Dosen Pengampu:
Apt. Fitri DW,M.Farm
Disusun oleh :
Sunarti (230271067)
Jaulia Zahra Laila (230271053)
Muhammad Yusuf Restu (230271058)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul ‘’Farmakologi Anti Emetik‘’. Shalawat beriring salam
kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabat beliau sekalian serta orang orang mukmin yang tetap istiqamah dijalan-
Nya.
Adapun tugas ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga menjadi bahan
pertimbangan bagi semua pihak guna kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan tentunya juga bagi pembaca.
Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anti-emetika atau obat antimual adalah obat obatan yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa mual dan muntah. Karena muntah hanya
suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari
penyebabnya(Sri Riyanti, 2014). Obat-obatan tersebut bekerja dengan
mengurangi hiperaktifitas reflex muntah. Antiemetika yang bekerja secara local
dapat berupa anastid,anestesi local,adsorben, obat pelindung yang melapisi
mukosa GI, atau obat yang menghindari distensi dan menstimulasi peregangan
saluran GI.
Mual muntah bisa mempengaruhi kualitas nutrisi, asupan makanan dan pada
akhirnya mempengauhi kualitas hidup pasien (Ballatori dan Roila,2003).
(MMK) atau mual muntah oleh kemoterapi merupakan efek samping yang
paling ditakuti oleh pasien kanker yang mendapat kemoterapi atau radioterapi
(Schnell, 2003).
Efikasi antiemetika dalam menghindari mual muntah jarak sekitar 70% -
80% pada pasien yang mendapat kemoterapi dengan emetogenik berat (Akal
dkk, 2005)
Mual dan muntah merupakan kondisi yang sering di jumpai pada pasien
terkait pengobatan dan penyakit yang diderita. Obat-obat antiemesis digunakan
untuk mencegah dan menghentikan rasa mual yang di derita pasien setidaknya
24 jam setelah pengobatan atau operasi. Anti emesis bekerja dengan cara
menghambat zat kimia tertentu yang mengaktivasi pusat mual dan muntah di
otak. Diberikan sesaat sebelum tindakan melakukan kemoterapi atau radiasi.
(Salsabila, 2024)
1.2 Tujuan
1. Memahami tentang Farmakologi Anti Emetic
2. Untuk mengetahui golongan Anti Emetik ?
1
3. Untuk mengetahui sistem kerja Anti Emetik ?
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan antiemetika?
2. Apa saja golongan obat antiemetika?
3. Rumusan MasalahBagaimana cara penggunaan dan system kerja
antiemetika yang sesuai?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Penggunaan Anti Emetik
Anti emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagi berikut :
1. Mabuk Jalan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut maupun udara
dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang
pusat muntah melalui chemo reseptor trigger zone (CTZ)
2.3 Penggolongan
1. Antihistamin/antikolinergik
Antiemetik jenis ini biasanya digunakan untuk mengatasi mabuk
perjalanan atau morning sickness. Obat antiemetik yang termasuk dalam
golongan antihistamin/antikolinergik antara lain:
a. Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah obat untuk meredakan gejala alergi dan batuk
pilek (common cold). Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi mabuk perjalanan, serta kondisi tremor dan kaku otot pada
penderita Parkinson.
Merek dagang: Allerin Expectorant, Benadryl, Decadryl, Dextrosin,
Diphenhydramine HCL, Erphakaf, Ikadryl, Licodril, Sedares, Siladex DMP
4
Meredakan gejala alergi, rhinitis alergi, common
Indikasi : cold, mabuk perjalanan, insomnia, serta gejala
penyakit Parkinson.
Digunakan
Dewasa dan anak-anak usia ≥2 tahun
oleh :
5
2. Antagonis Dopamin
Antiemetik jenis antagonis dopamin biasanya digunakan untuk mengatasi
mual akibat kemoterapi, operasi, atau morning sickness yang berat. Beberapa
obat antiemetik golongan antagonis dopamin adalah:
a. Metoclopramide
Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk meredakan mual
dan muntah. Obat ini dapat digunakan pada penderita penyakit asam
lambung atau pada pasien yang menjalani operasi, kemoterapi, atau
radioterapi.
Merek dagang: Damaben, Norvom, Piralen, Primperan, Sotatic, Vopram
Kategori : Antiemetik
6
digunakan untuk kondisi kejiwaan lain, seperti gangguan bipolar atau
gangguan perilaku yang parah pada anak-anak.
Merek dagang chlorpromazine: Cepezet, Chlorpromazine HCl,
Chlorpromazine, Promactil
7
Golongan : Obat resep
Kategori : Phenotiazine
d. Domperidone
Domperidone adalah obat yang bermanfaat untuk menghentikan
mual dan muntah. Obat ini juga digunakan untuk mengatasi rasa sakit atau
rasa tidak nyaman di perut akibat gastroparesis.
Merek dagang domperidone: Costil, Dome, Domedom,
Domperidone, Domperidone Maleate, Etalium, Galdom,
Gerdilium, Hufadon, Rosidon, Vometa, Vomita, Vosedon
8
Digunakan Dewasa dan anak usia ≥12 tahun dengan berat badan ≥35
oleh : kg
Bentuk obat : Tablet, kaplet, suspensi, dan obat tetes oral (drops)
e. Pyrathiazine
Pyrathiazine adalah obat untuk mengatasi mual muntah pada orang
dewasa maupun anak-anak. Obat ini dapat digunakan pada mual akibat
kehamilan, mabuk perjalanan, gangguan pencernaan, atau mual setelah
operasi. Perlu diingat, pyrathiazine hanya boleh dikonsumsi sesuai dengan
anjuran dokter.
Merek dagang pyrathiazine: Anvomer B6, Mediamer B6,
Pontyamer B6, Pregvomit, Provomer, Voldiamer B6, Vomil B6
Kategori : Antiemetik
9
3. 5HT3 Receptor Antagonist
Obat golongan ini biasanya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
akibat bius setelah operasi atau kemoterapi. Contoh obat antimetik golongan
5HT3 receptor antagonists adalah:
a. Ondansetron
Bentuk obat : Tablet, tablet cepat larut, sirop, suntik, dan infus
Dosis dan Aturan Pakai Ondansetron
Dosis penggunaan ondansetron berbeda-beda, tergantung pada tujuan
pengobatan yang dijalani, bentuk sediaan obat, dan usia pasien. Berikut adalah
penjelasannya:
10
Radioterapi abdomen tunggal dosis tinggi: 8 mg, diminum 1–2 jam sebelum
terapi, lalu setiap 8 jam selama 1–2 hari setelah terapi.
Radioterapi abdomen harian: 8 mg, diminum 1–2 jam sebelum radioterapi,
lalu setiap 8 jam selama radioterapi diberikan.
Bentuk obat: Suntik dan infus
Dewasa
8 mg, disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena (intravena/IV) atau otot
(intramuskular/IM) tepat sebelum radio
Lansia ≥75 tahun
8 mg, infus IV selama 15 menit, bisa diikuti dengan 2 dosis lanjutan
sebanyak 8 mg, diberikan 4 jam dan 8 jam setelah dosis awal.
11
Kemoterapi dengan efek emetogenik berat: 8 mg suntik IV atau IM sebelum
kemo Dosis perawatan dapat diberikan melalui infus sebanyak 1 mg/jam
selama 24 jam, atau melalui suntikan 8 mg yang diberikan 4 jam dan 8 jam
setelah dosis awal.
Lansia usia <75 tahun
Dosis maksimal 16 mg infus IV selama ≥15 menit.
Lansia usia ≥75 tahun
Dosis awal 8 mg infus IV selama ≥15 menit. Dosis lanjutan adalah 8
mg yang diberikan 4 jam dan 8 jam setelah dosis awal.
Anak ≥6 bulan
0,15 mg/kgBB (dosis maksimal 8 mg) melalui melalui infus IV, diberikan 30
menit sebelum kemoterapi. Dosis dapat diulangi kembali 4 jam dan 8
jam setelah dosis awal.
3. Mengatasi mual dan muntah sesudah operasi
Bentuk obat: Obat minum
Dewasa
16 mg, diberikan 1 jam sebelum pemberian obat bius.
Anak dengan BB ≥40 kg
4 mg, diberikan 1 jam sebelum pemberian obat bius. Dosis lanjutan 4 mg
setelah 12 jam.
Bentuk obat: Suntik
Dewasa
4 mg, diberikan melalui suntik IV atau IM sebelum pemberian obat bius.
Anak dengan BB >40 kg:
4 mg, diberikan melalui suntik IV sebelum pemberian Dosis maksimal
adalah 4 mg per dosis.
Anak usia ≥1 bulan dengan BB≤40 kg:
0,1 mg/kgBB, diberikan melalui suntik IV sebelum pemberian.
12
b. Granisetron
Granisetron bekerja dengan cara menghalangi kerja serotonin, yaitu
senyawa alami di dalam tubuh yang bisa memicu terjadinya mual dan muntah.
Granisetron bisa digunakan sebagai terapi tunggal atau terkadang
dikombinasikan dengan obat lain.
Merek dagang Granisetron: Emegran, Gatron, Gramet, Granesis,
Granisetron Hydrochloride, Granitron, Granon, Granopi, Granovell, Grant,
Gravomit, Kytril, Opigran, Pehagrant
Kategori : Antiemetik
13
Dewasa: 1–3 mg, diberikan melalui infus selama 5 menit, atau disuntikkan
langsung ke dalam pembuluh darah selama 30 detik. Obat diberikan 5 menit
sebelum kemoterapi dimulai. Dosis selanjutnya dapat diberikan dengan
jarak waktu 10 menit, jika memang Dosis maksimal 9 mg per hari.
Kondisi: Mual dan muntah pascaoperasi
Dewasa: 1 mg, disuntikkan ke dalam pembuluh darah selama 30 detik,
diberikan sebelum anastesi. Pemberian obat dapat diulang sampai dengan
maksimal 3 mg dalam waktu 24 jam.
Granisetron Tablet
Kondisi: Mual dan muntah akibat efek samping kemoterapi
c. Palonosetron
Palonosetron adalah obat untuk meredakan serta mencegah mual dan
muntah. Obat ini hanya digunakan pada mual dan muntah parah akibat
prosedur medis tertentu, seperti kemoterapi atau operasi.
Palonosetron meredakan atau mencegah mual dan muntah dengan
menghambat kerja serotonin di usus. Serotonin adalah zat penghantar perintah
dari otak ke usus. Jika kadarnya meningkat di usus, misalnya
karena kemoterapi atau obat bius saat operasi, serotonin dapat menyebabkan
mual dan muntah.
Merk dagang palonosetron: Akynzeo, Palofer, Palomit, Palonosetron
Hydrochloride, Paloset, Paloxi, Palset, Prosmol.
14
Kategori : Antiemetik
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut
dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada
pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan
pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada
lantai ventrikel keempat Susunan Saraf.
Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan
mual. Antiemesis bekerja dengan cara menghambat zat kimia tertentu yang
mengaktivasi pusat mual dan muntah di otak. Obat-obatan antimuntah terdiri dari
antagonis serotonin, antagonis dopamin, antagonis histamin, antikolinergik,
kanabinoid, dan benzodiasepin.
3.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui cara
pemberian obat maupun cara kerja obat di dalam tubuh. Walaupun telah ada tenaga
apoteker yang lebih mengkhususkan diri pada obat-obatan, tidak ada salahnya
sebagai calon perawat kita mempelajari obat-obatan walaupun hanya secara umum
saja.
16
DAFTAR PUSTAKA
17