1
PENDAHULUAN
tahun 2015-2019.
Kawasan Borobudur memiliki daya tarik utama Candi Borobudur yang pada tahun
2009 telah ditetapkan menjadi salah satu dari Situs Warisan Budaya Dunia (World
Heritage Sites) oleh UNESCO karena memenuhi kriteria Outstanding Universal Value
(OUV).
Proses pemantauan dan evaluasi menjadi masukan dalam peninjauan kembali (PK)
terhadap RTR, dimana dalam UUPR dan PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP PPR) diamanatkan bahwa perlu dilakukan
peninjauan kembali terhadap RTR secara rutin 5 (lima) tahun sekali. Hal ini dapat
dilakukan dari waktu rutin apabila dalam kondisi lingkungan strategis tertentu,
seperti bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial. Adapun proses
pelaksanaan peninjauan kembali dilakukan melalui kegiatan pengkajian, evaluasi,
dan penilaian terhadap rencana tata ruang dan penerapannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan amanat UUPR dan PP PPR maupun
prioritas Pemerintah dalam bidang kepariwisataan, maka pada tahun anggaran
2019 Direktorat Pemanfaatan Ruang akan melakukan kegiatan Pemantauan dan
Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya.
Beberapa dasar hukum yang melandasi Pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN
Kawasan Borobudur dan Sekitarnya antara lain :
d. Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 137; dan
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
Adapun wilayah yang tercakup dalam Kawasan Borobudur dan Sekitarnya dapat
dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
Tabel I.1
Luas KSN Borobudur dan Sekitarnya Dirinci Per Desa/ Kelurahan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan Luas (Ha)
Kalibawang Banjaroyo 53.09
Daerah Istimewa Kulon
Gerbosari 4.22
Yogyakarta Progo Samigaluh
Sidoharjo 102.36
Jawa Tengah Magelang Borobudur 474.45
Bumiharjo 147.22
Candirejo 331.3
Giripurno 115.53
Giritengah 524.3
Karanganyar 156.48
Karangrejo 163.9
Kebonsari 84.03
Kembanglimus 219.64
Borobudur Kenalan 149.1
Majaksingi 572.03
Ngadiharjo 654.01
Ngargogondo 242.19
Sambeng 56.93
Tanjungsari 90.2
Tegalarum 139.46
Tuksongo 79.16
Wanurejo 270.08
Wringinputih 439.14
Deyangan 359.65
Donorojo 70.86
Mertoyudan
Kalinegoro 41.85
Pasuruhan 385.5
Bojong 12.31
Mendut 187.75
Ngrajek 164.95
Pabelan 191.04
Mungkid
Paremono 69.21
Progowati 265.29
Rambeanak 411.19
Sawitan 145.66
Adikarto 144.56
Menayu 10.21
Muntilan
Sokorini 77.01
Tanjung 90.99
Tempuran Ringinanom 329.09
Gambar 1.1 Grafik Luas KSN Borobudur dan Sekitarnya Dirinci Per Kecamatan
4% 1%
1%
19%
11%
64%
Sumber : Peraturan Presiden No 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya
Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur keruangan
tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak
positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Afektif, masyarakat termotivasi dan timbul keinginan untuk terlibat dan berperan
serta dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) sesuai dengan
alternatif peran yang dimungkinkan dan kemampuannya;
Kognasi, masyarakat telah terbiasa dan melakukan peran sertanya secara aktif
menjadi bagian dalam kehidupannya.
Sedikitnya terdapat empat tujuan yang dapat dicapai melalui survei, yaitu: deskriptif,
eksplanatif, eksploratif, dan prediktif.
Menurut Surakhmad (1978), ciri-ciri penelitian yang bersifat deskriptif antara lain :
• Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang
dan pada masalah-masalah yang aktual;
• Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitis).
Pendekatan eksplanatif digunakan untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi, atau
mengapa terjadi perubahan, atau mengapa tidak ada perubahan, mengapa program
tidak berjalan lancar, mengapa dampak program tidak seperti yang diharapkan, dan
lain sebagainya. Jadi pada pemantauan dan evaluasi dengan pendekatan eksplanatif
pada dasarnya ingin menjawab pertanyaan mengapa.
Pemilihan pendekatan ini ditentukan dengan memperhatikan tujuan dan waktu atau
saat pemantauan dan evaluasi itu dilakukan. Namun, hal yang harus diingat adalah
pemantauan dan evaluasi itu dapat dilakukan pada saat program itu berlangsung
ataupun program itu sudah berlangsung. Hal ini dapat dipahami karena pemantauan
dan evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan, yakni pemantauan dan evaluasi.
1.5.2 Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-
langkah yang ditempuh agar pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah.
Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PENYUSUNAN MATRIKS EVALUASI PERSANDINGAN PROGRAM PENYAMPAIAN HASIL EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN
DAN LOKASI PROGRAM RUANG
LAPORAN BULANAN - 1 LAPORAN BULANAN - 2 LAPORAN BULANAN - 3 LAPORAN BULANAN - 4 LAPORAN BULANAN - 5 LAPORAN BULANAN - 6 LAPORAN BULANAN - 7 LAPORAN BULANAN - 8
PELAPORAN
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA LAPORAN AKHIR
METODE DAN § Desk Studi § Survey Primer § FGD Daerah § Pendekatan Eksplanatif § Pendekatan Ex Post Facto § Konsinyasi
§ Kajian Literatur § Survey Sekunder § FGD Pusat § Pendekatan Eksploratif § Seminar
PENDEKATAN § Pendekatan Normatif § Koordinasi § Pendekatan Deskriptif § Pendekatan Prediktif
§ Terumuskan rencana kerja dan metodologi. § Diperolehnya data dan informasi Pemantauan § Tersusunnya Matriks Evaluasi Persandingan Program dan Lokasi Program § Diperolehnya Hasil Evaluasi Tingkat § Tersampaikannya Hasil Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
§ Tersepakatinya metoda dan rencana kerja rinci guna § Tersusunnya Matriks Persandingan Program. § Diperolehnya Hasil Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Kesesuaian Pemanfaatan Ruang § Tersampaikannya Rekomendasi Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
KEY TARGET membuat desain survai. § Terlaksananya Focus Group Discussion (FGD) Daerah dan Pusat § Diperolehnya Hasil Penilaian Pemanfaatan Komponen Utama Ruang § Terselenggaranya Konsinyasi Pusat (Jakarta)
§ Terlaksananya Konsinyasi Awal § Diperolehnya Hasil Penilaian Kesesuaian Struktur dan Pola Ruang § Terselenggaranya Seminar (Jakarta)
§ Finalisasi Pelaporan
Tahap persiapan dasar dan inventarisasi data awal kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya merupakan tahap awal kegiatan dan
memuat kegiatan-kegiatan pokok berupa persiapan dan mobilisasi, pengumpulan
data awal, kajian awal data sekunder, serta penyiapan desain/pedoman survey.
Tahap persiapan dan mobilisasi kegiatan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan
Borobudur dan Sekitarnya merupakan tahap awal kegiatan dan memuat kegiatan-
kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Pemahaman KAK
Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan pekerjaan
Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya harus
dipahami dengan baik oleh pihak konsultan sehingga seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan baik.
Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk kepentingan
survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan studio/ kantor. Sedangkan
kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik untuk penyusunan laporan
maupun untuk koordinasi para tenaga ahli yang dibantu oleh staf kantor baik
dalam persiapan survey maupun dalam penyusunan program kerja.
6. Kegiatan persiapan/perijinan
8. Mobilisasi tim
Kegiatan mobilisasi tim (tenaga ahli) dilakukan pada tahap awal dimaksudkan
untuk mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK) dengan
kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi antar tenaga
ahli, agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan bekerjasama dalam
pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi dari setiap tenaga ahli
diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.
9. Konsinyasi Awal
Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data sekunder
yang datanya banyak beredar di lembaga pemerintah maupun non pemerintah
ataupun data-data yang banyak beredar di internet. Beberapa data yang dikumpulkan
pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:
Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahap awal, dilakukan kajian awal terhadap
data-data sekunder tersebut. Hasil kajian awal data sekunder ini, akan menghasilkan
beberapa kesimpulan awal tentang beberapa hal berikut:
Rumusan seluruh muatan rencana pola ruang RTR KSN Kawasan Borobudur
dan Sekitarnya, meliputi rencana kawasan lindung dan budidaya.
Penyusunan alokasi waktu dan biaya diperlukan agar waktu dan biaya yang
tersedia dapat digunakan seefektif dan sebaik mungkin.
o pengamatan secara langsung melalui survei primer antara lain survei lapangan
dan wawancara; dan
Data dan informasi terkait dokumen RTR KSN Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya yang telah ditetapkan meliputi informasi pemahaman para pihak
terhadap keberadaan dan substansi dalam RTR serta identifikasi data dan
informasi indikasi program pemanfaatan ruang periode 5 (lima) tahun yang
terkait langsung pada waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
pemanfaatan ruang berupa tabular dan peta.
Selain itu dilakukan survei primer berupa observasi lapangan dengan perincian
sebagai berikut:
a) Indikasi program dalam dokumen RTR yang telah ditetapkan meliputi semua
jenis program dan lokasi program yang direncanakan dalam periode 5 (lima)
tahun pada saat pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang
dilakukan.
e) Data dan informasi lain berupa penjelasan kualitatif dari hasil pengamatan
secara langsung turut disajikan pada matriks persandingan program.
1.5.2.3Tahap Evaluasi
Nilai kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan nilai akhir dari kedua nilai kesesuaian
program dan nilai kesesuaian lokasi program.
a. sama dengan nilai kesesuaian lokasi program jika nilai kesesuaian program
positif dan nilai kesesuaian lokasi program positif;
b. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian
program 0 (nol) dan kesesuaian lokasi program positif;
c. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian
program 0 (nol) dan kesesuaian lokasi program 0 (nol); atau
d. tidak dapat ditentukan kesesuaian jika nilai kesesuaian program positif dan
kesesuaian lokasi program 0 (nol).
Tata cara penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang dilakukan secara berjenjang
mulai dari:
Nilai kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang merupakan nilai akhir dari
kedua nilai kesesuaian program dan nilai kesesuaian lokasi program.
3. Nilai kesesuaian pemanfaatan ruang perwujudan struktur ruang atau pola ruang
merupakan nilai akhir dari kedua nilai kesesuaian program dan nilai kesesuaian
lokasi program.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah superimpose (tumpang tindih).
Pendekatan proses permodelan pekerjaan ini, salah satu tekniknya menggunakan
perangkat komputer melalui program GIS (Geographic Information System) atau biasa
dikenal dengan nama SIG (Sistem Informasi Geografis). Substansi materi GIS yang
akan mengawali pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk sistem informasi yang
mengelola data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan
berbasisi komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan
menganalisa data serta menampilkan sebagai suatu informasi.
Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan
untuk konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Setiap layer pada GIS dalam
PETA RENCANA
STRUKTUR RUANG
EVALUASI
OVERLAY DEVIASI RENCANA RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG STRUKTUR
CITRA SATELIT RUANG
STRUKTUR RUANG TERKINI
PETA AKTUAL
HASIL
PEMANTAUAN
PERPRES KSN
KAWASAN BOROBUDUR
DAN SEKITARNYA
PETA RENCANA
POLA RUANG
CITRA SATELIT
PETA AKTUAL
TERKINI
HASIL
PEMANTAUAN
Gambar 1.7 Proses Pengolahan Basis Data dan Basis Data Analisis SIG
Penggunaan Lahan
Aplikasi SIG
Penggunaan
Lahan
PDRB merupakan data dasar analisis perekonomian wilayah yang dapat menentukan
kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Manfaat dari PDRB antara lain merupakan
indikator tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan per kapita, kemakmuran,
kenaikan dan penurunan daya beli masyarakat, tingkat inflasi dan deflasi,
menggambarkan struktur perekonomian dan potensi ekonomi daerah, serta
hubungan antar sektor. Dari kacamata pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di
suatu wilayah dalam periode tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: 1) pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan, 2) pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan,
4) listrik, gas dan air bersih, 5) konstruksi, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7)
pengangkutan dan komunikasi, 8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan, )) jasa-
jasa (termasuk jasa pemerintah).
Keunggulan dari PDRB/kapita adalah mudah dihitung karena semua wilayah sampai
tingkat kabupaten dan bahkan kecamatan memiliki catatan PDRB dan jumlah
penduduk sehingga lebih mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk dan
kemakmuran wilayah.
dimana:
X1 = indeks harapan hidup
Kemiskinan
Definisi kemiskinan yang dipakai oleh BPS dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (penjumlahan
dari Garis Kemiskinan Makanan/GKM dan Garis Kemiskinan Non Makanan/GNKM).
Persentase Penduduk Miskin atau Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase
penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).
BAB 1 PENDAHULUAN