Anda di halaman 1dari 27

FARMAKOLOGI

OBAT SISTEM SALURAN CERNA

OLEH :

NAMA : INDAH ARMADANI RAHBI


NIM : PO714201151016
TINGKAT : 1A
JURSAN : KEPERAWATAN
PRODI : D IV

POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES


MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV

1
DAFTAR ISI
HAL
SAMPUL ............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2

KONSEP OBAT ANTIEMETIK DAN LAKSATIF ...................................... 3


I. OBAT ANTIEMETIK .......................................................................... 3
A. DESKRIPSI OBAT ANTASIDA SECARA UMUM .................. 3
B. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI ...................................... 8
C. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK ............. 11
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ........................................... 13
E. INTERVENSI DAN HEALTH EDUCATION ........................ 14
F. HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM PEMBERIAN OBAT TERSEBUT ........................... 15

II. OBAT LAKSATIF .............................................................................. 16


A. DESKRIPSI OBAT ANTI DIARE SECARA UMUM ............ 16
B. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI ................................... 21
C. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK ............. 23
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ........................................... 23
E. INTERVENSI DAN HEALTH EDUCATION ........................ 24
F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM PEMBERIAN OBAT TERSEBUT ........................... 25

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

2
KONSEP OBAT
ANTIEMETIK DAN LAKSATIF

I. OBAT ANTI EMETIK


A. DESKRIPSI OBAT ANTIEMETIC
Obat - obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan
muntah disebut antiemik.. obat-bat tersebut bekerja dengan cara mengurangi
hiperaktifitas refleks muntah menggunakan satu dari dua cara : secara local
untuk mengurangi respon local terhadap stimulus yang dikirim ke medulla
guna memicu terjadinya muntah atau secara sentral, untuk menghambat CTZ
secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetic yang bekerja secara
local dapat berupa antacid, anestesi local, adsorben, obat pelindung yang
melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan mestimulasi
peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual
yang ringan.
Antiemetic yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok
: fenotiasin, non fenotiasin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3)
antikolinegrik/antiistamin, dan kelompok yang bermacam-macam.
Dua jenis fenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperasin
(compazine) dan prometazin (phenergan), keduanya memiliki efek yang cepat
dan merugikan yang terbatas. Obat lain dalam kelompok ini mencakup
klorpomazin (thorazin), perfenasin (trilafon) tietilperazin (torecan) dan
triflupromazin (vesprin)
Nonfenitiazin yang tersedia adalah metoklopramid (raglan) yang
bekerja untuk mengurangi responsive sel saraf dalam CTZ terhadap zat kimia
yang bersirkulasi yang menyebabkan muntah.
Antikilonegrik/antihistamin termasuk buklizin (bukladin-S),silizin
(marezine), dan meklizin (antivert). Obat-obat ini merupakan antikolonegrik
yang bekerja sebagai antihiostamin dan menghambat transmisi inpuls ke CTZ.

3
Penyekat reseptor 5-HT, merupakan penyekat dari reseptor yang
terkait denghan mual dan muntah dalam CTZ dan secara local. Penyekat ini
mencakup dolasetron (anzamet), granisetron (kytril) dan ondansetron
(zonfran). Obat-obat ini cepat diabsorpsi, dimetabolisme dalam hati dan
dikekskresi melalui urine dan feses. Karena obat ini diketahui dapat menebus
plasenta dan masuk ke ASI, obat ini selama kehamilan dan laktasi hanya
digunakan jika mammfaatnya pada ibu lebih besar dari pada resiko potensial
pada janin dan neonates.
Agen lainnya adalah dronabinol (marinol) yang mengandung bahan
aktif kanabis ( mariyuana), hidroksisin (generic) yang dapat menekan area
kortikal pada SSP dan trimetobenzamid (tigan) yang serupa dengan
ntihistamin tetapi bukan merupakan antihistamin dan tidak menimbulkan
sedasi. Trimetobenzamin sering kali merupakan obat pilihan dalam kelompok
ini karena dikaitkan dengan sedasi yang berlebihan dan surpesi SSP. Obat ini
tersedia dalam bentuk oral, parental,dan supositoria. Obat ini diabsorpsi
dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi dalam urine. Obat ini
menembus palsenta dan masuk ke ASI, hanya digunakan jika mamafaatnya
pada ibu lebih besar dari pad resiko potensial pada janin atau neonatus.
Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum atau sesudah
pelahiran atau pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi denga cepat,
dimetabolisme dalam hati dan diekskersi dalam urine. Obat ini tidak dikaitkan
dengan masalah pada jani selama kehamilan dan diperkirakan tidak masuk ke
ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat, kewaspadaan perlua digunakanm
selama kehamilan dan laktasi.
Dronabidol disetujui untuk pelaksanaan mual dan muntah yang terkait
dengan kemoterapi kanker jika pasien todak berespon terhadap pengobatan
lain. Mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan tepat. Obat ini
merupakan zat yang dikendalikan. Dikategorikan C-III dan harus digunakan
dibawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan perubahan status

4
mental. Obat ini diabsrpsi dengan mudah dan dimetabolisme dalam hati,
dengan ekskresi melalui empedu dan urine.

Antiemetic tanpa resep


Antiemetic yang dijual bebas (agen antimuntah) dapat dibeli langsung
tanpa resep. Obat-obat ini sering dipaki untuk mencegah mabuk kendaraan
dan hanya memiliki sedikit efek untuk mengatasi muntah berat karena
obatantikanker (antineoplastik), radiasi dan toksin. Untuk mencegah mabuk
kendaraan antiemetic harus diminum 30 menit sebelumberangkat. Obat - obat
ini tidak efektif untuk menghilangkan mabuk kendaraan jika sudah timbul
muntah.
Antiemetic antihistamin tertentu seperti dimenhidrinat (Dramamine),
sklizin hidroklorid (marezin), meklizin hidroklorid (anti vert) dan
difenhidramin hidroklorin (Benadryl) dap[at dibeli secara bebas untuk mual,
muntah, dan pusing (vertigo)karena mabuk kendaraan. Benadryl juga berguna
untuk mencegah atau menghilangkan alergi obat, serangga dan makanan. Efek
samping dari obat ini serupa dengan antikilonegrik ; rasa mengantuk, mulut
kering, dan konstipasi.
Beberapa obat bebas seperti bismuth sybsalisilat (pepto-Bismol)
bekerja langsung pada mukosa lambung untuk menelan muntah. Obat-obat
ini dujual dalam bentuk cairan dan tablet kunyah dan dapat dipakai untuk
sakit perut atau diare. Larutan karbohidrat berfofofr(emetrol), suatu
karbohidrat hiperosmolar, menurunkan mual dan muntah dengan mengubah
pH lambung: obat ini juga mungkin menurunkan kontraksi oto polos
lambung. Ketidakefektifannya sebagai antimietik masih belum jelas. Klien
yang menderita diabetes mellitus harus menghindari obat ini Karen abanyak
mengandung gula.
Antimietik pernah kerap dipakai untuk mengobati mual dan muntah
selama kehamilan trimester pertama, tetapi nsekarang ini tidak tidak lagi

5
direkomundasikan karena kemungkinn dapat memberikan efek buruk pada
janin. Metoda nonframakologik harus digunakan untuk menghilangkan mual
dan muntah dan antimietikyang dijual bebas harus dihindari. Jika muntah
menjadi berat dan membahayakan kehidupan ibu dan janin, antiemetic seperti
trimetovenzamid (tigan ) dapat diberikan.

Antiemetic dengan reesp


Antiemetik dengan resep diklasifikasikan kedalam lima golongan : (1)
antihistamin (2) antikolinegrik (3) fenotiazin (4) kanabinoid (5) obat lainnya.
Banyak dari obat-obat ini bekerja sebagai antagonis dari dopamine, histamine
dan asetilkolin yang berkaitan dengan muntah. Fenotiazin dari antiemetic
lainnya seperti benzkuinamid, difenidol, metoklopramid, dan
trimetobenzamid bekerja pada pusat CTZ. Kanaboid bekerja pada korteks
serebri.

1. Antihisatmin dan antikolinegrik


Hanya sedikit antihistamin dan antikolonergik dengan resep yang
dipakai untuk mengobatklan mual dan muntah.
2. Antiemetic fenotiazin
Kelompok terbesar dari obat-obat yang dipakai untukmual dan
munth adalah fenotiazin, terutama fenotiazin piperazin. Obat-obat ini
dipakai untuk mengobati mual dan muntah yang berat akibat pembedahan,
anastesik, terapi antineoplastik dan penyakit akibat radiasi. Obat-obat ini
bekerja dengan menghambat CTZ. Pada pemakaian untuk klien kanker,
obat - obat ini sering diberikan pad malam sebelum pengobatan, hari
pengobatan dan 24 jam sesudah pengobatan. Tidak semua fenotiazin
merupakan antimietik yang efektif. Jika diresepkan untuk muntah, dosis
obat biasanya lebih rendah dari pada untuk gangguan psikiatri. Prometazin
(phenergan) suatu penitiazin yang diperkenalkan sebagai antihistamin

6
pada tahun 1940-an mempunyai efek sedative dn dapat dipakai untuk
mabok perjalanan.
Klorpromazin (thorazine) dan prokloperazine edilzat (compazine)
merupakan transqulizer pertama yang dipakai sekaligus psikosis dan
muntah. Proklorperakzine suatu penotiazine piperazine, merupakan obat
antimietik yang palimg sering diserapkan. Obat ini dapat diberikan
peroral, intramuscular, per rectal. Dari golongan fenotiazin yang lebih
baru yaitu perfenazin (trilafon), flufenazine (prolixin) tietiloerazine
(torecan) dan triflupromazin (vesprin).

3. Kannabinoid
Kannabinoid, kandungan aktif dari marijuana telh disetujui
pemakaian kliniknya pada tahun 1985 untuk menhilangkan rasa mual dan
muntah karena pengobatan kanker. Agen- agen ini boleh diresepkan untuk
klien yang mendapatkan kemoterapi yang tidak memberikan respon atau
yang tidak dapat memakai obat antiemetic lain. Terdapat dua kanabonoid,
dronabinol (marinol) dan anbilon (cesamet)

4. Antiemetic lain
Benzquinamid hidrclorida (emete-con) metoklopramid
hidroklorida (raglan), difenidol (vontrol) dan trimetobenzamid (tigan)
diklasifikasikan sebagai antiemetic lain karena obat-obat ini tidak bekerja
sekuat antihistamin, antikolinegrik atau fenotiazid. Obat - obat ini
menekan impuls ke CTZ. Difenidol juga mencegah vertigo dengan cara
menghambat impuls ke daerah vestibuler.
Benzquinamid tampaknya memiliki efek antiemetic,
antihistaminic, antikolinergik. Obt ini menghambat perangsangan pusat
CTZ dan mengurangi aktifitas pusat muntah. Obat ini jyga menambah
curah jantung dan meningkatkan tekanan darah.

7
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk
mencegah atau menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa
menimbulkan efek samping. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien
dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat,
memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.

Penggunaan antiemetic
Obat antiemetik diberikan kepada pasien dengan keluhan
sebagai berikut:
1. Mabuk jalan (motion sickness) --- Disebabkan oleh pergerakan
kendaraan darat, laut maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan
di labirin yang kemudian merangsang pusat muntah melalui chemo
reseptor trigger one (CTZ).
2. Mabuk kehamilan (morning sickness) --- Pada kasus ringan sebaiknya
dihindari agar tidak berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus
berat dapat dipakai golongan antihistamin atau fenotiazin (prometazin)
yang kadang dikombinasikan dengan vitamin B6, penggunaannya
sebaiknya dibawah pengawasan dokter.
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatika.

B. Indikasi dan kontra indikasi


1. VOMITAS
Indikasi : mual dan muntah akut
Kontraindikasi : hipersensitif

2. DOMPERIDONE
Indikasi : mual muntah akut, anak - anak tidak dianjurkan
Kontra indikasi : hipersensitif.

8
3. PREGMOVIT
Indikasi : pencegahan muntah pasca operasi, muntah selama
hamil, mabuk kendaraan
Kontraindikasi : pasien yang mendapat terapi levodopa.

4. VOSEDON
Indikasi : gejala mual, muntah akut, muntah-mun tah yang
disebabkan . Oleh Levadopa dan bromokriptin pada
penyakit Parkinson, pengobatan gejala dispepsia
fungsional, penanggulangan mual dan muntah pada
anak-anak setelah kemoterapi kanker atau radiasi.
Kontraindikasi : hipersensitif

5. SETROVEL
Indikasi : pencegahan mual dan muntah yang diinduksi oleh
kemoterapikanker,
Post opdan radiasi
Kontraindikasi : hamil.

6. PIRALEN
Indikasi : gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah
Kontraindikasi : epilepsy, pendarahan gastrointestinal.

7. OPRAM
Indikasi : meredakan gejala gastroperis diabetikum akut dan
rekuren. Pencegahan mual dan muntah paska operasi ,
refluks esofakitis.
Kontraindikasi : kondisi dimana perangsangan motilitas saluran cerna
berbahaya, Sptobstruksi intestinal, perdarahan saluran

9
cerna , freokomositoma, epilepsi.

8. WISATAMEX
Indikasi : dapat dipakai sebagai obat pencegahan (profilaksis)
Mabuk perjalanan dengan kendaraan darat, laut dan
udara
Kontraindikasi : penderita asma, glaucoma, hipertropi prostat,
Obstruksi, piloroduodenum, obstruksi kolon kelenjar,
bayi dan penderita hipersensitif terhadap obat ini.
9. OMEDOM
Indikasi : mual dan muntah, sendawa, rasa penuh diepigastrik,
Atau abdomen.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap dompeidone, penderita
prolactinoma tumor hiiposife.

10. GALDOM
Indikasi : mual, muntah setelah operasi atau akibat meinum
obat levodopa. Dan bromkriptin.
Kontraindsikasi : hipersensitif, prolaktinoma, tumor hipofise yang
Mengeluarkan praklatin.

11. DOMEDON
Indikasi : mual dan muntah akut oleh berbagai sebab
Kontraindikasi : alergi terhadap domperidon.

12. ENAKUR
Indikasi : mual dan muntah.
Kontraindikasi : hipersensitif, pendarahan gastrointestinal obstruksi
mekanik atau perforasi, epilepsy.

10
13. GRAMETA
Indikasi : gejala dyspepsia fungsional muntah, yang disebabkan
Pemberian Levodopan bromokriptin lebih dari 12
minggu.
Kontraindikasi : hipersensitif, prolaktinoma yang mengeluarkan
prolaktin.

14. IMPRAM
Indikasi : gangguan saluran cerna seperti mual, muntah karena
Intoleransi. Terhadap beberapa obat seperti antibiotic,
antituberkulosis, atau karena radiasi, anastesi atau
paksa operasi.
Kontraindikasi : penderita epilepsy, pendarahan gastrointestinal ,
perforasi dan penderitapheocromocytoma.

15. EMEGRAF
Indikasi : mencegah muntah selama hamil, setelah operasi atau
dalamperjalanan
Kontraindikasi : hipersensitif,pemakaian levodpa

C. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK


1. ANTIEMETIK ENOTIAZIN
a. Farmakokinetik
Absorpsi bentuk padat oral dari ferfenasin tidak menetu, tetapi bentuk
cairnya lebih stabil dan laju absorsinya lebih cepat. Persentase
pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.
Perfenazin dimetabolisasi olh hati dan mukosa gastrointestinal, dan
kebanyakan dari obat diekskresikan kedalam urine.

11
b. Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamine pada CTZ sehingga mengurangi
perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai
antipsikotik. Mula kerja dari prefenazin oral bervariasi dari 2 jam
samap 6 ja, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mulai kerja dari
perfenazin intravena dan intramuscular cepat, dan lama kerjanya sama
dengan preparat oral.

2. FERFENASIN
a. Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi
bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase
peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.
Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan
kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.

b. Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi
perangsangan CTZ pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai
antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral bervariasi dari 2 sampai 6
jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula kerja dari
perferazin intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya sama
dengan preparat oral.

3. ANTIEMETIC LAIN
a. Farmakokinetik
Benzquinamid diberikan secara intramuscular atau intravena. Bentuk
instramuskular diabsorpsi dengan cepat,memiliki waktu paruh antara
30 - 40 menit, dan sekitar 60% berikatan dengan protein.

12
Benzquinamid dimetabolisasi oleh hepar dan dikeluarkan dalam urine
dan tinja.

b. Farmakodinamik
Kerja antimietik terutama dari benzquinamid adalah untuk
menghambat pusat CTZ. Paling sering dipakai untuk mencegah dan
mengobati mual dan muntah yang berkaitan dengan anesthesia dan
operasi. Awitan kerja secara parental adalah 15 menit dan lama
kerjanya 3-4 jam. Jika benzquinamid diminum dengan alcohol atau
narkotik atau sedative-hipnotik , dapat timbul peringatan depresi CNS.

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dapatkan riwayat awal dan kerpnya muntah dan isi muntahan.
Daptkan kemungkinan faktor penyebab seperti makanan (makanan laut,
mayones). Dapatkan riwayat masalah kesehatan saat ini. Klien dengan
glukoma harus menghindari banyak obat antiemetic.Periksa tanda-tanda vital
untuk perbandingan hasil pengukuran yang akan datang misalnya untuk
denyut nadi dan tekanan darah.
Tapis hal-hal berikut yang merupakan kontraindiksi atau oeringatan
dalam penggunaan obat ini: riwayat alergi terhadap antiemetic : kerusakan
fungsi ginjal atau hati, kehamilan atau laktasi, keadaan koma dan semikoma,
depresi pada SSP, hipotensi atau hipertensi, ulkus peptikum aktif dan cedera
pad SSP. Lakukan penapisan terhadap orientasi, efek dan reflex nilai dasar
nadi dan tekanan darah, lesi dan warna kulit , pemeriksaan hati dfan abdomen
serta uji fungsi hati dan ginjal.

13
E. INTERVENSI DAN HEALTH EDUCATION
1. INTERVENSI
Pantau tanda - tanda vital. Jika muntah berat, bisa timbul dehidrasi
dan sindroma seperti syok (mis. Meningkatnya denyut nadi diikuti dengan
penurunan tekanan darah). Pantau bising usus umtuk aktifitasnya.
Lakukan perawatan mulut setelah muntah. Dorong klien agar tetap
menjaga hygiene mulut.

2. HELATH EDUCATION
a. Nasehati klien untuk tidak mengendarai kendaranan dan menjalankan
mesin-m,esin atau alat-alat yang bisa membahayakan karena rasa
ngantuk sering timbul pada klien yang memakai antimietik. Jika rasa
mengantuk ini menjadi masalah, mungkin merupakan indikasi untuk
menurunkan dosis.
b. Beritahu klien untuk tidak meminum alcohol sewaktu memakai obat
antimietik. Alcohol dapat memperkuat efek sedative.
c. Nasehati wanita hamil untuk menghindari pemakain obat antimietik
selama trimester pertama. Anjurkan mereka untuk datang ke dokter
untuk memamkai OTC atau antimietik terbatas resep.
d. Anjurkan klien dengan mabuk perjalanan bahwa antihistamin baru
bekerja setelah 30 menit. Beritahu klien jika dia menunggu smpai
timbul mual atau muntah, obat ini tidak efektif lagi.
e. Anjurkan klien dengan gangguan hepar untuk mencari pertolongan
dokter tentang pemakain fenotiazin, yang dapat menyebabkan
hipotensi, beritahukan klien agar melaporkan bila ad rasa pusing.
f. Anjurkan klien yang minum benzquinamiduntuk memantau denyut
jantung atau tekanan darah.

14
g. Anjurkan klien untuk melakukan metoda nonfrmakologik untuk
meghilangkan mual dan muntah seperti minuman karbonat, teh encer,
biscuit cracers dan roti panggang kering.

F. HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PERAWAT DALAM


PEMBERIAN OBAT TERSEBUT
a. Kaji pasien secara seksama untuk mengetahui adanya interaksi obat-obat
apabila antiemetik diberikan bersama dengan obat lainuntuk mencegah
kemungkinan interaksi obat-obat.
b. Lakukan tindakan yang memberikan rasa aman dan nyaman untuk pasien.
c. Berikan dukungan dan semangat, serta tindakan yang lain, seperti :
lingkungan yang tenang, minuman bersoda, napas dalam untuk membantu
pasien mengatasi ketidaknyamanan akibat mual dan muntah serta efek
obat.
d. Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepada pasien tentang nama dan
dosis obat, pemberian obat yang tepat, tindakan untuk menghindari efek
merugikan, tanda bahaya masalah, pentingnya pemantauan dan evaluasi
secara periodik.

15
II. OBAT LAKSATIF
A. DESKRIPSI LAKSATIF SECARA UMUM
Sembelit atau konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
kesulitan mengalami buang air besar atau jarang buang air besar. Jika
konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati.
Pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan
berolahraga, makanan kaya serat,sayur-sayuran, buah - buahan, gandum, dan
merupakan sumber serat yang baik.
Obat laksatif atau katartik digunakan dalam beberapa cara untuk
mempercepat jalannya isi usus di sepanjangluran GI. Laksatif dan katartiks
dipakai untuk mengeluarkan tinja. Laksatif melunakkan tinja dan katartik
menyebabkan tinja lunak sampai berair dengan sedikit kram (rasa nyeri).
Seringkali dosis ditentukan oleh apakah obat bekerja sebagai laksatif atau
katartik. Suatu obat pencahar adalah satu katartik kuat, yang menyebabkan
tinja erair dan sakit perut. Laksatif dapat berupa stimulan kimiawi, yang
dapat mengiritasi lapisan saluran GI secara kimiawi; stimulan massa feses
(bulk stimulant)/ stimulan mekanik, yang menambah isi fekal di dalam massa
feses; pelumas,yang membantu isi usus bergerak lebih lancar; serta laksatif
hiperosmolar.

1. STIMULAN KIMIAWI
Obat-obatan yang bekerja sebagai stimulan kimiawi secara
langsung menstimulasi pleksus saraf dalam dinding usus, menyebabkan
peningkatan pergerakan dan menstimulasi refleks lokal. Laksatif sejenis
itu mencakup agens berikut :
a. Kaskara (generik), agens reliabel yang menyebabkan pengosongan
usus; obat ini mungkin memiliki efek yang lambat dan terus-menerus
atau dapat menyebabkan kram yang hebat dan pengosongan isi usus
besar secara tepat.

16
b. Senna (Senokot), obat reliabel lainnya yang memiliki efekserupa
dengan kaskara; obat ini dapat ditemukan dalam banyak obat bebas.
c. Minyak kastor (Neoloid), obat yang telah lama tersedia, digunakan
jika menginginkan pengosonganisi usus scara keseluruhan. Agens ini
mulai bekerja di awal usu halus dan meningkatkan motilitas sepanjang
saluran GI. Karena minyak kastor menghambat absorpsi lemak
(termasuk vitamin larut lemak) dan dapat menyebabkan konstipasi
akibat keletihan saluran GI ketika tidak ada stimulus untuk bergerak.
Tidak disarankan menggunakan obat ini engan sering.
d. Bisakodil (Dulcolax), secara kimiawi terkait dengan fenolftalein,
merupakan laksatif bebas yang sangat popur, namun ditarik dari
pasaran pada tahun 2000karena efek merugikannya, termasuk efek
para sistem saraf pusat (SSP).obat ini, yang menyebabkan peningkatn
pergerakan yang lambat dan terus menerus dalam usu besar, sering
kali merupakan obat pilihan apabila pasien memerlukan stimulasi yang
ringan untuk mencegah konstipasi dan mengejan setelah pembedahan
GI atau infark otot jantung.

2. STIMULAN MASSA FESES


Stimulan massa fese (bulk stimulans) merupakan laksatif yang
bekerja cepat dan agresif yang meningkatkan motilitas saluran GI dengan
cara meningkatkan cairan dalam isi usus, yang memperbanyak massa fese,
menstimulasi reseptor regang lokal, dan mengaktifan aktivitas lokal.
Jenis laksatif ini merupakan bahan-bahan berserat yang
meningkatkan ukuran tinja dengan menyerap air ke dalam usus,
meningkatkan ukuran tinja dan peristaltik. Defekasi biasanya timbul
dalam 8-24 jam. Laksatif ini, yang dijual dengan berbagai rasa dan bentuk
yang tidak mengandung gula, harus dicampurkan ke dalam segelas air tau
air buah, dikacau, dan diminum dengan segera, diikuti dengan setengah

17
atau segelas air. Kurangnya masukkan cairan akan menyebabkan obat ini
mengeras di dalam saluran gastrointestinal, sehingga dapat menyebabkan
obstruksi usus. Golongan laksatif ini tidak menyebabkan ketergantungan
laksatif. Gambar 33-5 membandingkan laksatif kontak bisakosil dengan
laksatif pembentuk bulk psilium (Metamucil). Stimulan massa feses yang
tersedia mencakup agens berikut :
a. Magnesium sulfat (Epson Salts),laksatif yang sangat kuat, digunakan
ketika diperlukan pengosongan total saluran GI secara cepat, seperti
pada kasus keracunan saluran GI. Agens ini bekerja dengan
melakukan tarikan hipertonik melawan dinding mukosa, sehingga
menarik cairan ke dalam isi usus.
b. Magnesium Sitrat (Milk of Magnesia) digunakan untuk menstimulasi
massa feses dan merupakan laksatif yang lebih ringanserta bekerja
lebih lambat. Obat ini juga bekerja dengan tarikan salin, membawa
cairan ke dalam lumen saluran cerna.
c. Laktulosa (Chronulac) merupakan pilihan alternatif bagi pasien yang
mengalami masalah kardiovaskular. Laksatif osmotik sedikit garam ini
mendorong cairan keluar dari sistem pembuluh darah vena dan masuk
ke dalam lumen usus halus.
d. Polikarbofil (FiberCon) merupakan zat alami yang membentuk massa
feses seperti gelatin di luar isi usus. Agens ini menstimulasi aktivitas
lokal . agens ini dianggap lebih ringan dan kurang mengiritasi dari
pada stimulanmassa feses lainnya. Pasien harus menerapkan tindakan
kewaspadaan dan meminum polikarbofil dengan air yang sangat
banyak. Apabila pasien hanya meminum sedikit air, agens ini mungkin
mengabsorpsi cairan dalam esofagus untuk membengkak menjadi
massa seperti gelatinyang dapat menyumbat esofagus dan
menyebabkan masalah yang berat.

18
e. Psilium (Metamucil), stimulan massa feses seperti gelatin lainnya,
serupa dengan polikarbofil dalam hal cara kerja dan efeknya.

3. LAKSATIF PELUMAS
Sering kali , untuk membuat defekasi menjadi lebih mudah tanpa
menstimulasi pergerakan saluran GI diperlukan penggunaan pelumas.
Pasien yang mengalami hemoroid dan mereka yang baru-baru ini
menjalani pembedahan rektum mungkin memerlukan pelumas feses.
Emolien ialah suatu pelunak tinja dan pelumas dipakai untuk
mencegah konstipasi. Obat-obat ini mengurai tegangan aewaktu buang air
besar. Pelunak tinja bekerja dengan meningkatkan penimbunan air di
dalam intestin. Obat ini sering diberikan pada klien yang baru mendapat
serangan infark miokardium atau operasi, juga diberikan sebelum
memberikan laksatif lain untuk mengobati impaksi tinja.
Lubrikan seperti minyak mineral meningkatkan resistensi air
dalam tinja. Minyak mineral mengabsorpsi vitamin-vitamin yang larut di
dalam air seperti vitamin A,D,E, dan K. Beberapa mineral ini dapat
diserap kedalam sistem limfatik. Beberapa pasien yang dapat mengalami
bahaya jika mengejan dapat menggunakan tipe laksatif ini.
a. Dokusat (colace) memiliki cara kerja seperti deterjen pada permukaan
bolos usus, meningkatkan campuran lemak dan air serta melunakkan
feses. Obat ini seringkali digunakan sebagai profilaksis pada pasien
yang tidak boleh mengejan (mis, seletelah pembedahan, infar miokard,
atau pelahiran obstetrik).
b. Gliserin (sani-supp) merupakan laksatif hiperosmolar yang digunakan
dalam bentuk supositoria untuk memperlancar pengosongan rektum
tanpa efek sistemik yang lebih tinggi pada saluran GI.
c. Minyak mineral (Agoral Plain) merupakan laksatif pelumas yang
tertua. Laksatif ini tidak diabsorpsi dan membentuk lapisan licin pada

19
isi usus. Ketika bolos usus dilapisi dengan minyak mineral, hanya
sedikit air yang keluar dari bolos dan bolos kemungkinan kecil
menjadi keras atau impaksi. Penggunaan minya mineral secara sering
dapat mengganggu absorpsi vitamin A, D,E, dan K yang larut lemak.
Selain itu, kebocoran dan pewarnaan dapat menjadi masalah jika
menggunakan minyak mineral dan feses tidak dapat di tahan oleh
sfingter eksternal.
Tipe laksatif yang direkomendasi bergantung pada kondisi
pasien, kecepatan peredaran yang diperlukan, dan kemungkinan
implikasi berbagai macam efek merugikan.

4. LAKSATIF HIPEROSMOLAR
Laksatif hiperosmolar mencakup garam atau salin, laktulose, dan
gliserin. Produk salin terdiri dari natrium atau magnesium, dan sejumlah
kecil penyerap sistemik. Elektrolit serum harus dipantau untuk
menghindari ketidak seimbangan elektrolit. Garam hiperosmolar menarik
air ke kolon dan meningkatkan air didalam tinja untuk menambah bentuk,
sehingga meningkatkan peristaltik. Salin katartik menyebabkan tinja yang
setengah berbentuk sampai cair. Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk
mengeluarkan kelebihan garam. Salin katartik meruakan kontraindikasi
pada klien yang memiliki payah jantung kongestif.
Laktulose, suatu laksatif salin lain yang bukan menarik air
kedalam intestin dan meningkatkan retensi air dan elektrolit. Obat ini
menurunkan kadar amonia dalam serum dan berguna pada penderita
gangguan hepar, seperti sirosis. Gliserin bekerja seperti laktulose,
meningkatkan air dalam tinja di usus besar. Bertambahnya bentuk akibat
bartambahnya air dalam tinja ini merangsang peritaltik dan proses buang
air besar.

20
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
1. LACTUGRA
Indikasi : konstipasi kronik , portal-systemik encephalopathy
Termasuk keadaan pre koma hepatic dan koma
hepatic.
Kontraindikasi : galaktosemia, obstruksi instestinal.

2. LAXADILAC
Indikasi : konstipasi kronik, ensepalofati portal - sistemik
(termasukkeadan koma dan koma hepatic)
Kontraindikasi : obstruksi GI, galaktosemia.

3. DULCOLAX
Indikasi : konstipasi, persiapan prosedur diagnostic terapi
sebelum dan sesudah operasi, mempercepat defekasi.
Kontraindikasi : ileus, obstruksi usus baru mengalami pembedahan
Dibagian perut, seperti usus buntu, radang usus akut,
dehidrasi yang parah dan pasien yang diketahui
persensitif terhadap bisacody atau komponen lain
dalam produk.
4. LAXANA
Indikasi : memudahkan BAB pada keadaan konstipasi sebelum
dan sesudah operasi.
Kontraindikasi : kondisi op abdomen akut, apendisitis, pendarahan
rectal, gastroenteritis.
5. FLEET ENEMA
Indikasi : meredakan konstipasi, untuk bilas usus sebelum
proktoskopi, sigmoidoskopi, dan pemeriksaan x-ray.
Kontraindikasi : pendarahan rectum, peny. Ginjal, diet retstriksi Na,

21
mual, muntah dan nyeri.
6. LAXAREC
Indikasi : mengatasi kesulitan buang air besar
Kontraindikasi : hemoroid akut

7. NIFLEC
Indikasi : untuk mengeliminasi isi usus sebelum pemeriksaan
Endoskopi Dan pembedahan usus besar.
Kontraindikasi : obstruksi GIT perforasi usus, megakolon toksik.

8. LAXOBERON
Indikasi : perlu buang air besar lebih
Kontraindikasi : ileus, obstuksi usus, kondisi bedah abdomen akut
Seperti apendisitis akut, inflamasiusus yang akut dan
sakit perut yang parah yang berbungan dengan mual
dan muntah, hipersensitifitas terhadap
sodiumpicosulfate atau komponen lain dalam produk,
dehidrasi yang parah.
9. SOLAC
Indikasi : konstpasi pada dewasa dan anak, ensepalofati portal
sistemik
Kontraindikasi : obstruksi GI, galaktosemia.

10. OPILAX
Indikasi : lihat dosis
Kontraindikasi : jangan diberikan pada pasien obstruksi usus, tidak
diberikan pada pasien yang menjalani diet rendah
galaktosa.

22
C. FARKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
1. Farmakokinetik
Sebagian besar obat ini diabsorpsi secara minimal dan
menimbulkan efek teraupetik secara langsung dalaam saluran GI.
Perubahan dalam abosrpsi, keseimbangan cairan, dan elektrolit akibat
perubahan pada GI dapat menimbulkan efek merugikan pada pasien yang
memiliki kondisi medis tertentu yang dipengaruhi oleh perubahan volume
dan elektrolit. Kewaspadaan harus diterapkan selama kehamilan dan
laktasi, karena kurangnya penelitian mengenai efek dari obat ini. Minyak
kastor tidak boleh digunakan selama kehamilan, karena efek iritnya telah
diikatkan dengan induksi kelahiran premature. Laksatif magnesium dapat
menyebabkan efek diare pada neonates.

2. Farmakodinamik
Bisakodil dan psilium keduannya meningkatkan rasa ingin buang
air besar, tetapi kerjanya berbeda karena perbedaan komposisi. Bisakodil
mengiritasi kolon, menyebabkan rasa ingin buang air besar, dan psilium
meningkatkan pembetukan bulk serta meningkatkan peristaltic. Awitan
kerja dari bisakodil oral timbul dalam 6-12 jam dan dalam 15-25 menit
dengan suposutoria (pemberian dari rectum). Awal kerja psilium 8-24
jam. Interaksi obat akan timbul dengan obat-obat ini. Psilium mengurangi
absorpsi antikoagulan oral, aspirin, dan digoksin.

D. PENGKAJIAN
Tapis hal-hal berikut, yang dapat merupakan kontraindikasi atau
peringatan untuk penggunaan obat ini : riwayat alergi terhadap laksatif,
impaksi fekal, atau obstruksi usus ; nyeri abdomen akut,mual atau muntah,
serta kehamilan atau laktasi.Lakukan penapisan untuk mengetahui adanya lesi

23
kulit, orientasidan efek, nilai dasar nadi, pemeriksaan abdomen, seperti bising
usus, dan elektrolit serum.
1. Dapatkan riwayat konstipasi dan kemungkinan penyebabnya, seperti
kurang minum air, makanan tidak cukup mengandung serat, dan status
kesehatannya baik.
2. Dapatkan tanda - tanda vital tertentu untuk menjadi bahan perbandingan
dimasa yang akan datang.
3. Nilai keadaan fungsi ginjal. Laksatif osmotic atau salin mengandung
natrium atau mafnesium. Sejumlah kecil lektrolit ini diserap dan jika
terdapat insufiensi ginjal dapat terjadi hipernatremia atau hipermagnesia.

E. INTERVENSI DAN HELATH EDUCATION


1. Intervensi Keperawatan
a. Pantau masukan dana keluaran cairan. Perhatikan tanda-tanda dan
gejala-gejala dari ketidak seimbangan elektrolit akibat tinja yang cair.
Keseimbangan memakai laksatif dapat menyebabkan kekurangan
volume cairan dan kehilanga elektrolit.
b. Hindari pemberian laksatif salin kepada klien dengan mual, mutah,
dan nyeri abdomen. Kemungkinan klien ini mengalami gangguan
intestial akut.

2. Health Education
a. Beritahukan klien penderita konstipasi untuk menambah masukan

cairan. Masukan air yang banyak akan mengurai terbentuknya tinja

yang keras dan kering.

b. Nasihatkan klien penderita konstipasi untuk menambah masukan

makanan yang kaya serat, seperti bran, biji-bijian, dan buah-buahan.

24
c. Nasihatkan klien untuk menghindari pemakaian laksatif yang

berlebihan, yang dapat menimbulkan ketidak seimbangan cairan dan

elektrolit dan ketergantungan.

d. Anjurkan klien untuk berolahraga supaya meningkatkan peristaltik.

e. Beritahukan klien bahwa laksatif tertentu dapat menimbulkan

perubahan warna pada urin contohnya, preparat fenol ftalein dapat

merubah warna urin menjadi kemerahan

f. Beritahu klien untuk memakai laksatif yang menambah ukuran tinja

untuk mencambur obat kedalam 8- 10 10 oz air, aduk dan segera

diminum. Perlu dilanjutkan dengan air tambahan. Kurangnya air dapat

menimbulkan obat menjadi padat sehingga terjadi sumbatan feses.

g. Beritahu klien untuk memakai minyak mineral bersama- sama sari

buah karena rasanya ; Dan memakainya sebelum makan atau sebelum

tidur sehingga absorpsi vitamin tidak akan terhambat; dan hanya

memakai obat ini satu kali seminggu kecuali atas petunjuk dokter.

F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PERAWAT DALAM

PEMBERIAN OBAT TERSEBUT

1. Berikan obat ini hanya sebagai tindakan sementara untuk mencegah


terjadinya ketergantungan katartik.
2. Atur tindakan diet, olahraga, dan pengendalian lingkungan yang tepat
untuk mendukung kembalinya fungsi usus yang normal.

25
3. Berikan obat dengan segelas air mineral dan ingatkan pasien untuk tidak
mengunyah tablet agar bisa dipastikan laksatif mencapai saluran GI atau
tidak sehingga pasien mendapatkan efek terapiutik.
4. Jangan berikan obat ketika pasien mengalami nyeri abdomen akut, mual,
atau muntah karena dapat memperburuk kondisi pasien.
5. Pantau fungsi usus untuk mengevaluasi keefektifan obat.
6. Lakukan tindakan yang memberikan keamanan dan kenyamanan kepada
pasien.
7. Berikan penyuluhan secara menyeluruh kepadapasien.
8. Beri dukungan dan semangat untuk membantu pasien menghadapi
diagnosis dan program pengobatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Wijayaningsih Kartika Sari. 2013.farmakologi Dasar Untuk


mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Kusnandar, Adiyana, Ketut C, dkk. 2014. ISO Informasi Spesialite
Obat Indonesia. Jakarta Barat : Isfi penerbitan
Tjay Tan Hoan Drs, Rahardja Kirana Drs. 2013. Obat-Obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Keenam Cetakan Ke
3 Lengkap dengan Obat-Obat Terbaru. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Karch Amy M. 2011 Buku Ajar Farmakologi Keperawatan. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Kee Joyce L, Hayes Evelyn R. 2012. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan.Jakarta : Buku Kedokteran EGC
http://journalsmidwifery.blogspot.co.id/2015/04/makalah-antiemetik-
farmakologi.html

27

Anda mungkin juga menyukai