OLEH :
NIM : 15.01.132
KELAS : STIFA B
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan produk yang berkualitas
menjadikan industri farmasi sebagai produsen obat yang bersaing
untuk menghasilkan obat yang bermutu. Mutu obat sebagai suatu
parameter mencakup berbagai aspek, yaitu aman (safety), berkhasiat
(efficacy), dan dapat diterima oleh masyarakat (accetable). Mutu obat
harus dibentuk sejak awal mulai dari penanganan bahan awal, proses
produksi (pengolahan dan pengemasan), penyimpanan hingga
distribusi obat.
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam upaya
menjamin mutu obat yang beredar di pasaran tetap baik adalah
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/11/1988. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut,
seluruh industri farmasi di Indonesia diwajibkan untuk menerapkan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) adalah pedoman dalam pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB menyangkut
keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu. Semua industri
farmasi harus menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian
kegiatan pembuatan obat. Pelaksanaan CPOB merupakan tanggung
jawab semua pihak yang terlibat dalam pembuatan obat (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia).
Keberhasilan pelaksanaan CPOB dipengaruhi oleh kualitas
sumber daya manusia yang terlibat dalam industri farmasi. Oleh
karena itu seorang farmasis harus melihat langsung penerapan dan
konsep-konsep farmasi industri yang ada di lapangan dan mengetahui
aplikasi ilmu kefarmasian yang tidak didapat di pendidikan formal
kuliah.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dalam rangka
peningkatan mutu dan kualitas lulusan mahasiswa Farmasi khususnya
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar. Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) bertujuan untuk menyelaraskan pendidikan dengan
kebutuhan tenaga kesehatan dibidang farmasi.
Harapan utama dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
disamping keahlian profesionalisme mahasiswa dalam bidang farmasi,
juga dituntut memiliki etos kerja yang baik, berkualitas, disiplin waktu
dan keterampilan serta keuletan dalam bekerja. Disamping itu dengan
adanya praktek Kerja Lapangan (PKL) diharapkan pihak institusi
mengetahui tentang kebutuhan dunia industri sehingga mutu
pengajaran dapat ditingkatkan guna tuntutan tersebut.
Cypron , Vitazym , Zegavit , Zegase , Procold , Promag Double
Action , Cerebrofort , Plantacid , Woods , Rantin , Ulsikur ,
Bioplacenton (gel), Mycoral (krim), Kaltrofen (gel dan
suppositoria), Kalpanax Tincture , dan Diaflam .
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
Komposisi
Mikacin injeksi 250 mg/ml
Tiap ml mengandung :
Amikasin sulfat setara dengan amikasin 250 mg
Farmakodinamik
Amikasin sulfat adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang
mempunyai spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram negatif
termasuk Pseudomonas spp,Eschericia coli, Proteus spp indol-positif dan
indol-negatif, Klebsiella-Enterobacter-Serratia spp, Salmonell, Shigella,
Acinetobacter (Minea-Herellae), Citrobacter Freundii dan Providencia
spp. Beberapa strain bakteri gram negatif yang resisten terhadap
gentamisin, tobramisin dan kanamisin menunjukkan sensitivitas terhadap
amikasin secara in vitro. Bakteri gram positif yangsensitif terhadap
amikasin adalah Staphylococcus spp, baik yang menghasilkan
penisilinase maupun tidak, termasuk strain yang resisten terhadap
metisilin. Amikasin mempunyai aktivitas melawan bakteri gram positif
yang lain, termasuk strain Staphylococcus pyogenes, Enterococci dan
Diplococcus pneumoniae (Streptococcus pneumoniae). Amikasin bersifat
bakterisid dengan cara menghambat sintesis protein pada bakteri sensitif
oleh adanya pengikatan yang irreversible terhadap subunit ribosomal
30S.
Farmakokinetik
Pemberian amikasin 500 mg sebagai dosis tunggal kepada orang dewasa
normal secara infus intravena, selama periode 30 menit menghasilkan
konsentrasi serum puncak rata-rata 38 mcg/ml pada akhir pemberian
infus dan kadar 24 mcg/ml; 18 mcg/ml; dan 0,75 mcg/ml pada 30 menit, 1
jam dan 10 jam setelah pemberian infus, berturut turut. Delapan puluh
empat persen dari dosis dieksresikan melalui urin dalam waktu 9 jam dan
sekitas 94% dalam waktu 24 jam. Pengulangan pemberian infus 7,5
mg/kg setiap 12 jam toleransi secara baik dan tidak menghasilkan
akumulasi obat.
Indikasi
Penyaringan
Pengisian
Pinole test
Seleksi
Bulk product
Pengemasan
Quarantine
Distribusi
V.1 Kesimpulan
Dari semua yang telah diuraikan pada laporan ini penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika dilihat dari segi lokasi, PT. Kalbe Farma, Tbk. letaknya cukup
strategis.
2. Struktur organisasi ketatanegaraan sudah cukup baik karena
mereka bekerja sama dengan untuk kemajuan perusahaan Kalbe
Farma. Mereka mengembangkan produk-produk unggulan yang
sebagian besar dapat diterima masyarakat luas dan yang sangat
penting kualitasnya tidak diragukan lagi.
3. Proses yang telah dilakukan terbukti telah memenuhi persyaratan
sterilitas yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan
produk berkualitas yang memenuhi persyaratan sterilitas dan
spesifikasi yang telah ditentukan.
V.2 Saran
1. Penerapan seluruh aspek CPOB harus secara kontinu dilakukan
agar mutu produk yang dihasilkan konsisten dan terjaga.
2. Perlu dikembangkan kerjasama dengan dunia pendidikan, terutama
kefarmasian dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
industri farmasi maupun dalam rangka pengembangkan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014., ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 49, ISFI
penerbitan : Jakarta