Jakarta - 2020
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Data Pasien
Nama Ny. R
BB / TB 46 Kg / 156 cm
Agama Islam
Pendidikan Sarjana
II. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis dan autoanamnesis pada tanggal 06 Oktober 2020
A. Keluhan Utama
Lemas 1 minggu dan kepala pusing ( kleyengan ) 3 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Brawijaya Hospital dengan keluhan lemas sejak 1 minggu
SMRS. Pasien mengaku 3 hari SMRS kepala pusing ( kleyengan ) Pasien kemudian berobat ke
puskesmas dekat rumah sampai sembuh .Namum seminggu setelah itu pasien mengeluh lemas
dan pucat . BAB dan BAK baik tidak ada darah
Ekstremitas :
Ekstremitas Atas
Akral dingin -/-, Oedem -/-, CRT < 2 ”, Pucat -
Ekstremitas Bawah
Akral dingin +/+, Oedem -/-, CRT < 2”, Pucat +
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
05/ 10/ 2020
Hematokrit 10 % 37-47
Trombosit 420 Ribu/uL 150-440
Hemotokrit 32 40-52 %
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan lemas sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.
Sebelumnya pasien mengalami kepala pusing ( kleyengan ) berobat di puskemas dekat
rumah. Setelah itu 1 minggu kemudian pasien merasa badannya terasa lemas.
Perdarahan gusi atau mimisan saat ini di sangkal. Tidak ada BAB / BAK berdarah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan PS tampak sakit sedang, kesadaran CM, TD
98/60 mmHg , Nadi = 78 x/menit, RR= 20 x/menit, Suhu = 37,6 C, sat 02 97 %
Pada conjungtiva di dapatkan anemis, bibir lembab, extremitas di dapatkan CRT
<3’’ dan pucat.
IX. PROGNOSIS
Anemia Gravis dd Autoimun
X. FOLLOW UP
05/10/2020 S O A P
Hari 1 Demam+ Compos mentis, Anemi Infus RL 500 cc / 12 jam
S: 37,6 C, N:
Pusing + a
120x/mnt
Lemas + RR: 24 x /mnt Gravis 02 nasal 2-4 L/ menit
06.10.2020 S O A P
Hari 2 Demam+ Compos mentis, Anemia Infus RL 500 cc / 12
S: 37,6 C, N:
Pusing + Gravis jam
104x/mnt
Lemas + RR: 24 x /mnt 02 nasal 2-4 L/ menit
Sakit Injeksi solomedrol 1
Mata : ca +/+ si
uluhati+ -/- x 62.5 mg ( 3 hari )
Thoraks : Omeperazole 2 x 40
vesikuler, rh -/- mg
wh -/-
BJ 1:2 reg Inpepsa 4 x 15 cc
As folat 1 x 10 mg
Abdomen: supel,
BU + NT –
Cavit D3 2 x 1
Ekstremitas akral
dingin Lactulac 3 x 15 cc
Edem -/- CRT>3, Sanmol 6x250mg IV
07.10.2020 S O A P
Hari 3 Pusing + Compos mentis, Anemia Infus RL 960 cc/ 24
S: 37,6 C, N:
Lemas + Gravis jam
100x/mnt
RR: 24 x /mnt 02 nasal 2-4 L/ menit
Abdomen: supel,
BU + NT –
Ekstremitas akral
hangat
Edem -/- CRT>3,
pu at+/+
BAB II
Analisa Kasus
Anamnesis
Pada anamnesis pasien didapat keluhan sebagai berikut:
Lemas
mudah lelah
kurang nafsu makan
pusing
gampang lebam
Sklera mata ikterik
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume / jumlah sel darah merah (eritrosit)
dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk
orang sehat (Hb<10 g/dL)(1), sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan
oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan
dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti
serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang. Manifestasi klinik yang timbul tergantung pada
kecepatan timbulnya anemia, umur individu, mekanisme kompensasi tubuh (seperti: peningkatan
1. Anemia defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi
2. Anemia aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan masif atau perdarahan yang menahun.
4. Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel
Tanda dan gejala yang sering timbul pada anemia adalah sakit kepala, pusing, lemah,
gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat
atau syok, dan pucat (dilihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan
konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab anemia seperti
jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah dan pembesaran lien. Untuk menegakkan
diagnosa dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sel darah merah secara
lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis hemoglobin dan biopsi sumsum tulang.
Untuk penanganan anemia didasarkan dari penyakit yang menyebabkannya seperti jika
karena defisiensi besi diberikan suplemen besi, defisiensi asam folat dan vitamin B12 dapat
diberikan suplemen asam folat dan vitamin B12, dapat juga dilakukan transfusi darah,
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan
untuk pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin
dan sebagainya. Anemia defisiensi dapat diklasifikasikan menurut morfologi dan etiologi
menjadi 3 bentuk:
Corpuscular Volume (MCV) <80 fL), hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari normal (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) kurang).
Hal ini menggambarkan defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik atau
gangguan sintesis globin seperti pada penderita talasemia, dari semua itu defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia didunia. Anemia defisiensi besi merupakan penyakit yang
sering pada bayi dan anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan pada wanita hamil yang
keperluan besinya lebih besar dari orang normal. Jumlah besi dalam badan orang dewasa adalah
4-5 gr sedang pada bayi 400 mg, yang terdiri dari : masa eritrosit 60 %, feritin dan hemosiderin
30 %, mioglobin 5-10 %, hemenzim 1 %, besi plasma 0,1 %. Kebutuhan besi pada bayi dan anak
lebih besar dari pengeluarannya karena pemakaiannya untuk proses pertumbuhan, dengan
kebutuhan rata-rata 5 mg/hari tetapi bila terdapat infeksi meningkat sampai 10 mg/hari. Besi
diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam
makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung
(HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali,
kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi
masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali
untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile
iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan
terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid. Berikut bagan metabolisme besi:
Gambar 2.1
Metabolisme Besi(2)
Sumber besi dapat diperoleh dari makanan seperti hati, daging, telur, buah, sayuran yang
mengandung klorofil, serta cadangan besi dalam tubuh. Bayi normal/sehat cadangan besi cukup
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit bisa melalui urin, tinja, keringat, sel kulit yang
terkelupas dan karena perdarahan (menstruasi). Sedangkan besi yang dilepaskan pada
pemecahan hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan masuk kembali ke dalam iron pool
dan digunakan lagi untuk sintesa hemoglobin. Pengeluaran besi dari tubuh yang normal(3) :
Menurut patogenesisnya :
cepat.
Bayi < 1tahun : Persediaan besi kurang karena Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), lahir kembar, ASI eklusif tanpa suplemen besi, susu formula rendah besi,
Anak 1-2 tahun : Masukan besi kurang, kebutuhan yang meningkat karena
Anak 5-remaja : Perdarahan karena infeksi parasit dan polip, diet tidak
adekuat
Gejala klinis
- Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku
- Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, meradang dan sakit
- Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta kuku tipis, rata, mudah
Laboratorium
Terapi
Pengobatan kausal
Makanan adekuat
Sulfas ferosus 3X10 mg /KgBB/hari. Diharapkan kenaikan Hb 1 g.dL setiap 1-2 minggu
Transfusi darah bila kadar Hb <5 g/dL dan keadaan umum tidak baik
konsentrasi hemoglobin normal (MCV >100 fL, MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12
Asam folat adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam
tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati,
ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan jejenum bagian atas,
terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat,
Etiologi
gangguan absorpsi
infeksi parasit
Gejala klinis
Pucat
Jantung berdebar-debar
pusing dan sukar tidur
Laboratorium
Hipersegmentasi neutrofil
Aktivitas asam folat dalam serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml)
Terapi
Dihasilkan dari kobalamin dalam makanan terutama makanan yang mengandung sumber
hewani seperti daging dan telur. Vitamin B12 merupakan bahan esensial untuk produksi sel darah
merah dan fungsi sistem saraf secara normal. Anemia jenis ini biasanya disebabkan karena
kurangnya masukan, panderita alkoholik kronik, pembedahan lambung dan ileum terminale,
malabsorpsi dan lain-lain. Adapun gejala dari penyakit ini berupa penurunan nafsu makan, diare,
sesak napas, lemah, dan cepat lelah. Untuk pengobatannya dapat diberikan suplementasi vitamin
B12.
1.3 Anemia Dimorfik
Suatu campuran anemia mikrositik hipokrom dan anemia megaloblastik. Biasanya disebabkan
oleh defisiensi dari asam folat dan besi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan :
hipokrom makrositik
mikrositik normokrom
SI menurun sedikit
Keadaan yang disebabkan berkurangnya sel-sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemapoetik dalam sum-sum tulang, sehingga penderita mengalami
pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara
morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau
hilang, biopsi sumsum tulang menunjukkan keadaan yang disebut pungsi kering dengan
hipoplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Anemia aplastik dapat
2.1 Kongenital
Timbul perdarahan bawah kulit diikuti dengan anemia progresif dengan clinical onset 1,5-22
tahun, rerata 6-8 tahun. Salah satu contoh adalah sindrom fanconi yang bersifat constitusional
aplastic anemia resesif autosom, pada 2/3 penderita disertai anomali kongenital lain seperti
kulit(5).
2.2 Didapat(6)
Disebabkan oleh :
bening membesar
Klinis akan terlihat anak pucat dengan berbagai gejala anemia lainnya seperti
anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan sebagainya. Oleh karena
Laboratorium
Retikulosit menurun
Leukopenia
Trombositopenia
Kromosom patah
Sum-sum tulang hipoplasia/aplasia yang diganti oleh jaringan lemak atau jaringan
penyokong
Terapi
Makanan lunak
Istirahat
Transplantasi sumsum tulang pada pasien muda, Antithymocyte Globulin (ATG) untuk
pasien tua.
3. Anemia Hemolitik(3,7)
Pada anemia hemolitik umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120
hari). Gejala umum penyakit ini disebabkan adanya penghancuran eritrosit sehingga dapat
menimbulkan gejala anemia, bilirubin meningkat bila fungsi hepar buruk dan keaktifan sumsum
sehingga dalam darah tepi dijumpai banyak eritrosit berinti, retikulosit meningkat, polikromasi,
bahkan eritropoesis ektrameduler. Gejala klinis penyakit ini berupa: menggigil, pucat, cepat
lelah, sesak napas, jaundice, urin berwarna gelap, dan pembesaran limpa. Penyakit ini dapat
Kelainan ini umumnya disebabkan oleh karena ada gangguan dalam metabolisme eritrosit
Sferositosis
Umur eritrosit pendek, bentuknya kecil, bundar dan resistensi terhadap NaCl hipotonis
menjadi rendah. Limpa membesar dan sering disertai ikhterus, jumlah retikulosit meningkat.
Penyebab hemolisis pada penyakit ini disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Pada anak
gejala anemia lebih menyolok dibanding dengan ikhterus. Suatu infeksi yang ringan dapat
menimbulkan krisis aplastik. Utnuk pengobatan dapat dilakukan transfusi darah dalam
keadaan kritis, pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3
tahun), roboransia.
Ovalositosis (eliptositosis)
50-90% eritrosit berbentuk oval (lonjong), diturunkan secara dominan, hemolisis tidak
A beta lipoproteinemia
Diduga kelainan bentuk ini disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
Defisiensi G6PD(8,9)
Akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat direduksi. Glutation dalam
keadaan tereduksi (GSH) diduga penting untuk melindungi eritrosit dari setiap oksidasi,
terutama obat-obatan. Diturunkan secara dominan melalui kromosom X. Penyakit ini lebih
nyata pada laki-laki. Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada : obat-obatan (asetosal,
sulfa, obat anti malaria), memakan kacang babi, alergi serbuk bunga, bayi baru lahir. Gejala
klinis yang timbul berupa cepat lelah, pucat, sesak napas, jaundice dan pembesaran hepar.
Defisiensi glutation
Pada bentuk homozigot berat sekali sedang pada bentuk heterozigot tidak terlalu berat. Khas
dari penyakit ini adanya peninggian kadar 2,3 difosfogliserat (2,3 DPG). Gejala klinis
Menyerupai sferositosis tetapi tidak ada peningkatan fragilitas osmotik dan hapusan darah
tepi tidak ditemnukan sferosit. Pada bentuk homozigot bnersiaft lebih berat.
Defisiensi heksokinase
Ketiga jenis terakhir diturunkan secara resesif dan diagnosis ditgakkan dengan pemeriksaan
biokimia.
c. Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal teridi dari HbA (98%), HbA2 tidak lebih dari 2 % dan HbF
tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya
(95%), kemudian pada perkembangan konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1
tahun telah mencapai keadaan yang normal. Terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan
dan lain-lain.
Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin misal talasemia
d. Talasemia
Penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-
anaknya secara resesif. Di Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara golongan
Talasemia b-d (gangguan pembentuka rantai b dand yang letak gennya diduga berdekatan
Talasemia minor
Kelainan darah
Berupa anemia berat tipe mikrositik karena sintesis HbA menurun, penghancuran eritrosit
Kelainan organ
Karena proses penyakit dan hemosiderosis karena transfusi. Berupa hepatomegali –
splenomegali, pada anak yang besar disertai gizi yang jelek dan muka fasies mongoloid.
tulang medula lebar, kortek tipis sehingga mudah fraktur dan trabekula kasar, tulang
Darah tepi
Mikrositik hipokrom, jumlah retikulosit meningkat, pada hapusan darah tepi didapatkan
anisositosis, hipokromi, poikilositositosis, sel target. Kadar besi dalam serum (SI)
meninggi dan daya ikat serum besi (IBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung
kadar HbF yang tinggi lebih dari 30%. Di indonesia kira-kira 45% penderita talasmeia
juga mempunyai HbE, penderita talasemia HbE maupun HbS secara klinis lebih ringan
dari talasemia mayor. Umumnya datang ke dokter pada umur 4-6 tahun sedang talasemia
mayor gejala sudah tampak pada umur 3 bulan. Penderita talasemia HbE dapat hidup
hingga dewasa.
Komplikasi
Anemia berat dan lama dapat menyebabkan gagal jantung, transfusi darah berulang dan
proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam
berbagai organ (hepar, limpa, kulit, jantung). Hemokromatosis, limpa yang besar mudah ruptur
Pengobatan
g/dL
- Atasi komplikasi karena penyakit : gagal jantung karena anemia beri oksigen, transfusi,
diuretik, digitalisasi hanya bila Hb >8 g/dL. Jika ada infeksi beri antibiotik.
- Lengkapi antropometri
- Lengkapi penunjang : kadar besi dan feritin, foto tulang, analisa Hb, rontgen thorak dan EKG,
pemeriksaan DNA
- Imunisasi hepatitis B
- Pemberian kelasi besi (deferoxamin /DFO): jika kadar feritin ³2000 mg/L diberikan 5 hari
dalam 1 minggu, jika kadar feritin <2000 mg/L diberikan tiap kali transfusi
- Splenektomi
- Pemeriksaan IQ
- Atasi komplikasi: untuk dekomp kordis jika Hb>8 g/dL dan ada kardiomiopati beri dosteral
IM, transfusi. Jika Hb < 8 g/dL oleh karena anemi dapat dilakukan transfusi, dosteral biasa.
- Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan, transfusi darah diberikan bila
kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g/dL) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan
lemah
- Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan iron chelating agent yaitu desferal
- Splenektomi dilakukan pada anak 2 tahun sebelum didapatkan tanda hipersplenisme atau
hemosiderosis.
- Pemberian vitamin.
1. Obat-obatan, racun ular, jamur, bahan kimia (bensin, saponin, air), toksin (hemolisin)
eritrosit.
inkompabilitas golongan darah, alergen atau hapten yang berasal dari luar tubuh, bisa
Pengobatan
Pemberian transfusi darah dapat menolong penderita, dapat pula diberikan prednison atau
Terjadi akibat perdarahan masif atau perdarahan menahun seperti kehilangan darah karena
Kehilangan darah yang cepat akan menimbulkan reflek kardiovaskular sehingga terjadi
kontraksi arteriola, penurunan aliran darah ke organ yang kurang vital (anggota gerak,
ginjal dan sebagainya) dan peningkatan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Pengaruh lambat
Berupa gejala defisiensi besi bila tidak diimbangi dengan masukan suplemen besi.
2. Kadar HbF yang lebih dari 200 mg% memperlihatkan prognosis yang lebih baik
3.Jumlah granulosit yang lebih dari 2.000 /mm3 menunjukkan prognosis yang lebih baik
4.Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena kejadian infeksi masih tinggi.
Daftar Pustaka