Anda di halaman 1dari 34

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN


SEKITARNYA

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 55 ayat 2 perlu
dilakukan pengawasan untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan
penataan ruang. Kegiatan pengawasan tersebut terdiri dari tindakan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan. Tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap
penyelenggaraan penataan ruang merupakan kegiatan mengamati dengan
cermat, menilai tingkat pencapaian rencana secara objektif, dan memberikan
informasi hasil evaluasi secara terbuka terhadap penyelenggaraan penataan ruang,
yang meliputi: pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

RTRWN menetapkan 76 Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang secara definisi


merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Hingga tahun 2018, 17 KSN telah
ditetapkan menjadi Peraturan Presiden yang kemudian akan dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pembangunan di KSN tersebut. Adapun KSN yang telah ditetapkan
menjadi Perpes adalah: Kawasan Perbatasan Negara (KPN) Kalimantan, KPN NTT,
KPN Papua, KPN Maluku, KPN Maluku Utara-Papua Barat, KPN Papua dan KPN Sulut-
Gorontalo-Sulteng-Kaltim-Kaltara; Kawasan Metropolitan Mebidangro, Metropolitan
Mamminasata, Metropolitan Sarbagita, dan Metropolitan Jabodetabekjur; KSN
Borobudur; KSN Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya; KSN Kawasan Merapi dan
Sekitarnya; KSN Batam Bintan Karimun; KSN Perkotaan Kedungsepur; KSN Perkotaan
Cekungan Bandung dan KPN Aceh Sumut.

Kawasan Borobudur dan Sekitarnya merupakan bentuk dari Kawasan Strategis


Nasional yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya. Kawasan
Borobudur sendiri menjadi salah satu lokasi dari 10 destinasi pariwisata prioritas di
dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tertuang dalam RPJMN

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 1


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

tahun 2015-2019.

Kawasan Borobudur memiliki daya tarik utama Candi Borobudur yang pada tahun
2009 telah ditetapkan menjadi salah satu dari Situs Warisan Budaya Dunia (World
Heritage Sites) oleh UNESCO karena memenuhi kriteria Outstanding Universal Value
(OUV).

Di dalam Rencana Tata Ruang KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya,


pengembangan yang direncanakan diarahkan untuk menjadikan Borobudur sebagai
kawasan cagar budaya nasional dan warisan budaya dunia yang lestari. Untuk
selanjutnya, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap peraturan
perundangan ketataruangan sebagai salah satu cara pengawasan terhadap kinerja
dari implementasi pemanfaatan ruang. Apalagi Kawasan Borodubur pada saat ini
mengalami berbagai isu/permasalahan diantaranya konflik pemanfaatan lahan dan
pengendalian bentang pandang yang terkait keserasian dan kelestarian lansekap
saujananya (sumber: Sularsih, dalam Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Vol 9
No.2, 2015). Hal ini tentunya perlu diantisipasi melalui strategi penataan tata ruang
RTR KSN Kawasan Borobudur dsk yaitu mewujudkan perlindungan karakter kawasan
perdesaan dari dampak pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dapat
menurunkan kualitas ruang Kawasan Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya
nasional dan warisan budaya dunia.

Proses pemantauan dan evaluasi menjadi masukan dalam peninjauan kembali (PK)
terhadap RTR, dimana dalam UUPR dan PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (PP PPR) diamanatkan bahwa perlu dilakukan
peninjauan kembali terhadap RTR secara rutin 5 (lima) tahun sekali. Hal ini dapat
dilakukan dari waktu rutin apabila dalam kondisi lingkungan strategis tertentu,
seperti bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial. Adapun proses
pelaksanaan peninjauan kembali dilakukan melalui kegiatan pengkajian, evaluasi,
dan penilaian terhadap rencana tata ruang dan penerapannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan amanat UUPR dan PP PPR maupun
prioritas Pemerintah dalam bidang kepariwisataan, maka pada tahun anggaran
2019 Direktorat Pemanfaatan Ruang akan melakukan kegiatan Pemantauan dan
Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya.

1.2 Dasar Hukum

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 2


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

Beberapa dasar hukum yang melandasi Pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN
Kawasan Borobudur dan Sekitarnya antara lain :

a. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68;

b. PP No. 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas PP No. 26 Tahun 2008


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77;

c. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang,


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21;

d. Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 137; dan

e. Permen ATR/Kepala BPN No. 9 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemantauan


dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah unutuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
penataan ruang dengan peningkatan fungsi pengawasan melalui kegiatan
Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya.

1.3.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

a) Mengidentifikasi ketercapaian tujuan rencana tata ruang Kawasan Borobudur


dan Sekitarnya;

b) Mengidentifikasi perwujudan dan ketidaksesuaian perwujudan rencana


struktur ruang dan rencana pola ruang (khususnya Kawasan Budidaya
diutamakan Kawasan Permukiman) RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya
serta dampaknya terhadap kelestarian Candi Borobudur dan candi lainnya di
zona sub pelestarian 1 ;

c) Mengidentifikasi dan menilai tingkat kesesuaian program sektor dengan


program RTR;

d) Mengkaji perkembangan implementasi RTR KSN (dalam kurun waktu minimal


4 tahun terakhir) dan faktor penyebabnya; dan

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 3


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

e) Merumuskan rekomendasi/ masukan terhadap penyelenggaraan penataan


ruang (perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang).

1.4 Ruang Lingkup


1.4.1 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pemantauan dan evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan
sekitarnya meliputi :

A. Hasil Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN

• Melakukan konsinyasi di Jakarta sebanyak 1 (satu) kali dengan peserta


sebanyak 20 (dua puluh) orang.

• Melakukan survey ke daerah meliputi Provinsi DI. Yogyakarta sebanyak 1


(satu) kali dan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1 (satu) kali.

• Melakukan FGD di daerah Magelang sebanyak 2 (dua) kali dengan


peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang.

• Melakukan FGD awal bersama kementerian/lembaga di Jakarta sebanyak


1 (satu) kali dengan peserta sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang.

B. Rekomendasi/masukan terhadap hasil Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN

• Melakukan konsinyasi di Jakarta sebanyak 1 (satu) kali dengan peserta


sebanyak 20 (dua puluh) orang.

• Melakukan Seminar bersama kementerian/lembaga di Jakarta sebanyak 1


(satu) kali dengan peserta sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang dan
mengundang peserta daerah.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Batasan wilayah perencanaan dalam ini adalah KSN Borobudur dan Sekitarnya.
Dengan batas – batas administrasi sebagai berikut :

 Barat : Kabupaten Purworejo

 Utara : Kota Magelang

 Timur : Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, D.I Yogyakarta

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 4


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

 Selatan : Provinsi D.I Yogyakarta

Adapun wilayah yang tercakup dalam Kawasan Borobudur dan Sekitarnya dapat
dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel I.1
Luas KSN Borobudur dan Sekitarnya Dirinci Per Desa/ Kelurahan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan Luas (Ha)
Kalibawang Banjaroyo 53.09
Daerah Istimewa Kulon
Gerbosari 4.22
Yogyakarta Progo Samigaluh
Sidoharjo 102.36
Jawa Tengah Magelang Borobudur 474.45
Bumiharjo 147.22
Candirejo 331.3
Giripurno 115.53
Giritengah 524.3
Karanganyar 156.48
Karangrejo 163.9
Kebonsari 84.03
Kembanglimus 219.64
Borobudur Kenalan 149.1
Majaksingi 572.03
Ngadiharjo 654.01
Ngargogondo 242.19
Sambeng 56.93
Tanjungsari 90.2
Tegalarum 139.46
Tuksongo 79.16
Wanurejo 270.08
Wringinputih 439.14
Deyangan 359.65
Donorojo 70.86
Mertoyudan
Kalinegoro 41.85
Pasuruhan 385.5
Bojong 12.31
Mendut 187.75
Ngrajek 164.95
Pabelan 191.04
Mungkid
Paremono 69.21
Progowati 265.29
Rambeanak 411.19
Sawitan 145.66
Adikarto 144.56
Menayu 10.21
Muntilan
Sokorini 77.01
Tanjung 90.99
Tempuran Ringinanom 329.09

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 5


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan Luas (Ha)


Sumberarum 99.39
Sumber : Peraturan Presiden No 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya

Gambar 1.1 Grafik Luas KSN Borobudur dan Sekitarnya Dirinci Per Kecamatan

4% 1%
1%

19%

11%

64%

Kalibawang Samigaluh Borobudur Mertoyudan Mungkid Muntilan

Sumber : Peraturan Presiden No 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 6


Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulon Progo

Gambar 1.3 Peta Administrasi KSN Borobudur dan Sekitarnya

Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 7


Laporan DRAFT AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 8
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

1.5 Pendekatan dan Metodologi


1.5.1 Pendekatan
1.5.1.1 Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang yang menekankan eksistensi
ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat
dipandang dari struktur spatial structure, pola spatial pattern, dan proses spatial
processess (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola


dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen
penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk
utama, yaitu:

1) kenampakan titik/point features,

2) kenampakan garis/line features, dan

3) kenampakan bidang/areal features.

Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan


susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

 What? Struktur ruang apa itu?

 Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

 When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?

 Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

 How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

 Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur keruangan
tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak
positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang.


Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit
maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti
cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk
kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus,
1989).

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 9


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

Agihan kenampakan areal/bidang dapat berupa kenampakan yang memanjang


(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan
membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern),
kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape
pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk
pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.

Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang


dan ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan
dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada
dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang
dipelajari.

1.5.1.2 Pendekatan Aspiratif dan Partisipatif


Pengertian partisipatif : konsekuensi dari pendekatan perencanaan yang aspiratif,
dalam proses dan tahapan perencanaan dari awal sampai akhir akan melibatkan
partisipasi pelaku pembangunan dalam pelaksanaan survai, perumusan ide dan
gagasan rencana yang mendukung analisis dan rencana, memberi masukan dalam
finalisasi rencana dan berpartisipasi dalam perwujudan rencana itu sendiri.

Model perencanaan yang partisipatif dan aspiratif umumnya diwujudkan dalam


bentuk perencanaan yang melibatkan peran serta masyarakat. Di Indonesia konsep
peran serta masyarakat mulai muncul pada UU No. 26 Tahun 2007 khususnya pasal 4
ayat 2 yang menyatakan bahwa ‘Setiap orang dapat mengajukan usul, memberi saran,
atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang’.

Pendekatan yang lebih dikenal dengan pendekatan pembangunan yang bertumpu


pada masyarakat ini merupakan suatu pola pendekatan yang mendudukkan
masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan. Akibatnya semua keputusan
dan tindakan pembangunan didasarkan pada aspirasi, kepentingan/kebutuhan,
kemampuan dan upaya masyarakat. Pendekatan ini menganggap sama antara
masyarakat dengan pelaku pengembangan permukiman lainnya seperti pemerintah
daerah, instansi yang terlibat, swasta, lembaga yang mendanai dan sebagainya.
Secara prinsip terdapat dua alasan dasar dan rasional untuk melibatkan peran serta
masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan:

 Alasan Etis: pada masyarakat demokratis, masyarakat yang berkepentingan


harus dimintai pendapat dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.

 Alasan Pragmatis: dukungan terhadap program-program dan kebijaksanaan-


kebijaksanaan seringkali tergantung pada keinginan dan kepedulian masyarakat

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 10


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

untuk membantu melaksanakannya.

 Beberapa alasan lain yang mendukung perlunya pelaksanaan peranserta


masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan, yaitu:

 Mengkondisikan masyarakat tetap memperoleh informasi sebaik-baiknya dan


meningkatkan kepercayaan diri pembuat keputusan;

 Memperoleh informasi untuk memperbaiki pengambilan keputusan;

 Menghapus sikap permusuhan terhadap pihak pemerintah;

 Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan kepentingan


mereka;

 Tetap mempertahankan pihak pemerintah bersikap terbuka dan manusiawi;

 Memperoleh jaminan dukungan dari masyarakat.

Mengenai derajat kontrol yang dipunyai masyarakat untuk pengambilan keputusan,


pada dasarnya kita harus mencari keseimbangan di antara kedua belah pihak
(masyarakat dan pemerintah) yang biasanya diperoleh dengan cara konsensus.
Pemerintah tidak akan menyerahkan keputusan kepada masyarakat, tetapi
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada masyarakat. Kriteria keadilan sosial
dan perimbangan kesempatan bagi seluruh masyarakat harus didukung kedua belah
pihak dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, kenyataan menunjukkan bahwa peran


serta masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan pada umumnya terbatas
pada peran serta lapisan tipis golongan menengah ke atas. Oleh karena itu, menjadi
kewajiban pemerintah untuk menjaga kepentingan golongan-golongan lainnya yang
tidak mempunyai akses ke forum-forum peran serta tersebut dengan tidak
memberikan kekuasaan penuh pembuatan keputusan pada masyarakat.

Peran serta masyarakat mempunyai tahapan perilaku sebagai berikut:

 Kognitif, masyarakat mengetahui secara baik dan benar tentang pembangunan


prasarana dan sarana dasar serta peran yang dapat dilakukan olehnya;

 Afektif, masyarakat termotivasi dan timbul keinginan untuk terlibat dan berperan
serta dalam pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) sesuai dengan
alternatif peran yang dimungkinkan dan kemampuannya;

 Kognasi, masyarakat telah terbiasa dan melakukan peran sertanya secara aktif
menjadi bagian dalam kehidupannya.

1.5.1.3 Pendekatan Survey

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 11


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

Sedikitnya terdapat empat tujuan yang dapat dicapai melalui survei, yaitu: deskriptif,
eksplanatif, eksploratif, dan prediktif.

Pendekatan deskriptif (descriptive approach) akan menjelaskan seluruh fenomena


objek dan subjek pekerjaan secara komprehensif berdasarkan kasus (permasalahan)
yang teridentifikasi. Dengan menggunakan pendekatan tersebut diharapkan melalui
pekerjaan ini dapat disajikan pemecahan permasalahan yang difokuskan pada upaya
mengevaluasi pelaksanaan penataan ruang.

Menurut Surakhmad (1978), ciri-ciri penelitian yang bersifat deskriptif antara lain :

• Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang
dan pada masalah-masalah yang aktual;
• Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitis).

Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan akan meminimalisasi subjektivitas


sekaligus dapat diperoleh suatu kesimpulan yang lebih obyektif.

Pendekatan survei deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan keadaan dan kondisi


subyek dan atau obyek yang dipantau dan evaluasi.

Pendekatan eksplanatif digunakan untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi, atau
mengapa terjadi perubahan, atau mengapa tidak ada perubahan, mengapa program
tidak berjalan lancar, mengapa dampak program tidak seperti yang diharapkan, dan
lain sebagainya. Jadi pada pemantauan dan evaluasi dengan pendekatan eksplanatif
pada dasarnya ingin menjawab pertanyaan mengapa.

Pendekatan eksploratif digunakan manakala pemantauan dan evaluasi bertujuan


untuk mengungkap hal-hal yang sebelumnya tidak dirumuskan dalam tujuan
program.

Pendekatan survei prediktif digunakan untuk memprediksikan hasil dan dampak


program beberapa tahun yang akan datang dengan memperhatikan data yang ada
saat ini. Pendekatan ini juga digunakan manakala evaluator bermaksud
memprediksikan dampak suatu program dengan memperhatikan pada proses yang
dilakukan saat ini.

1.5.1.4 Pendekatan Ex Post Facto


Pendekatan ex post facto digunakan untuk mencari dampak suatu program perbaikan
yang telah dilakukan di masa lampau. Dengan demikian, bila pemantauan dan
evaluasi itu tidak dimaksudkan untuk mencari dampak akibat perlakuan di masa
lampau maka pendekatan ini tidak disebut dengan ex post facto.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 12


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
RTR KSN KAWASAN BOROBUDUR DAN
SEKITARNYA

Pemilihan pendekatan ini ditentukan dengan memperhatikan tujuan dan waktu atau
saat pemantauan dan evaluasi itu dilakukan. Namun, hal yang harus diingat adalah
pemantauan dan evaluasi itu dapat dilakukan pada saat program itu berlangsung
ataupun program itu sudah berlangsung. Hal ini dapat dipahami karena pemantauan
dan evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan, yakni pemantauan dan evaluasi.

1.5.2 Metodologi
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-
langkah yang ditempuh agar pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah.
Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 13


Gambar 1.4 Metodologi Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya
TAHAPAN PERSIAPAN PEMANTAUAN EVALUASI PELAPORAN

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PENYUSUNAN MATRIKS EVALUASI PERSANDINGAN PROGRAM PENYAMPAIAN HASIL EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN
DAN LOKASI PROGRAM RUANG

KAJIAN LITERATUR DATA PRIMER DATA SEKUNDER


PENILAIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN RUANG
PENYAMPAIAN REKOMENDASI
· Sistem Informasi Rencana
PEMATANGAN METODOLOGI
Umum Pengadaan (SIRUP PENILAIAN KESESUAIAN PROGRAM
DAN RENCANA KERJA
R · Laporan Akuntabilitas
A Kinerja Instansi Pemerintah
INVENTARISASI PERMASALAHAN PENILAIAN KESESUAIAN LOKASI PROGRAM
(LAKIP) KONSINYASI
N DAN ISU STRATEGIS · Laporan Penyelenggaraan (Jakarta)
G · Data Isian
Pemerintah Daerah (LPPD)
K · Wawancara
PENYIAPAN PERANGKAT SURVEY · Laporan Keterangan
A · Pengamatan
Pertanggungjawaban (LKPJ)
I Langsung
· Realisasi Program PENILAIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KOMPONEN
· Visualisasi
A KONSINYASI AWAL Kementerian/ Lembaga UTAMA RUANG
Lapangan SEMINAR
N · Dokumen Informasi PENILAIAN KESESUAIAN PROGRAM PEMANFAATAN
Pertanahan KOMPONEN UTAMA RUANG
· Citra Satelit Resolusi Tinggi PENILAIAN KESESUAIAN LOKASI PROGRAM
K · Dokumen dan Peta Neraca PEMANFAATAN KOMPONEN UTAMA RUANG
Penatagunaan Tanah
E
· Peta RBI Terbaru
G
I
A
FINALISASI
T PENILAIAN KESESUAIAN STRUKTUR DAN POLA RUANG
A STRUKTURISASI PROGRAM RTR PENYUSUNAN MATRIKS
MAPPING PENILAIAN KESESUAIAN PROGRAM PEMANFAATAN
N KSN BOROBUDUR DSK PERSANDINGAN PROGRAM
RUANG PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
PENILAIAN KESESUAIAN PROGRAM PEMANFAATAN
RUANG PERWUJUDAN POLA RUANG
PERSIAPAN MATERI FGD DAN FGD FGD FGD
SEMINAR (Jateng) (DIY) (Pusat)

HASIL EVALUASI TINGKAT KESESUAIAN PEMANFAATAN RUANG

LAPORAN BULANAN - 1 LAPORAN BULANAN - 2 LAPORAN BULANAN - 3 LAPORAN BULANAN - 4 LAPORAN BULANAN - 5 LAPORAN BULANAN - 6 LAPORAN BULANAN - 7 LAPORAN BULANAN - 8
PELAPORAN
LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA LAPORAN AKHIR

METODE DAN § Desk Studi § Survey Primer § FGD Daerah § Pendekatan Eksplanatif § Pendekatan Ex Post Facto § Konsinyasi
§ Kajian Literatur § Survey Sekunder § FGD Pusat § Pendekatan Eksploratif § Seminar
PENDEKATAN § Pendekatan Normatif § Koordinasi § Pendekatan Deskriptif § Pendekatan Prediktif

§ Terumuskan rencana kerja dan metodologi. § Diperolehnya data dan informasi Pemantauan § Tersusunnya Matriks Evaluasi Persandingan Program dan Lokasi Program § Diperolehnya Hasil Evaluasi Tingkat § Tersampaikannya Hasil Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
§ Tersepakatinya metoda dan rencana kerja rinci guna § Tersusunnya Matriks Persandingan Program. § Diperolehnya Hasil Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Kesesuaian Pemanfaatan Ruang § Tersampaikannya Rekomendasi Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang
KEY TARGET membuat desain survai. § Terlaksananya Focus Group Discussion (FGD) Daerah dan Pusat § Diperolehnya Hasil Penilaian Pemanfaatan Komponen Utama Ruang § Terselenggaranya Konsinyasi Pusat (Jakarta)
§ Terlaksananya Konsinyasi Awal § Diperolehnya Hasil Penilaian Kesesuaian Struktur dan Pola Ruang § Terselenggaranya Seminar (Jakarta)
§ Finalisasi Pelaporan

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 14


1.5.2.1 Tahap Persiapan dan Inventarisasi Data Awal

Tahap persiapan dasar dan inventarisasi data awal kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya merupakan tahap awal kegiatan dan
memuat kegiatan-kegiatan pokok berupa persiapan dan mobilisasi, pengumpulan
data awal, kajian awal data sekunder, serta penyiapan desain/pedoman survey.

Tahap persiapan dan mobilisasi kegiatan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan
Borobudur dan Sekitarnya merupakan tahap awal kegiatan dan memuat kegiatan-
kegiatan pokok sebagai berikut :

A. Persiapan dan Mobilisasi

Persiapan dan mobilisasi pada kegiatan ini meliputi :

1. Pemahaman KAK

Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan pekerjaan
Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya harus
dipahami dengan baik oleh pihak konsultan sehingga seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

2. Penyelesaian administrasi pekerjaan

3. Persiapan peralatan dan personil

Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk kepentingan
survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan studio/ kantor. Sedangkan
kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik untuk penyusunan laporan
maupun untuk koordinasi para tenaga ahli yang dibantu oleh staf kantor baik
dalam persiapan survey maupun dalam penyusunan program kerja.

4. Penyusunan Pendekatan dan Metodologi Studi

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 15


Penyusunan pendekatan dan metodologi dijabarkan dalam bentuk naratif serta
bagan alir yang mencakup seluruh tahapan kegiatan yang akan dilakukan.

5. Penyusunan detail rencana kerja

Penyusunan rencana kerja dilakukan agar rangkaian tahapan proses pelaksanaan


pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih terarah sesuai dengan maksud, tujuan,
dan sasaran pekerjaan.

6. Kegiatan persiapan/perijinan

Perijinan dilakukan sebagai persiapan awal untuk melakukan survei ke daerah.

7. Inventarisasi dan persiapan perangkat survey

Persiapan peralatan meliputi peralatan untuk kepentingan survei lapangan.

8. Mobilisasi tim

Kegiatan mobilisasi tim (tenaga ahli) dilakukan pada tahap awal dimaksudkan
untuk mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK) dengan
kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi antar tenaga
ahli, agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan bekerjasama dalam
pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi dari setiap tenaga ahli
diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.

9. Konsinyasi Awal

Kegiatan konsinyasi awal dimaksudkan untuk pemahaman awal pekerjaan, usulan


metode dan rencana kerja, termasuk penyamaan persepsi dan penyeragaman
terkait metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan Pemantauan dan
Evaluasi Rencana Tata Ruang.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 16


B. Pengumpulan Data Awal

Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data sekunder
yang datanya banyak beredar di lembaga pemerintah maupun non pemerintah
ataupun data-data yang banyak beredar di internet. Beberapa data yang dikumpulkan
pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:

1. Peraturan Presiden tentang RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya;

2. Citra satelit terkini, yaitu hasil penginderaan jauh untuk mengetahui


perkembangan wilayah terkini.

3. Tinjauan literatur, mencakup tinjauan terhadap teori-teori yang terkait dengan


pekerjaan dan proyek lainnya yang pernah dilakukan

C. Kajian Data Awal

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahap awal, dilakukan kajian awal terhadap
data-data sekunder tersebut. Hasil kajian awal data sekunder ini, akan menghasilkan
beberapa kesimpulan awal tentang beberapa hal berikut:

 Rumusan seluruh muatan rencana struktur ruang RTR KSN Kawasan


Borobudur dan Sekitarnya, meliputi rencana sistem pusat pelayanan dan
sistem jaringan prasarana.

 Rumusan seluruh muatan rencana pola ruang RTR KSN Kawasan Borobudur
dan Sekitarnya, meliputi rencana kawasan lindung dan budidaya.

 Rumusan muatan indikasi program perencanaan, meliputi program-program


perencanaan sesuai target perencanaan, terutama program perencanaan
yang ditargetkan dalam 1 tahun pertama perencanaan.

 Gagasan awal pelaksanaan pekerjaan.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 17


D. Penyiapan Desain/Pedoman Survey

Rencana kerja yang telah dimantapkan berdasarkan penyempurnaan kerangka pikir


pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat, dipakai dasar dalam penyusunan Desain
Survey. Pada kegiatan perumusan desain survey ini, sekaligus dipersiapkan alat-alat
bantu (tools) yang dipergunakan dalam kegiatan survey, serta penyiapan sampling.
Alat-alat bantu yang telah dipersiapkan untuk kegiatan survey. Pada tahap ini
dilakukan beberapa kegiatan pokok, meliputi :

 Penyusunan kebutuhan data dan narasumber

Penyusunan kebutuhan data meliputi persiapan daftar pertanyaan/checklist


data dilakukan pada tahap persiapan pekerjaan bermanfaat dalam
pelaksanaan survei lapangan. Hal ini disebabkan dalam daftar
pertanyaan/checklist tersebut berisi daftar data beserta narasumbernya
(instansi tersedia data) sehingga akan memudahkan dan mempercepat
pengumpulan data dan informasi di lapangan.

 Penyiapan peralatan dan perlengkapan survai

 Alokasi waktu dan biaya

Penyusunan alokasi waktu dan biaya diperlukan agar waktu dan biaya yang
tersedia dapat digunakan seefektif dan sebaik mungkin.

1.5.2.2 Tahap Pemantauan

Pemantauan Pemanfaatan Ruang adalah kegiatan pengamatan secara langsung


dan/atau tidak langsung terhadap upaya untuk mewujudkan program struktur dan
pola ruang sesuai dengan RTR yang telah ditetapkan.

Kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang dilakukan melalui tahapan:

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 18


o pengumpulan data dan informasi; dan

o penyusunan matriks persandingan program.

A. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi meliputi:

o pengamatan secara langsung melalui survei primer antara lain survei lapangan
dan wawancara; dan

o pengamatan secara tidak langsung melalui survei sekunder antara lain


penelaahan data sekunder yang meliputi hasil studi, kajian penelitian, dan
laporan instansi berupa data tabular dan peta.

Data dan informasi antara lain:

a. Data dan informasi terkait dokumen RTR yang telah ditetapkan;

Data dan informasi terkait dokumen RTR KSN Kawasan Borobudur dan
Sekitarnya yang telah ditetapkan meliputi informasi pemahaman para pihak
terhadap keberadaan dan substansi dalam RTR serta identifikasi data dan
informasi indikasi program pemanfaatan ruang periode 5 (lima) tahun yang
terkait langsung pada waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
pemanfaatan ruang berupa tabular dan peta.

b. Data dan informasi terkait dokumen program pembangunan; dan

Data dan informasi terkait dokumen program pembangunan meliputi:

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 19


a) data dan informasi pemahaman atau klarifikasi para pihak terkait
keberadaan dan perlunya keterpaduan dan sinkronisasi program
pembangunan kementerian/lembaga dan/atau OPD berupa jenis dan
lokasi program yang membentuk struktur dan pola ruang berupa data
tabular dan peta; dan

b) Data dan informasi pengamatan langsung maupun hasil kajian atau


penelitian kondisi aktual pemanfaatan ruang berupa foto, video, data
tabular dan peta.

Data sekunder terkait dokumen program pembangunan dapat berupa:

• Realisasi Program Kementerian/Lembaga

• Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

• Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)

• Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

• Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP)

c. Data dan informasi terkait dokumen informasi pertanahan.

Data dan informasi terkait dokumen informasi pertanahan meliputi


pemahaman keberadaan izin lokasi dan hak atas tanah serta implikasinya serta
identifikasi data dan informasi izin pemanfaatan ruang dan hak atas tanah
dalam wujud tabular dan peta.

Selain itu dilakukan survei primer berupa observasi lapangan dengan perincian
sebagai berikut:

a) Pengamatan terhadap kegiatan dan guna lahan eksisting di KSN Borobudur


sesuai dengan arahan peraturan zonasi pada kawasan terpilih di SP1.

b) Pengamatan terhadap intensitas pemanfaatan ruang (KDB, KLB, KDH), tata


bangunan (GSB, GSS, tinggi bangunan, tampilan bangunan), serta ketentuan

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 20


prasarana dan sarana minimal khususnya pada SP1 sesuai dengan arahan
peraturan zonasi pada koridor terpilih di SP1.

B. Penyusunan Matriks Persandingan Program

Matriks persandingan program merupakan penyandingan indikasi program dalam


RTR yang telah ditetapkan dengan kondisi aktual yang diindikasikan dalam program
pembangunan dan/atau dokumen informasi pertanahan, dengan ketentuan :

a) Indikasi program dalam dokumen RTR yang telah ditetapkan meliputi semua
jenis program dan lokasi program yang direncanakan dalam periode 5 (lima)
tahun pada saat pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang
dilakukan.

b) Program dalam indikasi program merupakan program pembangunan yang


disusun sedemikian rupa sehingga terwujudnya fungsi ruang yang diinginkan
atau dituju sesuai dengan RTR.

c) Program pembangunan merupakan program pembangunan sektoral yang


meliputi serangkaian kegiatan yang berkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

d) Lokasi merupakan lokasi program.

e) Data dan informasi lain berupa penjelasan kualitatif dari hasil pengamatan
secara langsung turut disajikan pada matriks persandingan program.

1.5.2.3Tahap Evaluasi

Evaluasi pemanfaatan ruang wilayah adalah tindakan mengkaji tingkat kesesuaian


struktur ruang dan pola ruang terhadap rencana struktur dan pola ruang pada
rencana tata ruang wilayah yang disahkan.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 21


Penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang dilakukan berdasarkan:

a. Kesesuaian program pemanfaatan ruang

Kesesuaian program pemanfaatan ruang merupakan keberadaan program


pembangunan sektor yang sesuai dengan indikasi program dalam RTR.

Penilaian kesesuaian program pemanfaatan ruang dilakukan dengan:

a) mengidentifikasi program pembangunan yang sesuai dengan indikasi


program dalam RTR;

b) menilai kesesuaian program pembangunan dengan menegaskan keberadaan


program pembangunan sektor yang sesuai dengan indikasi program dalam
RTR, dengan nilai 100% (seratus persen) jika ada atau 0% (nol persen) jika
tidak sesuai; dan

c) mengonfirmasikan program pembangunan selain program yang ada pada


indikasi program RTR.

b. Kesesuaian lokasi program pemanfaatan ruang.

Kesesuaian lokasi program pemanfaatan ruang merupakan perbandingan jumlah


lokasi dari program pembangunan yang sesuai terhadap total jumlah lokasi program
yang sama dalam indikasi program dalam RTR.

Penilaian kesesuaian lokasi program pemanfaatan ruang dilakukan dengan :

a) mengidentifikasi lokasi program pembangunan yang sesuai dengan lokasi

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 22


program pada indikasi program RTR;

b) menilai kesesuaian lokasi program pembangunan dengan membandingkan


jumlah lokasi program pembangunan yang sesuai terhadap total jumlah lokasi
program yang sama dalam indikasi program RTR dikali 100% (seratus persen);
dan

c) mengonfirmasikan lokasi program pembangunan di luar lokasi program yang


sama pada indikasi program RTR.

Nilai kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan nilai akhir dari kedua nilai kesesuaian
program dan nilai kesesuaian lokasi program.

Kesesuaian pemanfaatan ruang bernilai:

a. sama dengan nilai kesesuaian lokasi program jika nilai kesesuaian program
positif dan nilai kesesuaian lokasi program positif;

b. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian
program 0 (nol) dan kesesuaian lokasi program positif;

c. 0 (nol) atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian
program 0 (nol) dan kesesuaian lokasi program 0 (nol); atau

d. tidak dapat ditentukan kesesuaian jika nilai kesesuaian program positif dan
kesesuaian lokasi program 0 (nol).

TATA CARA PENILAIAN KESESUAIAN STRUKTUR DAN POLA RUANG

Tata cara penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang dilakukan secara berjenjang
mulai dari:

a. penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 23


b. penilaian kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang

c. penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang

A. Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

Penilaian kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan penilaian kesesuaian program


dan zesesuaian lokasi program untuk suatu pemanfaatan ruang.

1. Kolom (7) diisi penilaiaan kesesuaian program dengan cara:

o mengidentifikasi program pembangunan yang sesuai dengan indikasi


program dalam RTR;

o menilai kesesuaian program pembangunan dengan menegaskan


keberadaan program pembangunan sektor yang sesuai dengan indikasi
program dalam RTR, dengan nilai 100% jika ada atau 0% jika tidak
sesuai; dan

o mengonfirmasikan program pembangunan selain program yang ada


pada indikasi program RTR.

2. Kolom (8) diisi penilaian kesesuaian lokasi program dengan cara:

o mengidentifikasi lokasi program pembangunan yang sesuai dengan


lokasi program pada indikasi program RTR;

o menilai kesesuaian lokasi program pembangunan dengan


membandingkan jumlah lokasi program pembangunan yang sesuai
terhadap total jumlah lokasi program yang sama dalam indikasi
program RTR dikali 100%; dan

o mengonfirmasikan lokasi program pembangunan di luar lokasi program


yang sama pada indikasi program RTR.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 24


3. Kolom (9) diisi nilai kesesuaian pemanfaatan ruang dengan ketentuan:

o sama dengan nilai kesesuaian lokasi program jika nilai kesesuaian


program positif dan nilai kesesuaian lokasi program positif;

o 0 atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian


program 0 dan kesesuaian lokasi program positif;

o 0 atau tidak memiliki kesesuaian sama sekali jika nilai kesesuaian


program 0 dan kesesuaian lokasi program 0; atau

o d.tidak dapat ditentukan kesesuaian jika nilai kesesuaian program positif


dan kesesuaian lokasi program 0.

B. Penilaian Kesesuaian Pemanfaatan Komponen Utama Ruang

Penilaian kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang merupakan penilaian


kesesuaian program dan kesesuaian lokasi program untuk kelompok pemanfaatan
ruang yang memiliki fungsi yang mirip atau sama.

1. Kesesuaian program pemanfaatan komponen utama ruang merupakan jumlah


program pemanfaatan ruang untuk membentuk komponen utama ruang yang
sesuai dibandingkan total jumlah program pemanfaatan ruang pembentuk
komponen utama ruang yang sama dalam indikasi program RTR dikali 100%.

2. Kesesuaian lokasi program pemanfaatan komponen utama ruang merupakan


jumlah lokasi program pemanfaatan ruang untuk membentuk komponen utama
ruang yang sesuai dibandingkan total jumlah lokasi program pemanfaatan ruang
pembentuk komponen utama ruang yang sama dalam indikasi program RTR dikali
100%.

Nilai kesesuaian pemanfaatan komponen utama ruang merupakan nilai akhir dari
kedua nilai kesesuaian program dan nilai kesesuaian lokasi program.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 25


C. Penilaian Kesesuaian Struktur dan Pola Ruang

Penilaian kesesuaian struktur dan pola ruang merupakan penilaian kesesuaian


program dan kesesuaian lokasi program untuk struktur dan pola ruang.

1. Kesesuaian program pemanfaatan ruang perwujudan struktur ruang atau pola


ruang merupakan jumlah program pemanfaatan ruang yang membentuk struktur
ruang atau pola ruang yang sesuai dibandingkan total jumlah program
pemanfaatan ruang pembentuk struktur ruang atau pola ruang yang sama dalam
indikasi program RTR dikali 100%.

2. Kesesuaian lokasi program pemanfaatan ruang perwujudan struktur ruang atau


pola ruang merupakan jumlah lokasi program pemanfaatan ruang untuk
membentuk struktur ruang atau pola ruang yang sesuai dibandingkan total jumlah
lokasi program pemanfaatan ruang pembentuk struktur ruang atau pola ruang
yang sama dalam indikasi program RTR dikali 100%.

3. Nilai kesesuaian pemanfaatan ruang perwujudan struktur ruang atau pola ruang
merupakan nilai akhir dari kedua nilai kesesuaian program dan nilai kesesuaian
lokasi program.

1.5.2.4 Metode Analisis


A. Pengolahan Data Peta

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah superimpose (tumpang tindih).
Pendekatan proses permodelan pekerjaan ini, salah satu tekniknya menggunakan
perangkat komputer melalui program GIS (Geographic Information System) atau biasa
dikenal dengan nama SIG (Sistem Informasi Geografis). Substansi materi GIS yang
akan mengawali pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk sistem informasi yang
mengelola data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial, bergeoferensi dan
berbasisi komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun, memanipulasi dan
menganalisa data serta menampilkan sebagai suatu informasi.

Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan
untuk konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Setiap layer pada GIS dalam

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 26


bentuk coverage terdiri dari feature geografi yang dihubungkan secara topologi dan
berkaitan dengan data atribut, sebagaimana dapat terlihat pada gambar berikut.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 27


Gambar 1.5 Metode Pengolahan Data Peta Menggunaakan GIS Dalam Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan Borobudur dan Sekitarnya

PETA RENCANA
STRUKTUR RUANG

EVALUASI
OVERLAY DEVIASI RENCANA RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG STRUKTUR
CITRA SATELIT RUANG
STRUKTUR RUANG TERKINI
PETA AKTUAL

HASIL
PEMANTAUAN

PERPRES KSN
KAWASAN BOROBUDUR
DAN SEKITARNYA
PETA RENCANA
POLA RUANG

RENCANA POLA EVALUASI


OVERLAY DEVIASI RENCANA
RUANG PETA RBI RENCANA POLA
POLA RUANG
RUANG

CITRA SATELIT
PETA AKTUAL
TERKINI

HASIL
PEMANTAUAN

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 28


Gambar 1.6 Permodelan Dunia Nyata dalam Data Spasial GIS

Model data vektor :

Titik, garis, poligon


Layer data Hasil dari digitasi, vektorisasi

Model data raster :


Pixels
Foto udara, scanned image, citra
satelit
Integrasi informasi
spasial dan non-spasial
(atribut)
Dunia nyata

Gambar 1.7 Proses Pengolahan Basis Data dan Basis Data Analisis SIG
Penggunaan Lahan

Aplikasi SIG
Penggunaan
Lahan

Analisis GIS selanjutnya diperlukan untuk memperoleh besaran-besaran kuantitatif


yang diperlukan dalam penyusunan analisis deskriptif-kuantitatif. Selain itu dilakukan
pula penilaian tingkat ketelitian hasil interpretasi dengan membandingkan antara hasil
interpretasi dengan obyek sebenarnya di lapangan. Berikut ini adalah proses
pengolahan dan analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan aplikasi Sistem
Informasi Geografis:

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 29


B. Neraca Penatagunaan Tanah

Neraca Penatagunaan Tanah adalah perimbangan antara ketersediaan tanah dan


kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut fungsi
kawasan RTR KSN Borobudur. Keberadaan neraca ini mampu Penyusunan Neraca ini
merupakan amanat Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah Pasal 23 ayat 3 dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Pasal 33 (BPN, 2013) sehingga menjadi elemen penting dalam penyusunan
rencana detail beserta peraturan zonasinya.

Neraca Penatagunaan Tanah dapat menjadi acuan dalam perencanaan kegiatan


pembangunan maupun investasi yang membutuhkan tanah serta perencanaan
pembangunan lainnya, termasuk dalam perencanaan dan revisi rencana tata ruang
wilayah. Dalam konteks integrasi pengaturan dan penataan pertanahan terhadap
pelayanan pertanahan, Neraca Penatagunaan Tanah antara lain dapat digunakan
dalam rangka Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka penerbitan Izin Lokasi
untuk kegiatan investasi, penetapan lokasi, maupun untuk perubahan penggunaan
tanah.

Neraca Penatagunaan Tanah akan menghasilkan data dan informasi berupa:

 perubahan penggunaan tanah yang divisualisasikan melalui Peta Perubahan


Penggunaan Tanah pada Fungsi Kawasan, yang memberikan informasi
berkenaan dengan luas, jenis perubahan dan lokasi perubahan penggunaan
tanah dalam kurun waktu tertentu

 kesesuaian maupun ketidaksesuaian penggunaan tanah dengan arahan fungsi


kawasan dalam rencana tata ruang yang divisualisasikan melalui Peta
Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap Rencana Tata Ruang. Informasi ini
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap rencana tata ruang
maupun dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang

 analisis prioritas ketersediaan tanah yang ditampilkan melalui Peta Ketersediaan


Tanah. Peta ketersediaan tanah ini pada prinsipnya merupakan hasil analisis
ketersediaan tanah mengacu pada penggunaan dan penguasaan tanah.
Tanah-tanah yang belum digunakan secara intensif dan belum dikuasai dengan
hak atas tanah (skala besar) dikategorikan sebagai tanah-tanah yang tersedia
untuk berbagai kegiatan sesuai dengan tata ruang. Sedangkan tanah-tanah
yang telah digunakan secara intensif dan telah dikuasai dengan hak atas tanah
(skala besar) masih dikategorikan tersedia dalam rangka penyesuaian dan
optimalisasi penggunaan tanah.

 selanjutnya adalah analisis kesesuaian tanah menurut ketersediaannya terhadap


pengembangan kegiatan atau komoditas tertentu yang divisualisasikan melalui

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 30


Peta Ketersediaan Tanah untuk Kegiatan atau Komoditas Tertentu yang dapat
berkontribusi untuk pengembangan wilayah dan penyesuaian penggunaan
tanah dengan tata ruang.

C. Ekonomi dan Kependudukan

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan data dasar analisis perekonomian wilayah yang dapat menentukan
kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Manfaat dari PDRB antara lain merupakan
indikator tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan per kapita, kemakmuran,
kenaikan dan penurunan daya beli masyarakat, tingkat inflasi dan deflasi,
menggambarkan struktur perekonomian dan potensi ekonomi daerah, serta
hubungan antar sektor. Dari kacamata pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di
suatu wilayah dalam periode tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: 1) pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan, 2) pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan,
4) listrik, gas dan air bersih, 5) konstruksi, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7)
pengangkutan dan komunikasi, 8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan, )) jasa-
jasa (termasuk jasa pemerintah).

 Pendapatan per Kapita

Pembangunan identik dengan upaya peningkatan pendapatan perkapita, dimana


peningkatannya diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah seperti
pengangguran, kemiskinan, dan ketimbangan distribusi pendapatan.

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan yang diterima oleh masing-masing


penduduk. Pendapatan perkapita dihitung dengan membagi pendapatan regional
dengan jumlah penduduk. Jika indikator berhasil atau tidaknya suatu pembangunan
ekonomi wilayah dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan regional, maka
pendapatan perkapita juga secara tidak langsung merupakan indikator penting yang
menggambarkan perkembangan ekonomi wilayah sekaligus menunjukkan kinerja dari
hasil pembangunan.

Keunggulan dari PDRB/kapita adalah mudah dihitung karena semua wilayah sampai
tingkat kabupaten dan bahkan kecamatan memiliki catatan PDRB dan jumlah
penduduk sehingga lebih mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk dan
kemakmuran wilayah.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 31


Pada tingkat nasional dan antar negara, PDB per kapita digunakan sebagai dasar
sistem klasifikasi negara maju, berkembang, atau terbelakang, sehingga diasumsikan
tingkat klasifikasi perkembangan atau pembangunan wilayah tercermin dari tinggi
rendahnya pendapatan per kapita.

 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan


hidup, tingkat pendidikan dan standar hidup layak untuk semua negara di seluruh
dunia. IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana
dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks standar hidup layak. IPM
diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun
1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development
Report (HDR).

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya


membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Selain itu IPM dapat
menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Semakin baik
angka IPM maka semakin baik tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai
dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh suatu daerah/negara. Bagi
Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja
Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU).

Formula untuk menghitung indeks pembangunan manusia adalah:

IPM = 1/3 [X1 + X2 + X3]

dimana:
X1 = indeks harapan hidup

X2 = indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf)+1/3(indeks rata-rata lama


sekolah)

X3= indeks standar hidup layak

 Kemiskinan

Definisi kemiskinan yang dipakai oleh BPS dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (penjumlahan
dari Garis Kemiskinan Makanan/GKM dan Garis Kemiskinan Non Makanan/GNKM).

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 32


Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Persentase Penduduk Miskin atau Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase
penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata


kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk
dari garis kemiskinan.

1.6 Sistematika Penyusunan


Sistematika pembahasan Laporan Akhir Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Kawasan
Borobudur dan Sekitarnya meliputi :

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran,


ruang lingkup kegiatan dan ruang lingkup wilayah, pendekatan dan
metodologi serta sistematika penyusunan.

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN KSN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA

Menjelaskan mengenai kebijakan- kebijakan terkait dalam pelaksanaan


kegiatan Pemantauan dan Evaluasi RTR KSN Borobudur dan Sekitarnya.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KSN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA

Menjelaskan mengenai karakteristik wilayah perencanaan yang meliputi


kondisi fisik, penggunaan lahan, status tanah, kependudukan,
perekonomian, sarana prasarana, kepariwisataan serta inventarisasi
program berjalan di KSN Borobudur dan Sekitarnya.

BAB 4 PEMANTAUAN IMPLEMENTASI PROGRAM PEMANFAATAN RUANG DI


KSN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA

Menjelaskan mengenai identifikasi ketercapaian tujuan RTR KSN


Borobudur, pemantauan persandingan program pembangunan,
pemantauan perkembangan implementasi struktur dan pola ruang, isu
strategi penataan ruang KSN Borobudur, serta pemantauan dampak
pemanfaatan ruang di KSN Borobudur dan sekitarnya

BAB 5 EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KSN BOROBUDUR DAN


SEKITARNYA

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 33


Menjelaskan mengenai evaluasi tujuan pengembangan kawasan, evaluasi
kebijakan dan strategi, evaluasi program pembangunan per Kementerian/
Lembaga, evaluasi kesesuaian penggunaan lahan eksisting dengan
rencana pola ruang, serta rekapitulasi hasil evaluasi di KSN Borobudur
dan sekitarnya.

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menjelaskan mengenai kesimpulan dan rekomendasi terkait substansi RTR


KSN Borobudur dan sekitarnya serta rekomendasi kepada kementerian
dan lembaga sebagai instansi pelaksana.

Laporan AKHIR ‫ ﺍ‬Bab 1 - 34

Anda mungkin juga menyukai