Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Obat Sistem
Pencernaan. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen mata kuliah Farmakologi Keperawatan selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam lagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Apt. Eka Septiani Ms.,M.Farm
selaku dosen mata kuliah Farmakologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kelompok kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, sebab
itu, kritikan dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
b. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau
benzimidasol atau komponen lain dari ini.
d. Efek samping
Sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi,
mulut kering, dan sakit perut.
D. Pantoprazol
a. Indikasi
Patoprazole digunakan untuk pengobatan jangka pendek dari
erosi dan ulserasi dari esophagus yang disebabkan oleh penyakit
refluks gastroeshopageal.
b. Kontra indikasi: hipersensitif terhadap pantoprazoal
c. Efek samping
Mual, muntah, gas, sakit perut, diare atau sakit kepala.
II.2.3 Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
melawan kejang - kejang otot.
1. Obat Anti Spasmodika :
a. Atropin Sulfat
b. Alkaloida belladona
c. Hiosin Butil Bromida
d. Papaverin HCl
e. Mebeverin HCl
f. Propantelin Bromida
g. Pramiverin HCl
2. Indikasi
Untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan
diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya.
3. Efek samping : menyebakan kantuk dan gangguan yang lain.
II.2.4 Obat Diare (obat sakit perut)
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan.
Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar
kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah.
A. Golongan Obat Diare
1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan
furazolidon.
a. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil
yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi
semua syarat ideal tersebut.
b. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan
cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan
reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping
yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut),
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakteri
sidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini
diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli
& Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
d. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi
barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan
mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat
memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare
akut.
2. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
a. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus
seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida),
antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna).
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth
dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti
kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain
sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
B. Obat Diare
1. Akita
a. Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
b. Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
c. Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 tablet setelah diare pertama, 2 tablet
tiap kali diare berikutnya; maksimum 12 tablet sehari; anak 6-12 tahun =
setengah dosis dewasa; maksimum 6 tablet sehari. Kemasan : Dos 10×10
tablet.
2. Andikap
a. Attapulgit aktif koloidal 650 mg, pectin 65 mg.
b. Indikasi : Simptomatik pada diare non spesifik.
c. Dosis : Dewasa dan anak 12 tahun ke atas = 2 kaplet setiap setelah
BAB, maksimal 12 kaplet sehari. Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setiap
setelah BAB, maksimal 6 kaplet sehari. Kemasan : Blister 6 kaplet Rp
1.600
3. Anstrep
a. Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
b. Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
c. Kontraindikasi : Gangguan usus dan konstipasi; hipersensitif.
d. Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 kaplet setelah defekasi,
maksimum 12 kaplet per hari; Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setelah
defekasi, maksimum 6 kaplet per hari. Kemasan : Dos 10×10 kaplet Rp
23.500.
4. Bekarbon
a. Activated charcoal.
b. Indikasi : Diare, kembung.
c. Interaksi obat : Anti dotum oral spesifik. Menurunkan kerja obat ipeka
kuanha dan emetic lain. Dengan beberapa obat oral menimbulkan efek
stimulant.
d. Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam.
e. Dosis :Dewasa 3-4 tablet 3x sehari, anak 1-2 tablet 3x sehari.
Kemasan : tablet 250 mg x 750. Harga : Rp 14.300
5. Diaryn
a. Bismuth subsalisilat 262 mg.
b. Indikasi : Pengobatan diare tidak spesifik yaitu yang tidak berdarah dan
tidak diketahui penyebabnya. Kemasan : Strip 4 tablet. Harga : Rp
1.540.
6. Antrexol
a. Isinya : Psidii folium extractum siccum 150 mg, Curcuma domestica
axstactum siccum 50 mg, Piper bettle folium extractum siccum 50 mg,
Cimcifuga racemosa rhizome extractum siccum 25 mg, Areca catechu
extractum siccum 15 mg.
b. indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja pada
penderita diare atau mencret.
c. Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang memiliki
kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan saluran empedu
atau tukak lambung kronis, hipersensitif.
d. Dosis : Sehari 2x 2 kapsul, diare akut : 2x 2 kapsul dengan jarak 1
jam. Kemasan : Dos 10×10 kapsul. Harga : Rp 31.000.
7. Oralit
a. Indikasi: Mencegah dan menggobati ‘kurang cairan’ ( dehidrasi) akibat
diare/muntaber.
b. Kontra Indikasi: Pengemudi kendaraan bermotor dan operator mesin
berat jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan tugas.
8. Activated charcoal
a. Indikasi: Antidiare, antidotum (adsorben untuk berbagai keracunan obat
dan toksin), antiflatulen.
b. Dosis: Dewasa: 3xsehari 3-4 tablet; anak: 3xsehari 1-2 tablet.
c. Interaksi: Antidotum oral spesifik. Mengabsorbsi obat yang diberikan
bersamaan sehingga menurunkan efek obat tersebut (kerja obat ipekakuanha
dan emetik lain). Dengan beberapa obat oral dapat menimbulakn efek
simultan.
9. Nifudiar
a. Nifuroksazid 250 mg
b. Indikasi: Diare yang disebabkan E. Coli, Staphylococcus, kolopatis
c. Kontraindikasi: Hipersensitif
10. Neo Prodial
a. Furazolidon 50 mg
b. Indikasi: diare spesifik, enteritis yang disebabkan Salmonela, Shigela,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, E. Coli,
c. Kontra indikasi: bayi dibawah 3 bulan, hipersensitif.
II.2.5 Digestan
Digestan adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini
bermanfaat pada dafisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna
makanan di saluran cerna. Proses pencernaan makanan di pengaruhi oleh
HCL, enzim pencernaan dan empedu.
1. Pepsin
a. Dosis: 2-4 mL
b. Indikasi: membantu pemecahan protein menjadi proteosa dan
pepton. Terapi tambahan pada akilia gastrika.
2. Pankreatin
a. Dosis: 0.3 – 1g/kg BB/Hr
b. Indikasi: membantu pencernaan karbohidrat dan protein pada
defisiensi pancreas seperti pada pancreatitis dan
pankreaspibrokistik
3. Diastase Papain
a. Dosis: 60-300 mg, 120-600 mg.
b. Indikasi: membantu pencernaan protein pada dyspepsia kronik dan
gastritis.
4. Asam dehidrokolat
a. Dosis: 3 kali 250 mg/Hr (tablet)
b. Indikasi: merangsang sekresi empedu (volume) tanpa
meningkatkan garam dan pigmen empedu.
2. Susu Magnesium
1. Dosis: 15-30 ml
3. Magnesium Oksida
a. Dosis; 2-4 g
D. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik.
Golongan ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon.
1. Metilselulosa
a. Dosis: Dewasa: 2-4 kali 1,5 g/hari, Anak: 3-4 kali 500 mg/hari
b. Efek samping: obstruksi usus dan esopagus
2. Natriumkarboksi Metilsulosa
a. Dosis: 5-6 g (tablet)
E. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa
merangsang peristaltic usus, baik langsung maupun tidak langsung.
1. Dioktilkalsiumsulfosuksinat
a. Dosis: 50-450 mg/hari (kapsul)
b. Efek samping: kolik usus
2. Parafin cair
a. Dosis: 15-30 ml/hari
b. Efek samping: mengganggu absorpsi zat-zat larut lemak, lipid
pneumonia, pruritis ani.
3. Minyak Zaitun
a. Dosis: 30 mg