Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK HIPOVOLEMIK

1. Judul
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Sistem Hematologi: Syok
Hipovolemik pada Tn. S di IGD RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

2. Konsep dasar
a. Anatomi Fisiologi

1) Anatomi Jantung

Jantung terletak didalam thoracic cavity, dan sebagian terletak


pada diagfragma. Jatung terletak diabawah mediastium diantara paru-paru.
Posterior jantung berada didekat columna vertebra dan batas anterior
jantung terletak dekat sternum. Rata-rata orang dewasa memiliki jantung
dengan panjang sekitar 14 cm dan lebar 9 cm. basis jantung berada pada
bagian atas, yang terhubung dengan beberapa pembuluh darah besar.
Bagian ini terletak dibawah costa ke-2. Ujung jantung, memanjang ke arah
bawah kiri , dan berakhir pada sisi tumpul yang disebut apex, yang sejajar
dengan intercosta ke lima.
Tiga lapisan yang mengisi didnding jantung terdiri dari, lapisan
terluar jantung pericardium, lapisan tengah jantung myocardium dan
lapisan bagian dalam jantung endocardium. Bagian dalam jantung terbagi
menjadi 4 ruangan, ruangan bagian atas disebut atrium yang bertugas
menerima darah yang kembali ke- Jantung. Ruangan bagian bawah di
sebut ventrikel, menerima darah dari atrium, yang kemudian di pompakan
menuju ateri. Ateri kanan dan ventrikel kanan dipisahkan dengn atrium
kiri dan ventrikel kanan oleh septum yang menjaga agar darah tidak
bercampur Katup etrioventricular yang terdiri dari katup mitral pada
bagian kiri dan katup trikupidalis pada bagian kana, memastikan darah
mengalir satu arah diantara atrium dan ventrikel
1. Atrium Kanan
Atrium kanan menerima darah dari dua vena besar, vena cava superior
dan vena cava inferior dan vena-vena kecil (sinus koronari), yang
mengalirkan darah menuju atrium kanan dari myocardium jantung.
Atrium kanan dipisahkan dengan ventrikel kanan oleh katup
tikuspidalis. Auricula dextra adalah penonjolah kecil dari atrium,
terletak pada bagian pangkal aorta dan arteria pulmonalis
2. Ventrikel Kanan
Dinding muscular pada ventrikel kanan lebih tipis dibandingkan
dengan ventrikel kiri, karena ventrikel kanan hanya memompa darah
ke paru-paru dengan resistensi aliran darah yang kecil. Ketika ventrikel
kanan berkontraksi, darah yang berada di dalam ventrikel kanan
memiliki tekanan tinggi yang seacara pasif menutup katup
tricuspidalis. Oleh karena itu darah dari ventrikel kanan hanya dapat
keluar melalui pulmonary trunk, yang terbagi menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang mensuplai darah ke paru-paru. Pada
basis pulmonary trunk, terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari tiga
cup, yang menyebabkan darah meninggalakan ventrikel kanan dan
mencegah aliran balik ke ruang ventricle.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruangan berdinding tipis yang terletak pada bagian
belakang jantung. Atrium kiri mendapatkan suplay darah dari 4 vena
pulmonalis (dua vena pulmonalis dari setiap paru). Auricula sinistra
adalah penonjolan kecil runcing kecil dari atrium yang terletak pada
sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berinding tebal pada bagian kiri dan
belakang jantung. Dinding pada ventrikel kiri tiga kali lebih tebal
disbanding ventrikel kanan
5. Katup Jantung
Katup Anatomi lokasi peran
jantung
Katup Cup pada Diantara Mencegah
Trikuspidalis katup atrium kanan perpindahan dari
trikuspidalis, dan ventrikel ventrikel kanan
menempel kanan ke atrium kanan,
pada seat kuat selama kontraksi
yang biasa ventrikel
disebut
chordate
tendineae yang
berasal dari
dari otot
papilari kecil
yang
diproyeksikan
dari dinding
ventrikel
Katup Terdiri Pada pinta Mencegah
pulmonaris dari 3 katup masuk aliran balik darah
pulmonary dari pulmonary
trunk trunk kea rah
ventrikel kanan
selama relaksasi
ventrikel
Katup Terdiri Diantara Mencegah
mitral dari 3 katup atrium kiri dan alirah darah dari
(bicuspidalis) ventrikel kiri ventrikel kiri ke
atrium kiri
selama reaksi
ventrikel
Katup aorta Terdiri Pada pintu Mencegah
dari 2 katup masuk aorta aliran darah dari
aorta ke ventrikel
kiri selama
relaksasi
ventrikel
6. Lapisan Jantung
a. Pericardium
Pericardium terdiri dari jaringan penghubung dan beberapa
jaringan adipose dalam. Pericardium melindungi jantung dengan
mengurangi gesekan. Pericardium adalah kantong fibrosa yang
menutup seluruh jantung. Pericardium merupakan kantong yang
memeiliki dua lapisan, terdapat cairan sejumlah 20 ml diantara
lapisan tersebut yang berfungsi untuk mengurangi gesekan
pericardium parietalis adalah lapisan luar yang melekat pada
tulang dada dan selaput paru. Perikardium viseralis adalah lapisan
permukaan dari jantung itu sendiri, dan disebut sebagai
pericardium.
b. Myocardium
Myocardium merpakan lapisan tebal yang terdiri dari otot jantung
yang mendapat banyak supply kapiler darah, kapiler limfe, dan
serabut saraf. Myocardium memompa darah dari ruangan jantung.
Miokardium pada ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan pada
ventrikel kanan.
c. endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi
katup apad kedua sisinya. Endokardium terdiri dari selapis sel
endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat, licin dan
mengkilat. Endokardium terdiri dari endotelium dan lapisan
subendokardial. Endotelium pada endokardium merupakan epitel
selapis pipih dimana terdapattight/occluding junctiondan gap
junction. lapisan subendokardial terdiri dari jaringan ikat longgar.
Di lapisan subendokardial terdapat vena, saraf, dan sel purkinje.
7. Persarafan jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf
simpatis dan parasimpatis. Serabut serabut saraf simpatis
mempersarafi daerah atrium dan ventrikel termasuk pembuluh darah
koroner.Saraf parasimpatis terutam memberikan persarafan pada nodus
sinoatrial,atrioventrikular dan serabut serabut otot atrium, dapat pula
menyebar ke ventrikel kiri.
Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla
spinalis torakal atas, yaitu torakal 3- 6, sebelum mencapai jantung akan
melalui pleksus kardialis kemudian berakhir pada ganglion servikalis
superior, medial, atau inferior. Serabut post ganglionik akan menjadi
saraf kardialis untuk masuk ke dalam jantung.Persarafan parasimpatis
berasal dari pusat nervus vagus di medulla oblongta; serabut
serabutnya akan bergabung dengan serabut simpatis di dalam pleksus
kardialis.Rangsang simpatis akan dihantar oleh asetilkolin.
8. Perdarahan jantung
Pendarahan jantung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh
darah koroner utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri
ini keluar dari sinus valsalva aorta.Arteri koroner kiri bercabang
menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus sirkumfleks dan ramus
interventrikularis anterior. Arteri koroner kanan bercabang menjadi
ramus nodi sinoatrialis, ramus marginalis dan ramus interventrikularis
posterior. Aliran balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena
koroner yang berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan
masuk ke dalam atrium kanan melalui sinus koronarius.Selain itu
terdapat juga vena vena kecil yang disebut vena Thebesii, yang
bermuara langsung ke dalam atrium kanan. Pembuluh limfe pada
jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus yaitu subendokardial,
miokardial dan subepikardial. Penampunga cairan limfe dari kelompok
pleksus yang paling besar adalah pleksus subepikardial, dimana
pembuluh pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang
berjalan sejajar dengan arteri koroner kemudian meninggalkan jantung
di depan arteri pulmonal dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena
kava superior dan arteri inominata.

2) Sistem Konduksi/Hantaran
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang bisa menghantarkan
listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus yaitu:
1. Otomatisasi:kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan
2. Irama: kemampuan untuk membentuk impuls yang teratur
3. Konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls
4. Rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang

Sistem konduksi jantung terdiri dari


1. SA (Nodus Sino Atrial )
Terletak diantara batas vena cava superior dan atrium kanan, disebut
sebagai pemacu alami jantung karena secara teratur menegluarkan
aliran listrik/ impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara
otomatis. Pada keadaan normal, SA Node dapat mengeluarkan
impuls 60-100 x/ menit.
2. Traktus intermodal
Berfungsi menghantarkan impuls dari nodus SA ke nodus AV,
traktus intermodal terdiri dari: anterior tract, middle tract dan
posterior tract.
3. Brachman Bunde
Menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri
4. AV Node (nodus atrioventrikular)
Terletak didalam dinding septum atrium sebelah kanan tepat diatas
katup tricuspid dekat muara sinus koronarius. AV node berfungsi
untuk menahan impuls jantung selama 0,08 detik-0,12 detik, untuk
memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi,
selain itu AV Node berfungsi mengatur jumlah impuls atrium yang
mencapai ventrikel. AV node dapat mengeluarkan impuls 40-60 kali
permenit.
5. Bundle of HIS
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke
sistem branch bundle. Sistem bundle branch, merupakan lanjutan dari
bundle HIS yang bercabang menjadi dua yaitu:
a. Right Bundle Branch, mengirim impuls ke otot jantung vebtrikel
kanan
b. Left bundle branch, yang terbagi menjadi dua:
- Deviasi ke belakang (left posterior vesicle) menghantarkan
impuls ke endokard ventrikel kiri bagian posterior dan
inferior.
- Deviasi ke depan ( left anterior vesicle) menghantarkan
impuls ke endokard ventrikel kiri bagian anterior dan
superior.

6. Serabut Purkinye
Merupakan ujung dari bundle branch, yang berfungi
menghantarkan impuls menuju ke lapisan subendokard pada kedua
ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi
ventrikel. . Sel purkinje mengandung sitoplasma yang besar, sedikit
miofibril, kaya akan mitokondria dan glikogen serta mempunyai 1
atau 2 nukleus yang terletak di sentral. Sel-sel pacemaker di
subendokard ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan frekunsi
20-40x/menit.
Normalnya, rangsangan listrik jantung berawal dari SA Node,
rangsangan itu kemudian dihantarkanke seluruh jantung melalui
konduksi tertentu. Dalam kondisi tertentu dapat timbul impuls yang
bukan berasal dari SA node, melainkan dari tempat lain seperti atium
maupun dari ventrikel. Bila terjadi kegagalan fungsi dari SA Node,
maka sistem lainnya dapat mengambil alih SA node tersebut.
Serat kontraksi merupakan serat silindris yang panjang dan
bercabang. Setiap serat terdiri hanya 1 atau 2 nukleus di sentral. Serat
kontraksi mirip dengan otot lurik karena memilikistria e.
Sarkoplasmanya mengandung banyak mengandung mitokondria yang
besar. Ikatan antara dua serat otot adalah melalui fascia adherens,
macula adherens ( desmosom), dan gap junctions.
3) Cardiac Cycle (Siklus Jantung)
Siklus jantung adalah urutan kejadian dalam satu denyut jantung, siklus
ini terjadi dalam dua fase: diastole dan systole

1. Diastole
Diastole adalah periode istirahat yang mengikuti periode kontraksi
a. Darah vena memasuki atrium kanan melalui vena cava
superior dan inferior.
b. Darah yang teroksigensi melewati atrium kiri melalui vena
pulmonal
c. Kedua ktup atrioventrikular (tricuspidalis dan
mitralis)tertutup dan darah dicegah untuk memasuki atrium.
d. Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah kembalinya
darah dari arteria pulmonalis kedalam ventrikel kanan dan
dari aorta ke ventrikel kiri
e. Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua
atrium, tekanan didalamnya meningkat dan ketika tekanan di
dalam atrium lebih besar dari ventrikel, katup AV terbuka dan
darah mulai mengalir dari atrium ke ventrikel
2. Systole
Systole adalah periode kontraksi otot. Berlangsung selama 0,3 detik
a. Dirangsang oleh nodus SA, dinding atrium berkontraksi,
memeras sisa darah dari atrium kedalam ventrikel.
b. Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan
kemudian mulai berkontraksi
c. Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium
katup AV menutup, Chordae tendineae mencegah katup
terdorong ke dalam atrium.
d. Ventrikel terus berkontraksi. Katup pulmonalis dan aorta
membuka akibat peningkatan tekanan ini
e. Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke arteria
pulmonalis an darah dari ventrikel kiri menyembur kedalam
aorta
f. Kontraksi otot kemudia berhenti, dan dengan dimulainya
relaksasi otot, siklus baru dimulai.

4) Sistem Peredarah Darah


1. Peredaran Darah Besar
Peredaran darah besar Adalah peredaran darah yang mengalirkan
darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan
karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya
karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium)
jantung.
2. Peredaran Darah Kecil
Peredaran darah kecil merupakan peredaran darah dari bilik
kanan jantung menuju paru-paru dan akhirnya kembali lagi ke
jantung pada serambi kiri. Pada peredaran darah kecil inilah darah
melakukan pertukaran gas di paru-paru. Darah melepaskan karbon
dioksida dan mengambil oksigen dari alveoli paru-paru. Oleh karena
itu, darah yang berasal dari paru-paru ini banyak mengandung
oksigen.

Sirkulasi darah ditubuh ada dua yaitu sirkulasi paru dan


sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru dimulai dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru,
setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan
akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan
yang rendah kira kira 15 20 mmHg pada arteri pulmonalis.
Sirkulasi sistemik dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar,
arteri kecil, arteriol lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil,
vena besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali
ke atrium kanan.
5) Anatomi Pembuluh Darah

1. Pembuluh darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut
darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri
yang berfungsi membawa darah dari jantung, kapiler yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara
darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler
kembali ke jantung.
a. Pembuluh nadi (Arteri)
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot
yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang
dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju
jantung.
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang
tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya
menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada
saat jantung mengembang dan darah masuk ke jantung disebut
diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung
berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat
dikur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.
1) Anatomi dinding pembuluh arteri.
Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari
jaringan penyambung. Di lapisan selanjutnya terdapat tunika
media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis.
Lapisan terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel
endothelial. Darah mengalir di dalam lumen.

2) Jenis pembuluh nadi


a) Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:
b) Arteri pulmonaris: Pembuluh ini membawa darah yang
telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-
paru.
c) Arteri sistemik : Arteri sistemik membawa darah
menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, di
mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.
d) Aorta : pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar
dari ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen.
e) Arteriol : Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang
berhubungan dengan pembuluh kapiler.

b. Pembuluh balik (vena)


Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang
membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung
karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan
tampak kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak
elastis. jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh
vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini
berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya
katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika
vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes.
Dari seluruh tubuh, pembuluh darah balik bermuara
menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang disebut vena
cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi
kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah
mengalir ke jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena
ini membawa darah yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua
pembuluh vena banyak mengandung karbon dioksida kecuali
vena pulmonalis. Salah satu penyakit yang menyerang pembuluh
balik adalah varises

c. Pembuluh kapiler
Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di
sinilah terjadinya pertukaran zat yang menjadi fungsi utama
sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang
menghubungkan cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-
cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel tubuh.
Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan
ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung
semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding
tipis.

Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah


pembuluh darah terkecil di tubuh, berdiameter 5-10 m, yang
menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan
pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat
kimia sampah antara darah dan jaringan di sekitarnya.
Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan
menyempit ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi
menjadi kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan, kapiler
bergabung dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan
darah ke jantung.
Dinding kapiler adalah endotel selapis tipis sehingga gas
dan molekul seperti oksigen, air, protein, dan lemak dapat
mengalir melewatinya dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik
dan hidrostatik.
6) Perdarahan Organ Tubuh
1. Otak
Otak mendapat suplai darah dari 2 sistem yakni Sistem Karotis
dan Sistem Vertebral. Pembuluh darah yang terdapat dalam sistem
karotis adalah Arteri Karotis Komunis, dan pembuluh darah yang
terdapat dalam sistem vertebral adalah Arteri Vertebralis.
Arteri Karotis memperdarahi otak besar terutama pada lobus
frontalis dan temporalis bagian interior, sedang Arteri Vertebralis
memperdarahi batang otak, otak kecil, lobus oksipitalis, dan bagian-
bagian talamus.
2. Mata
Mata diperdarahi oleh arteria opthalmica, cabang dari arteria carotis
interna
3. Lengan
Lengan diperdarahi oleh arteria subclavia dan cabang-
cabangnya. Areteria subclavia dextra adalah cabang arteria
brachiocephalica yang pendek, arteria subclavia sinistra adalah
cabang arcus aorta. Arteri ini berjalan di dalam dasar leher, lalu
diantara clavicula dan costae ke i. kemudia bersambung didalam
axilla sebagai arteria axillaris. Arteria axillaris berlanjut menjadi
arteria brachialis yang berjalan kebawah pada sisi dalam lengan
dibawah musculus biceps dan kemudian, mendekati bagian depan
siku, terbagi menjadi arteria radialis dan ulnaris. Ateria radialis
berjalan ke bawah pada bagian depan sisi luar lengan bawah dan
dibawah otot pada sebagian besar perjlanannya, arteri ini teraba
sebagai nadi pada pergelangan tangan. Eteria ulnariis berjalan
kebawah pada sisi dalam bagian luar lengan bawah di bawah otot.
Areteria radialis dan ulnaris saling berhubungan ditelapak tangan
oleh dua arcus Palmaris. Semua arteri ini member cabang untuk
kulit, otot, dan sendi lengan.
4. Payudara
Payudara di perdarahi oleh cabang yang keluar dari ruang
intercostalis dari arteria mamaria interna, yang berjalan kebawah di
dalam dada di belakang cartilage costalis, dan cabang-cabang dari
arteria axillaris.
5. Cabang-cabang aorta abdominalis dan organ yang diperdarahi
a. Arteria coeliaca adalah arteri pendek yang berjalan ke depan dari
aorta bercabang menjadi
1) Arteria lienalis yang memperdarahi limpa dan lambung
2) Arteria hepatica menuju hepar, member cabang untuk
lambung dan kandung empedu
3) Arteria gastric sinistra menuju lambung
b. Arteria renalis adalah arteri besar yang berjalan transversal
menuju ginjal
c. Arteraia testicularis (pada pria)keluar tepat dibawah arteria
renalis dan berjalan ke bawah di belakang organ perut,
memasuki funiculus spermaticus dan memperdarahi testis dan
epidedimis.
d. Arteria mesentriaca superior keluar dari bagian depat aorta dan
berjalan ke bawah di dalam mesentrium untuk bercabang
menjadi sejumlah besar cabang yang memperdarahi usus kecil
dan usus besar sampai pertengahan colon transversum.
e. Arteria mesentrica inferior, keluar dari sisi kiri aorta dan berjalan
ke bawah dank e kiri untuk memeperdarahi usus besar dari
pertengahan colon transversum sampai pertengahan rectum.
6. Arteria iliaca
Aorta berakhir di bagian depan corpus vertebrae lumbalis IV dengan
membagu menjadi arteria iliaca communis dextra dan sinistra.
a. Arteria iliaca interna adalah arteri untuk struktur bagian dalam
pelvis dan region glutea, arteri ini memperdarahi:
1) Kandung kemih
2) Ujung bawah rectum
3) Rahim dan vagina
4) Musculus gluteus
b. Arteria iliaca externa berjalan dibawah ligamentum inguinalis
dan menjadi arteria femoralis.
7. Tungkai
Arteria femoralis merupakan arteri utama pada tungkai,
dimulai dari ligamentum inguinalis, berjalan ke bawah pada sisi
dalam paha dan berlanjut ke belakang pada sisi medial femur melalui
lubang pada musculus adductor magnus untuk memjadi arteria
poplitea.
Arteria poplitea, merupakan lanjutan arteria femoralis, berjalan
ke bawah di dalam rongga poplitea di belakang lutut terbagi
menjadi:
a. Arteria tibialis anterior yang berjalan menuruni bagian depan
tungkai ke dorsum pedis
b. Arteria tibialis posterior berjalan ke bawah di bagian belakang
tungkai, kemudian di dalam sulcus pada sisi dalam pergelangan
kaki di belakang malleolus medialis menuju telapak kaki
(John Gibson, 2012)
b. Definisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.
syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah 15%,
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke
jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume
intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut
atau kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler
ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai
25%.
Tahap Syok Hipovolemik
1) Tahap I :
a) Terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b) Terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan
darah masih dapat dipertahankan
2) Tahap II:
a) Terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
b) Tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik,
gelisah, pucat.
3) Tahap III
a) Bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
b) Terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi
jaringan secara cepat
c) Terjadi iskemik pada organ
d) Terjadi ekstravasasi cairan

c. Etiologi
1) Absolut
a) kehilangan darah dan seluruh komponennya
trauma
pembedahan
perdarahan gastrointestinal
b) kehilangan plasma
luka bakar
lesi luas
c) kehilangan cairantubuh lain
muntah hebat
diare berat
diuresis massive
2) Relatif
a) kehilangan integritas pembuluh darah
Ruptur limpa
Fraktur tulang panjang Atau pelvis
Pankreatitis hemoragi
Hemothorax / hemoperitoneum
Diseksi arteri
b) peningkatan permeabilitas
membran kapiler
sepsis
anaphylaxis
luka bakar
c) penurunan tekanan osmotik koloid
pengeluaran sodium hebat
hypopituitarism
cirrhosis
obstruksi intestinal

d. Klasifikasi
1. Kehilangan cairan

Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi.


Derajat dehidrasi:
Tanda klinis Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, nadi Takikardi, nadi Takikardi,
lemah sangat lemah, nadi tak
volume kolaps, teraba, akral
hipotensi dingin,
ortostatik sianosis
Jaringan Lidah kering, Lidah keriput, Atonia, turgor
turgor turun turgor kurang buruk
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma

2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa
kelas:
Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Sistolik >110 >100 >90 <90
(mmHg)
Nadi (x/mnt) <100 >100 >120 >140
Napas (x/mnt) 16 16-20 21-26 >26
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
darah
Persentase <15% 15-30% 30-40% >40%

e. Tanda dan Gejala


Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis
respon kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi
pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan
dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006
adalah:
a) Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b) Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis
jaringan.
c) Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor
yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi
aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg.
d) Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30ml/jam.

f. Komplikasi
1) Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
2) Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3) DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.
4) Syok yang berat dapat berujung pada kematian.

g. Patofisiologi
1) Narasi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi
berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet
diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan
membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh
darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan
penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan
menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di
arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal).
Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak,
jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya
akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati.
Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu
perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol
otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan
akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap
penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor).
Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air
dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung
Henle.
2) Skema

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada syok hipovolemik meliputi penilaian ABC,
yaitu pada airway dan breathing, pastikan jalan napas paten dengan ventilasi
dan oksigenasi yang adekuat. Pemberian oksigen tambahan dapat diberikan
untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas 95%. Pada circulation, hal
utama yang perlu diperhatikan adalah kontrol perdarahan yang terlihat,
lakukan akses intravena, dan nilai perfusi jaringan (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2008)
Akses intravena dilakukan dengan memasang 2 kateter intravena
ukuran besar (minimal nomor 16) pada vena perifer. Lokasi terbaik untuk
intravena perifer pada orang dewasa adalah vena di lengan bawah atau
kubiti. Namun, bila keadaan tidak memungkinkan pada pembuluh darah
perifer, maka dapat digunakan pembuluh darah sentral. Bila kaketer
intravena sudah terpasang, contoh darah diambil untuk pemeriksaan
golongan darah dan crossmatch,pemeriksaan laboratorium yang sesuai, dan
tes kehamilan pada semua wanita usia subur. (American College of Surgeons
Committee on Trauma, 2008)
Setelah akses intravena terpasang, selanjutnya dilakukan resusitasi
cairan. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk mengganti volume darah yang
hilang dan mengembalikan perfusi organ (Kelley, 2005). Tahap awal terapi
dilakukan dengan memberikan bolus cairan secepatnya. Dosis umumnya 1-2
liter untuk dewasa. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Pemberian cairan terus dilanjutkan
bersamaan dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamik (Hardisman,
2013).
Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit
diprediksi dalam evaluasi awal pasien. Namun, Tabel 2.2 dapat menjadi
panduan untuk menentukan kehilangan volume darah yang harus digantikan.
Adalah sangat penting untuk menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan
dengan adanya bukti perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu produksi
urin, tingkat kesadaran, dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan darah
yang normal (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Jika setelah pemberian cairan tidak terjadi perbaikan tanda-tanda
hemodinamik, maka dapat dipersiapkan untuk memberi transfusi darah
(Harisman, 2013). Tujuan utama transfusi darah adalah untuk
mengembalikan kapasitas angkut oksigen di dalam intravaskular (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Untuk melakukan transfusi, harus didasari dengan jumlah kehilangan
perdarahan, kemampuan kompensasi pasien, dan ketersediaan darah. Jika
pasien sampai di IGD dengan derajat syok yang berat dan golongan darah
spesifik tidak tersedia, maka dapat diberikan tranfusi darah dengan golongan
O. Golongan darah spesifik biasanya dapat tersedia dalam waktu 10-15menit
(Kelley, 2005).
Evaluasi harus dilakukan untuk melihat perbaikan pasien syok
hipovolemik. Jumlah produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif
dari perfusi ginjal karena menandakan aliran darah ke ginjal yang adekuat.
Jumlah produksi urin yang normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang
dewasa (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Defisit basa juga dapat digunakan untuk evaluasi resusitasi, prediksi
morbiditas serta mortalitas pada pasien syok hipovolemik (Privette dan
Dicker, 2013).

i. Pemeriksaan Penunjang
1) Sel Darahh Putih : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik
karena hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 30.000 )
dengan peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
2) Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi
ginjal.
3) Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (
trombositopenia ) dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT
mungkin memanjang mengindentifikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status syok.
4) Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
5) Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan
glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan selulaer dalam metabolisme.
6) BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
7) GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi
sebelumnya dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan
asidosis metabolic terjadi karena kegagalan mekanismekompensasi.
8) Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul
protein dan SDM.
9) Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang
mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen dapat
menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvi
10) EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.

3. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Primary survey
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda
vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita
terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin
dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul
bila keadaan penderita mengijinkan.
a) Airway dan breathing prioritas pertama adalah menjamin airway
yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi.
Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 95%.
b) Sirkulasi kontrol perdarahan termasuk dalam prioritas adalah
mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses
intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan
dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung
pada tempat pendarahan. PASG (Pneumatick Anti Shock Garment)
dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang
pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu
resusitasi cairan cepat. Cukupnya perfusi jaringan menentukan
jumlah cairan resusitasi yang diperlukan. Mungkin diperlukan
operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.
c) disability pemeriksaan neurologi dilakukan pemeriksaan
neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan
mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan
kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi
sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial
tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan
perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan
tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
d) Exposure pemeriksaan lengkap setelah mengurus prioritas-
prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus
ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki sebagai
bagian dari mencari cidera. Bila menelanjangi penderita, sangat
penting mencegah hipotermia.
e) Dilasi lambung dikompresi. Dilatasi lambung sering kali terjadi
pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak dan dapat
mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tidak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf fagus
yang berlabihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi
sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi lambung
membesarkan resiko respirasi isi lambung, ini merupakan suatu
komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan
dengan memasukan selamh atau pipa kedalam perut melalui hidung
atau mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan
isi lambung. Namun, walaupun penempatan pipa sudah baik, masih
mungkin terjadi aspirasi.
f) Pemasangan kateter urin Katerisasi kandung kenving memudahkan
penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi
ginjal dengan memantau produksi urine. Darah pada uretra atau
prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada
laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan keteter
uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang
utuh.

2) Secondary survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik
dilakukan dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar
(minimun 16 gaguage) sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral
kecepatan aliran berbanding lirus dengan empat kali radius kanul, dan
berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum poiseuille). Karena itu
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan
cairan terbesar dengan cepat. Tempat yang terbaik untuk jalur intravena
bagi orang dewasa adalah lengan bawah atau pembulu darah lengan
bawah.
Kalau keadaan tidak memungkunkan pembulu darah periver, maka
digunakan akses pembulu sentral (vena-vena femuralis, jugularis atau
vena subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik
seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena dikaki,
tergantung tingkat ketrampilan dokternya. Seringkali akses vena sentral
didalam situasi gawat darurat tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna
atau pu tidak seratus persen steril, karena itu bila keadaan penderita
sedah memungkinya, maka jalur vena sentral ini harus diubah atau
diperbaiki.
Juga harus dipertimbangkan potensi untuk komplikasi yang serius
sehubungan dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu
pneumo- atau hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah
tidak stabil.
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-
osseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral. Faktor
penentu yang penting untuk memilih prosedur atau caranya adalah
pengalaman dan tingkat ketrampilan dokternya.
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk
jenis dan crossmatch, pemerikasaan laboratorium yang sesuai,
pemeriksaan toksikologi, dan tes kehamilan pada wanita usia subur.
Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak
haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian
kemungkinan terjadinya pneumo atau hemotorak.

3) Tertiary survey

Terapi awal cairan Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk


resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi intravaskuler dalam wakti
singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan cara
menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial
dan intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama.
NaCl fisiologis adalah pilihan kedua. Walaupun NaCL fisiologis
merupakan pengganti cairan terbaik namun cairan ini memiliki potensi
untuk terjadinya asidosis hiperkloremik. Kemungkinan ini bertambah
besar bila fungi ginjalnya kurang baik.

Jenis-jenis Cairan Kristaloid untuk Resusitasi Cairan Na+ (mEq/L)


K+ (mEq/L) Cl- (mEq/L) Ca++ (mEq/L) HCO3 (mEq/L) Tekanan
Osmotik mOsm/L Ringer Laktat 130 4 109 3 28* 273 Ringer Asetat 130
4 109 3 28: 273 NaCl 0.9% 154 154 308. * sebagai laktat : sebagai
asetat

4) Pemeriksaan
a) Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien
misalnya nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk RS
b) Pengkajian Primer
a. Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan
atau obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
b. Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan,
pergerakan dada klien, bentuk dada, atau adanya bantuan
pernafasan
c. Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral
dingin dan kaji Capillary Refill Time (CRT)
d. Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran,
adanya ganggun verbal, motorik dan sesorik serta refleks
pupil.
c) Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
a. Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan
masuk rumah sakit, dan riwayat keluhan utama klien,
riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan masa lalu,
kemampuan mengontrol kesehatan, faktor sosial ekonomi
yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat pengobatan
sekarang.
b. Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi
badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas,Indeks Massa Tubuh), Biochemical (data
laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda klinis
integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu
terhadap makanan yang diberikan selama di RS), Energi
(kemampuan beraktivitas selama dirawat), Factor
(penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan
cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan
(balance cairan), pemeriksaan abdomen.
c. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat
kandung kemih, pola urine, distensi kandung kemih, sistem
gastrointestinal (konstipasi dan faktor penyebab, pola
eliminasi)
d. Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur,
aktivitas, respons jantung, pulmonary respon, sirkulasi,
riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,
endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki,
asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur
ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA,
adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP,
adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
e. Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan
persepsi, kemampuan komunikasi
f. Persepsi diri
g. Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola
interaksi dengan orang lain atau kedekatan dengan anggota
keluarga atau orang terdekat
h. Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah
atau disfungsi seksual
i. Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
j. Nilai-Nilai Kepercayaan
k. Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune,
tanda-tanda infeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/
komplikasi (akibat tirah baring, proses perawatan, jatuh,
obat-obat, penatalaksanaan)
l. Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan
(PQRST), rasa tidak nyaman lainnya serta gejala-gejala
yang menyertai
m. Pertumbuhan dan Perkembangan

b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme
pengaturan.
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3) Perubahan perfusi jaringan (kardiopulmonal, serebral, perifer)
berhubungan dengan penurunan curah jantung
4) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
permeabelitas kapiler pulmonal

c. Intervensi dan Rasional

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan Fluid balance Fluid management
Hydration Timbang
Nutritional Status popok/pembalut jika
: Food and Fluid diperlukan
Intake Kriteria Pertahankan catatan
Hasil : intake dan output yang
Mempertahankan akurat
urine output Monitor status hidrasi (
sesuai dengan usia kelembaban membran
dan BB, BJ urine mukosa, nadi adekuat,
normal, HT tekanan darah ortostatik
normal ), jika diperlukan
Tekanan darah, Monitor hasil lAb yang
nadi, suhu tubuh sesuai dengan retensi
dalam batas cairan (BUN , Hmt ,
normal osmolalitas urin )
Tidak ada tanda Monitor vital sign
tanda dehidrasi, Monitor masukan
Elastisitas turgor makanan / cairan dan
kulit baik, hitung intake kalori
membran mukosa harian
lembab, tidak ada
Kolaborasi pemberian
rasa haus yang cairan IV
berlebihan
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai
interuksi
Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
2. Penurunan curah NOC: Cardiac care: akut
jantung Setelah dilakukan Evaluasi adanya nyeri dada
intervensi keperawatan Auskultasi suara jantung
pada klien selama Evaluasi adanya krackels
5x24 jam Monitor status neurology
Klien dapat memiliki Monitor intake/output,
pompa jantung urine output
efektif, Ciptakan lingkungan yang
status sirkulasi, kondusif untuk istirahat
perfusi jaringan & Cirkulatory care;
status tanda vital evaluasi nadi dan edema
yang normal. Kriteria perifer
Hasil: monitor kulit dan
menunjukkan kardiak ekstrimitas
output adekuat yang monitor tanda-tanda vital
ditunjukkan dg TD,
pindah posisi klien setiap 2
nadi, ritme normal,
jam jika diperlukan
nadi perifer kuat,
ajarkan ROM selama
melakukan aktivitas
bedrest
tanpa dipsnea dan
nyeri monitor pemenuhan cairan
bebas dari efek
samping obat yang
digunakan
3. Perubahan perfusi NOC : (NIC):
jaringan
Status sirkulasi; Perawatan sirkulasi
aliran darah yang
tidak obstruksi dan 1. Lakukan pengkajian
satu arah, pada komprehensif terhadap
tekanan yang sirkulasi perifer
sesuai melalui 2. Pantau tingkat
pembuluh darah ketidaknyamanan atau
besar sirkulasi nyeri saat melakukan
pulmonal dan latihan fisik
sistemik 3. Pantau status cairan
Keparahan termasuk asupan dan
kelebihan beban haluaran
cairan; keparahan
kelebihan cairan Manajemen sensasi
didalam perifer (NIC):
kompartemen
intrasel dan Pantau perbedaan
ekstrasel tubuh ketajaman atau
Fungsi sensori ketumpulan, panas atau
kutaneus; tingkat dingin
stimulasi kulit Pantau parestesia, kebas,
dirasakan denga kesemutan, hiperestesia
tepat dan hipoestesia
Perfusi jaringan: Pantau tromboflebitis
perifer; dan thrombosis vena
keadekuatan aliran profunda
darah melalui Pantau kesesuaian alat
pembuluh darah penyangga, prosthesis,
kecil ekstremitas sepatu dan pakaian
untuk
mempertahankan
fungsi jaringan

4. Kerusakan NOC : manajemen jalan napas


pertukaran gas Status pernapasan: (NIC):
pertukaran gas;
pertukaran O2 dan identifikasi kebutuhan
CO2 di alveoli pasien terhadap
untuk pemasangan jalan
mempertahankan napas aktua atau
konsentrasi gas potensial
darah auskultasi suara
Status pernapasan: napas, tandai area
ventilasi; penurunan atau
pergerakan udara hilangnya ventilasi
yang masuk dan dan adanya bunyi
keluar ke dan dari tambahan
paru pantau status
Perfusi jaringan pernapasan dan
paru; keadekuatan oksigenasi sesuai
aliran darah kebutuhan
melewati vaskular
paru yang utuh pengaturan hemodimnamik
untuk perfusi unit
(NIC):
alveoli-kapiler
TTV; TTv dalam
batas normal auskultasi bunyi
jantung
pantau dan
dokumentasikan
frekuensi, irama dan
denut jantung
pantau adanya edema
perifer, distensi vena
jugularis dan buni
jantung S3 dan S4
pantau alat fungsi
pacu jantung

d. Evaluasi
Adapun evaluasi yang dapat diharapkan setelah memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien syok hipovelemik adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan teratasi
2) Penurunan curah jantung teratasi
3) Perfusi jaringan tidak efektif teratasi
4) Gangguan pertukaran gas teratasi

4. Daftar Pustaka

Amin huda nurafif dan Hardhi kusuma. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 2.
Yogyakarta: MediAction
. Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC.
2002
Carpenito, 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit
Buku Kedikteran EGC, Jakarta.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasib2012
2014 . Jakarta : ECG
Johnson & Mass,1997, Nursing Outcomes Classifications, Second edition, By
Mosby-Year book.inc, Newyork
McCloskey & Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Rab, tabrani. 2000. Pengatasan Shock. Jakarta. EGC.
Wilkinson, J.M.,Nancy R. Ahern.2012.Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Asuhan keperawatan pada pasien shock hypovolemik, Diupload 25 juni
2017.darurat/_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hypovolemi
k.pdf
Syok Hipovolemik. http://forum.blogbeken.com/kedokteran/syok-hipovolemik/.
Diupload 25 juni 2017

Anda mungkin juga menyukai