Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Obat Sistem
Pencernaan. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen mata kuliah Farmakologi Keperawatan selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam lagi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Apt. Eka Septiani Ms.,M.Farm
selaku dosen mata kuliah Farmakologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kelompok kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, sebab
itu, kritikan dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, 23 Mei 2023

Penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu
pengetahuan), sehingga secara harapiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan
tentang obat. Namun, secara umum farmakologi di definisikan sebagai ilmu yang
mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologi. Disamping itu juga
mempelajari asal-usul (sumber) obat, sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek
biokimiawi dan fisiologi yang dtimbulkan, nasib obat dalam tubuh, dan kegunaan
obat dalam terapi.
Farmakoterapi atau terapi dengan obat mempunyai cakupan yang lebih luasa
dibandingkan farmakologi. Farmakoterapi tidak berhubungan dengan cara
pemberian, penilaian pasien, dan keputusan klinik. Pengetahuan farmakoterapi bagi
paramedic juga sesuatu yang penting berkaitan dengan pemberian obat, efek
samping yang kemungkinan timbul karena pemberian obat, dan pemberian obat
kepada pasien. Untuk itu, pemahaman dan pengetahuan farmakologi mengenai cara
pemberian, jenis-jenis obat, dan kegunaan obat adalah hal-hal penting yang harus
diketahui oleh paramedis.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Adapun gangguan pada
sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare, konstipasi, apendiksitis dan
maag. Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga berat harus segera diatasi
jika tidak akan dapat memperburuk keadaan. Salah satu cara untuk mengatasi
sistem pencernaan adalah dengan mengkonsumsi obat, yang termasuk dalam
kategori obat sistem pencernaan diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis,
Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa inhibitor,
Prokinetik, Antidiare, Laksatif.
Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen
yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk
menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah
penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat
dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat.
Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan
sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan
obat.
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Apakah definisi dari obat sistem pencernaan?
I.2.2 Apa sajakah klasifikasi pada obat sistem pencernaan?
I.2.3 Apa saja efek yang yang ditimbulkan dari obat sistem pencernaan?
I.3 Tujuan
I.3.1 Dapat mengetahui definisi dari obat pencernaan
I.3.2 Dapat menegtahui klasifikasi obat dari sistem pencernaan
I.3.3 Dapat mengetahui efek dari masing-masing obat pada sisstem pencernaan
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Obat Sistem Pencernaan


Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal
dan hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi:
1. Menerima makanan
2. Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan)
3. Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
II.2 Klasfikasi Obat Sistem Pencernaan
Terdapat beberapa klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya:
Antitukak, obat ulkus dan gastritis jenis antasida dan antiulserasi, anti
spasmodika, obat diare (obat sakit perut), digestan, obat pencahar.
II.2.1 Antitukak
Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung,
duodenum, esofagus bagian bawah, dan stroma gastro enterostomi (setelah
bedah lambungTujuan terapi tukak lambung ialah meringankan atau
menghilangkan gejala mempercepat penyembuhanmencegah komplikasi
yang serius (hemoragik,ferforasi, abstruksi), dan mencegah kambuhAdapun
pembagian dari antitukak contohnya antasida. Antasida digunakan untuk
mengurangi nyeri dan rasa terbakar di hulu hati karena hiperasiditas pada
gastritis atau ulcer. Antasida yang diberikan peroral umumnya berbentuk
cairan atau tablet kunyah guna mempercepat distribusi dan mengikat asam.
Antasida tergolong obat bebas, mengandung magnesium (Mg),
Aluminium (Al)atau Kalsium (Ca)Simitikon. Antasida berasal dari bahasa
lemah, yang jika bereaksi dengan asam lambung di GI membentuk air dan
garam. Karena ION H' membentuk air (H₂O) menyebabkan jumlahnya
berkurang sehingga keasaman lambung menurun atau pH meningkat. Ketika
pH lambung mencapai 4-5, aktifitas pepsin terhambat yang juga bermanfaat
dalam mengurangi iritasi mukosa.
Mekanisme kerja semua antasida hampir sama sehingga
pemilihannya didasarkan pada kapasitas netralisasi, efek samping atau
karena adanya penambahan zat-zat tertentuMekanisme kerja semua antasida
hampir sama sehingga pemilihannya didasarkan pada kapasitas netralisasi,
efek samping atau karena adanya penambahan zat-zat misalnya penambahan
simetikon atau dimetil polisiloksan dalam kesediaannya berfungsi
mendorong flatus (dapat mengurangi CO) sehingga mengurangi terjadinya
forasi pada tukak. Kebanyakkan kerja antasida bersifat lokal karena hanya
sebagian kecil dari zat aktifnya yang diabsorbsi. Karena merupakan basa
lemah maka jika berikatan dengan asam yang ada dilambung menyebabkan
keasaman berkurang.
Golongan obat antitukak:
1. Transkuilier (Obat penenang)
Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan
mengobati tukak, obat ini mengurangi perangsangan vagal dan
menurunkan kecemasan, Librax, suatu kombinasi ansiolitik
klordiasepoksid (librium) dan antikolinergik clidinium (Qarzan), dipakai
dalam mengobati tukak. Adapun Golongan Obat Penenang:
a. Dari golongan benzodiazepine
Yang paling sering digunakan adalah golongan benzodiazepin.
Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara
mengurangi aktivitas saraf di dalam otak tetapi benzodiazepin bisa
menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik
harus sangat hati- hati. Obat cemas dari golongan benzodiazepin
adalah alprazola, klordiazepoksid (chlordiazpoxide), lorazepam,
oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame) dan diazepam.
b. Buspirone
Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah buspiron
(buspirone). Obat cemas ini merupakan antiansietas yang efek
sedatifnya relatif ringan dan tidak bereaksi dengan alkohol. Diduga
resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil efeknya baru
timbul setelah 10-15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati
penyakit kecemasan menyeluruh.
c. Hydroxyzine
Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah
hydroxyzine. Hydroxyzine diindikasikan untuk menghilangkan gejala
ansietas dan ketegangan yang berhubungan dengan psikoneurosis atau
terapi tambahan untuk penyakit lainnya yang menyebabkan
kecemasan. Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan
menghilangkan kesadaran, sehingga dianjurkan untuk tidak
mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin. Hydroxyzine
dapat menyebabkan kekeringan pada mulut, hidung dan tenggorokan.
Jika kekeringan berlanjut hingga lebih dari dua minggu anda harus
periksakan ke dokter anda atau dokter gigi karena kekeringan yang
lama dapat menyebabkan penyakit gigi.
II.2.2 Obat ulkus dan Gastritis jenis Antasida dan Antiulserasi
1. Biasanya obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi untuk
mengobati ulkus/ luka/ tukak yang terjadi pada pada saluran cerna
seperti:
a. Ulkus duodenalis/ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus
peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada
duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter
pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
b. Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di
sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung
telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah
dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
c. Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam
kerongkongan bagian bawah bisa menyebabkan peradangan
(esofagitis) dan ulkus esofagealis. Ulkus Peptikum adalah luka
berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung
atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam
lambung dan getah pencernaan.
d. Juga hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi
asam lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison,
mastositosis sistemik).
2. Penggolongan Obat Antasida
A. Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung dengan cara
meningkatkan pH untuk menurunkan aktivitas pepsin.
1. Aluminium Hidroksida
a. Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis,
mengatasi gejala dyspepsia (ulkus dan don ulkus), gastro-
esophageal reflux disease, hiperfosfatemia.
b. Kontra-indikasi
Hipersensitif terhadap garam aluminium, hipofosfatemia,
pendarahan saluran cerna yang belum terdiagnosis, appendicitis.
Tidak aman unruk bayi dan neonatus.
c. Dosis
Dewasa: 1-2 tablet dikunyah, 4 kali sehari dan sebelum tidur atau
5-10 ml suspensi 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum
tidur. Anak usia 6-12 tahun: 5 ml maksimal 3 kali sehari.
d. Efek samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam
dosis besar dapat menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia,
hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia, demensia, anemia
mikrositik pada penderita gagal ginjal.
2. Magnesium Hidroksida
a. Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
b. Kontra-indikasi
Kerusakan ginjal berat
c. Dosis
d. Dewasa: 5-10 ml, diulang menurut kebutuhan pasien
e. Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan
depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,
mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada
kelainan ginjal yang berat).
3. Magnesium Trisiklat
a. Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal
b. Kontra-indikasi
c. Dosis
Dewasa 1-2 tablet. Anak ½-1 tablet. diminum 3-4 kali sehari.
d. Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan
depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,
mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada
kelainan ginjal yang berat).
4. Kalsium Karbonat
a. Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI,
Menghilangkan gangguan lambung yang disebabkan oleh
hiperasiditas, tukak lambung, ulkus duodenum, gastritis.
b. Kontra-indikasi
Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus
paralitik, penyakit jantung berat, Hipersensitif terhadap salah satu
bahan tablet, Hiperkalsemia, Hiperkalsiuria berat, gagal ginjal
berat.
c. Efek samping
Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan
karbon dioksida (CO2), dosis tinggi atau pemakaian jangka waktu
panjang menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid
rebound, muntah dan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia (pada
gangguan ginjal atau setelah pemberian dosis tinggi), alkalosis.
B. Antagonis Reseptor
1. Ranitidin
a. Indikasi
Menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari Cimetidin
b. Dosis
Pengobatan  : Sehari 2 kali 150 mg.
c. Efek samping
Nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.  
2. Famatidin
a. Indikasi : Tukak usus duodenun
b. Dosis : Pengobatan  : Sehari 2 kali 20 mg
c. Efek samping : nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.  
C. Penghambat Pompa Proton
1. Omeprazol
a. Indikasi : tukak lambung
b. Kontra indikasi: hipersensitif terhadap omeprazol
c. Efek samping
Sakit kepala, diare, sakit perut, mual, pusing, masalah
kebangkitan dan kurang tidur, meskipun dalam uji klinis efek ini
dengan omeprazol sebanding dengan yang ditemukan dengan
plasebo.
2. Lansoprazol
a. Indikasi: pengobatan ulkus lambung dan duodenum.
b. Kontra indikasi: hipersensitif terhadap lansoprazol
c. Efek samping: mulut kering, sulit tidur, mengantuk, kabur
penglihatan ruam.
3. Esomeprazol
a. Indikasi
Pengobatan duodenum yang disebabkan oleh H. Pylori ,
mencegah dari ulkus lambung kronis pada orang yang di NSAID
terapi dan pengobatan ulkus gastrointestinal berhubungan dengan
penyakit crohn.

b. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau
benzimidasol atau komponen lain dari ini.
d. Efek samping
Sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi,
mulut kering, dan sakit perut.
D. Pantoprazol
a. Indikasi
Patoprazole digunakan untuk pengobatan jangka pendek dari
erosi dan ulserasi dari esophagus yang disebabkan oleh penyakit
refluks gastroeshopageal.
b. Kontra indikasi: hipersensitif terhadap pantoprazoal
c. Efek samping
Mual, muntah, gas, sakit perut, diare atau sakit kepala.
II.2.3 Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi  atau
melawan kejang - kejang otot.
1. Obat Anti Spasmodika :
a. Atropin Sulfat
b. Alkaloida belladona
c. Hiosin Butil Bromida
d. Papaverin HCl
e. Mebeverin HCl
f. Propantelin Bromida
g. Pramiverin HCl
2. Indikasi
Untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan
diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya.
3. Efek samping : menyebakan kantuk dan gangguan yang lain.
II.2.4 Obat Diare (obat sakit perut)
Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan.
Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar
kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah.
A. Golongan Obat Diare
1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri
penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan
furazolidon.
a. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak
mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil
yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi
semua syarat ideal tersebut.
b. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan
cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan
reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping
yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut),
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakteri
sidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini
diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli
& Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

d. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi
barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan
mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat
memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare
akut.
2. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang
dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
a. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus
seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida),
antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna).
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth
dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada
permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun
(toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya
berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti
kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain
sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
B. Obat Diare
1. Akita
a. Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
b. Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
c. Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 tablet setelah diare pertama, 2 tablet
tiap kali diare berikutnya; maksimum 12 tablet sehari; anak 6-12 tahun =
setengah dosis dewasa; maksimum 6 tablet sehari. Kemasan : Dos 10×10
tablet.
2. Andikap
a. Attapulgit aktif koloidal 650 mg, pectin 65 mg.
b. Indikasi : Simptomatik pada diare non spesifik.
c. Dosis : Dewasa dan anak 12 tahun ke atas = 2 kaplet setiap setelah
BAB, maksimal 12 kaplet sehari. Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setiap
setelah BAB, maksimal 6 kaplet sehari. Kemasan : Blister 6 kaplet Rp
1.600
3. Anstrep
a. Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
b. Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
c. Kontraindikasi : Gangguan usus dan konstipasi; hipersensitif.
d. Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 kaplet setelah defekasi,
maksimum 12 kaplet per hari; Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setelah
defekasi, maksimum 6 kaplet per hari. Kemasan : Dos 10×10 kaplet Rp
23.500.
4. Bekarbon
a. Activated charcoal.
b. Indikasi : Diare, kembung.
c. Interaksi obat : Anti dotum oral spesifik. Menurunkan kerja obat ipeka
kuanha dan emetic lain. Dengan beberapa obat oral menimbulkan efek
stimulant.
d. Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam.
e. Dosis :Dewasa 3-4 tablet 3x sehari, anak 1-2 tablet 3x sehari.
Kemasan : tablet 250 mg x 750. Harga : Rp 14.300
5. Diaryn
a. Bismuth subsalisilat 262 mg.
b. Indikasi : Pengobatan diare tidak spesifik yaitu yang tidak berdarah dan
tidak diketahui penyebabnya. Kemasan : Strip 4 tablet. Harga : Rp
1.540.
6. Antrexol
a. Isinya : Psidii folium extractum siccum 150 mg, Curcuma domestica
axstactum siccum 50 mg, Piper bettle folium extractum siccum 50 mg,
Cimcifuga racemosa rhizome extractum siccum 25 mg, Areca catechu
extractum siccum 15 mg.
b. indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja pada
penderita diare atau mencret.
c. Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang memiliki
kelainan atau kecenderungan pendarahan, kerusakan saluran empedu
atau tukak lambung kronis, hipersensitif.
d. Dosis : Sehari 2x 2 kapsul, diare akut : 2x 2 kapsul dengan jarak 1
jam. Kemasan : Dos 10×10 kapsul. Harga : Rp 31.000.
7. Oralit
a. Indikasi: Mencegah dan menggobati ‘kurang cairan’ ( dehidrasi) akibat
diare/muntaber.
b. Kontra Indikasi: Pengemudi kendaraan bermotor dan operator mesin
berat jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan tugas.
8. Activated charcoal
a. Indikasi: Antidiare, antidotum (adsorben untuk berbagai keracunan obat
dan toksin), antiflatulen.
b. Dosis: Dewasa: 3xsehari 3-4 tablet; anak: 3xsehari 1-2 tablet.
c. Interaksi: Antidotum oral spesifik. Mengabsorbsi obat yang diberikan
bersamaan sehingga menurunkan efek obat tersebut (kerja obat ipekakuanha
dan emetik lain). Dengan beberapa obat oral dapat menimbulakn efek
simultan.
9. Nifudiar
a. Nifuroksazid 250 mg
b. Indikasi: Diare yang disebabkan E. Coli, Staphylococcus, kolopatis
c. Kontraindikasi: Hipersensitif
10. Neo Prodial
a. Furazolidon 50 mg
b. Indikasi: diare spesifik, enteritis yang disebabkan Salmonela, Shigela,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, E. Coli,
c. Kontra indikasi: bayi dibawah 3 bulan, hipersensitif.
II.2.5 Digestan
Digestan adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini
bermanfaat pada dafisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna
makanan di saluran cerna. Proses pencernaan makanan di pengaruhi oleh
HCL, enzim pencernaan dan empedu.
1. Pepsin
a. Dosis: 2-4 mL
b. Indikasi: membantu pemecahan protein menjadi proteosa dan
pepton. Terapi tambahan pada akilia gastrika.
2. Pankreatin
a. Dosis: 0.3 – 1g/kg BB/Hr
b. Indikasi: membantu pencernaan karbohidrat dan protein pada
defisiensi pancreas seperti pada pancreatitis dan
pankreaspibrokistik
3. Diastase Papain
a. Dosis: 60-300 mg, 120-600 mg.
b. Indikasi: membantu pencernaan protein pada dyspepsia kronik dan
gastritis.
4. Asam dehidrokolat
a. Dosis: 3 kali 250 mg/Hr (tablet)
b. Indikasi: merangsang sekresi empedu (volume) tanpa
meningkatkan garam dan pigmen empedu.

II.2.6 Obat Pencahar


Obat Pencahar adalah obat yang dapat mempercepat gerakan
peristaltic usus, sehingga terjadi defekasi dan digunakan pada konstipasi
yaitu keadaan susah buang air besar.
A. Pencahar Rangsang
Merangsang mukosa, saraf intramural atau otot usus sehingga
meningkatkan peristaltic dan sekresi mukosa lambung.
1. Difenilmetan, Fenolftalein
a. Indikasi: Konstipasi
b. Dosis: 60-100 mg (tablet)
c. Efek samping: Elektrolit banyak keluar, urin dan tinja warna
merah dan reksi alergi
2. Antrakinon, Kaskara Sagrada
a. Dosis: 2-5 ml (sirup), 100-300 (tablet)
b. Efek samping: pigmentasi mukosa kolon
3. Sena
a. Dosis: 2-4 ml (sirup), 280 mg (tablet)
b. Efek samping: penggunaan lama menyebabkakn kerusakan
neuron mesenteric.
B. Minyak Jarak
Minyak jarak berasal dari biji ricinus cimmunis, suatu trigliserida
asam risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Sebagai pencahar obat ini
tidak banyak digunakan lagi.
1. Dosis: Dewasa: 15-50 ml, Anak: 5-15 ml
2. Efek samping: Confusin, denyut nadi tidak teratur, kram otot, lelah.
C. Pencahar Garam
Peristaltik usus meningkat disebabkan pengaruh tudak langsung
karena daya osmotiknya.
1. Magnesium Sulfat
a. Dosis: 15-30 g (bubuk)
b. Efek samping: mual, dehidrasi, dekompesasi ginjal, hipotensi,
paralisis pernapasan.

2. Susu Magnesium
1. Dosis: 15-30 ml
3. Magnesium Oksida
a. Dosis; 2-4 g
D. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik.
Golongan ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon.
1. Metilselulosa
a. Dosis: Dewasa: 2-4 kali 1,5 g/hari, Anak: 3-4 kali 500 mg/hari
b. Efek samping: obstruksi usus dan esopagus
2. Natriumkarboksi Metilsulosa
a. Dosis: 5-6 g (tablet)
E. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa
merangsang peristaltic usus, baik langsung maupun tidak langsung.
1. Dioktilkalsiumsulfosuksinat
a. Dosis: 50-450 mg/hari (kapsul)
b. Efek samping: kolik usus
2. Parafin cair
a. Dosis: 15-30 ml/hari
b. Efek samping: mengganggu absorpsi zat-zat larut lemak, lipid
pneumonia, pruritis ani.
3. Minyak Zaitun
a. Dosis: 30 mg

Anda mungkin juga menyukai