oleh:
Arif Satria
Mulya Dita Paramita
Natasyah Hana Zafirah
Preceptor
dr. Cecep Sulaiman Iskandar, Sp.PD
Pendahuluan
Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia yang merupakan suatu keadaan yang
ditandai oleh adanya anemia, leukopenia, dan trombositopenia pada darah tepi yang disebabkan
kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi,
supresi atau pendesakan sumsum tulang.
Studi International Aplastic Anemia and Agranulositosis dari tahun 1980 di Eropa dan Israel serta baru-
baru ini dilakukan di Thailand menunjukkan bahwa insidensi anemia aplastik di negara barat adalah 2 per
1 juta penduduk dan kira-kira dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi di bandingkan negara timur.
Kemenkes RI tahun 2011 pravelensi angka kejadian anemia aplastik sangat rendah yaitu 2-5 orang per 1
juta penduduk..
(Irawan H, 2013).
Laporan kasus
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Tanggal Lahir : 27-08-1989
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : IBR
Alamat : Gunung Sari, Lampung Utara
Datang di RS : 04 April 2017
No.MR : 308180
Riwayat Perjalanan Pernyakit
Tanggal 13 Januari 2017
Os berobat ke Rumah Sakit DR. Abdoel Moeloek dan telah dilakukan pemeriksaan morfologi darah
tepi pada tanggal 13 Januari 2017 dengan kesan anemia normokrom normositer dengan
trombositopenia dengan diagnosis banding anemia hipo/aplastik, ITP, dan ada kemungkinan
keganasan. Pada tanggal 13 Januari 2017 dilakukan pemeriksaan sumsum tulang dengan kesan
sumsum tulang tampak hiposeluler, aktivitas eritropoeisis, trombopoeisis, dan granuloproeisis tampak
turun. Tidak dijumpai infiltrasi sel-sel limfoblastik. Diagnosis anemia aplastik.
Riwayat Sosial
Pasien memiliki pola makan normal dan aktifitas fisik yang kurang.
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
primer sekunder
Idiopatik : bila Radiasi pengion: pajanan tak sengaja (radioterapi, isotope radioaktif,
ETIOLOGI kausanya tidak stasiun pembangkit listrik nuklir) (Hoffbrand A.V dan Moss P.A.H.,
diketahui, 2013)
ditemukan pada
kira-kira 50% kasus bahan kimia: benzene, organofosfat dan (Hoffbrand A.V dan Moss
P.A.H., 2013)
kongenital (tipe
fanconi dan non- obat: obat yang umumnya menekan sumsum tulang (misalnya.
fanconi). Busulfan, melfalan).
Penelitian di Prancis menemukan angka insidens sebesar 1,5 kasus per 1 juta penduduk per
tahun dan di Bangkok 3,7 kasus per 1 juta penduduk per tahun.
Di amerika serikat dan eropa sebagian besar kasus anemia aplastik terjadi pada wanita usia
di atas 50 tahun dan laki-laki diatas 60 tahun (Mansyoer A, 2014).
KLASIFIKASI Eritroblastopenia (anemia hipoblastik) yaitu aplasia yang hanya mengenai system
eritropoetik.
Panmieloptisis (anemia aplastic) yaitu yang mengenai ketiga system diatas (eritropoetik,
agranulopoetik, trrombopoetik)
(ngastiyah, 1997).
PATOGENESIS
1. Primer
- Kongenital
Anemia fanconi atau anemia aplastik kongenital memilki suatu pola pewarisan resesif autosomal dan
sering disertai dengan retardasi pertumbuhan dan cacat kongenital di rangka (misalnya mikrosefalus, tidak
adanya radius atau ibu jari), kelainan saluran ginjal (misalnya ginjal pelvis atau ginjal tapal kuda), atau kulit
(daerah-daerah hiperpigmentasi atau hipopigmentasi); kadang-kadang terdapat retardasi mental.
Sel-sel dari pasien dengan anemia Fanconi (AF) sangat sering terdapat kerusakan kromosom spontan dan
tes diagnostiknya adalah peningkatan kerusakan setelah inkubasi limfosit darah perifer dengan obat pemicu
ikatan silang DNA diepoksibutana (diepoxybutane test, DEB test) (Hoffbrand AV & Moss PAH, 2013).
- Didapat
Jaringan hemopoietik adalah sasaran dari suatu proses imun yang didominasi oleh ekspresi oligoklonal sel
T sitotoksik yang memproduksi interferon- dan faktor nekrosis tumor (TNF).
2. Sekunder
Hal ini sering disebabkan oleh kerusakan langsung sumsum hemopoietik oleh rasdiasi atau obat sitotoksik.
Misalnya obat antimetaboliy (mis. Metotreksat) dan inhibitor mitosis (mis. Daunorubisin) (Hoffbrand AV &
Moss PAH, 2013).
3 teori pada anemia aplastik
Kasus yang parah menunjukkan neutrophil< 0,5 x 109/L (sangat parah < 0,2 x 109/L), trombosit < 20 x
109/L, retikulosit < 20 x 109/L, dan selularitas sumsum tulang <25% (Hoffbrand AV & Moss PAH,
2013).
tatalaksana
1. Transfusi darah
Trasnfusi sel darah merah (PRC)
Indikasi bila Hb < 7 g/dl, terutama pada anemia akut.
Transfusi dapat ditunda asimptomatik atau memiliki terapi spesifik lain.
Transfusi trombosit
Pada kasus anemia aplastik berat dan sangat berat dengan jumlah platelet <10rb/l
(atau <20rb/l dengan gejala demam).
2. Kelasi besi
Terlalu sering melakukan transfusi menyebabkan penimbunan cadangan besi (feritin)
dalam aliran darah -> merusak fungsi jantung dan organ lain
Kadar feritin >1000 dapat dikatakan cukup untuk memulai terapi
3. Hormon pertumbuhan
Eritropoetin (EPO) merupakan hormon pertumbuhan yang dihasilkan ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah
EPO yang diberikan yakni sintesis
4. Antibiotik
Antibiotik diberikan dengen tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Antibiotik hendaknya dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum
tulang.
5. Imunosupresan
Banyak peneliti percaya bahwa anemia aplastik terjadi karena proses
autoimun
Imunosupresan bekerja menekan sistem imun sehingga sel stem sumsum
tulang dapat kembali berkembang dan memproduksi sel darah
Paling umum digunakan yakni ATG dan siklosporin
6. Transplantasi sel stem
Ditetapkan sebagai terapi terbaik pada pasien anemia aplastik
Donor terbaik berasal dari saudara kandung dengan mempertahankan kadar
Hb yang tinggi
1. Derajat penyakit bergantung pada derajat penurunan
selularitas sumsum dan derajat sitopenia (anemia, trombositopenia,
neutropenia), AA dikelompokkan dari sedang, berat dan sangat berat.
Meskipun pasien AA berat dan sangat berat sukses tertangani, lebih
dari 70 persen dapat mengalami kematian dalam 1 tahun.
2. Pengaruh usia - Peningkatan angka kematian pada pasien yang
lebih tua terutama disebabkan oleh infeksi atau perdarahan.
Sebagian besar infeksi didapat dari flora mikroba endogen pada kulit
dan saluran gastrointestinal.
Prognosis AA tergantung
dari 2 faktor, derajat
penyakit dan usia penderita
Komplikasi
Infeksi, biasanya
bronkopneumonia
atau sepsis. Harus
Perdarahan otak dan waspada terhadap
Syok Hemoragik
abdomen. tuberculosis akibat
pemberian
prednisone jangka
panjang.
Analisa Kasus
1. Apakah diagnosis yang ditegakkan pada kasus sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus sudah tepat?
MANIFESTASI KLINIK
PASIEN TEORI
Perdarahan gusi, luka di lidah, Penyakit ini dapat muncul secara perlahan atau
purpura sebagai manifestasi akibat akut dengan gejala dan tanda yang terjadi karena
gangguan pembekuan darah, anemia, neutropenia atau trombositopenia.
dalam hal ini penurunan kadar Infeksi, terutama mulut dan tenggorokan, sering
trombosit terjai dan infeksi generalisata sering mengancam
Lemas dan pucat sebagai jiwa. Memar, gusi berdarah, epistaksis, dan
manifestasi akibat menurunnya menoragia adalah manifestasi perdarahan
sirkulasi O2 karena penurunan tersering, sering dengan gejala-gejala anemia.
kadar Hb. (Hoffbrand AV & Moss PAH, 2013).
PEMERIKSAAN FISIK
PASIEN TEORI
Kepala : luka dilidah, jerawat Luka dilidah dikarenakan adanya respon inflamasi yang
diwajah dan moon face. disebabkan adanya penurunan dari sel darah putih
Abdomen : cembung (+), purpura (Brunner and Suddarth, 2002).
(+) hepar tidak teraba, lien tidak
Jerawat diwajah dan moon face serta obesitas central
teraba dikarenakan dari efek samping pemakaian kortikosteroid
purpura ekstremitas superior dan pada pasien. Kortikosteroid dapat menyebabkan
inferior(+/+/+/+) hiperkortisolisme sehingga menyebabkan penumpukan
jaringan lemak pada tempat yang khas seperti pada
wajah (moon face), area interskapular (buffalo hump)
dan dasar mesenterik (obesitas tubuh). (Williams GH &
Dluhy RG, 1998).
PASIEN TEORI
PASIEN TEORI
Pada tanggal 27 Februari 2017 didapatkan 1. Anemia bersifat normokromik normositik atau makrositik
(volume sel rata-rata sering 95-110 fl). Hitung retikulosit biasanya
hasil SADT dengan eritrosit mikrositik sangat rendah dalam hubungannya dengan derajat anemia yang
hipokrom, leukosit dan trombosit kesan dialami.
kurang jumlah. 2. Leukopenia. Terjadi penurunan selektif granulosit, biasanya tetapi
tidak selalu di bawah 1,5 x 109/L. pada kasus berat, hitung
limfosit juga rendah. Neutrophil tampak normal.
Pada tanggal 15 Maret 2017 pasien datang 3. Trombositopenia hamper selalu ada dan, pada kasus yang parah
ke RSCM Jakarta dan dilakukan kurang dari 20 x 109/L.
pemeriksaan sumsum tulang dengan kesan 4. Tidak ditemukan sel abnormal di daerah perifer.
histologik sesuai dengan sumsum tulang 5. Sumsum tulang terlihat hypoplasia, disertai hilangnya jaringan
hemopoietik dan penggantian oleh lemak yang membentuk lebih
hiposeluler dengan sel plasma, dipikirkan dari 75% sumsum tulang. Biopsy trefin perlu dan mungkin
mengarah ke anemia aplastik tampak bercak daerah-daerah selular dengan latar belakang
hiposeluler. Sel utama yang terlihat adalah limfosit dan sel
plasma; megakariosit sangat sedikit atau tidak ada.
http://emedicine.medscape.com.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hoffbrand A.V dan Moss P.A.H., 2013. Kapita Selekta Hematologi. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Laksmi NMD, Herawati S, Yasa WPS. 2013. Anemia Aplastik. Jurnal Medica Udayana Vol. 2 No. 7. Denpasar
Mansyoer A, dkk, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI: Jakarta. Interna Publishing
Widiyati. 2014. Laporan Kasus Tentang Apirin Dosis Rendah Memicu Anemia Aplastik. Surabaya. Jurnal
Ronald L, Paquette MD. 2008. Your Guide to Understanding Aplastic Anemia. Aplastic Anemia & MDS
International Foundation.