LAPORAN KASUS
MEDICAL RECORD
1.1 ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Tanggal Lahir : 27-08-1989
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : IBR
Alamat : Gunung Sari, Lampung Utara
Datang di RS : 04 April 2017
No.MR : 308180
B. DATA DASAR
Anamnesis dilakukan pada tanggal 10 April 2017:
1. Keluhan Utama : Perdarahan pada gusi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS.Ahmad Yani pada tanggal 04 April 2017
dengan keluhan utama perdarahan gusi sejak dua hari yang lalu,
disertai keluhan tambahan lemas (+), mual (+), sakit kepala (+).
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Tanggal 13 Januari 2017
Os berobat ke Rumah Sakit DR. Abdoel Moeloek dan telah
dilakukan pemeriksaan morfologi darah tepi pada tanggal 13
Januari 2017 dengan kesan anemia normokrom normositer
dengan trombositopenia dengan diagnosis banding anemia
hipo/aplastik, ITP, dan ada kemungkinan keganasan. Pada tanggal
13 Januari 2017 dilakukan pemeriksaan sumsum tulang dengan
1
kesan sumsum tulang tampak hiposeluler, aktivitas eritropoeisis,
trombopoeisis, dan granuloproeisis tampak turun. Tidak dijumpai
infiltrasi sel-sel limfoblastik. Diagnosis anemia aplastik.
Tanggal 21 Januari 2017
Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani pukul
16.04 WIB dengan keluhan utama perdarahan gusi disertai lemas,
pucat sejak 2 minggu yang lalu. Os dirawat selama 5 hari dan
telah dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu SADT dengan
diagnosis ITP, suspect Evans syndrom.
Tanggal 30 Januari 2017
Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani pukul
12.52 WIB dengan keluhan utama perdarahan gusi disertai lemas,
pucat sejak 3 hari yang lalu dan terdapat lebam pada anggota
gerak atas dan bawah. Os dirawat selama 5 hari dan telah
dilakukan pemeriksaan BMP dengan kesan amegakariosit dan
hiperplasia eritropoetin dengan diagnosis suspect Evans
syndrom, anemia dan trombositopenia
Tanggal 08 Februari 2017
Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani pukul
10.21 WIB dengan keluhan utama perdarahan gusi disertai bintik
merah pada kulit sejak 1 bulan yang lalu. Os dirawat selama 4
hari dengan diagnosis suspect Evans syndrom.
Tanggal 17 Februari 2017
Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani pukul
11.17 WIB dengan keluhan yang sama. Os dirawat selama 3 hari
dengan diagnosis ITP dan disarankan melakukan pemeriksaan
penunjang kembali ke RSCM Jakarta.
Tanggal 15 Maret 2017
Os datang ke RSCM Jakarta dan dilakukan pemeriksaan sumsum
tulang dengan kesan histologik sesuai dengan sumsum tulang
hiposeluler dengan sel plasma, dipikirkan mengarah ke anemia
aplastik.
2
Tanggal 04 April 2017
Os datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani pukul
06.20 WIB dengan keluhan utama perdarahan gusi disertai
demam, mual, sakit kepala sejak 3 hari yang lalu. Os dirawat 7
hari dengan diagnosis anemia aplastik.
3
A. KEPALA
Bentuk normocephal, wajah simetris, rambut warna hitam, mudah
rontok (-), konjungtiva anemis, tidak ada ikterik. Pupil bulat isokhor,
refleks cahaya (+). Terdapat luka dilidah, jerawat diwajah dan moon
face.
B. LEHER
Trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar
getah bening (-), JVP tidak meningkat.
Kaku kuduk (-)
C. THORAKS
I : normochest, datar, retraksi (-), geraknapas simetris (+)
P : nyeri tekan (-), ekspansi dada simetris, fremitus taktil Ka=Ki,
P : redup
A : Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-, SI-II reguler, gallops (-), murmur (-)
D. ABDOMEN
I: datar, kembung (-)
A : BU (+) N
P : nyeri ketok ginjal (-), tympani (+), batas hepar N, batas lien N,
shifting dullness (-)
P : nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
E. EKSTREMITAS
Edema (-/-/-/-), sianosis (-), ekimosis (-), purpura ekstremitas
superior(+/+), ptechiae (-), akral hangat.
4
I.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Nilai Satuan
No Parameter
04/04/17 06/04/17 07/04/17 08/04/2017 11/04/17 Normal
1. Leukosit 8,7 7,88 7,38 7,38 5,09 5,0-10,0 Ribu /UL
I.4 DIAGNOSIS
Anemia Aplastik
I.5 PENATALAKSANAAN
1. Transfusi trombosit 10 kantong
2. Infus RL 1500cc/24jam
3. Inj OMZ 1x1
4. Asam Folat 2x1
5. Metilprednison 3x125mg
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang berkembang di
kelenjar pituitari. Beberapa tumor hipofisis menyebabkan produksi
berlebihan pada hormon yang mengatur fungsi-fungsi penting tubuh.
Tumor hipofisis lain dapat membatasi fungsi normal kelenjar pituitari,
menyebabkan kelenjar ini menghasilkan hormon dalam level rendah.
2.2 ETIOLOGI
6
Penyebab pertumbuhan sel yang tidak terkendali di kelenjar hipofisis,
menciptakan tumor, masih belum diketahui. Kelenjar pituitari adalah
kelenjar kecil berbentuk menyerupai kacang yang terletak di dasar otak,
agak di belakang hidung dan di antara telinga. Meskipun ukurannya kecil,
kelenjar ini mempengaruhi hampir setiap bagian tubuh. Hormon yang
dihasilkannya membantu mengatur fungsi-fungsi penting, seperti
pertumbuhan, tekanan darah dan reproduksi.
Faktor Risiko
Meskipun tumor hipofisis dapat terjadi pada semua usia, namun tumor ini
kemungkinan besar terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Orang yang
memiliki riwayat keluarga dengan kondisi turun-temurun tertentu, seperti
multiple endocrine neoplasia, tipe I (MEN I), memiliki peningkatan risiko
tumor hipofisis. Dalam MEN I, beberapa tumor tumbuh pada berbagai
kelenjar dalam sistem endokrin. Pengujian genetik bisa dilakukan untuk
mendeteksi gangguan ini.
2.3 KLASIFIKASI
Secara historis, tiga jenis utama dari adenoma hipofisis didefinisikan oleh
karakteristik pewarnaan sitoplasma mereka: chromophobic, acidophilic
dan basophilic. Implikasinya adalah bahwa tumor ini terbagi menjadi
golongan hormonal inaktif, mensekresi hormon pertumbuhan, dan yang
memproduksi adrenocorticotropik (ACTH). Perkembangan teknik
imunoperoksidase dan mikroskop elektron telah memberikan klasifikasi
7
yang lebih khususterhadap adenoma hipofisis berdasarkan hormon tertentu
yang diproduksi.
2.4 PATOLOGI
8
Tumor tersebut juga dapat tumbuh ke arah lateral keluar dari sella ke
dalam sinus kavernosus. Terkadang ekstensi ke arah lateral tersebut dapat
cukup untuk menyebabkan gangguan terhadap nervus kranialis di dalam
sinus kavernosus. Secara tidak umum, tumor tersebut dapat
mempenetrasi lebih jauh ke arah lateral,ke dalam lobus temporal.
9
Lokalisasi mikroadenoma diantara fossa hipofisis mengkorespondensi
distribusi regional dari sel adenohipofisis normal. Mikroadenoma yang
mensekresi prolaktin dan growth hormon cenderung muncul secara
lateral, sedangkan kebanyakan adenoma yang mensekresi ACTH muncul
pada zona sentral.
10
neoplasma ganas dan jinak yang melibatkan kelenjar hipofisis, kelenjar
paratiroid dan pankreas.
11
terutama di bawah pengaruh agen inhibitor, 'prolactin-inhibiting
factor', yang diyakini adalah dopamin.
12
Hiperprolaktinemia terjadi cukup sering pada adenoma yang
memproduksi hormon pertumbuhan dan dapat merupakan hasil
dari adenoma yang memproduksi kedua hormon atau dari adenoma
yang memproduksi hormon pertumbuhan, menjadi ukuran yang
cukup untuk mengganggu pelepasan faktor penghambat prolaktin,
sehingga menaikkan level prolaktin serum secara sekunder.
13
2.5.5 ADENOMA SEL THYROTROPIK
Dua puluh sampai tiga puluh persen dari adenoma hipofisis tidak
memiliki bukti hiperfungsionalitas secara klinis atau biologis.
Hiperprolaktinemia ringan dapat terjadi secara sekunder akibat
distorsi dari tangkai hipofisis.Sebagian besar (75% dari) adenoma
sel null bersifat kromofobik, dengan sedikit atau tanpa granula
sitoplasma. Sekitar 20% tumor sel null menunjukkan akumulasi
nyata dari mitokondria dan disebut 'oncocytomas'.
ukuran tumor
Gangguan endokrin.
14
Sakit kepala terjadi terutama pada pasien dengan acromegaly dan jarang
terjadi pada jenis-jenis tumor hipofisis.
1. Gangguan Penglihatan
Penilaian seksama lapangan pandang, ketajaman visual dan fundus
optik sangat penting.
Ekstensi suprasela dari tumor hipofisis menyebabkan kompresi
kiasma optikus mengakibatkan hemianopia bitemporal.
Hemianopia bitemporal awalnya melibatkan kuadran atas, sebelum
meluas ke kuadran yang lebih rendah di bidang visual. Jika
chiasma ini terletak lebih anterior dari biasanya, hemianopia
homonim dapat terjadi karena kompresi dari saluran optik.
Skotoma sentral bilateral hasil dari tumor menekan pada bagian
posterior kiasma dimana serat makula terdekusasi. Atrofi optik
primer akan tampak jelas pada pasien dengan kompresi chiasma
dalam jangka panjang.
Kelumpuhan okuler terjadi pada sekitar 10% pasien dan
disebabkan oleh invasi sinus kavernosus. Saraf kranial ke-3 adalah
yang paling sering terkena, diikuti oleh saraf kranial ke-6 dan ke-4.
Hasil nyeri wajah dari kompresi saraf trigeminal, biasanya divisi
optalmikus, sebagai akibat dari invasi sinus kavernosa.
1. Gangguan Endokrin
Gangguan endokrin ini merupakan akibat dari hipopituitarisme atau
kelebihan sekresi hormon hipofisis tertentu.
15
2. Hypopituarisme
Hipopituitarisme merupakan akibat dari kegagalan hormon yang disekresi
oleh adenohypophysis dan menimbulkan gambaran klinis pertama kali
dijelaskan oleh Simmonds tahun 1914. Kegagalan kelenjar hipofisis tidak
terjadi jika tumornya adalah mikroadenoma, tapi dapat tampak secara
klinis dalam tumor yang lebih besar. Sekresi endokrin tidak sama tertekan
tapi ada kegagalan selektif dan urutan kerentanan adalah sebagai berikut:
hormon pertumbuhan, gonadotropin, kortikotrophin, thyroidstimulating
hormon.
16
Kekurangan gonadotrophic sebelum pubertas memperlambat
perkembangan karakteristik seks sekunder; pria dewasa memiliki
pertumbuhan janggut yang kurang, perempuan menderita amenorea dan
kedua jenis kelamin memiliki hilangnya libido dan rambut kemaluan dan
ketiak yang jarang. Abnormalitas biokimia muncul dengan produksi
estrogen dan androgen yang rendah, dengan mengurangi urinary 17-
ketosteroids.
17
3. Prolaktinoma
Tumor yang mensekresi prolaktin mungkin sebuah mikroadenoma atau
makroadenoma dalam fossa hipofisis. Para pasien biasanya wanita yang
hadir dengan infertilitas yang berhubungan dengan amenorea dan
galaktorea, meskipun tumor kadang-kadang menyebabkan kemandulan
juga pada pria. Prolaktinoma berukuran besar terjadi pada orang tua dan
pada laki-laki, dan ini dapat menyebabkan gangguan endokrin terkait
dengan hipopituitarisme dan kegagalan visual.
4. Akromegali
Akromegali akibat dari adenoma hipofisis pensekresi hormon
pertumbuhan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdiri dari sel-sel
yang bersifat acidophils, chromophobes atau keduanya. Terjadinya
acromegaly lambat dan berbahaya, biasanya selama dekade ke-3 dan ke-4
kehidupan, dengan kedua jenis kelamin yang terpengaruh sama. Gambaran
klinis termasuk tulang dan perubahan jaringan lunak yang jelas sebagai
supraciliary ridge yang membesar, sinus frontalis yang membesar dan
peningkatan ukuran mandibula, yang akan menyebabkan prognatisme.
Tangan dan kaki membesar, dan kulit menjadi kasar dan berminyak dan
18
berkeringat banyak. Suara menjadi serak dan kasar dan kyphosis toraks
terjadi sebagai akibat dari osteoporosis.
Ekstensi suprasela tumor terjadi pada sekitar 15% kasus dan dapat
menyebabkan kompresi jalur optik.
5. Penyakit Cushing
Penyakit Cushing disebabkan karena adenoma hipofisis penghasil ACTH.
Lebih dari 80% dari tumor-tumor tersebut adalah mikroadenoma dan
19
sisanya adalah makroadenoma melibatkan seluruh sella atau dengan
ekstensi extrasellar.
6. Sindroma Cushing
Terdapat produksi kortisol yang berlebihan, karena adanya adenoma
hipofisis penghasil ACTH (penyakit Cushing) pada 90% kasus. Penyebab
lain sindrom Cushing adalah adenoma atau karsinoma adrenal, atau
sumber ektopik produksi ACTH seperti dari karsinoma sel oat paru-paru
atau jaringan adrenocortical abberant yang muncul di luar kelenjar adrenal.
7. Sindroma Nelson-Salassa
Ini terdiri dari sebuah adenoma hipofisis penghasil ACTH pada pasien
yang telah menjalani adrenalektomi bilateral atau subtotal. Sebelum
pengembangan CT scanning dan bedah mikro trans sphenoidal, pasien
dengan penyakit Cushing sering menjalani adrenalektomi total ketika
pneumoencephalography gagal untuk mengungkapkan tumor hipofisis.
Namun, percepatan pertumbuhan adenoma yang ada disebabkan oleh
hilangnya umpan balik kortikosteroid normal. Berbeda dengan adenoma
penyakit Cushing, sekitar setengah dari pasien dengan sindrom Nelson-
Salassa memiliki makroadenoma. Pasien memiliki hiperpigmentasi kulit
20
akibat sekresi beta melanocyte-stimulating hormone dan / atau beta
lipotrophin.
21
MRI telah meningkatkan identifikasi mikroadenoma, yang muncul
sebagai lesi fokal berdensitas rendah pada scan T1 dan intensitas
tinggi pada scan T2. Makroadenoma biasanya muncul sebagai
isointense pada T1 dan cukup hyperintense pada T2. Perdarahan ke
dalam tumor, seperti yang muncul stelah apopleksi hipofisis,
menunjukkan sebagai daerah intensitas tinggi karena
methaemoglobin pada scan T1 dan T2 bercampur dengan daerah
berdensitas rendah karena haemosiderin. Scan dinamis diambil
pada interval 30 detik setelah pemberian gadolinium intravena
dapat membantu menunjukkan mikroadenoma kecil.
22
Sinar X polos tengkorak mungkin menunjukkan pembesaran sella dengan
erosi menipis atau menonjol dari konturnya.
2. Laboratorium
Radioimmunoassay akan membantu mengidentifikasi hormon yang
di sekresi.
23
Hormon pertumbuhan Serum diukur dengan radioimmunoassay,
nilai normal adalah kurang dari 5 mIU / l pada laki-laki dan kurang
dari 10 mIU / l pada wanita. Hormon pertumbuhan memberi efek
pada jaringan perifer secara tidak langsung melalui somatomedins-
polipeptida yang diproduksi terutama oleh hati dan fibroblas.
Serum somatomedin C (insulinlike growth factor I, IGF-I) adalah
indikator yang lebih akurat dari bioaktivitas hormon pertumbuhan
daripada tingkat hormon pertumbuhan serum. Tes provokatif
sekresi hormon pertumbuhan berguna dalam mengkonfirmasikan
acromegaly. Kebanyakan pasien dengan acromegaly tidak
menunjukkan supresi normal hormon pertumbuhan setelah
diberikan loading glukosa. Tes provokatif lainnya menggunakan
thyrotrophinreleasing hormone dan growth hormonereleasing
hormone.
Berbeda dengan tumor hipofisis lain yang mengandalkan
pemeriksaan imaging sebagai investigasi diagnostik terkemuka,
penilaian endokrinologis dengan seksama sangat penting dalam
diagnosis penyakit Cushing, terutama karena pada hampir 50%
tumor tidak jelas terlihat dengan MRI.
24
darah dari sinus petrosus. Tingkat diferensial dari ACTH dalam
darah vena petrosus dan darah perifer akan membantu
mengkonfirmasi keberadaan basis hipofisis untuk produksi ACTH,
terutama setelah pemberian corticotrophin-releasing hormone
(CRH). Tes supresi deksametason akan membantu mendiagnosis
sindrom Cushing dan penyebabnya. Kortisol bebas pada urin dan
plasma diukur dan normalnya tersupresi setelah pemberian
deksametason dosis rendah (0,5 mg tiap 6 jam). Level kortisol akan
tersupresi setelah pemberian deksametason dosis tinggi (2 mg tiap
6 jam) pada penyakit Cushing yang tergantung pada hipofisis.
Akan ada kegagalan supresi dari level kortisol dengan pemberian
deksametason dosis tinggi jika sindrom Cushing disebabkan oleh
penyebab selain hipofisis.
25
dari arteri karotis, kista sumbing Rathke, germinomas suprasela dan
chordoma.
2.9 TATALAKSANA
1. Prosedur operatif:
2. Radioterapi
a. Eksisi Bedah
Metode ini akan digunakan sebagai metode utama pengobatan untuk:
Persiapan Operasi
1. Pemberian stress dose steroid: diberikan pada semua pasien selama dan
segera setelah pembedahan
26
2. Hipotiroidisme: idealnya, pasien dengan hipotiroid seharusnya mempunyai
waktu 4 minggu untuk terapi pengganti guna membalikkan hipotiroidisme,
namun:
- Jangan mengganti hormon tiroid sampai aksis adrenal dapat
diperkirakan. Pemberian pengganti tiroid pada pasien dengan
hipoadrenalisme dapat memicu terjadinya krisis adrenal. Jika pasien
hipoadrenal, mulai dengan pengganti kortisol dulu, pengganti tiroid
dapat dimulaidalam 24 jam setelah kortisol
- Pembedahan dikerjakan cukup sering pada pasien dengan
hipotiroidisme dan nampaknya ditoleransi dengan baik pada
kebanyakan kasus.
Pendekatan Bedah
27
3. Patologi yang tidak berhubungan dapat menyebabkan
komplikasi pendekatan transsphenoidal. Misalnya aneurysma
parasellar
4. Tumor fibrosa yang tidak umum yang tidak dapat diambil
dengan sempurna pada pendekatan transsphenoidal sebelumnya
5. Tumor rekuren setelah dilakukan reseksi transsphenoidal
sebelumnya
B. Pilihan approach
1. Subfrontal : memungkinkan akses pada kedua nervus opticus.
Dapat lebih sulit pada pasien dengan chiasma prefixed
2. Frontotemporal (pterional) : menempatkan nervus opticus dan
terkadang arteri karotis pada garis pandang tumor. Juga
terdapat akses inkomplit pada konten trasellar. Akses yang baik
dari tumor dengan ekstensi ekstrasellar lateral signifikan.
3. Subtemporal: biasanya bukan merupakan pilihan yang viable.
Visualisasi yang buruk terhadap nervus opticus/chiasma da
karotis. Tidak memungkinkan pengangkatan total dari
komponen intrasellar.
28
intrakranial memaksa tumor suprasela ke dalam bidang operasi. Hal ini
juga akan mendapatkan manfaat tambahan bahwa gas intrakranial akan
memungkinkan pneumoencephalogram, menguraikan sisa perpanjangan
suprasela dari tumor.
29
transien setelah eksisi tumor hipofisis besar. Pada periode pasca operasi
awal, aqueous vasopressin (Pitressin ) harus diberikan melalui suntikan
intramuskular atau subkutan dan, jika diabetes insipidus berlanjut, melalui
rute intranasal. Pengganti hormon jangka panjang lainnya mungkin
termasuk asetat kortison (12,5-25 mg dua kali sehari), tiroksin dan
testosteron. Pembedahan pada wanita hamil dengan adenoma hipofisis
harus dilakukan dengan hati-hati mengingat efek hipersekresi hormonal
dan komplikasinya.
b. Radioterapi
Radioterapi pasca operasi dapat digunakan jika telah terjadi eksisi subtotal
tumor atau jika studi endokrin pasca operasi menunjukkan sekresi hormon
berlebihan residual.
Terapi radiasi sebaiknya tidak dikerjakan secara rutin setelah eksisi bedah.
Periksa MRI pasien tiap tahun. Tangani rekurensi dengan operasi ulang.
Pertimbangkan radioterapi jika rekurensi tidak dapat diambil dan tumor
terus tumbuh.
OBAT-OBATAN
30
hormon dari kelenjar yang tergantung pada hipofisis. Ini akan menjadi
prosedur pra operasi yang diperlukan pada pasien dengan hipopituitarisme
dan akan sering diperlukan setelah eksisi bedah makroadenoma.
2.10 Komplikasi
Tumor hipofisis biasanya tidak tumbuh atau menyebar luas. Namun, tumor
ini dapat mempengaruhi kesehatan dan mungkin menyebabkan:
31
Komplikasi yang jarang terjadi namun berpotensi serius adalah apopleksi
hipofisis, ketika perdarahan ke dalam tumor terjadi secara tiba-tiba.
Apopleksi pituitari membutuhkan perawatan darurat, biasanya dengan
kortikosteroid dan mungkin juga memerlukan operasi.
32
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 78 tahun datang ke IGD dengan keluhan
utama BAB berwarna hitam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB padat
berwarna padat berbentuk seperti pisang. Pasien tidak mual dan muntah, namun
merasa pusing serta badan lemas. Keluhan belum pernah dirasakan sebelumnya.
Pasien juga merasa nyeri pada kedua lutut terutama saat hendak berdiri. Untuk
menegakkan diagnosis pada pasien ini sesuai indikasi diatas perlu dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
endoskopi.
Dari hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki riwayat penyakit asam
urat dan rutin mengkonsumsi obat asam uratnya. Karena sakit tidak hilang, pasien
berinisiatif mengonsumsi obat herbal untuk asam urat berbentuk kapsul. Obat
herbal diminum tiga kapsul sekali minum yaitu pada pagi, siang, dan malam. Efek
yang dirasakan yaitu tidak terasa nyeri pada persendian. Setelah dinyatakan
sembuh, pasien mengonsumsi ramuan jamu (air rebusan bengli dan kunir) untuk
mencegah muntah darah berulang yang diminum tiap sebelum tidur malam
sebanyak 1 gelas. Jamu diminum selama 1 bulan. Pada 4 April 2017, pasien
masuk ke RSAY dan didiagnosis CKD dengan GEA.
33
>45-50 tahun keluhan muncul pertama kali, berat badan menurun >10%,
anoreksia/rasa cepat kenyang, riwayat tukak peptik sebelumnya, muntah yang
persisten, dan anemia yang tidak diketahui penyababnya.
Gambaran khas pada tukak adalah pada umumnya bulat atau oval, tepinya teratur dengan
dasar licin, daerah di sekitarnya membengkak dan hiperemi, dan sering dijumpai lipatan
yang radier (radiating fold) di sekitar tukak. Tukak yang masih aktif, tampak jelas
batasnya berbentuk bulat atau oval, dengan dasar licin beris i nanah, tepi teratur dengan
daerah di sekitarnya membengkak hiperemi. Gambaran tukak gaster untuk keganasan
adalah: Boorman I /polipoid, B-II/ulceratif, B-III/infiltratif, B-IV/linitis plastika
(scirrhus). Biopsi dan endoskopi perlu dilakukan ulang setelah 8-12 minggu terapi
eradikasi, karena tingginya kejadian keganasan pada tukak gaster (70%).
34
. Modifikasi Kriteria Forrest untuk Stratifikasi Risiko Ulkus Peptikum
Penatalaksanaan yang di berikan berupa Transfusi PRC sampai Hb >= 9, RL 1500 cc,
Omeprazole 2x1 amp IV, Sucralfat 3x1, dan Asam folat 2x1. Tujuan terapi adalah: 1)
Menghilangkan keluhan/simtom (sakit atau dispepsia); 2)
Menyembuhkan/memperbaiki kesembuhan tukak; 3) Mencegah
kekambuhan/rekurensi tukak; 4) Mencegah komplikasi. Terapi terdiri dari non
medikamentosa, medikamentosa, dan tindakan operasi.
BAB IV
35
KESIMPULAN
1. Pada kasus ini seorang wanita berusia 64 tahun yang datang dengan
penurunan kesadaran (somnolen) dan sering mengeluhkan sakit kepala,
memiliki riwayat hipertensi serta penglihatan kabur dan diagnosis dengan
Adenoma Hyphofisis.
2. Pada pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan gambaran :
DAFTAR PUSTAKA
36
Arafah B M, Nasrallah M P. 2011. Pituitary tumors: pathophysiology, clinical
3866
Medical Publisher.p649-710
p109-124
803.
37