Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FARMAKOLOGI ANTI EMETIK

Dosen Pengampu:
Apt. Fitri DW,M.Farm

Disusun oleh :

Sunarti (230271067)
Jaulia Zahra Laila (230271053)
Muhammad Yusuf Restu (230271058)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SEHATI INDONESIA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul ‘’Farmakologi Anti Emetik‘’. Shalawat beriring salam
kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat beliau sekalian serta orang orang mukmin yang tetap istiqamah dijalan-
Nya.

Adapun tugas ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

‘’Farmakologi‘’ D III Keperawatan Universitas Sehati Indonesia (USINDO).


Kendati mengalami beberapa hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun
berkat kesungguhan, ketekunan, dan keuletan kami maka penyusunan makalah ini
dapat selesai pada waktunya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga menjadi bahan
pertimbangan bagi semua pihak guna kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan tentunya juga bagi pembaca.
Aamiin.

Karawang,9 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Pengertian Anti Emetik Penggunaan Anti Emetik.................................. 3
2.2 Penggunaan Anti Emetik ........................................................................ 4
2.3 Penggolongan ................................................................................................ 4
2.4 Efek Samping Dan Bahaya Antiemetik ......................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anti-emetika atau obat antimual adalah obat obatan yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa mual dan muntah. Karena muntah hanya
suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari
penyebabnya(Sri Riyanti, 2014). Obat-obatan tersebut bekerja dengan
mengurangi hiperaktifitas reflex muntah. Antiemetika yang bekerja secara local
dapat berupa anastid,anestesi local,adsorben, obat pelindung yang melapisi
mukosa GI, atau obat yang menghindari distensi dan menstimulasi peregangan
saluran GI.
Mual muntah bisa mempengaruhi kualitas nutrisi, asupan makanan dan pada
akhirnya mempengauhi kualitas hidup pasien (Ballatori dan Roila,2003).
(MMK) atau mual muntah oleh kemoterapi merupakan efek samping yang
paling ditakuti oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi atau radioterapi
(Schnell, 2003).
Efikasi antiemetika dalam menghindari mual muntah jarak sekitar 70% -
80% pada pasien yang mendapat kemoterapi dengan emetogenik berat (Akal
dkk, 2005)
Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering di jumpai pada pasien
terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Obat-obat antiemesis digunakan
untuk mencegah dan menghentikan rasa mual yang di derita pasien setidaknya
24 jam setelah pengobatan atau operasi. Anti emesis bekerja dengan cara
menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di
otak. Diberikan sesaat sebelum tindakan melakukan kemoterapi atau radiasi.
(Salsabila, 2024)

1.2 Tujuan
1. Memahami tentang Farmakologi Anti Emetic
2. Untuk mengetahui golongan Anti Emetik ?

1
3. Untuk mengetahui sistem kerja Anti Emetik ?
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan antiemetika?
2. Apa saja golongan obat antiemetika?
3. Rumusan MasalahBagaimana cara penggunaan dan system kerja
antiemetika yang sesuai?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anti Emetik


Antiemetik atau obat mual merupakan obat yang digunakan untuk
mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk
mengatasi mabuk diperjalanan dan efek samping dari analgesic golongan opiat
dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk mengatasi
vertigo (pusing) dan migraine. Antiemetik juga diartikan sebagai obat-obatan
yang dugunakan untuk mengurangi atau menghilangkan mual dan muntah.
Karena muntah hanya suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan
adalah mencari penyebabnya (Sri Riyanti, 2014)
Muntah akibat stimulasi pusat muntah di sumsum sambung (medula
oblongata), berlangsung mealui beberapa mekanisme yaiut:

1. Rangsangan dari asam lambung-usus ke pusat muntah karena adanya


kerusakan mukosa lambung-usus, makanan yang tidak cocok, hepatitis, dan
lain-lain

2. Rangsangan tidak langsung melalui chemo reseptor trigger zone (CTZ)


yaitu suatu daerah yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah.
Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan (seperti tetrasiklim, digoskin,
esterogen, morfin dll), gangguan keseimbangan dalam labirin atau organ
keseimbangan di bagian dalam telinga (seperti mabuk perjalanan),
gangguan metabolisme (seperti asidosis, uremia, tidak stabilnya hormon
esterogen pada wanita hamil)

3. Rangsangan melalui otak (cortex cerebri) dengan melihat, membau,


mersakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

3
2.2 Penggunaan Anti Emetik
Anti emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagi berikut :
1. Mabuk Jalan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut maupun udara
dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang
pusat muntah melalui chemo reseptor trigger zone (CTZ)

2. Mabuk Kehamilan (morning sickness)


Pada kasus ringan sebaiknya dihindari agar tidak berakibat buurk pada
janin sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan antihistamin atau
fenotizin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan bitamin B6,
penggunaanya sebaiknya dibawah pengawasan dokter.
3. Mual atau muntah yang disebabkan penytakit tertentu, seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatika. (Wati, 2024)

2.3 Penggolongan
1. Antihistamin/antikolinergik
Antiemetik jenis ini biasanya digunakan untuk mengatasi mabuk
perjalanan atau morning sickness. Obat antiemetik yang termasuk dalam
golongan antihistamin/antikolinergik antara lain:
a. Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah obat untuk meredakan gejala alergi dan batuk
pilek (common cold). Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi mabuk perjalanan, serta kondisi tremor dan kaku otot pada
penderita Parkinson.
Merek dagang: Allerin Expectorant, Benadryl, Decadryl, Dextrosin,
Diphenhydramine HCL, Erphakaf, Ikadryl, Licodril, Sedares, Siladex DMP

Golongan : Obat bebas terbatas dan resep

Kategori : Obat antihistamin

4
Meredakan gejala alergi, rhinitis alergi, common
Indikasi : cold, mabuk perjalanan, insomnia, serta gejala
penyakit Parkinson.

Digunakan oleh : Dewasa dan anak usia ≥2 tahun

Bentuk obat : Tablet, sirop, obat oles, supositoria, dan suntik.

Untuk mencegah mabuk perjalanan, konsumsi


Dosis : diphenhydramine 30 menit sebelum melakukan
perjalanan.
b. Dimenhydrinate
Dimenhydrinate (dimenhidrinat) bermanfaat untuk mencegah atau
mengobati mual, muntah, atau pusing berputar (vertigo) akibat mabuk
perjalanan. Obat ini dapat dibeli bebas, tetapi penggunaannya memerlukan
perhatian khusus.
Merek dagang: Antimab, Antimo, Antimo Anak, Contramo,
Dimenhydrinate, Dimetic, Dramamine, Omedrinat, Mantino, Ramadrinater

Golongan : Obat bebas terbatas

Kategori : Antiemetik golongan antihistamin

Mencegah atau mengobati mual, muntah, atau vertigo


Manfaat :
akibat mabuk perjalanan

Digunakan
Dewasa dan anak-anak usia ≥2 tahun
oleh :

Bentuk obat : Tablet dan suspensi

Mabuk perjalanan yang mengakibatkan mual, muntah,


atau vertigo
 Dewasa dan anak usia ≥12 tahun: 50–100 mg,
4–6 jam sekali. Dosis maksimal 300–400 mg per
Dosis : hari.
 Anak usia 6–11 tahun: 25–50 mg, 6–8 jam
sekali. Dosis maksimal 150 mg per hari.
 Anak usia 2–5 tahun: 12,5–25 mg, 6–8 jam
sekali. Dosis maksimal 75 mg per hari.

5
2. Antagonis Dopamin
Antiemetik jenis antagonis dopamin biasanya digunakan untuk mengatasi
mual akibat kemoterapi, operasi, atau morning sickness yang berat. Beberapa
obat antiemetik golongan antagonis dopamin adalah:
a. Metoclopramide
Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk meredakan mual
dan muntah. Obat ini dapat digunakan pada penderita penyakit asam
lambung atau pada pasien yang menjalani operasi, kemoterapi, atau
radioterapi.
Merek dagang: Damaben, Norvom, Piralen, Primperan, Sotatic, Vopram

Golongan : Obat resep

Kategori : Antiemetik

Manfaat : Meredakan mual dan muntah

Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat : Sirop, tablet, kaplet, suntik

Tujuan: Mencegah mual dan muntah


akibat kemoterapi
Bentuk: Obat minum (tablet, kaplet, atau sirop)
 Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Dosis
maksimal 30 mg per hari. Durasi pengobatan
maksimal 5 hari.
 Anak-anak: 0,1–0,15 mg/kgBB, 3 kali sehari.
Dosis :
Durasi pengobatan maksimal 5 hari.
Tujuan: Mencegah mual dan muntah
akibat radioterapi
Bentuk: Obat minum
 Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Dosis
maksimal 30 mg per hari. Durasi pengobatan
maksimal 5 hari.
b. Chlorpromazine
Chlorpromazine adalah obat untuk menangani gejala psikosis,
seperti halusinasi, dan pikiran tidak wajar, pada skizofrenia. Obat ini juga

6
digunakan untuk kondisi kejiwaan lain, seperti gangguan bipolar atau
gangguan perilaku yang parah pada anak-anak.
Merek dagang chlorpromazine: Cepezet, Chlorpromazine HCl,
Chlorpromazine, Promactil

Golongan : Obat resep

Kategori : Antipsikotik phenothiazine

Mengatasi gejala psikosis, gangguan bipolar, dan


Manfaat : gangguan perilakuMeredakan mual, muntah, atau
cegukan yang tidak kunjung hilang

Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak ≥6 bulan

Bentuk obat : Tablet dan suntik

Kondisi: Mual dan muntah


Chlorpromazine tablet
 Dewasa: 10–25 mg setiap 4–6 jam, hingga
keluhan hilang.
 Anak usia 1–12 tahun: 0,55 mg/kgBB
setiap 4–6 jam, hingga keluhan hilang.
Chlorpromazine suntik
Dosis :
 Dewasa: 25 intramuskular (IM), dilanjutkan
dengan 25–30 mg setiap 3–4 jam sampai
mual dan muntah berhenti.
 Anak usia 1–12 tahun: 0,5 mg/kgBB
intramuskular (IM) setiap 4–6 jam. Dosis
maksimal untuk anak >5 tahun: 75 mg per
hari, anak 1–5 tahun: 40 mg per hari.
c. Promethazine
Promethazine adalah obat untuk meredakan reaksi alergi, mabuk
perjalanan, mual dan muntah, serta insomnia. Promethazine juga dapat
digunakan sebagai obat penenang sebelum prosedur medis tertentu.
Merek dagang promethazine: Berlifed, Bufagan Expectorant,
Gigadryl, Guamin, Hufallerzine Expectorant, Metagan Expectorant,
Mezinex, Nufapreg, Phenerica, Prome.

7
Golongan : Obat resep

Kategori : Phenotiazine

Manfaat : Mencegah mabuk perjalanan, meredakan mual dan


muntah, mengobati alergi, dan digunakan dalam
pengobatan insomnia

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak usia di atas 2 tahun

Bentuk obat : Tablet, suppositoria, sirop

Dosis : Kondisi: Mual dan muntah


Bentuk: Sirop dan tablet
 Dewasa: 12,5–25 mg, dikonsumsi setiap 4–6
jam. Dosis maksimal 100 mg per hari.
 Anak usia 5–10 tahun: 12,5–37,5 mg per
hari.
Bentuk: Suppositoria
 Dewasa: 12,5–25 mg diberikan setiap 4–6
jam.

d. Domperidone
Domperidone adalah obat yang bermanfaat untuk menghentikan
mual dan muntah. Obat ini juga digunakan untuk mengatasi rasa sakit atau
rasa tidak nyaman di perut akibat gastroparesis.
Merek dagang domperidone: Costil, Dome, Domedom,
Domperidone, Domperidone Maleate, Etalium, Galdom,
Gerdilium, Hufadon, Rosidon, Vometa, Vomita, Vosedon

Golongan : Obat resep

Kategori : Dopamin antagonis, antiemetik, dan prokinetik

Manfaat : Meredakan mual dan muntah, mempercepat kontraksi


usus atau lambung, serta meningkatkan produksi ASI

8
Digunakan Dewasa dan anak usia ≥12 tahun dengan berat badan ≥35
oleh : kg

Dosis : tujuan: Menangani mual dan muntah

 Dewasa dan anak usia ≥12 tahun dengan BB


≥35 kg: 10 mg, 1–3 kali sehari. Dosis maksimal:
30 mg per hari. Durasi pengobatan maksimal 1
minggu.

Bentuk obat : Tablet, kaplet, suspensi, dan obat tetes oral (drops)

e. Pyrathiazine
Pyrathiazine adalah obat untuk mengatasi mual muntah pada orang
dewasa maupun anak-anak. Obat ini dapat digunakan pada mual akibat
kehamilan, mabuk perjalanan, gangguan pencernaan, atau mual setelah
operasi. Perlu diingat, pyrathiazine hanya boleh dikonsumsi sesuai dengan
anjuran dokter.
Merek dagang pyrathiazine: Anvomer B6, Mediamer B6,
Pontyamer B6, Pregvomit, Provomer, Voldiamer B6, Vomil B6

Golongan : Obat resep

Kategori : Antiemetik

Manfaat : Mengatasi mual pada kehamilan, gangguan


pencernaan, mabuk perjalanan, atau setelah operasi

Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak

Dosis : Dewasa: 40–80 mg per hari.


Anak usia 6–12 tahun: 20–40 mg per hari

Bentuk obat : Tablet

9
3. 5HT3 Receptor Antagonist
Obat golongan ini biasanya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
akibat bius setelah operasi atau kemoterapi. Contoh obat antimetik golongan
5HT3 receptor antagonists adalah:

a. Ondansetron

Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati


mual dan muntah yang bisa disebabkan oleh efek
samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Obat ini hanya
boleh dikonsumsi dengan resep dokter.

Merek dagang ondansetron: Ceteron, Fudanton, Maxtron, Narfoz,


Nausimex, Ondansetron HCl 2H20, Ondansetron HCI Dihydrate, Ondansetron
Hydrochloride Dihydrate, Vometron, Zetral

Golongan : Obat resep

Kategori : Antiemetik antagonis reseptor serotonin

Indikasi : Mencegah dan mengobati mual dan muntah.

Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat : Tablet, tablet cepat larut, sirop, suntik, dan infus
Dosis dan Aturan Pakai Ondansetron
Dosis penggunaan ondansetron berbeda-beda, tergantung pada tujuan
pengobatan yang dijalani, bentuk sediaan obat, dan usia pasien. Berikut adalah
penjelasannya:

1. Mencegah mual dan muntah akibat radioterapi


Bentuk obat: Obat minum
Dewasa
 Radioterapi total (seluruh tubuh): 8 mg, dikonsumsi 1–2 jam sebelum
pelaksanaan radioterapi.

10
 Radioterapi abdomen tunggal dosis tinggi: 8 mg, diminum 1–2 jam sebelum
terapi, lalu setiap 8 jam selama 1–2 hari setelah terapi.
 Radioterapi abdomen harian: 8 mg, diminum 1–2 jam sebelum radioterapi,
lalu setiap 8 jam selama radioterapi diberikan.
Bentuk obat: Suntik dan infus
Dewasa
 8 mg, disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena (intravena/IV) atau otot
(intramuskular/IM) tepat sebelum radio
Lansia ≥75 tahun
 8 mg, infus IV selama 15 menit, bisa diikuti dengan 2 dosis lanjutan
sebanyak 8 mg, diberikan 4 jam dan 8 jam setelah dosis awal.

2. Mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi


Bentuk obat: Obat minum
Pasien dewasa dan anak usia >12 tahun
 Kemoterapi dengan efek emetogenik (memicu mual) biasa: 8 mg, diberikan
30 menit hingga 2 jam sebelum kemoterapi, dilanjutkan lagi 8 jam atau 12
jam setelahnya sebanyak 8 mg.
 Kemoterapi dengan efek emetogenik berat: 24 mg dosis tunggal, diberikan
30 menit hingga 2 jam sebelum kemoterapi.
 Lanjutan setelah kemoterapi selesai: 8 mg, 2 kali sehari, hingga 5 hari
setelah kemoterapi.
Anak usia 4–11 tahun
 Kemoterapi dengan efek emetogenik biasa: 4 mg, diberikan 30 menit
sebelum kemoterapi. Dosis yang sama akan diberikan lagi 4 jam dan 8 jam
setelah dosis awal.
Bentuk obat: Suntik atau infus
Dewasa
 Kemoterapi dengan efek emetogenik biasa: 8 mg atau 0,15 mg/kgBB
melalui suntik IV secara perlahan.

11
 Kemoterapi dengan efek emetogenik berat: 8 mg suntik IV atau IM sebelum
kemo Dosis perawatan dapat diberikan melalui infus sebanyak 1 mg/jam
selama 24 jam, atau melalui suntikan 8 mg yang diberikan 4 jam dan 8 jam
setelah dosis awal.
Lansia usia <75 tahun
 Dosis maksimal 16 mg infus IV selama ≥15 menit.
Lansia usia ≥75 tahun
 Dosis awal 8 mg infus IV selama ≥15 menit. Dosis lanjutan adalah 8
mg yang diberikan 4 jam dan 8 jam setelah dosis awal.
Anak ≥6 bulan
 0,15 mg/kgBB (dosis maksimal 8 mg) melalui melalui infus IV, diberikan 30
menit sebelum kemoterapi. Dosis dapat diulangi kembali 4 jam dan 8
jam setelah dosis awal.
3. Mengatasi mual dan muntah sesudah operasi
Bentuk obat: Obat minum
Dewasa
 16 mg, diberikan 1 jam sebelum pemberian obat bius.
Anak dengan BB ≥40 kg
 4 mg, diberikan 1 jam sebelum pemberian obat bius. Dosis lanjutan 4 mg
setelah 12 jam.
Bentuk obat: Suntik
Dewasa
 4 mg, diberikan melalui suntik IV atau IM sebelum pemberian obat bius.
Anak dengan BB >40 kg:
 4 mg, diberikan melalui suntik IV sebelum pemberian Dosis maksimal
adalah 4 mg per dosis.
Anak usia ≥1 bulan dengan BB≤40 kg:
 0,1 mg/kgBB, diberikan melalui suntik IV sebelum pemberian.

12
b. Granisetron
Granisetron bekerja dengan cara menghalangi kerja serotonin, yaitu
senyawa alami di dalam tubuh yang bisa memicu terjadinya mual dan muntah.
Granisetron bisa digunakan sebagai terapi tunggal atau terkadang
dikombinasikan dengan obat lain.
Merek dagang Granisetron: Emegran, Gatron, Gramet, Granesis,
Granisetron Hydrochloride, Granitron, Granon, Granopi, Granovell, Grant,
Gravomit, Kytril, Opigran, Pehagrant

Golongan : Obat resep

Kategori : Antiemetik

Mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat efek


Indikasi :
samping kemoterapi, radioterapi, dan pascaoperasi.

Digunakan oleh : Dewasa dan anak usia di atas 2 tahun

Bentuk obat : Suntik dan tablet


Dosis dan Aturan Pakai Granisetron
Dosis granisetron akan disesuaikan dengan bentuk obat, usia, dan kondisi
pasien. Secara umum, berikut adalah dosis granisetron yang dikelompokkan
berdasarkan bentuk obatnya:
Granisetron suntik
Kondisi: Mual dan muntah akibat kemoterapi
 Dewasa: 1–3 mg, diberikan melalui infus selama 5 menit, atau disuntikkan
langsung ke dalam pembuluh darah selama 30 detik. Obat diberikan 5 menit
sebelum kemoterapi. Dosis selanjutnya dapat diberikan dengan jarak waktu
10 menit jika memang Dosis maksimal 9 mg per hari.
 Anak usia 2–16 tahun: 10–40 mcg/kgBB, diberikan melalui infus selama
5 menit, diberikan sebelum kemoterapi dimulai. Maksimal dosis 3.000 mcg.
Dosis tambahan dapat diberikan dalam waktu 24 jam, minimal 10 menit
sesudah dosis pertama.
Kondisi: Mual dan muntah akibat efek samping radioterapi

13
 Dewasa: 1–3 mg, diberikan melalui infus selama 5 menit, atau disuntikkan
langsung ke dalam pembuluh darah selama 30 detik. Obat diberikan 5 menit
sebelum kemoterapi dimulai. Dosis selanjutnya dapat diberikan dengan
jarak waktu 10 menit, jika memang Dosis maksimal 9 mg per hari.
Kondisi: Mual dan muntah pascaoperasi
 Dewasa: 1 mg, disuntikkan ke dalam pembuluh darah selama 30 detik,
diberikan sebelum anastesi. Pemberian obat dapat diulang sampai dengan
maksimal 3 mg dalam waktu 24 jam.
Granisetron Tablet
Kondisi: Mual dan muntah akibat efek samping kemoterapi

 Dewasa: 1–2 mg, diberikan 1 jam sebelum kemoterapi dimulai. Kemudian,


2 mg per hari, diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2 kali pemberian,
selama 1 minggu setelah kemoterapi. Dosis maksimal 9 mg per hari.

Kondisi: Mual dan muntah akibat radioterapi


 Dewasa: 2 mg, 1 kali sehari, diberikan dalam waktu 1 jam setelah
radioterapi.

c. Palonosetron
Palonosetron adalah obat untuk meredakan serta mencegah mual dan
muntah. Obat ini hanya digunakan pada mual dan muntah parah akibat
prosedur medis tertentu, seperti kemoterapi atau operasi.
Palonosetron meredakan atau mencegah mual dan muntah dengan
menghambat kerja serotonin di usus. Serotonin adalah zat penghantar perintah
dari otak ke usus. Jika kadarnya meningkat di usus, misalnya
karena kemoterapi atau obat bius saat operasi, serotonin dapat menyebabkan
mual dan muntah.
Merk dagang palonosetron: Akynzeo, Palofer, Palomit, Palonosetron
Hydrochloride, Paloset, Paloxi, Palset, Prosmol.

Golongan : Obat bebas

14
Kategori : Antiemetik

Manfaat : Mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi atau


operasi

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat : Kapsul dan suntik


Dosis dan Aturan Pakai Palonosetron
Berikut adalah dosis palonosetron untuk mencegah mual dan muntah
berdasarkan tujuan pengobatan dan bentuk obatnya:
Tujuan: Mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi
Bentuk kapsul
 Dewasa: 500 mcg, diberikan 1 jam sebelum kemoterapi dimulai.
Bentuk suntik
 Dewasa: 250 mcg sebagai dosis tunggal, diberikan 30 menit sebelum
kemoterapi.
 Anak usia ≥1 bulan hingga 17 tahun: 20 mcg/kgBB sebagai dosis tunggal,
diberikan 30 menit sebelum kemoterapi. Dosis maksimal 1.500 mcg.
Tujuan: Mencegah mual dan muntah setelah operasi
Bentuk suntik
 Dewasa: 75 mcg sebagai dosis tunggal, diberikan segera setelah pasien
mendapatkan obat bius.
2.4 Efek Samping dan Bahaya Antiemetik
Ada beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah
menggunakan antiemetik, antara lain:
 Sakit kepala
 Sembelit
 Lelah atau kantuk
 Pusing
 Mulut kering
 Hilang nafsu makan

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut
dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada
pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan
pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada
lantai ventrikel keempat Susunan Saraf.
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan
mual. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang
mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Obat-obatan antimuntah terdiri dari
antagonis serotonin, antagonis dopamin, antagonis histamin, antikolinergik,
kanabinoid, dan benzodiasepin.

3.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui cara
pemberian obat maupun cara kerja obat di dalam tubuh. Walaupun telah ada tenaga
apoteker yang lebih mengkhususkan diri pada obat-obatan, tidak ada salahnya
sebagai calon perawat kita mempelajari obat-obatan walaupun hanya secara umum
saja.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nareza, M. (2024, Maret 9). Antiemetik. Diambil kembali dari alodokter:


https://www.alodokter.com/antiemetik
Salsabila, A. (2024, Maret 6). FARMAKOLOGI ANTI EMETIC. Diambil kembali
dari academia.edu:
https://www.academia.edu/42061990/FARMAKOLOGI_ANTI_E
METIC
Wati, V. (2024, Maret 6). Makalah Farmakologi. Diambil kembali dari scribd:
https://www.scribd.com/document/408950604/makalah-
farmakologi
Rahardja, Kirana. (2007).Obat-obat Penting . Elex Media Komputindo: Jakarta
Tambayong, Jan. (2014).Farmakologi Keperawatan. Buku Kedokteran
EGC:Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai