konga XXIII/A bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dan rencananya
akan berangkat pada akhir September 2006 tetapi kemudian ditunda karena PBB menunda keberangkatan
pasukan perdamaian dari negara-negara Asia sehingga akhirnya pasukan dikembalikan lagi ke kesatuannya
masing-masing. Kontingen Garuda XXIII/A dipimpin oleh Kolonel Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI.
Anak pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut serta dalam
pasukan ini.

[sunting]Kontingen Garuda XXIII-B/UNIFIL


Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2007 - 2008 di bawah komando Letkol Inf A M Putranto, S.Sos
sebagai Dansatgas dan Letkol Mar Ipung Purwadi sebagai Wadansatgas. Satgas Yonif Mekanis TNI Konga
XXIII-B/UNIFIL berkekuatan 850 personil dengan komposisi personil: 541 AD, 242 AL, 63 AU, 1 Kemhan dan 3
Deplu.

[sunting]Kontingen Garuda XXIII/C


Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2008 - 2009 dibawah UNIFIL

[sunting]Kontingen Garuda XXIII/D


Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2009 - 2010 dibawah UNIFIL Bertugas di Lebanon Selatan pada
tahun 2009 - 2010 di bawah Pimpinan Letkol Inf Andi Perdana Kahar (Akmil 1992) sebagai Dansatgas dan
Letkol Mar Guslin Kamase (AAL 1993) sebagai Wadansatgas. Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-
D/UNIFIL berkekuatan 1000 personil dengan main body dari Yonif Raider 323/13/1 Kostrad.

[sunting]Kontingen Garuda XXIII/E


Bertugas di Lebanon Selatan pada tahun 2010- 2011 dibawah UNIFIL, pimpinan Letkol Inf Hendy Antariksa.
Untuk pertama kalinya Konga XXIII-E selain mendapat UN Medal seperti Konga pada umumnya, juga
mendapatkan Brevet Kehormatan UNIFIL dari Komandan Sektor Timur UNIFIL. Selain itu, Konga XXIII-E juga
mendapatkan kepercayaan perluasan 5 wilayah binaan.

[sunting]Kontingen Garuda XXIV


Bertugas di Nepal. Kontingen Garuda XXIV merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Nepal
(UNMIN) yang terdiri dari perwira AD, AL, AU yang terlatih dan dibekali ilmu dalam misi PBB serta mempunyai
kecakapan khusus sebagai pengamat militer (UN military observer).

Konga XXIV sampai misi terakhir 2011 adalah gelombang ke-4:

1. Konga XXIV-1 dipimpin oleh Mayor , beserta 5 orang perwira lainnya bertugas selama 1 tahun dari
tahun 2007-2008, pasca perang tahun 2006.

2. Konga XXIV-2 dipimpin oleh Kol Laut (T) (Anumerta) Sondang Dodi Irawan, beserta lima orang
perwira lainnya Mayor Laut (E) Ir. Wahyu Broto, Mayor Arh M Fahmi Rizal Nasution, Mayor Pnb
Lubis, Mayor Supomo dan Mayor Inf Mulyaji bertugas selama 1 tahun 6 bulan 2 minggu dari tahun
2008-2009 dalam periode pasca pemilu dan pemilu.

3. Konga XXIV-3 dipimpin oleh Mayor Kav Arief Munandar, beserta empat orang perwira lainnya yaitu
Mayor Inf Budi Prasetyo, Mayor Kav Sindhu Hanggara, Mayor Arh IGN Wahyu Jatmiko dan Mayor
Adm Djoko Nugroho bertugas selama 1 tahun dari tahun 2009-2010.

4. Konga XXIV-4 dipimpin oleh Mayor Arm Aziz Mahmudi, beserta empat orang perwira lainnya yaitu
Mayor Mar Arief Rahman Hakim, Mayor Kal R Akhmad Wahyuniawan, Kapten Arm Abdi wirawan dan
Kapten L (P) Agus Wijaya, bertugas selama 4 bulan dari 28 Agustus 2010 sd 15 Januari 2011, sudah
memasuki tahap konsolidasi.
Kontingen Garuda XXIV dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh Masyarakat Indonesia di
Nepal termasuk beberapa staf Internasional yang berasal dari Indonesia.

[sunting]Kontingen Garuda XXV


Berdasarkan Frago (fragmentery order) Nomor10-10-08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan Kontingen
Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan memberikan kesempatan kepada 75
prajurit Polisi Militer TNI untuk turut serta memberikan sumbangsih bhakti yang mana Kontingen Satgas POM
TNI 25A (Satgas POM TNI pertama) dipimpin oleh Letkol CPM Ujang Marteniz dalam kurun waktu 2008 -
2009, selanjutnya Satgas POM TNI 25B, dipimpin oleh Letkol CPM Ekoyatma Parnowo dalam kurun waktu
2009 - 2010, kemudian, yang saat ini sedang bertugas adalah Satgas POM TNI 25C, yang dipimpin oleh Letkol
CPM Dwi Prasetyo Wiranto.

Satgas POM TNI di Lebanon, berkedudukan langsung dibawah Force Commander of UNIFIL (FC assets),
namun bertempat di wilayah Sektor Timur UNIFIL, itulah sebabnya Satgas POM TNI di Lebanon disebut INDO
SEMPU. Wilayah sektor timur, yang juga merupakan wilayah Area of Responsibility (AOR) daripada SEMPU
meliputi 4 batalion area, yaitu, Kontingen Malaysia, Batalion India (Alpha Area), Batalion Spanyol (Bravo Area),
Batalion Indonesia (Charlie Area) dan Batalion Nepal (Delta Area).

[sunting]Kontingen Garuda XXVI


Menyusul keberhasilan penugasan Kontingen Garuda XXIII bersama dengan UNIFIL, sekaligus dalam rangka
memperbesar peran serta Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian di Lebanon Selatan dan atas
permintaan PBB, maka dikirimkan pasukan tambahan Indonesia untuk melaksanakan tugas sebagai satuan
Force Headquarter Support Unit (FHQSU) dan INDO Force Protection Company (INDO FP Coy) berjumlah 200
orang. Tugas yang diemban berbeda dengan Konga XXIII (INDOBATT) yang merupakan satuan Yonif Mekanis
yang memiliki wilayah operasi di sekor timur UNIFIL, Konga XXVI merupakan satuan yang bertugas untuk
mendukung pelayanan dan pengamanan di UNIFIL HQ - Naqoura. Konga XXVI-A tiba pertama kali di Naqoura
pada tanggal 31 Oktober 2008, dipimpin oleh Kolonel Mar Saud P. Tamba Tua.

[sunting]Kontingen Garuda XXVI-D1


Kontingen Garuda XXVI-D1 bertugas di Lebanon mulai tanggal 22 November 2011 sampai dengan 25
November 2012 sebagai satgas FHQSU (Force Headquarter Support Unit) dan mempunyai dua tugas pokok
yaitu di bidang security (force protection) dan di bidang camp management yang berkedudukan langsung
dibawah Force Commander UNIFIL. Konga XXVI-D1 di bawah kepemimpinan Kolonel Adm Darmawan Bakti
yang berlokasi di Markas UNIFIL karena bertugas untuk escort apabila Force Commander UNIFIL bergerak
keluar AoR (Area of Responsibility) UNIFIL utamanya menjadi mediator dalam pertemuan rutin Tripartit
Meeting antara IDF (Israel Defence Force) dengan LAF (Lebanese Armed Forces).

[sunting]Kontingen Garuda Indonesia XXVII


Kontingen Garuda XXVII - 1 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak tanggal 21 Agustus 2008
sampai dengan tanggal 21 Agustus 2009 dalam satgas Milobs dipimpin oleh Mayor Pnb Destianto Nugroho.

Kontingen Garuda XXVII - 2 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak tanggal 8 Oktober 2010
sampai dengan tanggal 8 Oktober 2011 dalam satgas Milobs dipimpin oleh Letkol CHK Tiarsen, yang didukung
oleh 2 personil.

Kontingen Garuda XXVII - 3 tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak tanggal 14 Februari 2011
sampai dengan tanggal 14 Februari 2012 dalam Satgas Military Observer dengan beranggotakan Mayor Arh
Irwan Setiawan, Mayor Kal Bambang Witono dan Kapten Laut (P) Dian Wahyudi serta Satgas Military Staff
atas nama Mayor Kal R.Akhmad Wahyuniawan yang bertugas sebagai Staff Officer Air Operation UNAMID
Headquarter - El Fash

Anda mungkin juga menyukai