Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Kuasa karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas Ilmu Alamiah Dasar. Makalah ini dapat digunakan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan
sebagai referensi tambahan dalam belajar Tata Surya. Makalah ini
dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah
mempelajari dan memahami Tata Surya secara lebih lanjut.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang


namanya tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan
makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan
makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk


menambah pengetahuan dan wawasan tentang Tata Surya. Jangan
segan bertanya jika pembaca menemui kesulitan. Semoga
keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Gowa, 21 Mei 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

2.1 Asal-usul Tata Surya ..................................................................................

2.2 Sejarah Penemuan Tata Surya ....................................................................

2.3 Struktur Tata Surya ....................................................................................

2.3.1 Terminologi .............................................................................................

2.3.2 Zona Tata Surya ......................................................................................

2.3.3 Matahari ..................................................................................................

2.3.4 Tata Surya Bagian Dalam .......................................................................

2.3.4.1 Planet-planet Bagian Dalam .................................................................

2.3.4.1.1 Merkurius ..........................................................................................

2.3.4.1.2 Venus ................................................................................................

2.3.4.1.3 Bumi ..................................................................................................

2.3.4.1.4 Mars ..................................................................................................

2.3.4.2 Sabuk Asteroid .....................................................................................

2.3.5 Tata Surya Bagian Luar ..........................................................................

2.3.5.1 Planet-planet Bagian Luar ....................................................................


2.3.5.1.1 Yupiter ..............................................................................................

2.3.5.1.2 Saturnus .............................................................................................

2.3.5.1.3 Uranus ...............................................................................................

2.3.5.1.4 Neptunus ...........................................................................................

2.3.5.2 Komet ...................................................................................................

2.3.6 Daerah trans-Neptunus ............................................................................

2.3.6.1 Sabuk Kuiper ........................................................................................

2.3.6.2 Piringan Tersebar .................................................................................

2.3.7 Daerah Terjauh ........................................................................................

2.4 Konteks Galaksi .........................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................

3.2 Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima planet kerdil, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk
asteroid, empat planet luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan
Piringan Terbesar. Enam dari delapan planet dan tiga dari lima planet kerdil itu
dikelilingi oleh satelit alami yang biasa disebut dengan bulan. Contoh: Bulan atau
satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin
planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

Itulah sedikit gambaran tentang Tata Surya. Tetapi, Bagaimana Tata Surya
bisa berbentuk seperti sekarang? Bagaimana awal mula terbentuknya Tata Surya?
Apa yang menarik tentang Tata Surya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul
di sekitar kita dan saya akan mencoba menjawab lewat makalah ini. Oleh karena
itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah yang berjudul Tata Surya
dan Semua Benda Langit yang Terikat dengan Gravitasi dengan harapan dapat
membantu para pembaca.. Dengan adanya makalah ini bukan berarti benda langit
hanya itu saja tetapi masih ada banyak lagi yang tidak dapat ditangkap oleh indera
manusia sehingga kita harus banyak belajar agar dapat menemukan benda langit
yang baru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan, maka secara garis
besar ada empat rumusan masalah sebagai berikut.

Bagaimana Asal-usul Tata Surya?


Bagaimana Sejarah Penemuan Tata Surya?
Bagaimana Struktur Tata Surya?
Bagaimana Konteks Galaksi Tata Surya?

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

Mengetahui Asal-usul Tata surya.


Mengetahui Sejarah Tata Surya.
Mengetahui Struktur Tata Surya.
Mengetahui Konteks Galaksi Tata Surya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul Tata Surya

Banyak ahli telah mengemukakan hipotesis tentang asal-usul Tata Surya,


diantaranya.

Hipotesis Nebula

Hipotesis Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg


(1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804)
pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de
Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini lebih dikenal dengan
Hipotesis Nebula Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal Tata
Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang
disebut nebula dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang
dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu,
suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari
raksasa terus menyusut, berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi tersebut gas-gas memadat
seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin


dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan
bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup
dekat dengan matahari. Pada masa awal pembentukan matahari, kedekatan
tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan matahari dan bersama
proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek
gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang
dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali dan sebagian lain
akan tetap di orbit, mendingin, memadat, dan menjadi benda-benda berukuran
kecil yang disebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu sehingga membentuk
planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis Pasang Surut Bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans
pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain
kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain oleh gaya pasang surut yang
kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun
1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin
terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan
keberatannya atas hipotesis tersebut.

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang


bernama G.P. uiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis Bintang Kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-


2001) pada tahun 1956. Hipotesis Bintang Kembar menjelaskan bahwa Tata Surya
berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan saling berdekatan.
Kemudian salah satunya meledak dan meninggalkan serpihan-serpihan kecil.
Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai
mengelilinginya.

2.2 Sejarah Penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars,


Yupiter, dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua
bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia memiliki nama sendiri
untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima


abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya
mampu menjadikan mata manusia lebih tajam dalam mengamati benda langit
yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo bisa
mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari
makin memperkuat teori heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam
semesta. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga
Saturnus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian


Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada
hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi
pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan
satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum
Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi.
Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan
perhitungan benda-benda langit selanjutnya

William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus pada 1781.


Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan
Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto
kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui
sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian
pada 1978 ditemukan satelit yang mengelilingi Pluto yaitu Charon yang
sebelumnya sempat dikira sebagai planet karena ukurannya tidak jauh berbeda
dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil yang


letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga
mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang
dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-
objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper
di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000),
Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan
2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup
menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit
pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya
adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

2.3 Struktur Tata Surya

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret
utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan
mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus
merupakan dua komponen terbesar yang mengedari matahari menyangkup kira-
kira 90 persen massa selebihnya. Hampir semua objek-objek besar yang
mengorbit matahari terletak pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika. Semua
planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek
sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan
ekliptika. Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi
matahari dengan berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara
matahari kecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek


Tata Surya sekeliling matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari
sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari
memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek
dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan
matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut
aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan
terlambat di titik aphelion. Orbit planet hampir berbentuk lingkaran sedangkan
komet, asteroid, dan objek sabuk Kuiper orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya


menunjukan jarak yang sama antar orbit. Semakin jauh letak sebuah planet atau
sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edar orbit
sebelumnya. Sebagai contoh: Venus terletak sekitar sekitar 0,33 SA dari
Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA
dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar
orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Hampir semua planet-planet di Tata Surya memiliki sistem sekunder yang


kebanyakan adalah benda pengorbit alami (satelit atau bulan). Beberapa benda ini
memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling
besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet
induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memiliki cincin yang berisi
partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

2.3.1 Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya
bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Tata
Surya bagian luar terdapat empat gas planet raksasa. Sejak ditemukan Sabuk
Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah tersendiri yang meliputi
semua objek melampaui Neptunus.

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat


diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: planet, planet kerdil, dan benda kecil
Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai
massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan
orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya.
Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status
planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk
Kuiper. Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi
matahari dan mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri
tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata
Surya memiliki lima buah planet kerdil, yaitu: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake,
dan Eris. Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil
adalah Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah
trans-Neptunus disebut plutoid.

Sisa objek-objek lain yang mengitari matahari adalah benda kecil Tata
Surya. Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk
mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk
menyebut bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K). Contoh: silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam yang
merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan
asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom, hidrogen,
helium, dan gas mulia. Bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya
yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Es seperti air, metana, amonia, dan
karbon dioksida memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini
merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga
merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (es raksasa) serta berbagai
benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.

2.3.2 Zona Tata Surya

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid,
planet bagian luar, dan sabuk Kuiper.

Di zona planet bagian dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan
letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 106
km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 106 km,
1 SA) dan Mars (227,9 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km
dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Sabuk asteroid adalah kumpulan batuan metal dan mineral yang terletak di
antara Mars dan Yupiter.. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter
sekitar100 km atau lebih. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan sampai
menyimpang Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron). Ceres adalah bagian dari
kumpulan asteroid ini yang berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai
planet kerdil.

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 106
km, 5,2 SA), Uranus (2,875 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 109 km,
30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3. Jarak rata-rata
antara planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan
baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya pada planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode
sehingga membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil
tabrakan kosmis.

2.3.3 Matahari

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen


utama sistem Tata Surya.Bintang ini berukuran 332.830 kali dari massa bumi.
Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa
mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang
dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi
eletromagnetik yang termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning yang berukuran


tengahan. Nama ini menyebabkan kesalahpahaman karena dibandingkan dengan
bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti matahari termasuk cukup
besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-
Russell yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas
sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih
panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan
terletak pada deret utama dan matahari terletak persis di tengah deret ini. Akan
tetapi bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah
langka sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.

Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya,


tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang populasi I. Bintang
kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta sehingga
mengandung banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium (metal)
dibandingkan dengan bintang populasi II. Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang
kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu
sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru
mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini
diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya,
karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.

Disamping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan


semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari.
Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer
per jam sehingga menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata
Surya sejauh 100 SA. Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari


(solar flares) dan pengeluaran massa korona (coronal mass ejection)
menyebabkan gangguan pada heliosfer sehingga menciptakan cuaca ruang
angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer
(heliospheric current sheet), yaitu sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi
magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah
atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak
memiliki medan magnet karena atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.
Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya
aurora yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang
berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran
perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan
kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang
sangat panjang sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah
bervariasi meskipun tidak diketahui seberapa besar.

Medium antarplanet juga merupakan tempat berada dua daerah mirip


piringan yang berisi debu kosmis. Daerah pertama, awan debu zodiak yang
terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini
kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh
interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua, membentang antara 10 SA sampai
sekitar 40 SA dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di
dalam Sabuk Kuiper.

2.3.4 Tata Surya Bagian Dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet
kebumian dan asteroid. Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari
Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari. Radius dari seluruh
daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.

2.3.4.1 Planet-Planet Bagian Dalam

Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi,


dan Mars. Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet)
memiliki komposisi batuan yang padat dan hampir tidak mempunyai bulan dan
sistem cincin. Komposisi utama planet ini adalah mineral bertitik leleh tinggi,
seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung dan logam seperti besi dan
nikel yang membentuk intinya. Venus, Bumi dan Mars memiliki atmosfer, kawah
meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah
pecahan. Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius dan
Venus) disebut juga planet inferior.

2.3.4.1.1 Merkurius

Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta terkecil
(0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya
di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes,
kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer
Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesis
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa dan perkembangan
(akresi) penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.

2.3.4.1.2 Venus

Venus (0,7 SA) berukuran 0,815 kali dari massa bumi. Planet ini memiliki
selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfer yang tebal dan memiliki
aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya
sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah
planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 C yang kemungkinan
besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.
Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak
memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer diduga sumber
atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.

2.3.4.1.3 Bumi

Bumi adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah
satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan memiliki mahluk
hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan
juga merupakan satu-satunya planet yang diobservasi memiliki lempeng tektonik.
Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya karena
dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.
Bumi memiliki satu satelit yaitu bulan dan satu-satunya satelit besar dari planet
kebumian di dalam Tata Surya.

2.3.4.1.4 Mars

Mars (1,5 SA) berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 massa
bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah
karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris menunjukan aktivitas
geologis yang terus terjadi sampai belakangan ini. Warna merahnya berasal dari
warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil
yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi
Mars.

2.3.4.2 Sabuk Asteroid

Asteroid adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral
logam beku. Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter yang
berjarak antara 2,3-3,3 SA dari matahari. Asteroid merupakan sisa dari bahan
formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua
asteroid, kecuali Ceres yang terbesar diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata
Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi
sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu hingga jutaan objek yang berdiameter satu
kilometer. Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih
dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat karena kapal ruang
angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid
yang berdiameter antara 10 dan 10-4 m disebut meteorid.

2.3.5 Tata Surya Bagian Luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-
satelit yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk
beberapa Centaur yang juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah
ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut es
dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan
di bagian dalam Tata Surya.

2.3.5.1 Planet-Planet Bagian Luar

Keempat planet luar yang disebut planet raksasa gas (gas giant) atau
planet jovian secara keseluruhan mencakup 99% massa yang mengorbit matahari.
Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium. Uranus
dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan
bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es. Keempat raksasa gas
ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat
dilihat dengan mudah dari bumi.

2.3.5.1.1 Yupiter

Yupiter (5,2 SA) merupakan planet yang berukuran 318 kali massa bumi
dan 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utama planet
ini adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan
timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya seperti pita pita awan
dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit.
Empat yang terbesar adalah Ganymede, Callisto, Io, dan Europa yang
menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti
yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya berukuran
lebih besar dari Merkurius.

2.3.5.1.2 Saturnus

Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya memiliki


beberapa kesamaan dengan Yupiter yaitu komposisi atmosfernya. Meskipun
Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, namun planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi sehingga membuat planet
ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini dan 3 yang belum dipastikan. Dua di
antaranya yaitu Titan dan Enceladus yang menunjukan activitas geologis
meskipun hanya terdiri dari es saja. Titan berukuran lebih besar dari Merkurius
dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang
cukup berarti.

2.3.5.1.3 Uranus

Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi adalah planet yang
paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit.
Uranus mengedari matahari dengan berukuran poros 90 pada ekliptika. Planet ini
memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya
sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui dan
yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, dan Miranda.

2.3.5.1.4 Neptunus

Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus namun
memiliki 17 kali massa bumi sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini
memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar adalah Triton. Triton
memiliki geyser nitrogen cair dan geologinya aktif. Triton adalah satu-satunya
satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi
beberapa planet minor pada orbitnya yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda
ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

2.3.5.2 Komet

Komet adalah badan Tata Surya kecil yang biasanya hanya berukuran
beberapa kilometer dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki
eksentrisitas orbit tinggi. Secara umum, perihelionnya terletak di planet-planet
bagian dalam dan letak aphelionnya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet
memasuki Tata Surya bagian dalam dan mendekati matahari menyebabkan
permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi yang menghasilkan koma, ekor
gas, dan debu panjang yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua


ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang
berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk
Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang seperti Hale-bopp, berasal dari
Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers terbentuk dari
pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungkin
berasal dari luar Tata Surya tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti
sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas
matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
2.3.6 Daerah trans-Neptunus

Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus disebut daerah trans-


Neptunus yang sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini
sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter
seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama
mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya
meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak
melebihi sabuk asteroid.

2.3.6.1 Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid
tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA dan
terdiri dari benda kecil Tata Surya. Beberapa objek Kuiper yang terbesar seperti
Quaoar, Varuna, dan Orcus mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil.
Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang
berdiameter lebih dari 50 km tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya
sepersepuluh massa bumi. Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan
kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi resonansi dan sabuk klasik.
Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus. Sabuk klasik terdiri dari objek
yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus dan terletak sekitar 39,4 SA- 47,7
SA. Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos.

2.3.6.2 Piringan Tersebar

Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan


menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet
berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak
menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus.
Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects atau SDO) memiliki
perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari
matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan
sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan
tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar
sebagai Objek Sabuk Kuiper Tersebar.

2.3.7 Daerah Terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah
persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang
terpisah yaitu angin matahari dan gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh
angin matahari kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan matahari. Heliopause
ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi, Bola
Roche Matahari jarak efektif pengaruh gravitasi matahari diperkirakan mencakup
sekitar seribu kali lebih jauh.

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan
gravitasi matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang
sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan
Oort, di sisi lain tidak lebih besar dari 50.000 SA sekalipun Sedna telah
ditemukan. Daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort adalah sebuah daerah
yang memiliki radius puluhan ribu SA. Selain itu, juga ada studi yang
mempelajari daerah antara Merkurius dan Matahari. Objek-objek baru mungkin
masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.

2.4 Konteks Galaksi

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti yaitu sebuah galaksi spiral yang
berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar
bintang. Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut
Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya
dari pusat galaksi dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu
revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi


kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan
hampir sama dengan lengan spiral galaksi sehingga bumi sangat jarang menerobos
jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang
berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi
Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.

Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa


menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke
bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak
kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga mempengaruhi
perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan
berhipotesis bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah
mempengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah matahari dalam bentuk debu
radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Ada beberapa hipotesis yang menyatakan asal-usul Tata Surya yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis Planetisimal,
Hipotesis Pasang Surut Bintang, Hipotesis Kondensasi, dan Hipotesis Bintang
Kembar. Sejarah penemuan Tata surya di awali dengan dilihatnya planet-planet
dengan mata telanjang hingga ditemukannya alat untuk mengamati benda langit
lebih jelas yaitu Teleskop dari Galileo. Perkembangan teleskop diimbangi dengan
perkembangan perhitungan benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang
lainnya. Dari mulai mengetahui perkembangan planet-planet hingga puncaknya
adalah penemuan UB 313 yang ternyata juga mempunyai satelit.

Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima planet kerdil atau katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata
Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid,
empat planet bagian luar, dan di bagian terluar ada Sabuk Kuiper dan Piringan
Tersebar.

3.2 Saran

Sebaiknya semua pihak mempelajari Tata Surya agar dapat mengetahui


dari mana sebenarnya Tata Surya itu berasal sehingga kita tidak dapat mengada-
ada atau merekayasanya. Mengetahui Tata Surya juga sangat penting agar kita
dapat mengetahui kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita dapat
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lily. 2004. Fisika 1 Kelas X. Bandung: PT. Rosdakarya.

Barata, Bima. 2002. Fisika Untuk SMA. Jakarta: Sagufindo Kinarya.

Saukah, Ali, dkk. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.

Widyartono, Didin. 2008. Kaidah-Kaidah Menulis. Malang: Indus Nesus Private.

Wikipedia.2009.Tata Surya,(Online),(http://wikipediafoundation.org/,diakses 23
November 2009).

Wikipedia.2009.Planet,(Online),(http://wikipedia.org/wiki/Planet,diakses 23
November 2009).

Anda mungkin juga menyukai