Anda di halaman 1dari 51

USULAN TEKNIS

PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-1


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

S
etelah mempelajari dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) secara seksama, pihak
konsultan berpendapat bahwa secara garis besar KAK untuk kegiatan PENYUSUNAN
DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK
KABUPATEN SUKABUMI sudah cukup jelas. KAK cukup memberikan gambaran dan
pedoman tentang latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode
pelaksanaan pekerjaan serta hasil yang diharapkan. Selain itu, KAK juga cukup memberikan
arahan yang jelas dan komprehensif bagi pihak penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan
yang dimaksud. Tanggapan terhadap KAK adalah sebagai berikut:

E.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


E.1.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang
Latar belakang yang telah dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah cukup jelas,
beberapa hal penting yang perlu konsultan pahami dan tanggapi dari latar belakang pekerjaan
ini yaitu :
Perencanaan geopark Kawasan Ciletuh menjadi sangat penting dalam mewujudkan
pengembangan geopark yang berkelanjutan dan mampu memberikan manfaat yang
besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Kegiatan Detail Engineering Desain ini harus memenuhi 4 aspek jenis wisata yaitu :
Geowisata, Agrowisata, Ekowisata dan Wisata Budaya

E.1.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran


Konsultan memandang bahwa maksud, tujuan dan sasaran merupakan satu kesatuan yang
berjenjang, dengan kata lain setiap tujuan akan dijabarkan dalam satu atau lebih sasaran.
Dalam hal ini konsultan menilai tujuan dan sasaran yang tercantum dalam KAK sudah dapat
dimengerti.
Oleh sebab itu, konsultan akan bertindak dengan fokus tindakan lebih mengedepankan
pencapaian perumusan analisis dan perencanaan yang ideal sesuai dengan norma
norma atau kaidah kaidah perencanaan DED yang berlaku.
Mengkaji kondisi 4 jenis aspek wisata mulai dari geowisata, agrowisata, ekowisata an
wisata budaya sehingga kajian perencanaan teknis DED ini dapat bermanfaat dan
dirasakan oleh masyarakat di Kawasan Ciletuh;
Mengakaji kondisi fisik dan lingkungan kawasan ciletuh terutama yang berkaitan
dengan kondisi rencana tapak fasilitas lingkungan sekitarnya serta melihat Kondisi
secara objektif yang meliputi karakteristik fisik Kabupaten Sukabumi, kondisi
topografis, kondisi prasarana dasar daerah dan pola pemanfaatan ruang.

E.1.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup


Menanggapi keterkaitan antara lingkup kegiatan dengan tujuan dan sasaran yang telah
diuraikan secara rinci dalam KAK, konsultan akan melaksanakan sepenuhnya hal tersebut
sebagai salah satu ketentuan dasar dalam proses/tahapan pelaksanaan pekerjaan ini. Namun,
sebagai bahan masukan bahwa ketentuan mengenai Perencanaan Teknis Detail
Engineering Desain Plaza Tamanjaya Kawasan Ciletuh Palabuhanratu Geopark

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-2


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Kabupaten Sukabumi ini perlu disepakati dengan pemangku kepentingan serta


disesuaiakan dengan pedoman standar yang berlaku.
Konsultan juga akan megimplementasikan metode-metode perolehan data yang memiliki
tingkat keakuratan data yang dapat dipetanggungjawabkan mengingat akurasi data yang
dijadikan sebagai input dalam Detail Engineering Desain Plaza Tamanjaya Kawasan
Ciletuh Palabuhanratu Geopark Kabupaten Sukabumi ini. Upaya penggalian aspirasi
masyarakat, pemerintah lokal dan komponen stakeholder lainnya dapat dilakukan dengan
pendekatan metode wawancara, dan konsultasi serta teknik lainnya, baik secara formal
maupun non formal dengan syarat adalah tidak melampaui batasan normatif dan melanggar
hukum yang berlaku.
Dengan melakukan pendekatan dan teknik pencarian data yang sesuai, konsultan akan
menggali secara mendalam terhadap data-data tersebut. Upaya kelengkapan data yang valid
akan menjadi tujuan penting dalam pelaksanaan kompilasi data yang selanjutnya akan
diproses dalam tahapan analisis.

E.1.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Metodologi


Metodologi yang telah dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sangat jelas, sehingga
konsultan akan langsung fokus terhadap metodologi yang telah diuraikan didalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dan dikombinasikan dengan Pedoman Standar perencanaan yang berlaku.

E.1.5 Tanggapan dan Saran Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Mengenai jadwal kegiatan di dalam KAK telah diuraikan dengan jelas. Jadual pelaksanaan
dalam Detail Engineering Desain Plaza Tamanjaya Kawasan Ciletuh
Palabuhanratu Geopark Kabupaten Sukabumi selama 2 (dua) bulan atau 60 (enam
puluh) hari kalender, sebenarnya tergolong pendek mengingat cukup luasnya aspek kajian
dan perencanaan yang harus dilaksanakan.
Memang betul bahwa terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan secara pararel,
namun aspek sekwensial antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya merupakan suatu
keharusan. Artinya, manajemen dan pengaturan pekerjaan serta koordinasi merupakan faktor
penentu apakah target 2 bulan ini dapat dipenuhi. Dalam era perencanaan yang partisipatif
yang melibatkan sebanyak mungkin stakeholders daerah tentu membutuhkan waktu yang
panjang untuk mencapai suatu kesepakatan, disini diperlukan kemampuan organisasi agar
konsultasi dan asistensi dapat berjalan lancar dan efisien.

E.1.6 Tanggapan dan Saran Terhadap Tenaga Ahli


Ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja tentang kebutuhan tenaga ahli dalam menangani
Detail Engineering Desain Plaza Tamanjaya Kawasan Ciletuh Palabuhanratu
Geopark Kabupaten Sukabumi dirasakan cukup memadai, baik untuk pelaksanaan
kegiatan maupun kapabilitas untuk penyelesaian pekerjaan. Karena kami merupakan
Konsultan yang memiliki spesialisasi dalam bidang pekerjaan terkait, maka tenaga ahli yang
kami siapkan dalam memenuhi ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja tersebut telah
memenuhi syarat yang ditentukan dan memiliki keahlian yang tinggi dalam penanganan
pekerjaan.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-3


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

E.1.7 Tanggapan dan Saran Terhadap Laporan


Mekanisme pelaporan di dalam KAK telah diuraikan dengan jelas. Sistem pelaporan dari Detail
Engineering Desain Plaza Tamanjaya Kawasan Ciletuh Palabuhanratu Geopark
Kabupaten Sukabumi seperti yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah
dapat dimengerti oleh pihak konsultan.

E.2 APRESIASI INOVASI


E.2.1 Pemahaman Umum
E.2.1.1 Pemahaman Geowisata
Didalam pemahaman geowisata ini akan dibahas mengenai pengertian geowisata, konsep
geowisata dan fasilitas penunjang geowisata dan akan dijelaskan dibawah ini.
A. Pengertian Geowisata
Definisi geoekowisata sebagai suatu bagian terminologi ilmiah kebumian belum banyak
dilakukan oleh para ahli kebumian. Geowisata sebagai suatu bagian dari terminologi
kepariwisataan telah didefinisikan oleh Sampumo (1995) sebagai bentuk kegiatan
wisata yang mengunjungi obyek-obyek geologi yang menarik. Secara empiris,
pengalaman penulis seiama ini menunjukkan bahwa kegiatan yang nantinya dapat
dikategorikan sebagai geowisata tidak harus pada obyek geologi yang menarik. Hal ini
sangat tergantung dari seseorang yang mengunjungi ke obyek geologi tersebut,
apakah seseorang tersebut sebagai bagian dari masyarakat yang memahami ilmu
kebumian pada umumnya ataukah seseorang yang tidak pernah menerima pendidikan
ilmu kebumian. Oleh karena itu, untuk memberikan persepsi yang sama dalam
penyusunan pekerjaan ini maka terminologi geowisata secara ilmiah kebumian maupun
kepariwisataan, dapat dijabarkan sebagai berikut: bahwa geowisata merupakan salah
satu bentuk perjalanan wisata alam minat khusus yang didasari oleh ketertarikan 1
rasa ingin tahu pada keragaman fenomena kebumian (geodiversify). Keragaman
fenomena kebumian yang nantinya menjadi dasar komoditas produk dan promosi
geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata minatkhusus, meliputi: Proses kebumian
yang aktif, seperti: letusan gunungapi dan produknya, lokasi rawan gempabumi
tektonik, gerakan patahan batuan yang masih aktif, manifestasi geotermal
(panasbumi), serta kawasan rawan tanah longsor.
Keindahan alam akibat proses geodinamika masa lalu maupun Resen (masa sekarang),
seperti: pemandangan (gunung, sungai, pantai, karst, dataran tinggi, terumbu karang),
yang diikuti dengan pembelajaran wawasan ekologi. Aspek kebudayaan masa lalu yang
mengikuti perkembangan geodinamika, seperti: situs hancurnya peninggalan purba
oleh bencana alam masa lalu; situs arkeologi dan paleoantropologi.
Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi, seperti: eskploitasi minyak dan gas bumi,
tambang emas, tambang batubara, juga pertambangan rakyat. Kegiatan eksploitasi
sumberdaya geologi yang bermasalah terhadap lingkungan di sekitamya.
Geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata alam termasuk dalam kategori wisata
minat khusus. Pengertian wisata minat khusus menurut Hall & Weiler (1982) adalah
sebagai berikut :
Suatu bentuk perjalanan wisata dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat, karena
memiliki minat atau tujuan khusus mengenai sesuatu jenis obyek atau kegiatan yang
dapat ditemui atau dilakukan di lokasi daerah tujuan wisata / tempat yang menarik

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-4


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

dari aspek lingkungan fisik, sosial dan budayanya. Wisata aktif, dimana wisatawan
terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan fisik (termasuk aspek
fenomena kebumian/geologi) atau lingkungan komunitas/sosial budaya yang
dikunjunginya.
Geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata minat khusus mempunyai aspek REAL
Travel (Hall & Weiler, 1982), yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Rewarding (penghargaan), yaitu penghargaan atas sesuatu obyek dan daya
tarik wisata yang dikunjunginya, yang diwujudkan pada keinginan wisatawan
untuk dapat belajar memahami atau bahkan mengambil bagian dalam aktivitas
yang terkaitdengan proyektersebut.
Enriching (pengkayaan), yaitu mengandung aspek pengkayaan atau
penambahan pengetahuan dan kemampuan terhadap sesuatu jenis atau
bentuk kegiatan yang diikuti wisatawan.
Adventurism (petualangan), yaitu mengandung aspek pelibatan wisatawan
dalam kegiatan yang memiliki sesuatu resiko secara fisik dalam bentukkegiatan
petualangan.
Learning (proses belajar), yaitu mengandung aspek pendidikan melalui proses
belajar yang diikuti wisatawan terhadap sesuatu kegiatan edukatif tertentu
yang diikuti wisatawan.
Geowisata adalah suatu kegiatan wisata berkelanjutan dengan fokus utama pada
kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan
lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Indonesia
adalah negara yang memiliki daya tarik geologis yang khas di berbagai wilayah dan
dapat dijadikan sebagai objek geowisata.
Geowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang menonjolkan aspek-aspek
kebumian serta memiliki daya tarik wisata. Contoh obyek wisata dari geowisata
misalnya adalah gunung berapi, pantai, danau, mata air panas, goa dan lain-lain.
Setiap situs-situs wisata geologi selalu memiliki daya tarik tersendiri baik dari sisi
keindahan dan keunikannya ataupun dari sisi keilmuannya. Dari sisi keilmuan misalnya
berupa pengetahuan yang terkandung didalamnya seperti informasi tentang proses
terbentuknya suatu situs geologi ataupun peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada
situs tersebut. Dengan demikian geowisata selalu memiliki keterkaitan dengan
informasi dan pengetahuan yang menerangkan tentang potensi-potensi yang ada pada
suatu situs geologi. Karena selain menyimpan potensi seperti keindahan dan
keunikannya tetapi juga menyimpan potensi bencana yang harus diwaspadai. Dan
selanjutnya bagaimana kita mengelola informasi dan pengetahuan tersebut agar dapat
memberikan manfaat yang besar berupa optimalisasi potensi dan antisipasi terhadap
potensi-potensi bahaya yang dihasilkan. Maka yang perlu disadari dalam hal ini adalah
geowisata memiliki hubungan yang sangat erat dengan pengetahuan dan informasi.

B. Konsep Geowisata
Pengembangan geowisata di Indonesia harus segera dilakukan untuk meningkatkan
daya tarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Wisata kebumian
(geowisata) dapat dijadikan jembatan dalam rangka sosialisasi ilmu pengetahuan alam,
pendidikan lingkungan dan pelestarian alam dan pada akhirnya diharapkan akan
terwujud pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Prinsip
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan geowisata diantaranya adalah :

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-5


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

1. Geologically based (Berbasis Geologi) Artinya objek/tempat/lokasi yang dijadikan


sebagai area geowisata merupakan bentukkan hasil proses gelologi. Aspek fisik
yang dijadikan daya tarik wisata tersebut dapat berupa kondisi tanah, kandungan
mineral, jenis batuan dan lainnya yang masih berhubungan dengan geologi.
2. Suistanable (Berkelanjutan) Artinya pengembangan dan pengelolaan lokasi
geowisata haruslah berkelanjutan agar kelestariannya dapat terjaga. Beragamnya
kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya mineral-mineral
berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk
mengambil dan merusak lingkungan disekitarnya.
3. Geologically informative (Bersifat Informasi Geologi) Artinya di lokasi geowisata
dilengkapi dengan informasi tentang sejarah terbentuknya bentukkan geologi
tersebut, jadi wisatawan paham akan proses proses alam yang terjadi. Dengan
adanya informasi tersebut diharapkan masyarakat akan sadar dan tidak berupaya
merusak keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata.
4. Locally beneficial (Bermanfaat Secara Lokal) Artinya keberadaan geowisata dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat/komunitas yang berada di sekitarnya.
Manfaat tersebut dapat berupa segi ekonomi, sosial atau lainnya. Dengan
dibukanya suatu kawasan geowisata diharapkan proses pembangunan di daerah
tersebut semaik meningkat.
5. Tourist satisfaction (Kepuasan Pengunjung) Artinya objek geowisata dapat
memberikan kepuasan lahir dan batin bagi wisatawan yang mengunjunginya.
Kepuasan tersebut dapat didapat salah satunya dengan tata kelola tempat
geowisata yang rapi, bersih dan akses yang memudahkan masyarakat untuk
mengunjunginya.

C. Fasilitas Penunjang Geowisata


Secara sederhana geowisata dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk pariwisata
berkelanjutan (sustainable tourism) dan bertanggungjawab (responsible tourism) yang
memanfaatkan seluruh potensi geologis suatu daerah yang didukung oleh fasilitas
interpretasi, unsur jalur, dan unsur penunjang ekowisata, dan infrastruktur.
1. Fasilitas interpertasi
Unsur interpretasi pada dasarnya adalah proses mengkomunikasikan suatu
fenomena agar dapat dipahami oleh orang lain. Beberapa bentuk interpretasi
antara lain: papan penjelasan mengenai suatu daya tarik geologis, tanda-tanda
hingga ke media baik itu berupa leaflet, buku, film maupun yang lainnya.
Sementara itu, cerita dapat menjadi media interpretasi yang sangat efektif untuk
mengawal geowisata. Efektifitas cerita (tuturan) pada geowisata karena pada
dasarnya geowisata memerlukan aspek interpretasi yang dalam, dan cerita dapat
memberikan pemahaman lebih mengenai hal tersebut.
2. Fasilitas non-interpertasi
Selain unsur interpretasi, dalam geowisata juga terkandung unsur jalur atau biasa
disebut dengan geotrek atau trekking jalur-jalur wisata dengan interpretasi
geologi. Geotrek merupakan jalur untuk mengantarkan setiap wisatawan
memahami satu atau lebih fenomena geologi dalam sebuah rangkaian tema dan
cerita yang saling terkait satu sama lain. Geotrek akan memudahkan interpreter
(orang yang memberi interpretasi) untuk membuat suatu cerita yang menarik

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-6


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

namun tetap ilmiah dalam paket wisatanya. Geotrek tidak terikat dengan jarak
maupun waktu, artinya selama pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai dan
wisatawan terpuaskan maka jalur trekking tersebut sudah baik
3. Fasilitas dan infrastruktur ekowisata
a. Pusat informasi (visitor centre), pengendali utama dan awal prosedural
pengelolaan meliputi tata tertib, kode etik, program-program, dan resiko-
resiko dan antisipasi keselamatan.
b. Penginapan (camp site) degan syarat disain simpel, mudah penggunaannya
dan minimum waste.
c. Akomodasi dengan syarat: (i) mudah dikendalikan oleh pengelola, (ii) tidak
mengganggu konsentrasi atau mengurangi perhatian pengunjung terhadap
manfaat lingkungan, dan (iii) tidak mengurangi sensasi petualangan.
d. Infrastruktur: sebagai metode akses atau aliran manfaat ekonomi, manfaat
sosial, harus mendukung nilai-nilai konservasi lingkungan, harus memiliki
aspek keamanan pengunjung serta pemeliharaannya, mampu menjadi daya
tarik masuknya (investasi) operator atau sektor swasta.
Pendekatan kultural dalam pembangunan infrastruktur, meliputi:
Menyesuaikan dengan karakter warisan budaya. Disain/konsep
pembangunan disesuaikan dengan karakter lokal, nilai-nilai lokal, dan
bermakna sustainability manajemen.
Sejalan dengan nilai-nilai lokal plus nilai-nilai kontemporer, plus teknologi
baru yang simpel, efektif, smart, misal mikrohidro, solar energy, hemat
energi.
Memperhatikan setting infrastruktur dan bangunan secara teliti: aliran
program, keamanan, dan akses terhadap penduduk lokal.
Melibatkan penduduk lokal dalam menemukan solusi arsitektur.
Meminimkan dampak lingkungan: memadukan pengelolaan tanaman (tree
management) vs perubahan fisik.
Implementasi detail pengelolaan lingkungan (studi Amdal)
Menciptakan kesan/sensasi kepada pengunjung.
Kreasi disain lokal: warna, bahasa, simbol/ atribut lain. Interior alam terbuka,
mandi pancuran, sajian makanan rebus.
Mendisain infrastruktur yang environment friendly.
Harmonisasi fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan. Letak pemukiman
penduduk lokal, jalur pendakian, dan program interpretasi.
Memberikan pendidikan, ketrampilan dan inovasi untuk konservasi. Infrastruktur
dari teknologi lokal, plus paduan teknologi modern, teknik tali-temali, anyaman,
mebeler dan bahan bambu atau kayu lokal.

E.2.1.2 Pemahaman Geopark


Didalam pemahaman geopark ini akan dibahas mengenai pengertian geopark,kriteria geopark
dan Preseden Geopark yang akan dijelaskan dibawah ini.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-7


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

A. Pengertian Geopark
Menurut European Geopark Network (EGN) dan Global Geopark Network (GGN),
geopark adalah wilayah dengan batas yang didefinisikan dengan baik yang terdiri dari
wilayah luas yang memungkinkan pembangunan lokal berkelanjutan, baik pada aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Sedangkan menurut UNESCO (2006).
Geopark adalah wilayah yang didefinisikan sebagai kawasan lindung berskala nasional
yang mengandung sejumlah situs warisan geologi penting yang memiliki daya tarik
keindahan dan kelangkaan tertentu yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari
konsep integrasi konservasi, pendidikan, dan pengembangan ekonomi lokal.
Berdasarkan beberapa definisi geopark tersebut, secara singkat geopark ini merupakan
bentuk pemanfaatan ruang kawasan lindung yang juga merupakan sebuah
kesempatan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

B. Kriteria Geopark
Di dalam pedoman dan kriteria Geopark yang diterbitkan oleh GGN (Global Geopark
Network) UNESCO pada tahun 2007, ada 5 (lima) kriteria yang harus dipenuhi agar
suatu Geopark dapat berlangsung mencapai tujuannya, yaitu:
1. Ukuran dan Kondisi
Mempunyai batas yang jelas dengan wilayah yang cukup luas yang dapat
melayani pengembangan budaya dan ekonomi lokal. Pada wilayah ini
mengandung situs-situs warisan geologis yang penting secara
internasional, atau kumpulan kesatuan geologis yang mempunyai
kepentingan saintifik, kelangkaan atau keindahan; termasuk sejarah
geologis atau proses-prosesnya.
Geopark adalah wilayah geografis dimana situs-situs warisan geologis yang
merupakan bagian konsep holistik dalam perlindungan, pendidikan dan
pengembangan berkelanjutan. Geopark tidak boleh hanya kumpulan situs-
situs geologis saja, tetapi mencakup keseluruhan tatanan alam. Tema non-
geologis menjadi bagian di dalamnya, terutama jika memang sangat
dipengaruhi oleh kondisi geologisnya, seperti kondisi ekologis, arkeologis
atau kesejarahan.
2. Manajemen dan Pelibatan Masyarakat Lokal
Syarat pengusulan Geoprak adalah telah adanya rencana dan badan
pengelola.
Terbentuknya Geopark adalah proses yang berasal dari bawah (bottom-
up).
Geopark harus menyediakan pengelolaan yang terorganisir dengan
melibatkan publik, komunitas lokal, kepentingan swasta, dan badan-badan
riset dan edukasi, dengan disain dan pelaksanaan yang terkait dengan
kegiatan dan perencanaan pengembangan ekonomi dan budaya daerah.
Ciri Geopark harus terlihat jelas bagi pengunjung: branding atau labelling
yang khas, publikasi dan aktivitas.
Kegiatan turisme yang berkelanjutan atau kegiatan ekonomi lainnya di
Geopark melibatkan masyarakat setempat.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-8


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Dalam penyusunan dan perencana Geopark meminta pendapat Sekretariat


Geopark, dan kerjasama dengan badan-badan survey geologi, masyarakat
lokal, badan pariwisata, badan-badan riset dan perguruan tinggi dan
swasta.
3. Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan Geopark adalah menstimulasi kegiatan ekonomi dan
pengembangan berkelanjutan.
Geopark mengaitkan antara aspek warisan budaya dengan warisan
geologis, menghormati lingkungan dan menstimulasi pembentukan usaha-
usaha lokal yang inovatif, bisnis kecil, indutri penginapan, kursus dan
pelatihan dan peningkatan lapangan pekerjaan.
4. Aspek Pendidikan
Geopark harus menyediakan dan mengorganisir pendukungan, peralatan
dan kegiatan yang mengkomunikasikan pengetahuan geosains/geologi dan
konsep-konsep lingkungan kepada masyarakat (misalnya: museum, pusat-
pusat interpretasi dan edukasi, jalur wisata (trails/trekking), wisata yang
terpandu, peta dan literatur populer, atau media komunikasi modern). Juga
menggalakan kegiatan riset bekerja sama dengan perguruan tinggi, dan
kontak antara para ahli dengan penduduk setempat.
Kesuksesan kegiatan edukasi Geopark akan sangat tergantung tidak hanya
pada kandungan program wisata, staf yang kompeten dan dukungan
logistik bagi pengunjung, tetapi juga kontak personal dengan penduduk
setempat, wakil media dan para pengambil keputusan.
Beberapa instrumen untuk transfer informasi di antaranya dengan ekskursi
anak-anak sekolah dan guru, seminar dan kuliah-kuliah saintifik.
5. Aspek Perlindungan dan Konservasi
Tanggung jawab geopoark adalah melindungi warisan geologis yang
terutama berhubungan dengan kepentingan / hajat hidup masyarakat
setempat.
Geopark, sesuai dengan aturan, harus mengkonservasi nilai-nilai geologis
penting yaitu batuan tertentu, sumber daya mineral, mineral, fosil, bentang
alam; dengan melibatkan keilmuan: ilmu-ilmu Bumi, geologi ekonomi dan
pertambangan, geologi rekayasa, geomorfologi, geografi fisik,
hidrologi/hidrogeologi, mineralogi, paleontologi, petrologi, sedimentologi,
ilmu tanah, speleologi/karst, stratigrafi, geologi struktur, volkanologi, dsb.
6. Kerjasama Jaringan Global
Sebagai anggota Global Geoparks Network (GGN), suatu geopark memiliki
keuntungan untuk menjadi bagian dari jaringan global yang menyediakan
platform cooperation dan mekanisme tukar menukar antara para ahli dan
praktisi dalam bidang warisan geologi. Di bawah payung UNESCO, situs geologi
lokal dan nasional dapat memperoleh pengakuan di seluruh dunia dan
mendapatkan keuntungan melalui aktivitas pertukaran pengetahuan dan
keahlian antara anggota Global Geoparks Network.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-9


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Gambar E.1 Sebaran Warisan Geologi (Geoheritage) Di Indonesia

Gambar E.2 Geoheritage di Provinsi Jawa Barat

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-10


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

C. Preseden Geopark
Dua hal penting dalam pengembangan geopark adalah pengembangan ekonomi lokal
dan perlindungan lingkungan. Selain itu, geopark juga sebagai media pendidikan untuk
menyampaikan pengetahuan tentang geologi dan mengenalkan masyarakat kepada
geologi.
Salah satu hal yang penting dalam manajemen untuk kawasan lindung dan terciptanya
geokonservasi adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap
warisan geologi. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengetahuan
merupakan hal penting untuk mencapai implementasi kebijakan pada kawasan lindung
atau konservasi yang efektif. Oleh karena itu, selain konservasi dan pengembangan
ekonomi lokal, pendidikan juga merupakan salah satu elemen dasar yang harus dimiliki
sebuah geopark. Tujuan geopark adalah untuk mengeksplor, mengembangkan, dan
merayakan hubungan antara warisan geologi, dan semua aspek kawasan lindung,
budaya, dan warisan tak berwujud. Oleh karena itu, dalam suatu geopark tidak hanya
terdapat warisan geologi, tetapi juga warisan budaya, arkeologi, dan biodiversity.

E.2.1.3 Pendekatan Konsep Pembangunan Geopark


Didalam pendekatan konsep pembangunan geopark akan dibahas mengenai konsep geopark
dan konsep Community Base Tourism (CBT)
A. Konsep Geopark
Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka
(outstanding) termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya di
mana masyarakat setempat diajak berperan-serta untuk melindungi dan meningkatkan
fungsi warisan alam (UNESCO, 2004).
Menurut penjelasan UNESCO, unsur utama di dalam Geopark terbagi 3 yaitu unsur
Geodiversity, Biodiversity dan Culturaldiversity. Konsep asas Geopark menurut UNESCO
adalah pembangunan ekonomi secara mapan melalui warisan geologi atau geotourism.
Tujuan dan sasaran dari Geopark adalah untuk melindungi keragaman Bumi
(geodiversity) dan konservasi lingkungan, pendidikan dan ilmu kebumian secara luas.
Pengertian Geopark bedasarkan yang dijelaskan di dalam Guideline and Criteria
Geopark (Global Geopark Network) dapat dipahami melalui beberapa aspek seperti :
1. Sebagai suatu kawasan
Geopark merupakan sebuah kawasan yang berisi aneka jenis unsur geologi yang
memiliki makna dan fungsi sebagai warisan alam.Di kawasan ini dapat
diimplementasikan berbagai strategi pengembangan wilayah secara berkelanjutan,
yang promosinya harus didukung oleh program pemerintah. Sebagai kawasan,
Geopark harus memiliki batas yang tegas dan nyata. Luas permukaan Geopark pun
harus cukup, dalam artian dapat mendukung penerapan kegiatan rencana aksi
pengembangannya.
2. Sebagai sarana pengenalan warisan Bumi
Geopark mengandung sejumlah situs geologi (geosite) yang memiliki makna dari
sisi ilmu pengetahuan, kelangkaan, keindahan (estetika), dan pendidikan. Kegiatan
di dalam Geopark tidak terbatas pada aspek geologi saja, tetapi juga aspek lain
seperti arkeologi, ekologi, sejarah, dan budaya.
3. Sebagai kawasan lindung warisan Bumi
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-11
USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Situs geologi penyusun Geopark adalah bagian dari warisan Bumi. Berdasarkan
arti, fungsi dan peluang pemanfaatannya, keberadaan dan kelestarian situs-situs
itu perlu dijaga dan dilindungi.
4. Sebagai tempat pengembangan geowisata
Objek-objek warisan Bumi di dalam Geopark berpeluang menciptakan nilai
ekonomi. Pengembangan ekonomi lokal melalui kegiatan pariwisata berbasis alam
(geologi) atau geowisata merupakan salah satu pilihan.Penyelenggaraan kegiatan
pariwisata Geopark secara berkelanjutan dimaknai sebagai kegiatan dan upaya
penyeimbangan antara pembangunan ekonomi dengan usaha konservasi.
5. Sebagai sarana kerjasama yang efektif dan efisien dengan masyarakat
lokal
Pengembangan Geopark di suatu daerah akan berdampak langsung kepada
manusia yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan. Konsep Geopark
memperbolehkan masyarakat untuk tetap tinggal di dalam kawasan, yaitu dalam
rangka menghubungkan kembali nilai-nilai warisan Bumi kepada mereka.
Masyarakat dapat berpartisipasi aktif di dalam revitalisasi kawasan secara
keseluruhan.
6. Sebagai tempat implementasi aneka ilmu pengetahuan dan teknologi
Di dalam kegiatan melindungi objek-objek warisan alam dari kerusakan atau
penurunan mutu lingkungan, kawasan Geopark menjadi tempat uji coba metoda
perlindungan yang diberlakukan.Selain itu, kawasan Geopark juga terbuka
sepenuhnya untuk berbagai kegiatan kajian dan penelitian aneka ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat-guna.

Gambar E.3 Elemen Dasar Konsep Geopark

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-12


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

B. Konsep Community Based Tourism (CBD)


Pembangunan berkelanjutan menurut United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED) yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan dari generasi
sekarang tanpa mengurangi kemampuan dari generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Untuk pertama kalinya muncul konsep yang me ncoba memper-
temukan aspek pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan (ekologis). Konsep
tersebut memiliki makna yang luas dan menjadi payung bagi banyak konsep,
kebijakan, dan program pembangunan yang berkembang secara global. Pembangunan
berkelanjuta n merupakan paradigma baru yang memiliki interpretasi konsep atau aksi
yang beragam (Baiquni, 2002:34). Selanjutnya pembangunan berkelanjutan
didefinisikan dalam Caring for the Earth sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan
manusia namun masih dalam kemampuan daya dukung ekosistem (IUCN, UNEP dan
WWF dalam Baiquni, 2002:34).
International Institute for Sustainable Development (IISD) bersama kalangan bisnis
mengajukan definisi pembangunan berkelanjutan sebagai adopsi strategi - strategi
bisnis dan aktifitas yang mempertemukan kebutuhan-kebutuhan perusahaan dan
stakeholder pada saat ini dengan cara melindungi, memberlanjutkan, serta
meningkatkan sumber daya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa
mendatang (Satriago dalam Baiquni, 2002: 34). Sementara itu Burger (dalam Baiquni,
2002:34) secara diagramatis menggambarkan pembangunan berkelanjutan sebagai
interaksi tiga komponen besar yaitu biosphere, masyarakat, dan moda produksi
ekonomi.
Meski memperoleh perhatian khusus dari akademisi pariwisata dan praktisi
pembangunan pariwisata beberapa tahun terakhir, namun literature tentang konsep
dan teori pariwisata seringkali gagal menghu-bungkan pariwisata dengan konsep pem-
bangunan berkelanjutan sebagai kesatuan paradigma Sehingga penerapan
pembangunan berkelanjutan dalam konteks pariwisata masih banyak diragukan. Hal
ini menimbulkan ketertarikan dunia akademis untuk mendiskusikan konsep
pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sharpley, 2000:1). Definisi pembangunan
pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna beragam. Orang dari banyak bidang yang
berbeda menggunakan istilah berbeda di dalam konteks yang berbeda dan mereka
mempunyai konsep, bias, dan pendekatan berbeda (Heinen dalam Sharpley, 2000:1).
WTO mendefinisikan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan
yang memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan mendorong
kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh
sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat
terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi esensial,
keanakeragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata
berkelanjutan dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal, masyarakat dan
budaya, sehingga mereka menjadi pene -rima keuntungan yang permanen dan bukan
korban pembangunan pariwisata (Ano-nim, 2000:xvi). Dalam hal ini kebijakan
pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan sumber daya alam
dan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka waktu panjang (Sharpley, 20
00:10).
Berkaitan dengan upaya menemukan keterkaitan anatara aktifitas pariwisata dan
konsep pembangunan berkelanjutan Cronin (Sharpley, 2000:1), menkonsepkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembanguan yang terfokus pada dua
hal, keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya
mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan berkelanjutan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-13


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

yang lebih luas. Stabler & Goodall (Sharpley, 2000:1), menyatakan pembang -unan
pariwisata berkelanjutan harus konsisten/sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan bahwa pariwisata
berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan wisata
(host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan (wisata), dan
industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat merusak
keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang mengusulkan
istilah magic pentagon yang merupakan keseimbangan antara elemen pariwisata,
dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi.
1. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Prinsip dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley (2000:9-
11) yang mengacu pada prinsip dasar pembangunan berkelanjutan. Pendekatan
yang holistik sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada sistem
pariwisata itu sendiri dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata atau sektor
industri. Selama ini meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi dalam strategi
pembangunan nasional dan lokal, namun fokus utama pembangunan pariwisata
berkelanjutan masih ke arah produk center. Tidak heran jika pada tingkat
operasional sulit mengatur penerimaan yg komplek, fragmentasi, pembagian
multisektor dari keuntungan pariwisata secara alamiah. Oleh karenanya menurut
Fors yth (dalam Sharpley, 2000:9) pariwisata berkelanjutan dalam prakteknya
cenderung terfokus eks -klusif setempat, proyek pembangunan relatif berskala
kecil, jangkauanya jarang melebihi wilayah/lingkungan lokal atau regional, atau
sebagai sektor industri yang spesifik/khusus. Pada saat yang bersamaan, sektor
yang berbeda dari industri pariwisata mengalami perkembangan dalam berbagai
tingkat, mengadopsi kebijakan lingkungan dan meski kecil telah menunjukkan
filosofi bisnis dan pembangunan yang mengarah pada prinsip-prinsip
keberlanjutan antar industri. Menurut Sharpley peningkatan kebijakan
pembangunan pariwisata berkelanjutan sangat tergantung pada variasi faktor
politik ekonomi yang dapat menghalangi diterapkannya pembangunan pariwisata
berkelanjutan.
Aronsson (2000:40) mencoba menyampaikan beberapa pokok pikiran tantang
intepretasi pembangunan pariwasata berkelanjutan, yaitu 1) pembangunan
pariwisata berkelanjutan harus mampu mengatasi permasalahn sampah
lingkungan serta memiliki perspektif ekologis, 2) pembangunan pariwisata
berkelanjutan menunjukkan keberpihakannya pada pembangunan berskala kecil
dan yang berbasis masyarakat lokal/setempat, 3) pembangunan pariwisata
berkelanjutan menempatkan daerah tujuan wisata sebagai penerima manfaat dari
pariwisata, untuk mencapainya tidak harus dengan mengeksploitasi daerah
setempat, 4) pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada
keberlanjutan budaya, dalam hal ini berkaitan dengan upaya-upaya membangun
dan mempertahankan bangunan tradisional dan peninggalan budaya di daerah
tujuan wisata.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development
menurut Yaman & Mohd (2004:584) ditandai dengan empat kondisi yaitu: 1)
anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perenca naan dan
pembang-unan pariwisata, 2) pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan
pengunjung/wisatawan, 3) kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan
iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4) investasi pada bentuk bentuk
transportasi alternatif.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-14


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development


menurut Yaman & Mohd (2004:584) ditandai dengan empat kondisi yaitu: 1)
anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perenca naan dan
pembang-unan pariwisata, 2) pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan
pengunjung/wisatawan, 3) kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan
iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4) investasi pada bentukbentuk
transportasi alternatif.
Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI tentang pembangunan
pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah: 1) kesadaran tentang
tanggungjawab terhadap lingkungan, bahwa strategi pembangunan pariwisata
berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai green industry (industri
yang ramah lingkungan), yang menjadi tanggungjawab pemerintah, industri
pariwisata, masyarakat dan wisatawan, 2) peningkatan peran pemerintah daerah
dalam pembangunan pariwisata, 3) kemantaban/keberdayaan in dustri pariwisata
yaitu mampu menciptakan produk pariwisata yang bisa bersaing secara
internasional, dan mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata, 4)
kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang
bertujuan menghapus/meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan wisatawan
dan masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik dan dominasi
satu sama lain. Hal ini juga didukung dengan memberi perhatian/pengembangan
usaha skala kecil oleh masyarakat lokal.
2. Community Based Tourism (CBT)
Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan
prinsip prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang
cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada
keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan ke dua, cenderung dikaitkan
dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan
dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan
terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan
alam dalam dampak pembangunan ekowisata.
Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata
adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan
pembangunan. Definisi CBT yaitu: 1) bentuk pariwisata yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam
manajemen dan pembangunan pariwisata, 2) masyarakat yang tidak terlibat
langsung dalam usaha -usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, 3) menuntut
pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada
komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.
Dengan demikian dalam pandangan Hausler CBT merupakan suatu pendekatan
pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang
terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk
memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwista
yang berujung pada pemberdayaan politis melalaui kehidupan yang lebih
demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegitan pariwisata yang
lebih adil bagi masyarakat lokal. Hauler menyampaikan gagasan tersebut sebagai
wujud perhatian yang kritis pada pembangunan pariwisata yang seringkali
mengabaikan hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata. Suansri (2003:14)
mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek
keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-15


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata lain CBT merupakan alat
untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Peran stakeholder dalam CBT meliputi:
a) Pemerintah. Kebijakan fiskal meliputi perpajakan (dan tarif), investasi,
infrastruktur, keamanan atau profesional aparat pemerintah.
b) Sektor swasta: keuntungan dari fasilitas dan akomodasi, informasi, produk
wisata, tujuan wisata dan kualitas pelayanan, klub, dan saran policy.
c) Pengunjung atau wisatawan: aliran ekonomi, pengalaman, pendidikan
lingkungan, nilai lokal, kepuasan, membentuk opini tentang lingkungan.
d) Penduduk lokal. Subyek dan obyek ecotourism, kesejahteraan, kerangka
berpikir penduduk lokal digunakan untuk saran kebijakan.
e) Lembaga mansyarakat. memfasilitasi stakeholder yang terancam,
advokasi, fungsi politis untuk mengangkat isyu-isyu kemiskinan, ketidak
adilan dan dampak kerusakan lingkungan agar diperbaiki keadaannya.
f) Kualitas lingkungan (sumberdaya alam dan buatan) ecotourism. dampak
terhadap social welfare (sosial, ekonomi dan lingkungan)

E.2.2 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Terkait Wilayah Studi


E.2.2.1 Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945.
bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud
berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia;
bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara
sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat,
kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan
berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional dan global;
Didalam undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan terdapat beberapa
istilah yaitu :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara. .
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-16


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan


bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan Pengusaha.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.
10. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
11. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan
profesionalitas kerja.
12. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata
untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan
kepariwisataan.
13. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

A. Asas, Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan


Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas :
Manfaat
Kekeluargaan
Adil dan merata
Keseimbangan
Kemandirian
Kelestarian
Partisipatif
Berkelanjutan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-17


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Demokratis
Kesetaraan dan
Kesatuan

Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap


wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat.
1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan
daya tarik wisata;
2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa;
3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Kepariwisataan bertujuan untuk:


Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Meningkatkan kesejahteraan rakyat
Menghapus kemiskinan;
Mengatasi pengangguran.
Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
Memajukan kebudayaan
Mengangkat citra bangsa
Memupuk rasa cinta tanah air
Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
Mempererat persahabatan antar bangsa

B. Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan


Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip:
Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha
Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan manusia dan
lingkungan;
Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal
Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas
Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup
Memberdayakan masyarakat setempat

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-18


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antar pemangku kepentingan
Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata dan
Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pembangunan kepariwisatan meliputi:
Industri pariwisata
Destinasi pariwisata
Pemasaran dan
Kelembagaan kepariwisataan

C. Penetapan Kawasan Strategis Kepariwisataan


Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek:
Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata.
Potensi pasar
Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.
Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan
aset budaya
Kesiapan dan dukungan masyarakat dan
Kekhususan dari wilayah
Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan
dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial dan agama
masyarakat setempat.
Kawasan strategis pariwisata terdiri atas :
1. Kawasan strategis nasional,
2. Kawasan strategis pariwisata provinsi, dan
3. Kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.
Kawasan strategis pariwisata merupakan bagian integral dari rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten /kota.
Kawasan strategis pariwisata nasional ditetapkan oleh Pemerintah, Kawasan strategis
pariwisata provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, dan kawasan strategis
pariwisata kabupaten/kota ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Kawasan
pariwisata khusus ditetapkan dengan undang-undang.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-19


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

D. Usaha Pariwisata
Usaha pariwisata meliputi, antara lain:
1. Daya tarik wisata
2. Kawasan pariwisata
3. Jasa transportasi pariwisata
4. Jasa perjalanan pariwisata
5. Jasa makanan dan minuman
6. Penyediaan akomodasi
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran
9. Jasa informasi pariwisata
10. Jasa konsultan pariwisata
11. Jasa pramuwisata
12. Wisata tirta dan
13. Spa
Usaha pariwisata selain yang ada diatas akan diatur dengan peraturan menteri.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata dengan cara:
1. Membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi dan
2. Menfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan usaha
skala besar.

E. Hak, Kewajiban dan Larangan


Setiap orang berhak :
1. Memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata
2. Melakukan usaha pariwisata
3. Menjadi pekerja/buruh pariwisata: dan/atau
4. Berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.
Setiap orang dan/atau masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak
prioritas.
1. Menjadi pekerja/buruh
2. Konsinyasi; dan/atau
3. Pengelolaan
Setiap wisatawan berhak memperoleh:

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-20


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

1. Informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata


2. Pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar
3. Perlindungan hukum dan keamanan
4. Pelayanan kesehatan
5. Perlindungan hak pribadi; dan
6. Perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi
Setiap wisatawan berkewajiban:
a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat.
b. Memelihara dan melestarikan lingkungan
c. Turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan, dan
d. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan
kegiatan yang melanggar hukum.
Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:
a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat.
b. Memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab
c. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif
d. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamatan
wisatawan
e. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang
beresiko tinggi
f. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat yang
saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan.
g. Mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri, dan
memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal
h. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan
i. Berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan
masyarakat.
j. Turut sertam mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan
kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya
k. Memeliharan lingkungan yang sehat, bersih dan asri
l. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya
m. Menjaga citra negara dan bangsa indonesia melalui kegiatan kegiatan usaha
kepariwisataan secara bertanggung jawab dan
n. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-21


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

F. Kewenangan Pemerintah Dan Pemerintah Daerah


Pemerintah berwenang :
Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional
Mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintas provinsi
Menyelenggarakan kerja sama internasional di bidang kepariwisataan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Menetapkan daya tarik wisata nasional
Menetapkan destinasi pariwisata nasional
Menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistem pengawasan
dalam penyelenggaraan kepariwisatan
Mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan
Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik
wisata dan aset potensial yang belum tergali
Melakukan dan menfasilitasi promosi pariwisata nasional
Memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan dini yang
berhubungan dengan keamanan dan keselamatan wisatawan
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimiliki masyarakat
Mengawasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan kepariwisataan, dan
Mengalokasikan anggaran kepariwisataan
Memberikan informasi dan/atau peringatan
Pemerintah provinsi berwenang:
Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi
Mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayahnya.
Melaksanakan pendaftaran, pencatatan dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata
Menetapkan destinasi pariwisata provinsi
Menetapkan daya tarik wisata provinsi
Menfasilitasi promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di
wilayahnya
Memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata provinsi, dan
Mengalokasikan anggaran kepariwisataan
Pemerintah kabupaten/kota berwenang:
Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota
Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota
Menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota
Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-22


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya.


Menfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang
berada di wilayahnya.
Memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru.
Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup
kabupaten/kota.
Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang ada di wilayahnya.
Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata, dan
Mengalokasikan anggaran kepariwisataan.

E.2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), dijelaskan bahwa kawasan lindung geologi termasuk kedalam
kawasan lindung nasional di dalam Pola Ruang.
Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) kawasan lindung geologi terdiri dari:
a. Kawasan cagar alam geologi;
b. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
Penjabaran dari kawasan lindung geoogi yaitu :
1. Kawasan cagar alam terdiri atas:
Kawasan keunikan batuan dan fosil;
Kawasan keunikan bentang alam; dan
Kawasan keunikan proses geologi.

2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi terdiri atas :


Kawasan rawan letusan gunung berapi;
Kawasan rawan gempa bumi;
Kawasan rawan gerakan tanah;
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif;
Kawasan rawan tsunami;
Kawasan rawan abrasi; dan
Kawasan rawan bahaya gas beracun.
3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah terdiri atas:
Kawasan imbuhan air tanah; dan
Sempadan mata air.
Cagar biosfer ditetapkan dengan kriteria:

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-23


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang sudah mengalami
degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan binaan;
Memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;
Merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan interaksi antara
komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau
Berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian dan pendidikan.
Kawasan keunikan batuan dan fosil ditetapkan dengan kriteria:
Memiliki keragaman batuan dan dapat berfungsi sebagai laboratorium alam;
Memiliki batuan yang mengandung jejak atau sisa kehidupan di masa lampau (fosil);
Memiliki nilai paleo-antropologi dan arkeologi;
Memiliki tipe geologi unik; atau
Memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur geologi masa lalu.
Kawasan keunikan bentang alam ditetapkan dengan kriteria:
Memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;
Memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik, dan gumuk
vulkanik;
Memiliki bentang alam goa;
Memiliki bentang alam ngarai/lembah;
Memiliki bentang alam kubah; atau
Memiliki bentang alam karst.
Kawasan keunikan proses geologi ditetapkan dengan kriteria:
Kawasan poton atau lumpur vulkanik;
Kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau
Kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser.

E.2.2.3 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Lingkungan Geologi
Perlindungan Lingkungan Geologi yang ada di lingkungan Provinsi Jawa Barat yang dituangkan
kedalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2002 terdapat beberapa muatan yaitu :

A. Wewenang dan Tanggung Jawab


Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan perlindungan lingkungan geologi meliputi
wewenang dan tanggungjawab dalam hal :
a. Menyusun kriteria dan panduan/pedoman penetapan wilayah pengembangan dan
konservasi lingkungan geologi;
b. Menetapkan suatu daerah menjadi kawasan lindung lingkungan geologi;
c. Melakukan survei, menginventarisasi, mitigasi dan pemetaan lingkungan geologi;
d. Mengatur, mengurus, membina dan mengembangkan unsur lingkungan geologi.
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-24
USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

e. Melakukan upaya penertiban terhadap kegiatan pengembangan wilayah yang tidak


memenuhi ketentuan perlindungan lingkungan geologi
f. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan pengembanganwilayah
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan geologi
Pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab dilakukan oleh Dinas bersama-sama dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Tatacara pelaksanaan kewenangan diatur lebih lanjut
oleh Gubernur.

B. Lingkungan Geologi
Wilayah Lingkungan Geologi terbentuk secara alamiah yang dapat meliputi beberapa wilayah
administratif pemerintahan. Dalam kaitannya dengan perlindungan Lingkungan Geologi,
Lingkungan Geologi meliputi Geologi Bahan Galian, Daerah Konservasi Geologi, Geologi
Bencana dan Geologi Tata Lingkungan.
1. Geologi Bahan Galian
Meliputi lahan lokasi keterdapatan dan seluruh kekayaan bahan galian yang terkandung
di dalam bumi.
2. Daerah Konservasi Geologi
Ruang lingkup Daerah Konservasi Geologi meliputi:
Kawasan Resapan Air;
Kawasan Cagar Alam Geologi;
Kawasan Kars.
3. Geologi Bencana
Bencana Geologi yang terjadi secara alami atau sebagai dampak kegiatan manusia
sesuai Kewenangan Daerah antara lain :
Penurunan Muka Tanah;
Tanah Longsor;
Abrasi Pantal;
Gempa Bumi;
Intrusi Air Asin;
Erosi;
Tsunami.
Intrusi Air Asin;
Erosi;
Tsunami.
4. Geologi Tata Lingkungan
Ruang lingkup Geologi Tata Lingkungan meliputi tatanan geologi yang mencakup
bentang alam, kemiringan lereng, struktur dan susunan batuan, air tanah dan sumber
daya geologi lainnya, serta proses-proses geologi yang mempengaruhinya.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-25


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

C. Kegiatan Perlindungan
Ada beberapa kegiatan perlindungan geologi yang tertuang di dalam Perda Nomor 2 Tahun
2002 yaitu :
1. Inventarisasi dan Perencanaan
Inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui keanekaragaman, kualitas dan
kuantitas potensi lingkungan geologi.
Kegiatan inventarisasi dilakukan terhadap objek lingkungan geologi adalah dalam
rangka perencanaan perlindungan lingkungan geologi.
Kegiatan Inventarisasi dilaksanakan oleh Dinas.
Berdasarkan data-data hasil kegiatan inventarisasi Dinas membuat Perencanaan,
Konservasi dan pendayagunaan, mitigasi bencana geologi, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian.
Konservasi dan Pendayagunaan lingkungan Geologi menjadi bagian dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Tatacara pelaksanaan kegiatan inventarisasi dan petencanaan diatur lebih lanjut
oleh Gubernur.
2. Konservasi dan Pendayagunaan
Penetapan wilayah menjadi kawasan resapan air, kawasan cagar alam, geologi,
dan kawasan kars diatur lebih lanjut oleh Gubemur.
Penetapan kawasan rawan bencana geologi, ditetapkan oleh Gubemur berdasarkan
usulan dad Bupati/Walikota.
Setiap perencanaan pengembangan wilayah yang berada pada wilayah yang telah
ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi, Kawasan Resapan Air dan
Kawasan Kars wajib mendapatkan pertimbangan geologi dari Dinas.
Konservasi dimaksudkan untuk melindungi unsur Lingkungan Geologi dilaksanakan
melalui penetapan wilayah yang secara geologis tertutup bagi pengembangan
wilayah.
Pendayagunaan dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan
melalui pemberian pertimbangan geologi 'tefiadap setiap pengembangan wilayah.
3. Mitigasi Bencana Geologi
Terhadap Kawasan Rawan Bencana Geologi perlu dilakukan mitigasi.
Gubemur bersama-sama Bupati/ Walikota berkewajiban melaksanakan upaya
mitigasi yang mencakup kesiapsiagaan, pemantauan, inventarisasi, penyelidikan
dan memberikan peringatan, pembinaan masyarakat serta penanggulangan akibat
bencana geologi.
Tata cara pelaksanaan upaya mitigasi diatur lebih lanjut oleh Gubemur.
4. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan perlindungan lingkungan
geologi dilaksanakan oleh Dinas bersama-sama dengan Lembaga Teknis terkait
serta Pemerintah KabupateNKota dan masyarakat.
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian, meliputi :

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-26


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

penyebarluasan informasi hasil mitigasi kepada masyarakat;


pengidentifikasian wilayah yang ada pada daerah-daerah rawan bencana
geologi;
melaksanakan koordinasi penanggulangan akibat bencana geologi.

E.2.2.4 Tinjauan RTRW Propinsi Jawa Barat Tahun 2009 2029 (Perda Nomor 22
Tahun 2010)
Berdasarkan Peratuan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Provinsi Jawa
Barat terdapat kriteria dan lokasi kawasan lindung salah satunya adalah kabupaten sukabumi.

Tabel E.1 Kriteria dan Lokasi Kawasan Lindung


Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode)
Fisik
Kawasan lindung geologi
Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars
Kawasan Kars Non Hutan Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis
Kawasan rawan bencana alam geologi
a. Kawasan rawan Non Hutan Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor
letusan gunung dan Sukabumi;
api Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kab.
Bogor, Cianjur, dan Sukabumi
Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang
Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di
Kab. Bandung
Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kab. Kuningan,
Cirebon, dan Majalengka
Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut
Kawasan Gunung Tangkuban Parahu, terletak di
Kab.Bandung dan Subang
Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kab. Garut
dan Bandung
Kawasan Gunung Galunggung, terletak Kab.
Tasikmalaya dan Garut

b. Kawasan rawan Non Hutan Tersebar di daerah rawan gempa bumi Bogor-Puncak-
gempa bumi Cianjur, daerah rawan gempa bumi Sukabumi-
tektonik Padalarang-Bandung
Daerah rawan gempa bumi Purwakarta-Subang-
Majalengka
Daerah rawan gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis
c. Kawasan rawan Non Hutan Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Kab.
gerakan tanah Purwakarta, Kab. Subang, Kab. Bandung, Kab. Bandung
Barat, Kab. Sumedang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab.
Ciamis, Kab. Kuningan dan Kab. Majalengka
d. Kawasan rawan Non Hutan Tersebar di Kab. Ciamis, Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut,
tsunami Kab. Cianjur, dan Kab. Sukabumi
e. Kawasan rawan Non Hutan Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab.
abrasi Indramayu, Kab. Cirebon, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur,
Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis
Kawasan yang Non hutan Tersebar di Kabupaten/Kota
memberikan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-27


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode)
Fisik
perlindungan
terhadap air tanah
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029

Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Sukabumi dan sekitarnya, meliputi


peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan dan
bisnis kelautan, serta pertambangan mineral.
Fokus pengembangan WP Sukabumi dan sekitarnya, meliputi:
a. Kota Sukabumi, diarahkan untuk pengembangan pusat pengolahan agribisnis dan
peternakan, agropolitan, wisata agro, industri non-polutif dan tidak mengganggu
resapan air, serta perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Sukabumi;
b. Kabupaten Sukabumi, diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan
kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata
minat khusus, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan
dan jasa yang mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah
sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengembangan wisata
pantai dan minat khusus serta perikanan tangkap, serta pertambangan mineral logam
dan non-logam serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi yang
diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala nasional dan internasional di PKNp
Palabuhanratu;
Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di WP Sukabumi dan sekitarnya, terdiri atas:
a. Pengembangan infrastruktur jalan, meliputi:
1. Pembangunan Jalan Lingkar Sukabumi di Kabupaten Sukabumi dan Kota
Sukabumi, serta jalan lingkar Cianjur di Kabupaten Cianjur; dan
2. Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis.
b. Pengembangan infrastruktur perhubungan, meliputi:
1. Pembangunan Terminal Tipe A di Kota Sukabumi dan Terminal Tipe B di
Palabuhanratu;
2. Peningkatan kapasitas pelabuhan laut perikanan samudera di Palabuhanratu;
3. Peningkatan sarana dan prasarana lalulintas angkutan jalan dan alur pelayaran di
wilayah Sukabumi Selatan;
4. Pembangunan Pangkalan Udara Citarate di KabupatenSukabumi;
5. Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang
menghubungkan kota-kota Bogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang;dan
6. Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

E.2.2.5 Tinjauan RTRW Kabupaten Sukabumi (Perda Nomor 22 Tahun 2012)


Didalam Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi dijelaskan bahwa :
Kawasan lindung terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung;

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-28


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;


c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana;
f. Kawasan lindung geologi; dan
g. Kawasan lindung lainnya.
Kawasan lindung geologi seluas kurang lebih 14.169 (empat belas ribu seratus enam puluh
Sembilan) hektar meliputi:
a. Kawasan cagar alam geologi;
b. Kawasan karst;
c. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan
d. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
Kawasan cagar alam geologi seluas kurang lebih 3.248 (tiga ribu dua ratus empat puluh
delapan) hektar berupa kawasan cagar alam geologi Ciletuh Kecamatan Ciemas meliputi:
a. Blok Gunung Badak;
b. Blok Ciletuh; dan
c. Blok Citirem-Cibuaya.
Kawasan karst seluas kurang lebih 34.164 (tiga puluh empat ribu seratus enam puluh empat)
hektar tersebar meliputi
a. Kecamatan Bantargadung;
b. Kecamatan Cibadak;
c. Kecamatan Cicantayan;
d. Kecamatan Cidolog;
e. Kecamatan Cikembar;
f. Kecamatan Cimanggu;
g. Kecamatan Cisaat;
h. Kecamatan Gegerbitung;
i. Kecamatan Gunungguruh;
j. Kecamatan Jampangkulon;
k. Kecamatan Jampangtengah;
l. Kecamatan Kalibunder;
m. Kecamatan Lengkong;
n. Kecamatan Nyalindung;
o. Kecamatan Kalibunder;
p. Kecamatan Pabuaran;
q. Kecamatan Palabuhanratu;

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-29


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

r. Kecamatan Purabaya;
s. Kecamatan Simpenan;
t. Kecamatan Tegalbuleud;
u. Kecamatan Cibitung;
v. Kecamatan Ciracap;
w. Kecamatan Surade; dan
x. Kecamatan Warungkiara.
Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi:
a. Kawasan rawan letusan gunung api;
b. Kawasan rawan gerakan tanah; dan
c. Kawasan rawan abrasi.
Kawasan rawan letusan gunung api seluas kurang lebih 1.519 (seribu lima ratus sembilan
belas) hektar meliputi:
a. Kawasan Gunung Salak melintasi 6 (enam) kecamatan meliputi:
1. Kecamatan Cidahu;
2. Kecamatan Kalapanunggal;
3. Kecamatan Bojonggenteng;
4. Kecamatan Parakansalak;
5. Kecamatan Parungkuda; dan
6. Kecamatan Cicurug;
b. Kawasan Gunung Gede-Pangrango melintasi 7 (tujuh) kecamatan meliputi:
1. Kecamatan Cicurug;
2. Kecamatan Nagrak;
3. Kecamatan Ciambar;
4. Kecamatan Kadudampit;
5. Kecamatan Sukabumi;
6. Kecamatan Sukaraja; dan
7. Kecamatan Sukalarang.
c. Kawasan Gunung Halimun melintasi 4 (empat) kecamatan meliputi:
1. Kecamatan Kabandungan;
2. Kecamatan Cikidang;
3. Kecamatan Cisolok; dan
4. Kecamatan Cikakak.
Kawasan rawan gerakan tanah seluas kurang lebih 97.081 (sembilan puluh tujuh ribu delapan
puluh satu) hektar meliputi :

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-30


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

a. Intensitas tinggi seluas kurang lebih 9.529 (sembilan ribu lima ratus dua puluh
sembilan) hektar meliputi:
1. Kecamatan Kabandungan;
2. Kecamatan Parungkuda;
3. Kecamatan Cibadak;
4. Kecamatan Cicantayan;
5. Kecamatan Cikidang;
6. Kecamatan Cisolok;
7. Kecamatan Palabuhanratu;
8. Kecamatan Bantargadung;
9. Kecamatan Warungkiara;
10. Kecamatan Cikembar;
11. Kecamatan Nyalindung;
12. Kecamatan Gegerbitung;
13. Kecamatan Sagaranten;
14. Kecamatan Curugkembar;
15. Kecamatan Pabuaran;
16. Kecamatan Kalibunder;
17. Kecamatan Cibitung;
18. Kecamatan Tegalbuleud;
19. Kecamatan Cidolog; dan
20. Kecamatan Cidadap.
b. Intensitas sedang seluas kurang lebih 81.510 (delapan puluh satu ribu lima ratus
sepuluh) hektar tersebar sebagian besar di 21 kecamatan WP Utara dan sebagian kecil
di 23 kecamatan WP Selatan; dan
c. Intensitas rendah atau sangat rendah seluas kurang lebih 5.923 (lima ribu sembilan
ratus dua puluh tiga) hektar tersebar di seluruh Kecamatan.
Kawasan rawan abrasi seluas kurang lebih 885 (delapan ratus delapan puluh lima) hektar
tersebar di sepanjang pantai selatan meliputi:
a. Kecamatan Cisolok;
b. Kecamatan Cikakak;
c. Kecamatan Palabuhanratu;
d. Kecamatan Simpenan;
e. Kecamatan Ciemas;
f. Kecamatan Ciracap;
g. Kecamatan Surade;
h. Kecamatan Cibitung; dan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-31


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

i. Kecamatan Tegalbuleud.
Dibawah ini merupakan kriteria kawasan lindung geologi menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sukabumi.

Tabel E.2 Kriteria Kawasan Lindung dan Sebarannya di Kabupaten Sukabumi


Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
Kawasan Lindung Geologi
Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars
a. Cagar alam terdiri atas: Non Hutan Kawasan Geologi
geologi kawasan keunikan Ciletuh Kab.
batuan dan fosil; Sukabumi
kawasan keunikan
bentang alam; dan
kawasan keunikan
proses geologi.
b. Kawasan Kars Kawasan Kars merupakan Non Hutan Di bagian tengah
bentang alam yang unik tersebar pada 9
dan langka. Karena kecamatan
terbentuk dengan proses (Palabuhanratu,
yang berlangsung lama Simpenan,
dan hanya dijumpai pada Bantargadung,
daerah-daerah tertentu, Warungkiara,
sudah tentu kawasan Jampangtengah,
kars menjadi objek Purabaya,
eksplorasi dan eksploitasi Gegerbitung dan
manusia. Gunungguruh),
sedangkan di
bagian selatan pada
6 kecamatan
(Ciracap, Surade,
Cibitung,
Kampangkulon,
Kalibunder,
Tegalbuleud)
5.2. Kawasan rawan bencana alam geologi
a. Kawasan rawan Kawasan dengan jarak Non Hutan Kawasan Gunung
letusan atau radius tertentu Salak, terletak di
gunung api dari pusat letusan yang Kec. Cidahu
terpengaruh langsung Kawasan Gunung
dan tidak langsung, Gede-Pangrango,
dengan tingkat di Kab. Sukabumi
kerawanan yang Kawasan Gunung
berbeda; Halimun
Kawasan di sekitar Kawasan Gunung
kawah atau kaldera; Kiara Bodas
dan/atau Gagak
Kawasan berupa
lembah yang dapat
menjadi daerah
terlanda awan panas,
aliran lahar, lava,
lontaran atau guguran

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-32


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
bau pijar dan/atau
aliran gas beracun.
b. Kawasan rawan Kawasan yang Non Hutan Tersebar di 47
gempa bumi berpotensi dan/atau kecamatan yang
tektonik pernah mengalami termasuk daerah
gempa bumi dengan rawan gempa bumi
skala VII sampai Sukabumi-
dengan XII Modified Padalarang-
Mercally Intensity Bandung
(MMI);
Kawasan yang
mempunyai sejarah
kegempaan yang
merusak;
Kawasan yang dilalui
oleh patahan aktif
daerah yang
mempunyai catatan
kegempaan dengan
kekuatan (magnitudo)
lebih besar dari 5 pada
skala richter;
Kawasan dengan
batuan dasar berupa
endapan lepas seperti
endapan sungai,
endapan pantai dan
batuan lapuk;
Kawasan lembah
bertebing curam yang
disusun batuan mudah
longsor.
c. Kawasan rawan Kawasan dengan Non Hutan tersebar di
gerakan tanah kerentanan tinggi untuk beberapa lokasi,
terpengaruh gerakan sebagian besar di
tanah, terutama jika bagian Utara Kab.
kegiatan manusia Sukabumi
menimbulkan gangguan
pada lereng di kawasan
ini.
d. Kawasan yang Sempadan dengan Non Hutan Kawasan yang
terletak di zona lebar paling sedikit 250 berada di sekitar
sesar aktif meter dari tepi jalur Sesar Cimandiri
patahan aktif; (Palabuhanratu-
Kawasan dengan Padalarang)
kerentanan karena
terdapat pada zona
sesar yang aktif.
e. Kawasan rawan Pantai dengan elevasi Non Hutan Tersebar di sepan-
tsunami rendah dan/atau jang pantai selatan
berpotensi atau pernah (9 kecamatan)
mengalami tsunami

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-33


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Klasifikasi
Fungsi Jenis/Tipe Kriteria Lokasi (Kode)
Fisik
f. Kawasan rawan Pantai yang berpotensi Non Hutan Tersebar di
abrasi memiliki kerentanan sepanjang pantai
terjadinya abrasi selatan
dan/atau pernah
mengalami abrasi.
Sumber : Keppres No. 32/1990, SK Menhut No. 419/Kpts II/1999, Perda No. 2/1996, PP No 26
Tahun 2008 tentang RTRWN, Hasil Rencana, 2008

Dari segi jaringan transportasi, kondisi prasarana jaringan jalan, baik dari kondisi jalan, lebar
jalan, kontur jalan, sarana kelengkapan jalan, ketersediaan terminal, kemudahan dan
ketersediaan angkutan umum, Kecamatan Ciemas masih dinilai kurang. Terlebih lagi dalam
segi peningkatan pelayanan dan kualitas jaringan jalan. Peningkatan pelayanan dan kualitas
tersebut termasuk daerah-daerah yang berada di luar batas administrasi Kecamatan Ciemas.
Adapun disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi, terdapat
beberapa rencana pengembangan terkait jaringan transportasi, diantaranya :
1. Rencana pengembangan jaringan jalan strategis kabupaten pada ruas jalan Cibutun
Balewer Ciwaru pengembangan jalan lokal primer prioritas pada ruas jalan Jaringao
Cibuaya dan ruas jalan Cibutun Balewer Ciwaru
2. Preservasi dan peningkatan jalan kolektor primer 4 pada pengembangan jaringan Jalan
Simpenan (Loji) Ciemas Surade Ujunggenteng mendukung pembangunan
jaringan jalan koridor Jawa Barat Selatan
3. Pengembangan jalan lokal primer priotitas pada ruas Jalan Jaringao Cibuaya dan ruas
Jalan Cubutun Balewer Ciwaru
4. Pengembangan jaringan jalan strategis kabupaten pada ruas jalan Cibutun Balewer
Ciwaru dan ruas jalan ekonomi menuju kawasan industri, wisata, dan kawasan
strategis lainnya, dalam hal ini, Kecamatan Ciemas sebagai tujuan wisata.
Untuk mengatasi kekurangan dan untuk mempermudah pergantian moda transportasi serta
meningkatkan pelayanan moda transportasi, maka dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sukabumi ini dicantumkan pembangunan Terminal tipe C di Kecamatan Ciemas,
tepatnya di Desa Ciwaru.

E.2.3 Gambaran Umum Kecamatan Ciemas


E.2.3.1 Letak Geografis Wilayah Kecamatan Ciemas
Luas wilayah Kecamatan Ciemas 31.292 Ha terbagi kedalam beberapa bagian, untuk luas lahan
pertanian sebesar 15.786 Ha, lahan Sawah sebesar 4.784 Ha, lahan darat sebesar 15.786 Ha,
lahan hutan Negara sebesar 9.197 Ha.
Adapun batas wilayah Kecamatan Ciemas yaitu
- Utara : Kecamatan Simpenan
- Selatan : Samudera Hindia
- Timur : Kecamatan Ciracap
- Barat : Samudera Hindia

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-34


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Ketinggian dari Permukaan Laut 400-500 M. Kecamatan Ciemas memiliki jarak dari ibukota
kabupaten yaitu berjarak 61 Km, untuk jarak dari ibukota propinsi yaitu berjarak 234 Km,
untuk jarak dari ibukota Negara yaitu berjarak 223 Km.

Tabel E.3 Luas Desa, Lahan Sawah, Lahan Bukan Sawah, dan Lahan Non
Pertanian Menurut Desa Di Kecamatan Ciemas Tahun 2012
Tanah Tanah Bangunan/ Hutan
No Desa Jumlah
Sawah Kering Pekarangan Negara
1 Cibenda 1175 600 604 118 2497
2 Ciwaru 900 225 471 0 1596
3 Taman Jaya 300 600 472 0 1372
4 Mekar Jaya 420 2651 697 5000 8768
5 Ciemas 208 695 585 79 1567
6 Giri Mukti 80 2922 48 0 3050
7 Mandra Jaya 1060 3702 97 0 4859
8 Mekar Sakti 316 1185 893 0 2394
9 Sida Mulya 325 400 464 4000 5189
Jumlah 4784 12980 4331 9197 31292
Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2013

Gambar E.4 Peta Administrasi Kecamatan Ciemas

E.2.3.2 Kondisi Curah Hujan


Kecamatan Ciemas beriklim tropis dengan suhu rata-rata 240 C. Adapun kondisi curah hujan
di wilayah Kecamatan Ciemas terdiri dari karakteristik, yaitu untuk wilayah bagian utara
memiliki tingkat curah hujan rata-rata 3000-3500 mm/th, untuk wilayah bagian tengah

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-35


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

memiliki tingkat curah hujan rata-rata 3500-4000 mm/th, dan untuk wilayah bagian selatan
memiliki tingkat curah hujan rata-rata 4000-4500 mm/th.

Gambar E.5 Peta Curah Hujan

E.2.3.3 Kondisi Topografi


Sebagian besar wilayah desa yang ada di Kecamatan Ciemas terletak di daerah dataran dan
daerah pesisir Pantai dengan kondisi topografi yang beragam. Pada daerah-daerah yang
terletak di daerah pesisir pantai dan dataran merupakan darah datar sampai landai dengan
tingkat ketinggian antar 0-12,5 mdpl. Semakin menjauh dari pesisir pantai, kemiringan lahan
semakin meningkat dari landai sampai dengan bergelombang dengan tingkat ketinggian
mencapai 550-800 mdpl.
Sebagian besar wilayah desa terletak di daerah pegunungan dengan luas daerah 75,24 % dari
luas Kecamatan Ciemas dan 24,76 % daerah pesisir pantai. Jika dilihat dari luas wilayah
perdesa, desa dengan luas terbesar adalah desa Sirnaresmi yaitu 27,6 %, sedangkan luas desa
terkecil adalah desa Gunung Tanjung sebesar 2,8 %. Desa-desa yang masuk dalam Kecamatan
Ciemas, di antaranya, Ciemas, Ciwaru, Mekarjaya, Girimukti, Tamanjaya, dan Manrajaya desa-
desa itu di Kecamatan Ciemas memiliki potensi yang berbeda. Wilayah Kecamatan Ciemas juga
diarahkan bagi pembangunan terminal khusus pelabuhan yang berinteraksi langsung dengan
Kawasan Teluk Palabuhanratu.
Untuk kemiringan lereng wilayah Kecamatan Ciemas, adalah sebagai berikut :
a. 0 - 2 %

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-36


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

b. 2 - 5 %
c. 5 - 15 %
d. 15 - 40%
e. > 40%

Tabel E.4 Luas Wilayah Kecamatan Ciemas berdasarkan Ketinggian


Ketinggian (mdpl) Luas (Ha)
0 25 349,16
25 100 8.331,55
100 500 11.779,26
500 1000 6.236,03
> 1000 -
Total Luas Kec.Ciemas 26.696,00
Sumber : Kab.Sukabumi Dalam Angka 2012

Tabel E.5 Tingkat Kesesuian Pengembangan Tapak Wilayah Kecamatan Ciemas


Berdasarkan Kemiringan Lahan
Tingkat Kesesuian
Kemiringan Lahan Klasifikasi
Pengembangan Tapak
1 - 8% Datar Sangat baik
9 - 15% Landai Baik
15 - 25% Agak curam Terbatas
26 - 40% Curam Sangat terbatas
> 40% Sangat curam Mutlak konservasi
Sumber : The Urban Rural Regional Planning Field Criteria (1980)

Berdasarkan kemiringian lereng, tingkat kesesuain pengembangan tapak wilayah perkotaan di


Kecamatan Ciemas berada pada kemiringan 0-2%, 2-5% dan 5-15%. Sedangkan wilayah di
Kecamatan Ciemas dengan kemiringian lereng 15-40% merupakan wilayah limitasi
pengembangan kawasan perkotaan (pengembangan terbatas), serta wilayah yang berada di
kemiringan >40% merupakan kawasan mutlak konservasi.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-37


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Gambar E.6 Peta Topografi / Kemiringan Lereng

E.2.3.4 Kondisi Jenis Tanah


Berdasarkan jenis tanah wilayah Kecamatan Ciemas terdiri dari latosol, alluvial dan podsolic
merah kuning. Untuk jenis tanah podsolic merah kuning terdapat pada kawasan berbukitan
dengan sifat peka terhadap erosi dan memiliki tingkat kesesuaian tidak baik terhadap
pelaksanaan pembangunan.

Tabel E.6 Jenis dan Sifat Tanah Terkait Kesesuaian Lahan Pariwisata
TINGKAT
JENIS TANAH SIFAT
KESESUIAN
Alluvial, Geysol, Planosol, Hidromorf Kelabu,
Tidak peka Sangat baik
Laterik air tanah
Latosol Agak peka Baik
Brown Forests Oil, Non Calcic Brown,Mediteran Kurang Peka Kurang baik
Andosol, Laterite, Grumusol, Spodosol, Podsolic Peka Tidak baik

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-38


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

TINGKAT
JENIS TANAH SIFAT
KESESUIAN
Sangat Tidak
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka
baik

Kawasan di wilayah Kecamatan Ciemas yang memiliki jenis dan sifat tanah berupa Alluvial
memiliki tingkat kesesuaian lahan yang tinggi untuk pengembangan pariwisata dengan
memperhatikan struktur pondasi bangunan dalam pelaksanaan pembangunan yang akan
dilakukan.

Gambar E.7 Peta Jenis Tanah

E.2.3.5 Kondisi Hidrologi


Kondisi hidrologi Kecamatan Ciemas meliputi air tanah berupa mata air, dan air permukaan
berupa sungai dan anak-anak sungainya. Di wilayah Kecamatan Ciemas banyak dijumpai mata
air, biasanya tempat pemunculan mata air ini berasal dari dasar lembah atau kaki perbukitan.
Di Kecamatan Cimeas terdapat tiga titik mata air, yaitu yang terdapat di Kelurahan Mandrajaya,
Kelurahan Tamanjaya dan Kelurahan Mekarjaya. Munculnya mata air dari tempat-tempat
tersebut disebabkan adanya lapisan batuan kedap air di bawahnya, sehingga peresapan tidak
terus ke dalam melainkan ke arah lateral dan muncul di kaki-kaki tebing/lembah atau kaki
perbukitan. Sementara air permukaan yang sebagian besar terdiri atas sungai-sungai dan

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-39


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

anak-anak sungainya membentuk daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai di wilayah
Kecamatan Ciemas adalah DAS Ciletuh.

Gambar E.8 Peta Hidrologi

E.2.3.6 Kondisi Penggunaan Lahan


Kondisi eksisting pola penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Ciemas di domonasi oleh pola
penggunaan lahan hutan dengan luas lahan sekitar 13.597,62 Ha atau mencapai 44,66% dari
total luas lahan sebesar 30.447,43 Ha. Sedangkan untuk penggunaan lahan permukiman
memiliki luas lahan sekitar 289,87 Ha atau sekitar 0,95 % dari total luas lahan.
Berdasarkan kondisi eksisting pola penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Ciemas tersebut
menggambarkan bahwa di wilayah Kecamatan Cimanggis masih dapat memungkinkan
dilakukannya pembangunan dengan memperhatikan arahan pemanfaatan ruang dan arahan
pengendalian ruang yang ada di wilayah Kecamatan Cimanggis. Untuk lebih jelasnya mengenai
luas pola penggunaan lahan eksisting di wilayah Kecamatan Ciemas dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.

Tabel E.7 Luas Lahan Eksisting Penggunaan Lahan Wilayah Kecamatan Ciemas
Persentase
No Pengunaan Lahan Luas (Ha)
(%)
1 Air Tawar 76,94 0,25
2 Kebun/Perkebunan 4721,11 15,51
3 Pemukiman 289,87 0,95

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-40


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Persentase
No Pengunaan Lahan Luas (Ha)
(%)
4 Rumput/Tanah Kosong 101,73 0,33
5 Sawah Tadah Hujan 2026,61 6,66
6 Belukar/semak 8450,55 27,75
7 Tegalan/ladang 1183,01 3,89
8 Hutan 13597,62 44,66
Jumlah 30447,43 100,00
Sumber : Pengolahan Peta Citra dan RTRW Kabupaten Sukabumi

Gambar E.9 Peta Penggunaan Lahan

E.2.3.7 Kondisi Kependudukan


Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Kecamatan Ciemas rata-rata mengalami peningkatan.
Jumlah penduduk Kecamatan Ciemas pada tahun 2013 sebesar 51.932 jiwa, dengan
kepadatan penduduk mencapai 2 Jiwa/Ha. Jumlah penduduk terbanyak di Wilayah Kecamatan
Ciemas pada tahun 2014 berada di Kelurahan Ciwaru dengan jumlah penduduk sekitar 8.402
Jiwa, kepadatan penduduk mencapai 5 Jiwa/Ha.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-41


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Tabel E.8 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Ciemas Tahun 2012- 2015
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kelurahan (Jiwa/Ha)
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015
Cibenda 8368 8368 5805 5850 1 1 2 2
Ciwaru 8402 8402 8159 8258 5 5 5 5
Tamanjaya 6473 6473 6499 6499 5 5 5 5
Mekarjaya 8059 8059 8111 8143 2 2 2 2
Ciemas 5162 5162 5612 5612 3 3 3 3
Girimukti 3838 3838 3858 3858 1 1 1 1
Mandrajaya 4620 4620 4569 4814 1 1 1 1
Mekarsakti 6189 6189 5832 5832 2 2 2 2
Sidamulya - 3275 3275 3221 - 1 1 1
Sumber : Kecamatan Ciemas Dalam Angka, Tahun 2015

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Ciemas pada tahun 2015 yang mencapai 54.536 jiwa,
dimana sebesar 27.877 jiwa merupakan jumlah penduduk laki-laki dan 26.659 jiwa merupakan
jumlah penduduk perempuan.
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terlihat bahwa penduduk laki-laki lebih dominan jika
dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan rasio sebesar 105,13. Dengan pengertian
bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 laki-laki.

Tabel E.9 Jumlah Penduduk Kecamatan Ciemas Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2012 - 2015
Jumlah Penduduk Laki-Laki Jumlah Penduduk Perempuan Sex
(Jiwa) (Jiwa) Rasio
Kelurahan
Tahun
2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015
2015
Cibenda 3.744 3.652 4.324 4.324 3.770 3.681 4.044 4.044 106,92
Ciwaru 4.118 3.894 4.229 4.356 3.970 3.938 4.470 4.046 107,66
Tamanjaya 3.122 3.070 3.155 3.155 3.080 3.235 3.318 2.863 110,20
Mekarjaya 4.033 3.956 4.212 4.132 3.912 3.920 3.793 3.927 105,22
Ciemas 2.734 2.614 2.863 2.863 2.777 2.548 2.798 2.804 102,10
Girimukti 1.947 1.946 1.928 1.928 1.915 1.920 1.910 1.910 100,94
Mandrajaya 2.231 2.026 2.368 2.381 2.044 2.035 2.231 2.239 106,34
Mekarsakti 3.071 2.723 3.132 3.132 2.992 2.786 3.157 3.157 99,21
Sidamulya - - - 1.606 - - - 1.669 96,58
Jumlah 25.000 23.881 26.211 27.877 24.460 24.063 25.721 26.659 105,13
Sumber : Kecamatan Ciemas Dalam Angka, Tahun 2015

E.2.3.8 Potensi Ekonomi


Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, merupakan daerah pertanian, lahan kosong
perkebunan karet dan kelapa yang merupakan sumber pakan ternak ruminansia, seperti
rumput gajah, brachiaria, glirisidia, lamtoro, kaliandra, rumput sawah, rumput raja, rumput
lapangan, rumput raket, rumput jampang, alang-alang dan sisa limbah pertanian (tanaman
jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, dan jerami padi).
Di antara potensi yang 80 persen mendominasi masyarakat di Kecamatan Ciemas adalah
pertanian. Baik pertanian sawah maupun komoditi palawija. Lahan pertanian yang ada di

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-42


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI

Kecamatan Ciemas kurang lebih 3.800 Ha. Dalam setahun masyarakat di sini bisa memanen
padi sekitar dua kali.Sedangkan pada musim kering, palawija paling sering ditanam. Potensi
selanjutnya yang juga tampak kental di Kecamatan Ciemas adalah perkebunan. Kebun karet,
sawit, dan teh tampak menghampar di ruas jalan yang mau masuk ke wilayah tersebut,
tepatnya di area perbatasan dengan Kecamatan Simpenan. Dan potensi yang juga termasuk
paling mencolok di wilayah kami adalah keindahan tiga pantai yang melintas wilayah Ciemas.
Kecamatan Ciemas disebut juga Puncak Dharma Teluk Ciletuh, karena wilayah ini sebagiannya
juga hamparan laut atau pantai yang menghias wilayah Pakidulan dari Kabupaten Sukabumi.
Beberapa desa seperti Desa Ciwaru, Girijaya, Manrajaya merupakan wilayah yang berpotensi
pantai. Keindahan alam pantai, yakni Cisaar menuju Palangpang begitu tentram. Sebagian
warga pun ada yang menggantungkan hidup mereka di pantai tersebut sebagai nelayan untuk
mencari tangkapan ikan laut. Pihaknya berharap segala dukungan pemerintah bisa
meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat di sini. Sementara Camat Ciemas,
Dedi Suryana, S.IP, M.Si menerangkan bahwa Wisata Kebun Maranginan di Mekarjaya
mempunyai potensi spesialis pengembangan buah naga dan durian montong, serta wisata
Pantai Palampang Ciwaru dan Sky Air Pantai Indah Pulau Mandra.
Selain itu, untuk potensi pariwisata, beberapa pengunjung yang datang ke Kecamatan Ciemas
yang terkenal dengan tebing-tebing batuan tertua dengan jejeran air terjunnya juga ada yang
mendatangi Pantai Cikepuh, Pantai Karangantu, Pulau Kunti, Pulau Mandra, Pantai
Sodongparat, bahakan ada yang menyusur dari arah Kecamatan Ciracap hingga ke Pantai
Citirem yang berbatasan dengan Pantai Cibuaya di Kecamatan Ciracap melalui jalur laut.
Salah satu lokasi potensial pariwisatanya adalah Curug Cimarinjung. Air terjun ini memiliki
ketinggian sekitar 45 m dan mengalir di Sungai Cimarinjung. Curug ini berada tidak jauh dari
pantai Cimarinjung di teluk Ciletuh, bahkan dari teluk ini dapat terlihat cukup jelas. Lokasinya
terletak di Kampung Cimarinjung, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi,
Propinsi Jawa Barat.

E.2.3.9 Profil Curug Di Kecamatan Ciemas


Ada beberapa curug di Kecamatan Ciemas yang dapat dijadikan sebagai sumber air untuk
jaringan irigasi. Jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-43


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Tabel E.10Profil Curug di Kecamatan Ciemas
Objek Daya
No Keterangan Lokasi
Tarik Wisata
1 Curug
Cimarinjung

Lokasi ini sebagai bukti geologi (Geo-evidence) berupa air terjun sebagai bukti struktur geologi berupa sesar normal
sehingga ada blok atau bagian yang turun. Batuan utama sebagai penyusunnya merupakan bagian dari Formasi
Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke
berbutir kasar sampai halus, menunjukan perlapisan yang tebal dan pada dasar sungai di jumpai bongkah-bongkah
lava basal bersturktur bantal. Batuan Berumur Miosen Bawah. Dijumpai di Sungai Cimarinjung, ketinggian air terjun
mencapai 50 meter. Lokasi ini bermakna estitika, ilmu pengetahuan dan pendukung
pariwisata.
Menurut info, jalan ini adalah rute tracking bagi yang akan mengunjungi Puncak Darma dengan berjalan kaki.
Rutenya memang tidak sejauh rute kendaraan yang sering dilewati. Menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari
arah Puncak Darma, ditengah perjalanan akan melintasi jembatan besi yang seharusnya dulu difungsikan untuk
menghubungkan wilayah Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng. Karena kondisi jalan yang rusak, akhirnya akses ini
terbengkalai. Jembatan tanpa railing besi ini melintas tepat di atas aliran sungai Cimarinjung.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-44


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Objek Daya
No Keterangan Lokasi
Tarik Wisata

Setelah melewati jembatan ini, jalan yang dilalui akan terus menurun sampai akhirnya berhenti di warung pertama
yang akan ditemui. Persis di samping warung itu adalah jalan masuk menuju Curug Cimarinjung. Jalan yang dilalui
adalah jalan setapak ditepi aliran irigasi. Cukup 10 menit berjalan kaki menembus hutan kecil, di depan jalan akan
terhalang oleh batu besar yang menutupi setengah jalan, dan dibalik batu inilah Curug Cimarinjung berada.
Tidak jauh dari Pantai Cimarinjung terdapat objek wisata air terjun Curug Cimarinjung, yang dapat dijangkau dengan
berjalan kaki menelusuri pematang sawah dan jalan setapak di sepanjang saluran Irigasi Cimarinjung.

Setelah sampai di lokasi, benar-benar akan terasa bahwa pengunjung akan berada di situs sejarah, dimana batu-
batu besar berwarna merah kecoklatan dan tumbuhan hijau yang merambat di tebing batu, akan terasa seperti
berada di jaman batu. Kekhasan pemandangan di sini adalah adanya 2 batu besar yang mengapit aliran sungai
Cimarinjung sebelum aliran ini jatuh lagi ke bawah.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-45


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Objek Daya
No Keterangan Lokasi
Tarik Wisata

Curug Cimarinjung tidak kalah indahnya dengan panorama pegunungan di sekitarnya, dan ini merupakan salah satu
Objek wisata air terjun di Desa Ciwaru sekaligus potensi alam yang harus dikembangkan dan dilestarikan
keindahannya.

2 Curug Sodong Desa Ciwaru


Ngelay Cikaret

Lokasi ini sebagai bukti geologi (Geo-evidence) berupa air terjun sebagai bukti struktur geologi berupa sesar normal
sehingga ada blok atau bagian yang turun. Batuan utama sebagai penyusunnya merupakan bagian dari Formasi
Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke
berbutir kasar sampai halus, menunjukan perlapisan yang tebal dan pada dasar sungai di jumpai bongkah-bongkah
breksi polimik. Batuan Berumur Miosen Bawah. Dilokasi ini dijumpai 3 air terjun bersusun dari atas ke bawah berupa
air terjun Ngelai dengan ketinggian mencapai 50 meter, Cikaret dan paling bawah berupa air terjun Sodong atau
dikenal sebagai curug panganten dengan ketinggian mencapai 35 meter. Lokasi ini bermakna estitika, ilmu
pengetahuan dan pendukung pariwisata.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-46


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Objek Daya
No Keterangan Lokasi
Tarik Wisata
Curug Sodong alias Curug Cikanteh alias Curug Kembar alias Curug Penganten bisa diakses dari Palangpang
dengan memakan waktu sekitar 20 menit. Untuk aksesnya sudah lumayan baik dengan jalan beraspal dan
pemandangan sawah yang membuat segar mata. Mungkin bisa dikatakan lukisan anak-anak SD berupa 2 gunung
kembar, jalan berliku, sawah dan rumah terinspirasi dari pemandangan seperti ini, bahkan di sini lebih lengkap
dengan adanya penampakan Curug Cikanteh di kejauhan.
Jika dilihat dari kejauhan, puncak curug ini memiliki 1 aliran sebelum jatuh ke undakan pertama dan akhirnya jatuh
menjadi 2 bagian curug ke kolam dibawahnya. Curug teratas dinamakan Curug Cikanteh, curug ke 2 agak sulit
terlihat karena terhalang pepohonan adalah curug Ngelay, yang terakhir dengan 2 aliran curug adalah Curug Sodong
atau Kembar atau sering di rangkum menjadi 1 curug yaitu curug Cikanteh.

3 Curug Cikanteh

Lokasi ini sebagai bukti geologi (Geo- evidence) berupa air terjun sebagai bukti struktur geologi berupa sesar normal
sehingga ada blok atau bagian yang turun. Batuan utama sebagai penyusunnya merupakan bagian dari Formasi
Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975) berupa batuan sedimen berupa breksi polimik, batupasir graywacke
berbutir kasar sampai halus, menunjukan perlapisan yang tebal dan pada dasar sungai di jumpai bongkah-bongkah
breksi polimik. Batuan Berumur Miosen Bawah. Dilokasi ini dijumpai 2 air terjun bersusun dari atas ke bawah berupa
air terjun dengan ketinggian mencapai 55 meter. Lokasi ini bermakna estitika, ilmu pengetahuan dan pendukung
pariwisata.
Curug Cikateh bisa dikategorikan sebagai curug termudah untuk dikunjungi, untuk pengunjung bisa memarkirkan
kendaraannya tepat menghadap Curug Cikanteh ini. Setelah parkir, hanya dibutuhkan waktu 5 menit berjalan kaki
untuk merasakan sejuknya Curug Cikanteh. Mungkin ini adalah satu-satunya Curug (dari beberapa curug yang kami
kunjungi) yang airnya bisa digunakan untuk mandi karena tidak keruh coklat seperti yang lainnya.
Biarpun curug Cikanteh ini bisa digunakan untuk mandi, pengunjung tetap diharapkan untuk berhati-hati. Curug
indah yang airnya sejuk ini ternyata satu-satunya curug yang pernah memakan korban jiwa. Sepasang remaja
pernah tenggelam saat berenang di kolam ini. Kontur tanah didasar kolam yang tidak landai, ditambah derasnya
curug membuat orang sulit untuk berenang kembali ke permukaan.
Objek wisata Curug Cikanteh yang terletak di Kedusunan Cikanteh dengan jarak kurang lebih 4 Km dari pusat Desa
Ciwaru.

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-47


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Objek Daya
No Keterangan Lokasi
Tarik Wisata
Objek wisata air terjun Cikanteh memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan objek wisata air terjun yang lainnya
yaitu tingkatan air terjun yang terdiri dari tiga tingkat. Tingkat paling dasar dinamakan Curug Sodong, Tingkat kedua
dinamakan Curug Ngelai dan yang paling atas dinamakan Curug Cikanteh. Masing-masing mempunyai keunikan
yang berbeda.

E.2.4 Desain Desain Geopark Ciletuh Menurut Masterplan Geopark Ciletuh


Dibawah ini merupakan desain desain geopakr ciletuh :

Gambar E.10 Siteplan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-48


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Gambar E.11 Perspektif Bird View Siteplan Geopark Ciletuh

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-49


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Gambar E.12 Perspektif Bird View Siteplan Geopark Ciletuh

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-50


USULAN TEKNIS
PENYUSUNAN DED PLAZA TAMANJAYA KAWASAN CILETUH PALABUHANRATU GEOPARK KABUPATEN SUKABUMI
Gambar E.13 Plaza Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK E-51

Anda mungkin juga menyukai