Anda di halaman 1dari 2

TRADISI NGUNGGAHKE MOLO DI

WONOPRINGGO
Tradisi ini memang sudah ada sejak dahulu, seiring berjalannya waktu, kegiatan ini lambat laun
di khawatirkan semakin di tinggalkan, terutama oleh generasi muda/sekarang, hal ini ketika
dibiarkan secara perlahan dan pasti akan mengalami pergeseran di kemudian hari dari
kehidupan masyarakat, terutama masyaraakat pedesaan yang kental dengan beragam tradisi
kekayaan budaya.

Melihat permasalahan dan perkembangan di atas BKM Mandiri Sejahtera , Desa Kwagean,
Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan mempunyai inisiatif untuk lebih melestarikan
tradisi tersebut untuk lebih diperkenalkan lagi kepada generasi muda, agar kegiatan yang sudah
dilaksanakan oleh masyarakat sejak turun men Saat matahari mulai menampakan diri agak
malu-malu ketika itu, waktu sudah menunjukan pukul 08.00 WIB, sekelompok warga dari
berbagai elemen tua, muda hingga anak-anak sudah berdatangan, memadati rumah salah satu
warga, ya memang hari itu akan ada kegiatan tradisi Munggah Molo Rehab Rumah disalah satu
rumah warga miskin yang termasuk dalam PS 2 yang mendapat BLM tahun anggaran 2012.

urun lebih dilestarikan dan di pertahankan, karena ini merupakan asset kebudayaan masyarakat
setempat.

Munggah molo adalah menaikan atau memasang bagian rumah yang paling tinggi, sebagai
simbolisasi puncak jagat raya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali tradisi
untuk membangun nilai-nilai spiritual, yang dimotori oleh BKM sebagai motor penggerak
penumbuhan kembali capital sosial di masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunannya rehap
rumah ini dengan tradisi munggah molo ini di dana dari BLM APBN tahun anggaran 2012, yang
menelan biaya anggaran dari BLM APBN Rp. 9.500.000,- dan dari dana swadaya Rp.
5.500.000,- (berupa material).

Tujuan dari munggah molo itu sendiri dimaknai oleh masyarakat adalah keselamatan, dalam arti
keselamatan dalam pembangunan rumah itu sendiri dari awal tahap pembangunan hingga tahap
penyelesaian menjadi lancar tidak ada halangan apapun (menurut tradisi Jawa sebelum
dilakukan pemasangan blander ada acara selamatan).

Sedangkan dari sisi PNPM MP itu sendiri yang dimotori oleh BKM sebagai motor penggerak
penumbuhan kembali modal sosial (gotong royong, swadaya, musyawarah, kepedulian serta
kerelawanan) di masyarakat Munggah Molo ini adalah momentum sebagai sarana sosialisasi
kegiatan, agar program BKM ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas dan harapannya
kegiatan di PNPM MP memjadi programnya masyarakat.

Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Sejahtera, Desa Kwagean,


Kabupaten Pekalongan Bapak Safrudin, Saptu (7/7/12), mengatakan sosialisasi kegiatan BKM
sekarang ini tidak hanya melalui pertemuan-pertemuan formal tetapi lebih ditekankan kepada
non formal, ya seperti Munggah Molo ini, satu sisi sebagai pembangunan rehap rumah kepada
penerima manfaat yaitu warga miskin yang didanai oleh BLM, di sisi lain juga sebagai media
sosialisasi kegiatan BKM, dan lebih murah lebih efektif karena dihadiri oleh banyak kalangan dan
juga untuk memperkenalkan BKM kepada masyarakat luas.

Dari hasil kegiatan ini yang terpenting adalah bagaimana BKM ini selaku wakil dari masyarakat,
terutama masyarakat miskin, diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan warga miskin
dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhannya, dan juga sekaligus bagaimana BKM dapat
mengetahui kondisi yang di alami warga miskin, agar dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemanfaatan memang menyentuh dan melibatkan langsung kepada warga miskin khususnya.

Semoga dalam kegiatan ini adanya pembelajaran kritis, energi dan komitmen dari BKM,
Masyarakat/KSM lebih meningkat kepeduliannya terutama kepada warga miskin juga sebagai
media belajar masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan lebih mandiri dan
berkesinambungan. (Reporter : Dwi Harsono)

Anda mungkin juga menyukai