TAHUN 2015
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Program hibah Millennium
Challenge Corporation (MCC) senilai USD600 juta telah mulai direalisasikan melalui lembaga
pelaksana hibah LWA MCA-Indonesia. Tidak terasa sudah 5 tahun satker Pengelola Hibah MCC
berdiri mendampingi dengan sabar implementasi hibah Compact MCC.
Tujuan hibah Compact untuk mengurangi kemiskinan sejalan dengan komitmen Pemerintah RI,
terutama untuk memperkuat pelaksanaan RPJM dalam sektor kesehatan (pengurangan stunting),
tata kelola yang difokusan pada reformasi pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta
kemakmuran berbasis lingkungan (green prosperity). Momentum ini selayaknya dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat khususnya di wilayah yang
menjadi lokasi target intervensi hibah Compact.
Semenjak ditandatanganinya Entry into Force pada 2 April 2013, maka argometer hibah Compact
sudah mulai berjalan. Menginjak tahun ke 2 di tahun 2015, pelaksanaan hibah mulai berjalan dan
banyak program mulai di sosialisasikan. Beberapa program telah menandatangani perjanjian
hibah dengan implementor dari berbagai daerah. Tahun ini merupakan tahun yang penuh dengan
tantangan untuk mencoba menjalankan teori-teori supporting satker Hibah Pengelola MCC dalam
rangka mengawal kelancaran hibah Compact di Indonesia. Catatan perjalanan hibah tahun ini
juga diwarnai dengan banyak pembelajaran dalam system tata kelola pemerintahan yang dikemas
dalam laporan tahunan ini.
Harapan kita, dengan sisa waktu implementasi yang tidak lama hingga tahun 2018, Program
Compact dapat dilaksanakan sesuai kesepakatan para pihak tanpa hambatan yang berarti.
Kerjasama dan komitmen stakeholder dan pihak-pihak terkait lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dan tekad untuk mewujudkan kesuksesan
pelaksanaan Program Compact. Ayo! Kerja.. kerja.. kerja..!
Hari Kristijo
PPK Satker Pengelola Hibah MCC
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini adalah tahun pertama saya
sebagai KPA Satker Pengelola Hibah MCC yang penuh dengan tantangan untuk mencapai tujuan
terbaik bagi bangsa, mengurangi kemiskinan melalui peningkatan ekonomi di tingkat tapak.
Pada tahun 2015 ini, Pemerintah Indonesia melalui LWA MCA-Indonesia dengan dibantu oleh
Satker Pengelola Hibah MCC Bappenas berkonsentrasi kepada kegiatan-kegiatan asistensi dan
penyelesaian permasalahan pajak serta koordinasi horizontal dengan kementerian dan lembaga
yang berkaitan. Desain dan implementation plan program Compact untuk Green Prosperity Project,
Community Based-Health and Nutrition to Reduce Stunting Project, dan Procurement Modernization Project
sudah mulai nampak hasil dan wujudnya. Hal ini merupakan sebuah pencapaian sekaligus
semangat untuk dapat merealisasikan seluruh hibah Compact. Dilain pihak, satker juga perlu
untuk menunjukkan akuntabilitas penggunaan DIPA yang lebih transparan dalam menyokong
keberhasilan LWA MCA-Indonesia.
Laporan kegiatan Satker Pengelola Hibah MCC Tahun 2015 bertujuan untuk
mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan oleh Pihak Pemerintah Indonesia
dalam rangka implementasi hibah Compact dengan sumber pembiayaan APBN 2012. Lesson
learned dan best practices telah kita dokumentasikan, yang diharapkan dapat memberikan
pengalaman terbaik dalam penyiapan program lain dikemudian hari dan memberikan manfaat
bagi pihak lain yang membutuhkan sebagai referensi.
Berdasarkan pencapaian yang telah dihasilkan, kita harapkan hasil yang telah dicapai pada tahun
2015 ini dapat terus ditingkatkan di tahun mendatang hingga akhir masa hibah Compact di tahun
2018. Memang masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya. Kerjasama antara MCA-
Indonesia dengan para pihak terkait lainnya, maka pelaksanaan program yang bertujuan
mengurangi kemiskinan di Indonesia melalui pertumbuhan ekonomi ini akan dapat segera
diwujudkan.
Bantuan hibah asing dari lembaga donor selama ini berkontribusi dalam perluasan serta
pengelolaan program program pengembangan komunitas dan kawasan konservasi.
Namun implementasi bantuan asing ini berjalan di luar sistem perencanaan serta sistem
keuangan pemerintah. Hibah dari lembaga donor asing disalurkan baik melalui kontraktor
yang ditunjuk atau melalui LSM Internasional. Selain jumlah yang tidak memadai,
sumber pendanaan dari bantuan asing yang diterima oleh LSM Internasional
sustainablenya rendah, dalam artian mengandung ketidakpastian yang tinggi setiap
tahunnya.
Pemerintah tidak memiliki otoritas untuk mengarahkan sumber dana ini agar lebih efektif
mencapai target yang ditetapkan termasuk penetapan skala prioritas kegiatan. Dengan
demikian, muncul ide untuk membuat kesepakatan dan komitmen dari donor dengan
pemerintah Indonesia untuk dapat memberikan sebuah jaminan dan keteraturan
pendanaan program. Jakarta Commitment yang diinisiasi dan diluncurkan oleh Bappenas
pada Januari 2009 disepakati oleh 22 (dua puluh dua) perwakilan lembaga donor di
Indonesia, termasuk roadmap yang intinya mendorong peran aktif pemerintah dalam
mengelola dan mengkoordinasikan bantuan asing pada pelbagai sektor. Komitmen
Jakarta merupakan tindak lajut pemerintah Indonesia terhadap Paris Declaration tahun
2005 yang antara lain mewajibkan penggunaan government system dalam penyaluran hibah
sejauh dimungkinkan dan Agenda Accra tahun 2008 yang menyepakati untuk efektifitas
bantuan asing melalui government leadership. Jakarta Commitment merupakan tidak lanjut
keduanya dan merupakan kerjasama dengan donor untuk pembangunan government
system yang dapat mengakomodir kepentingan kedua pihak. Sistem pemerintah yang
digunakan pada tataran pelaksanaan setidaknya terdiri dari sistem perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring evaluasi program, serta sistem manajemen keuangan
termasuk anggaran, akuntansi, laporan keuangan, dan audit atas pertanggungjawaban
keuangan.
Sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia melalui Komitmen Jakarta,
berusaha bukan sekedar untuk meningkatkan efektivitas bantuan (aid effectiveness) tetapi
lebih daripada itu berupaya untuk memanfaatkan bantuan sebagai sarana untuk
mengefektifkan pembangunan (aid for development effectiveness). Dalam konteks ini,
Pasal 6 Permen PPN/Kepala Bappenas no. 2 tahun 2012 disebutkan bahwa salah satu
organ pelaksana MCA-Indonesia yang lain adalah Tim Pelaksana. Tim Pelaksana terdiri
dari 2 unit dan 2 pendukung. 2 Unit ini terdiri dari Unit Pelaksana Program dan Unit
Pendukung KPA. Sedangkan 2 pendukung yang lain adalah Fiscal Agent dan
Procurement Agent.
Compact adalah suatu perjanjian kerjasama tahun jamak antara lembaga The
Millennium Challenge Corporation (MCC) dari Pemerintah Amerika Serikat dengan
suatu negara yang dinyatakan memenuhi syarat, yang ditujukan untuk mendanai suatu
program pembangunan spesifik dengan target menurunkan kemiskinan dan memberikan
stimulasi kepada pertumbuhan ekonomi.
Compact adalah suatu perjanjian kerjasama tahun jamak antara lembaga The
Millennium Challenge Corporation (MCC) dari Pemerintah Amerika Serikat dengan
suatu negara yang dinyatakan memenuhi syarat, yang ditujukan untuk mendanai suatu
program pembangunan spesifik dengan target menurunkan kemiskinan dan memberikan
stimulasi kepada pertumbuhan ekonomi. Suatu negara dapat dinyatakan memenuhi
syarat sehingga terpilih untuk menerima
Compact, diharuskan menunjukkan satu komitmen yang kuat kepada tata kelola yang
demokratis dan adil, investasi yang berhubungan dengan masyarakatnya, dan kebebasan
ekonomi yang diukur melalui indikator-indikator tertentu. Terdapat 4 tahap proses seleksi
yang dilakukan oleh MCC untuk menyatakan suatu negara dinyatakan memenuhi syarat
mendapatkan Compact, yaitu:
negara, dan hasil. MCC membentuk kerjasama dengan suatu negara yang mempunyai
komitmen kuat terhadap:
1. Compact, merupakan bantuan berskala besar selama lima tahun bagi negara-
negara yang memenuhi kriteria
2. Threshold Program adalah hibah skala kecil diberikan kepada negara negara yang
mendekati batas yang dipersyaratkan oleh Compact dan secara nyata berkomitmen
untuk meningkatkan kinerja kebijakan di negara-negara penerima program
threshold.
Dewan Direksi MCC terdiri dari the Secretary of State, the Secretary of Treasury, the U.S.
Trade Representative, the Administrator of USAID, the CEO of the MCC, dan 4 (empat)
anggota dari publik yang ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dengan saran dan
persetujuan U.S. Senate. The Secretary of State menjadi Ketua Dewan Direksi, yang saat
ini dijabat oleh Hilllary Rodham Clinton, dan the Secretary of Treasury sebagai Wakilnya,
sedangkan CEO (Chief Executive Officer) saat ini dijabat oleh John Kerry.
Indonesia menerima hibah Program Compact dari Pemerintah Amerika Serikat melalui
Millenium Challenge Corporation (MCC) sebesar USD 600 juta. Program Compact ada dalam
kerangka Comprehensive Partnership antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika
Serikat, sebagai salah satu kegiatan dari Working Group Climate Change and Environment. Tujuan
dari Program Compact adalah mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia dengan mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui tiga program yaitu, (1) Kemakmuran Hijau (Green Prosperity), (2)
Peningkatan Nutrisi Anak Usia Dini untuk Mencegah Anak Pendek (Stunting), (3) Modernisasi
Sistem Pengadaan (Procurement Modernization). Gambaran umum mengenai aktivitas dari ketiga
program tersebut adalah sebagai berikut :
GAMBAR 1.2 HIERARKI PERATURAN MENGENAI PELAKSANAAN PROGRAM HIBAH COMPACT INDONESIA
Struktur pelaksana program Compact ini digunakan untuk bahan penerbitan Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional No. 02 tahun 2012 tentang pembentukan Lembaga Wali Amanat Millennium
Challenge Account Indonesia atau MCA-Indonesia atau MCA-I. Sebagai kelanjutan
penyiapan Program Compact yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, dalam rangka
mempercepat dan mendukung pencapaian Entry Into Force (EIF), maka pada tahun 2013
BAPPENAS membentuk Satuan Kerja (Satker) Pengelola Hibah MCC. Adapun struktur
Satker pengelola hibah tersebut terdiri dari:
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Bendahara Pengeluaran Anggaran (BPA)
Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar (PPSPM)
PejabatPenerima Hasil Pekerjaan (PPHP)
Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa (PPBJ)
Majelis Wali Amanat atau MWA adalah lembaga pengarah pelaksanaan program
Compact. MWA dalam susunan LWA MCA-Indonesia memiliki tugas untuk :
a. menetapkan Pengelola Dana Amanat;
b. menetapkan kebijakan pelaksanaan program, melaksanakan kegiatan dan
mengelola dana sebagaimana disepakati dalam Compact;
c. menetapkan dan mengubah struktur Tim Pelaksana;
d. memilih Direktur Eksekutif melalui kompetisi;
e. menetapkan Direktur Eksekutif sesuai hasil pemilihan secara kompetisi;
f. menetapkan rencana kerja dan penganggaran kegiatan berkala;
g. mengundang dan menilai usulan pengadaan barang/jasa dan/atau usulan hibah
untuk yang kegiatan yang telah diatur dalam Compact, dan yang sesuai dengan
Program Compact;
h. menyetujui dokumen-dokumen pengadaan sesuai dengan ketentuan MCC
Program Procurement Guidelines;
i. menyusun laporan keuangan MCA-Indonesia;
j. melakukan tugas-tugas lain untuk melaksanakan Program Compact sesuai
dengan Compact.
Susunan keanggotaan MWA terdiri dari Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap
anggota dan anggota itu sendiri. Anggota MWA berasal dari wakil pemerintah dan non
pemerintah. Wakil dari pemerintah terdiri dari wakil dari Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
GAMBAR 1.5 ANGGOTA MWA MCA-INDONESIA BERFOTO BERSAMA MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BESERTA
Penunjukkan Pengelola Dana Amanat ini juga termasuk dari salah satu persyaratan
pemenuhan Condition Precedent penggunaan dana CIF, termasuk pembukaan rekening
atas nama MCA-Indonesia. Sesuai dengan ketentuan yang ada di Peraturan Presiden No.
80 tahun 2011, pasal 11 disebutkan bahwa lembaga yang bisa ditunjuk sebagai PDA
adalah : Kementerian/Lembaga, Lembaga Multilateral, Organisasi Non Pemerintah,
Lembaga Keuangan Nasional, dan atau Lembaga Keuangan Asing.
Penentuan Pengelola Dana Amanat dilakukan oleh Majelis Wali Amanat. Proses
pemilihan ini dilaksanakan oleh Komite Ad-hoc Majelis Wali Amanat MCAIndonesia,
yang akhirnya memilih Bank BRI sebagai Pengelola Dana Amanat.
Khusus mengenai fungsi dan tugas dari Pengelola Dana Amanat (PDA), maka Perpres
juga telah memberikan batasan batasan PDA (Pasal 10), yakni
a) menangani administrasi dan keuangan Dana Perwalian sesuai dengan prinsip-
prinsip pengelolaan administrasi dan keuangan yang disepakati dalam Perjanjian
Hibah;
b) melaporkan penanganan administrasi dan keuangan Dana Perwalian kepada
Majelis Wali
c) Amanat; dan
d) melakukan pembayaran kepada pihak-pihak yang terkait atas perintah Majelis
Wali Amanat.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Pengelola Dana Amanat dikoordinasikan oleh
Majelis Wali Amanat.
GAMBAR 1.6 PENANDATANGANAN KERJA SAMA BANK BRI SEBAGAI PENGELOLA DANA AMANAT
yang lengkap dan akurat, dan semua transaksi sesuai dengan hukum,
peraturan dan dokumen-dokumen perjanjian hibah.
k. Membantu MCA-Indonesia dalam mengembangkan dan menerapkan
Rencana Akuntabilitas Fiskal (FAP), yang mengidentifikasi kebijakan,
prosedur dan kontrol internal yang akan di tempat untuk memastikan
akuntabilitas fiskal yang sesuai dalam penggunaan Pendanaan MCC. FAP
juga akan mencakup prosedur untuk memastikan bahwa semua transaksi
bebas penipuan, limbah dan penyalahgunaan.
l. Membantu MCA-Indonesia dalam mengidentifikasi entitas yang akan
dikenakan audit sebagaimana yang dipersyaratkat oleh Pedoman Audit
MCC
m. Atas permintaan MCA-Indonesia atau yang ditunjuk diizinkan lain seperti
MCC, Inspektur Jenderal, Amerika Serikat Government Accountability Office,
dan auditor internal atau eksternal, menyediakan akses cepat ke sistem
akuntansi keuangan dan semua program yang berhubungan dengan catatan
keuangan atau dokumen
n. Perijinan MCA-Indonesia, perancangan lainya yang diijinkan, MCC,
Inspektur Jenderal, Amerika Serikat Government Accountability Office, dan
auditor internal atau eksternal, bertanggung jawab untuk audit untuk
menilai, review, audit atau evaluasi program, Pembiayaan dan
pemanfaatan barang MCC, pekerjaan atau jasa yang dibiayai dengan
Pendanaan MCC.
o. Membantu MCA-Indonesia dalam pengembangan Penipuan negara
tertentu dan Penilaian Korupsi dan pembentukan Rencana Aksi.
p. Segera menanggapi keluhan atau pertanyaan tentang ketepatan waktu
pembayaran dan menyelesaikan masalah pembayaran secepat mungkin.
q. Menterjemahkan operasional yang lain, kewajiban fungsional, dan kontrak
dan tanggung jawab seperti adat dalam melakukan tugas-tugas seorang
Agen Fiskal.
Mekanisme kerja Fiscal Agent dalam melakukan pengawalan dalam bidang keuangan
sampai saat ini terus dibangun dan disempurnakan. Mekanisme kerja Fiscal Agent akan
diatur dalam dokumen Fiscal Accountability Plan, Fiscal Agreement dan Bank Agreement.
Pembayaran
B. Procurement Agent
Procurement Agent adalah lembaga yang dipilih oleh Majelis Wali Amanat
melalui Team Evaluation Panel (TEP) untuk melakukan proses pengadaan
vendor, pihak ketiga penyedia barang dan jasa untuk kegiatan MCA-
Indonesia.
Procurement Agent dipilih melalui proses seleksi secara terbuka dengan
peserta yang terdiri dari lembaga-lembaga yang ditentukan oleh MCC
Guideline. Hasil pemilihan ini selanjutnya ditetapkan melalui SK MWA.
wakil-wakil dari Agen Pengadaan dan orang lain yang secara resmi terlibat
dalam kegiatan pengadaan
k. Melindungi kegiatan pengadaan dari penipuan, limbah dan
penyalahgunaan.
l. Membantu MCA-Indonesia dalam memberikan respons yang cepat dan
adil untuk tantangan tawaran tentang aktivitas pengadaan
m. Menterjemahkan operasional lain, kewajiban fungsional, dan kontrak dan
tanggung jawab seperti adat dalam melakukan tugas-tugas seorang Agen
Pengadaan bertanggung jawab atas keputusan penlilaian harga yang tepat
dan wajar atas kontrak pengadaan
n. Memberikan dukungan kepada MCA-Indonesia dalammenyediakan
pernyataan ketidakberatan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
pelaksanaan Program Compact
Mekanisme kerja Procurement Agent juga sedang dibangun untuk saling mendapat
kesepakatan diantara masing-masing unit kerja. Mekanisme kerja Procurement Agent
yang telah disepakati hingga sait ini digambarkan sebagai berikut.
Ditinjau dari mekanisme pencatatan dan pencairan hibah, ada beberapa mekanisme
penyaluran hibah luar negeri. Ragam tersebut ditentukan oleh (i) apakah hibah yang
diterima pemerintah Indonesia dicatatkan atau tidak dalam sistem anggaran negara dan
(ii) apakah hibah tersebut disalurkan dari rekening pemberi hibah kepada pelaksana
kegiatan melalui KPPN atau langsung dari rekening pemberi hibah ke rekening pelaksana
kegiatan, termasuk pihak ketiga yang melaksanakan proyek yang dibiayai dengan dana
Hibah. Dalam bentuk matrik dapat digambarkan sebagai berikut:
c Untuk penggantian pajak yang mendapatkan fasilitas pajak bagi Hibah dan
Pinjaman Luar Negeri (pada kasus Hibah MCC diatur dalam PMK
124/PMK.05/2012).
d Untuk pencatatan Hibah Langsung dengan menggunakan Surat Pemngesahan
Hibah Langsung (SPHL) sesuai dengan PMK 191/2011.
3 Pembelanjaan anggaran dalam DIPA dilakukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang dibantu oleh Bendahara, Bagian Verifikasi (maksimal 3
hari setelah pengajuan) dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN,
maksimal 1 hari setelah pengajuan).
Direktur Eksekutif yang juga dapat disejajarkan. Untuk keperluan tersebut, KPA telah
menerbitkan Surat Keputusan No.12/KPA.MCC/03/2013tentang Pembagian
Wewenang antara PPK dengan Direktur Eksekutif.
Tabel berikut menyajikan perbandingan pengelolaan Hibah MCC dengan menggunakan
mekanisme On Budget Off Treasury dan Off Budget Off Treasury.
3. Aset dapat ditransfer ke K/L, Pemda, Jika akan dilakukan transfer aset ke K/L,
LSM/Komunitas Lokal, dan/atau Pemda, LSM/Komunitas Lokal, dan/atau
Sektor Swasta (berdasarkan Peraturan Sektor Swasta diperlukan revisi
Presiden No. 80 Tahun 2011 tentanga. Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2011
Dana Perwalian). tentang Dana Perwalian
b. PMK 124/PMK.05/2012 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah MCC.
4. Jika aset ditransfer ke pihak lain, tidak Jika aset akan ditransfer ke pihak lain, maka
perlu lagi dimasukkan dalam DIPA.
6. Audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Auditor Independen akan melakukan audit
Keuangan (BPK) hanya untuk sumber untuk dana Hibah.
pembiayaan yang berasal dari Rupiah
Murni.
9. Jika ada tagihan dari MCC untuk Jika ada tagihan dari MCC untuk
penggantian ineligible expenses atau penggantian ineligible expenses atau
unallowable expenses (melalui MWA unallowable expenses (melalui MWA atau
atau KPA) maka PPK diperintahkan KPA) maka PPK diperintahkan membuat
membuat laporan ke KPA dan laporan ke KPA dan Inspektorat Jenderal
Inspektorat Jenderal Bappenas untuk Bappenas untuk melakukan rapat internal.
melakukan rapat internal. Selanjutnya Selanjutnya Inspektorat Jenderal akan
Inspektorat Jenderal akan meminta meminta BPKP atau BPK atau KPK untuk
BPKP atau BPK atau KPK untuk melakukan investigasi lebih lanjut. Sangat
melakukan investigasi lebih lanjut. tergantung pada kasusnya.
Sangat tergantung pada kasusnya.
10. Kementerian Keuangan akan mencatat Kementerian Keuangan tidak dapat mencatat
Hibah MCC melalui KPPN. Hibah MCC melalui KPPN karena tidak
dialokasikan dalam DIPA.
Pelaksanaan anggaran yang bersumber dari Hibah MCC dialokasikan dalam DIPA pada
Satuan Kerja Pengelola Hibah MCC. Dalam rangka pengalokasian anggaran Hibah
MCC, PA/KPA mengalokasikan pagu belanja dalam RKA-K/L setiap tahunnya pada
Satuan Kerja Pengelola Hibah MCC. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang selaku KPA
pendapatan hibah mengalokasikan pagu Pendapatan Hibah dalam DIPA Bagian
Anggaran 999.02 berdasarkan rencana penarikan Hibah MCC.
Pelaksanaan pembebanan anggaran belanja yang bersumber dari Hibah MCC ke dalam
APBN dilakukan melalui mekanisme pengesahan hibah langsung dalam bentuk uang.
Mekanisme pengesahan hibah langsung dalam bentuk uang berpedoman pada Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Mekanisme Pengelolaan Hibah (PMK 191/PMK.05/2011).
Pencatatan Hibah Langsung MCC berdasarkan PMK 191/PMK.05/2011 berbentuk
SPHL (Surat Pencatatan Hibah Langsung) diterbitkan oleh KPPN Khusus VI.
Atas Pendapatan Hibah Langsung bentuk uang dan/atau belanja yang bersumber dari
hibah langsung, PA/KPA membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN dengan
dilampiri:
1. copy Rekening atas Rekening Hibah;
2. SPTMHL;
3. SPTJM; dan
4. copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama kali.
Mekanisme pengajuan dan pengesahan hibah langsung yang ada dalam program hibah
Compact MCC dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini :
Satuan Kerja Pengelola Hibah MCC pada triwulan III (tepatnya 30 September 2015) telah
mengajukan revisi DIPA 2015 untuk penambahan pagu Hibah Luar Negeri sebesar Rp.
201 Milyar, penghapusan akun 526 karena belum ada belanja aset, dan relokasi anggaran
Rupiah Murni.
Usulan penambahan pagu Hibah Luar Negeri dimaksudkan untuk melakukan pencatatan
hibah dalam bentuk SPHL. Pada triwulan III, sisa alokasi hibah luar negeri pada DIPA
Satker Pengelola Hibah MCC adalah Rp. 5.239.549.782,00. Sementara masih ada
realisasi belanja hibah Luar Negeri dengan nilai kurang lebih Rp 200 Milyar yang perlu
disahkan/dicatat dalam bentuk SPHL.
Pengajuan revisi tersebut disetujui oleh Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Oktober
2015 sebagai Revisi ke-3. Sehingga alokasi anggaran DIPA Satker Pengelola Hibah MCC
TA 2015 menjadi Rp. 423 Milyar dengan rincian sebagai berikut:
1. Rupiah Murni sebesar Rp. 13 Milyar
2. Hibah Langsung Luar Negeri (MCC) sebesar Rp. 411 Milyar
Dengan alokasi anggaran sebesar tersebut diatas, pencapaian kinerja Satker Pengelola
Hibah MCC pada triwulan IV sebesar Rp. 204.572.644.493,00 (48,25%) dengan rincian
untuk Rupiah Murni sebesar Rp. 2.954.672.744,00 (22,73%) dan Hibah MCC sebesar Rp.
201.617.971.749,00 (49,06%).
Berdasarkan Laporan Keuangan MCAI bulan November 2015 dan hasil analisis terhadap
MCC CPS Report Detail all bank locations FY15 IDN Inception November 2015, realisasi
penyerapan dana Compact sampai dengan tanggal 30 November 2015 adalah sebagai
berikut :
Nilai Rupiah
No. Uraian US Dollar (dengan Kurs tengah
harian)
1. Total Transfer dari US Treasury 97,956,557.93 1.182.154.572.237
- Dana CIF 6,946,871.93 74.978.017.830
- Dana Program Funding 91,009,686.00 1.107.176.554.407
2. Total pembiayaan Compact 92,781,994.51 1.113.447.897.172
- Dana CIF 6,934,312.39 74.724.346.549
- Dana Program Funding 85,847,681.96 1.038.723.548.623
Realisasi Persentase
Total Hibah
No. Uraian Penyerapan Penyerapan
Compact (USD)
(USD) (%)
1. Total Transfer dari US Treasury 97,956,557.93 16,33%
- Dana CIF 600,000,000.00 6,946,871.93 1,16%
- Dana Program Funding 91,009,686.00 15,17%
Selisih antara total transfer dari US Treasury dan total pembiayaan Compact sampai
dengan tanggal 30 November 2015 sebesar USD. 5,174,563.42 setara dengan
Rp.68,706,675,065.23,- tersimpan di Rekening PDA (Permitted Accounts) di Bank Rakyat
Indonesia
Rincian realisasi penyerapan per komponen kegiatan utama program Compact yaitu :
a. Dana Hibah Compact untuk Pelaksanaan Perjanjian (CIF) sebesar USD. 12.000.000
Dana Hibah CIF digunakan untuk membiayai kegiatan persiapan program
Compact. Sesuai Grant Agrement Hibah Compact untuk membiayai kegiatan
persiapan program Compact untuk Pelaksanaan Perjanjian (CIF) sebesar USD.
12.000.000. Sampai dengan tanggal 30 November 2015 realisasi penarikan dana CIF
sebesar USD. 6,934,312.39 atau 57,79% dari total Hibah Compact untuk
Pelaksanaan Perjanjian(CIF) USD. 12.000.000.
Realisasi penggunaan dana CIF tersebut untuk membiayai kegiatan :
Jumlah
764.175.464.896 67,008,327.50
Berikut adalah rincian penyerapan anggaran Satuan Kerja Pengelola Hibah MCC dari
Triwulan I hingga Triwulan IV Tahun Anggaran 2015:
Hibah 411.000.000.000 85.855.213.172 40,88 30.045.586.680 14,31 88.859.650.366 21,62 201.617.971.749 49,06
TOTAL 423.000.000.000 90.462.523.490 21,34 32.161.120.250 7,59 91.342.851.771 21,54 204.572.644.493 48,25
1. Persentase Lokasi Proyek Kemakmuran Monitoring dan Evaluasi Proyek Kemakmuran Hijau
Hijau yang ditetapkan untuk memperoleh
intervensi Energi Terbarukan (100%)
2. Kegiatan Perencanaan dan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Proyek Kesehatan dan Gizi
Pembangunan Partisipatif dan bantuan Berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Anak Pendek
teknis kepada masyarakat di lokasi proyek
Kesehatan (3 Provinsi)
4. Tersedianya 100 Unit Layanan Pengadaan Monitoring dan Evaluasi Proyek Modernisasi
(ULP) Percontohan (komulatif) untuk Pengadaan
proyek Modernisasi Pengadaan (29 ULP)
Unit Pendukung KPA adalah organ satker sebagaimana umumnya yang biasa dibentuk
oleh KPA. Unit Pendukung KPA terdiri dari Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penerbit
SPM, dan Pejabat Pembuat Komitmen. Untuk membantu KPA dalam
mengorganisasikan pekerjaan unit pendukung KPA, maka KPA membentuk Koordinator
Unit Pendukung KPA. Unit Pendukung KPA Unit Pendukung KPA bertugas membantu
KPA sebagai Kepala Satker dalam pengelolaan administrasi keuangan negara yang
berkaitan dengan Program Compact Mendukung proses yang dilaksanakan oleh Tim
Persiapan Program Compact, Sekretariat Satuan Kerja Pengelola Hibah MCC-Indonesia
merekrut beberapa tenaga ahli dan asisten tenaga ahli dengan struktur organisasi sebagai
berikut :1D
No Nama Posisi
Masing-masing tenaga ahli dan tenaga administrasi sesuai dengan bidang tugasnya
melakukan proses fasilitasi untuk menyiapkan berbagai dokumen untuk kelengkapan
persyaratan yang telah ditetapkan oleh program.
Meskipun telah memasuki tahap implementasi sejak EIF, masih terdapat perbedaan status
perkembangan masing-masing Proyek yang dibiayai dengan Hibah MCC. Bentuk
dukungan yang dilakukan UP-KPA Satker Pengelola Hibah MCC disesuaikan dengan
status kesiapan proyek untuk dilaksanakan. Lingkup bentuk dukungan terhadap
pelaksanaan Program Compact yang dilakukan oleh UP-KPA Satker Pengelola Hibah
MCC dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Ketiga aspek manajemen program tersebut disediakan untuk mendukung percepatan dan
perbaikan pelaksanaan Program Compact. Lingkup bentuk fasilitasi Satker Pengelola
Hibah MCC dalam siklus manajemen pelaksanaan Program Compact dapat dijelaskan
sebagaimana disajikan pada Gambar 3.1.
GAMBAR 3.1 FASILITASI UP-KPA SATKER PENGELOLA HIBAH MCC DALAM SIKLUS MANAJEMEN PROGRAM
COMPACT
Pada tahun 2014, dukungan UP-KPA Satker Pengelola Hibah MCC belum sepenuhnya
bisa lepas dari aspek perencanaaan dan pengembangan program, terutama untuk Proyek
Kemakmuran Hijau. Sedangkan untuk Program Compact secara keseluruhan, karena
dipandang implementasinya berjalan lambat maka UP-KPA Satker Pengelola Hibah
MCC mengambil inisiatif untuk penguatan di sisi pengendalian manajemen proyek.
Secara rinci, kegiatan Satker Pengelola Hibah MCC dalam menyediakan fasilitasi
terhadap pelaksanaan Program Compact diuraikan pada bagian berikut ini.
3.4. Publikasi
3.4.1 Publikasi Majalah
Majalah Compact merupakan media publikasi yang dikelola secara profesional. Majalah
Compact menceritakan kegiatan yang telah dilaksanakan sejak proyek mulai berjalan.
Setiap edisi dalam Majalah Compact mengulas satu demi satu perkembangan proyek
dalam Program Compact, yaitu Proyek Kemakmuran Hijau, Proyek Modernisasi
Pengadaan dan Proyek Keehatan Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Anak Pendek.
Nara sumber yang menjadi sasaran utama pusat informasi diambil dari tokoh-tokoh yang
berada di balik kesuksesan proyek sehingga materi yang didapatkan sangat valid dan
informatif.
Dengan merangkul jurnalis handal dari media massa terkemuka di Indonesia, Satker
Pengelola Hibah MCC berkolaborasi menyusun materi majalah sehingga tercipta sebuah
media cetak proyek dengan standar yang tak kalah dengen media serupa lainnya. Sejak
dikembangkan, Majalah Compact sudah terbit sebanyak 7 edisi, 4 edisi dengan masa
produksi 3 bulan sekali di tahun 2013, sementara 3 edisi dengan masa produksi 4 bulan
sekali di tahun ini.
Provinsi; 34
Akademisi; 23
Kedutaan Besar; 77
GAMBAR 3.1 FASILITASI UP-KPA SATKER PENGELOLA HIBAH MCC DALAM SIKLUS MANAJEMEN PROGRAM
COMPACT
Tercatata sebanyak 122 materi yang sudah diunggah dalam blog ini selama awal tahun
2014, sejak Januari sampai 17 Desember 2014, antara lain:
16. Sekretaris Bappeda Provinsi Jambi Harapkan Program Compact Jangan Jadi Macan
Kertas
17. SGA Ujicobakan Modulnya untuk Proyek Kemakmuran Hijau di Jambi
18. Mekanisme Pencatatan dan Pencairan Hibah
19. Bappeda Sulbar Inginkan Implementasi Compact Dapat Palingkan Mata Dunia
20. MCA-I Gelar Forum Investasi Kemakmuran Hijau : Fasilitas Pembiayaan untuk
Biogas POME di Jambi
21. MCA-I Usulkan Revisi Regulasi untuk Program Compact
22. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MCA-INDONESIA
23. BPJS Sosilisasikan Programnya pada Bappenas
24. Tim Ad Hoc Usulkan MCA-I Susun Rencana Konkrit Implementasi Gender
Mainstreaming
25. Kunjungan Lapangan di Perkebunan Kakao : Teknologi Sambung Pucuk Pembibitan
Kakao untuk Peningkatan Pendapatan Perempuan Perdesaan di Mamuju
26. Panel Evaluasi Teknis dalam Proses Pelelangan MCA-Indonesia
27. Halmahera Utara di Mata Sang Sekda
28. LPSE Kota Ternate Jadi Andalan di Maluku Utara
29. Mengintip Sistem Pengadaan di Kabupaten Paling Utara Indonesia
30. Satker Pengelola Hibah MCC Tinjau Sistem Pengadaan di Timur Indonesia
31. Cantiknya Kota Tobelo dan Danau Galela
32. Masjid Raya Al-Munawwar Ternate Nan Megah
33. Sigi Lamo : Saksi Penyebaran Islam di Ternate
34. Benteng Oranye : Kemegahan yang Merana
35. OJK Beri Pendapat tentang Skema Pembiayaan Komersial Proyek Kemakmuran
Hijau
36. Tim Verifikasi Anggaran Bappenas Dapatkan Pembelajaran dari Sumatera Utara
37. Tim Verifikasi Anggaran Bappenas Pelajari Fungsi dan Mekanisme Hibah di Kota
Cirebon
38. Kuliner Seru di Sepanjang Kota Ternate
39. Halmahera di Atas Kepala Burung Papua
40. MWA Saksikan Pelatihan Master Trainer untuk Proyek KGBM di Bandung
41. ULP Kota Banda Aceh Kini : Tetap Warisi Semangat Cut Nyak Dhien
42. Satker Pengelola Hibah MCC Diskusikan Sistem Pengadaan di ULP Kota Sabang
43. MCA-Indonesia Bahas Bersama Modul Tentang Gender untuk Proyek KGBM
44. MCA-Indonesia Kembali Paparkan Skema Komersial Fasilitas Pembiayaan Proyek
Kemakmuran Hijau
45. Penyusutan dalam Aplikasi SIMAK BMN
46. MCA-I Tandatangani Nota Kesepakatan Proyek Kemakmuran Hijau dengan
Kabupaten Kerinci dan Tanjabtim
47. Perayaan Satu Tahun Compact Indonesia, S, Se Puede!
48. Komite Adhoc Gender MWA Minta Pengarus-Utamaan Gender Untuk Keseluruhan
Program Compact
49. Komitmen Satker Pengelola Hibah MCC dalam Pengarus-utamaan Gender (PUG)
Melalui Data Terpilah Penyelenggaraan Rapat
50. Laporan Triwulan Pertama 2014 : Pelatihan Kader Posyandu dan Workshop
Maturity Model dan ULP Menjadi Tonggak Implementasi Program Compact
51. Komitmen Pengentasan Kemiskinan Melalui Dana Hibah Compact : Menanti
Gemintang Taburan USD 3.2 Juta Perhari
52. Melihat Kini : Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi
Anak Pendek
53. MENAKAR KEBERHASILAN PROGRAM : ARAH DAN TUJUAN
AKTIVITAS MONITORING DAN EVALUASI HIBAH MCC
54. Langkah Maju Proyek Modernisasi Pengadaan di Awal Tahun 2014
55. Jalan Panjang Menuju Terang : Catatan Singkat Setahun Kemajuan Proyek
Kemakmuran Hijau
56. Environmental and Social Management System : Awal Gerak Sang Juru Selamat
57. Apa Kabar Gender?
58. MCA-Indonesia Tawarkan Alternatif Skema Pembiayaan Komersial
59. Meriahnya Ulang Tahun Pak Arbain ke-45
60. MCA-Indonesia Kembali Tandatanganani Nota Kesepahaman Pelaksanaan Proyek
Kemakmuran Hijau
61. Pandangan VP MCC untuk Setahun Compact Indonesia
62. PNPM MPd Generasi Dapatkan Tambahan Grant dari MCC untuk Penanggulangan
Stunting
63. Sumatera Utara Sukses Dapatkan Penghargaan di Bidang Gender
64. MWA MCA-Indonesia Hadiri Nutrition Summit di Kantor MCC Amerika Serikat
65. ICCTF Ambil Lesson Learned dari Program Compact MCC
66. Satker Pengelola Hibah MCC Inisiasi Revisi PMK No. 124 Tahun 2012
67. MCA-I Mulai Koordinasikan Penyiapan Pembebasan Pajak Daerah untuk Daerah
Baru Proyek GP
68. Dubes AS Tinjau Contoh Lokasi Pengolahan POME
69. Tinjau Industri Kecil Pengolahan Nenas, MWA Ingin Berdayakan Potensi Rakyat
70. MCA-I Gelar Workshop Perpajakan untuk Susun SOP
71. Saatnya OIG Reviu Program Compact Indonesia
72. Akhirnya Fasilitas Kemakmuran Hijau Resmi Diluncurkan
73. VP MCC Tetap Optimis Pada Fasilitas Kemakmuran Hijau
74. Undangan Pernyataan Minat - Kemitraan Kakao Lestari (MCA-Indonesia)
75. Satker Susun Skenario Investasi GP untuk Energi Terbarukan dan Pengelolaan SDA
76. Satker Beri Masukan Pola Hibah Daerah untuk ICCTF
77. SATKER PENGELOLA HIBAH MCC MENGUCAPKAN SELAMAT IDUL
FITRI 1435 H
78. MCA-Indonesia Siapkan Laporan Kinerja
79. MCA- Indonesia Bahas Tindak Lanjut Skema Hibah
80. Upaya Meng-klik-an Matching Grant Energi Terbarukan
Di tahun 2015, Satker Pengelola Hibah MCC akan memiliki website resmi dengan
domain pemerintah. Wacana pendirian website ini sudah lama didiskusikan sejak
pengelolaan website MCA-Indonesia resmi ditangani oleh Unit Pelaksana Program.
Gairah untuk mengembangkan website Satker Pengelola Hibah MCC kembali mencuat
seiring dengan geliat Program Compact yang kian dinamis. Website yang akan
dikembangkan Satker Pengelola Hibah MCC akan dilekatkan pada website Direktorat
Energi, Telekomunikasi dan Informatika (ETI) Bappenas. Secara garis koordinasi, Satker
Pengelola Hibah MCC berada di bawah kinerja Direktorat ETI. Rencananya, kedua
website tersebut akan dikembangkan bersama dalam tahun ini dan mulai diluncurkan
pada tahun 2015.
Website yang akan dikembangkan akan diperkaya dengan menu yang lebih spesifik
namun lengkap, seperti tentang organisasi dan struktur pendukungnya, peraturan dan
perundangan, laporan penyerapan hibah, galeri foto dan video, kalender kegiatan hingga
link cepat pada website implementing entity. Website yang akan dikembangkan Satker
Pengelola Hibah MCC diharapkan menjadi pelengkap untuk memperkaya informasi dan
pengetahuan masyarakat yang tertarik dengan Program Compact. Website ini akan
sepenuhnya mendukung website resmi MCA-Indonesia yang telah dibangun sebelumnya,
yaitu www.mca-indonesia.go.id. Informasi yang akan disajikan dalam website Satker
Pengelola Hibah MCC lebih mengarah pada peran Pemerintah Indonesia, dalam hal ini
Bappenas sebagai institusi tempat Program Compact berada.
lainnya.
Satker Pengelola Hibah MCC berkewajiban untuk melakukan rekonsiliasi anggaran
belanja, aporan pertanggungjawaban bendahara, laporan pentanggung jawaban UP dan
TUP kepada KPPN serta pengesahan SP2HL. Buah kerja dan kesinambungan Satker PH
MCC melakukan pelaporan dengan dilakukan tepat waktu dan akurat, akhirnya Satker
PH MCC dinobatkan memperoleh Kartu Layanan Utama Ksatria melalui SK Kepala
KPPN Jakarta II Nomor : KEP-028/WPB.12/KP.0201/2015 pada tanggal 30 Juli 2015.
Dengan gelar ksatria yang diperoleh, maka Satker mendapatkan pelayanan prioritas tanpa
antrian di KPPN Jakarta II bersama dengan satker dari kementrian dan lembaga lainnya.
Penghargaan ini merupakan bukti atas prestasi dan kesungguhan Satker PH MCC
dalamtransparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran yang adi di bawah PPK Satker
PH MCC tegas Hari Kristijo, PPK Satker PH MCC. Pengharagaan ini seharusnya dapat
menjadi dorongan untuk seluruh personil sateker agar dapat berkerja lebih baik dan efisien
dalam melakukan kewajiban-kewajiban pelaporan keuangan yang transparan dan
akuntabel
Proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity Project) adalah proyek yang bertujuan
untuk mendorong pembangunan berkelanjutan pada tingkat lokal di Indonesia dengan
meningkatkan produktivitas pertanian dan peri-kehidupan rumah tangga dengan
meningkatkan praktik-praktik tataguna lahan dan pengelolaan sumber daya alam, dan
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan pada emisi gas rumah kaca
berbasis lahan dengan memperluas pendayagunaan energi terbarukan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan diatas, terdiri dari :
(1) Perencanaan Penataan Lahan Berbasis Masyarakat/ PLUP (Participatory Land Use
Planning). Tujuan kegiatan Perencanaan Penataan Lahan Partisipatif (PLUP)
adalah untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang didanai Fasilitas
Kemakmuran Hijau (GP) didesain berdasarkan tata ruang dan data penggunaan
lahan yang akurat dan tepat, dan tunduk pada dan memperkuat undang-undang
nasional, peraturan dan rencana yang ada. PLUP juga akan membantu
memperkuat kapasitas masyarakat setempat dan lembaga tingkat kabupaten untuk
mengelola lahan dan sumber daya mereka sendiri. PLUP menekankan pengaturan
batasan administratif, memperbarui dan mengintegrasi inventaris penggunaan
lahan, dan meningkatkan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan provinsi.
(2) Bantuan Teknis dan Pengawasan/Technical Assistance & Oversight Asisstance. Proyek
Kemakmuran Hijau akan menyediakan bantuan teknis dan supervisi untuk calon
penerima hibah agar dapat menyusun suatu program yang berdasarkan kebutuhan
kongkrit di lapangan, dengan mempertimbangkan aspek efisiensi, efektifitas dan
juga keberlanjutan dari pencapaian program tersebut. Bantuan teknis ini juga
disiapkan untuk memberikan peluang dan akses yang setara kepada calon
penerima hibah untuk mendapatkan fasilitas hibah Kemakmuran Hijau. Selain itu,
skema ini juga ditujukan sebagai bagian dari kendali internal yang juga akan
berkontribusi terhadap strategi pengendalian resiko, melalui pendampingan bagi
calon penerima hibah dalam memetakan resiko pelaksanaan kegiatan, identifikasi
mitigasi dan penguatan skema pengawasan untuk pelaksanaan proyek sesuai
dengan profil resiko yang sudah dipetakan.
No Provinsi Kabupaten
12. Riau
13. Bengkulu
Keterangan:
1. Nomor 1-4 sudah menandatangani Nota Kesepahaman
2. Nomor 5-13 Nota Kesepahaman dan Penilaian Selanjutnya masih dalam
proses
Ada 13 Provinsi hingga saat ini yang mendapatkan intervensi Proyek Kemakmuran Hijau.
Dan hingga saat ini sudah ada 13 Kabupaten di 4 (empat) provinsi yang telah
menandatangani Nota Kesepahaman untuk Proyek Kemakmuran Hijau. Kemudian
untuk Provinsi & Kabupaten terpilih lainnya sedang dalam proses.
Dalam tahapannya, Provinsi dan Kabupaten terpilih dapat memperoleh bantuan teknis
guna memperbaharui tata guna lahan melalui kegiatan Perencanaan Tata Guna Lahan
Partisipatif agar dapat diidentifikasi dan dikembangkan berdasarkan data penggunaan
lahan yang akurat dan transparan, serta penggunaan jasa-lingkungan yang penting secara
efisien.
Kegiatan senilai US$ 25 juta ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua proyek yang
didanai oleh Fasilitas Kemakmuran Hijau dirancang sesuai dengan data spasial dan
informasi guna lahan yang akurat, untuk memerkuat hukum, regulasi dan perencanaan
nasional yang telah ada. PLUP juga membantu meningkatkan kapasitas komunitas lokal
dalam mengelola lahan dan sumber daya alam. Di dalamnya memiliki beberapa aktivitas
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan PLUP, diantaranya:
Guna memastikan pelaksanaan proyek Kemakmuran Hijau berjalan sesuai dengan yang
telah direncanakan, diperlukan adanya bantuan teknis dan pengawasan terhadap setiap
aktivitas proyek. Untuk itu, perlu diatur pelaksanaannya secara sistematis sehingga dapat
meminimalisir permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi selama masa persiapan
hingga implementasi. Kegiatan ini dialokasikan senilai US$ 50 juta dari total alokasi
Proyek Kemakmuran Hijau.
Wujud dalam hal ini adalah dengan adanya fasilitasi Konsultan Manajemen
Proyek/PMC (Project Management Consultant) dan Konsultan Teknis dan Persiapan
Proyek/ TAPP (Technical Assistance & Project Preparation). Hal ini untuk menyediakan
bantuan teknis dan supervisi untuk kabupaten-kabupaten yang memenuhi syarat, sponsor
proyek, dan kelompok masyarakat dalam mengidentifikasi dan mengembangkan potensi
investasi dalam pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang berkelanjutan.
GP Facility atau Fasilitas Kemakmuran Hijau adalah kegiatan utama dari Proyek
Kemakmuran Hijau. Dengan alokasi hibah sebesar US$ 242,5 juta untuk mendukung
pengembangan proyek-proyek pembangunan rendah karbon di dua bidang yaitu:
pengelolaan sumber daya alam dan energi terbarukan dengan meningkatkan dukungan
dan keterlibatan sektor swasta terhadap pembangunan rendah karbon.
Mekanisme pembiayaan fasilitas Kemakmuran Hijau telah diputuskan pada rapat Majelis
Wali Amanat (MWA) MCA-Indonesia pada tanggal 27 Juni 2014. MWA telah
menyetujui bahwa fasilitas pembiayaan Green Prosperity Project (GP Facility) terdiri dari
3 (tiga) jendela/windows hibah yakni:
CAPAIAN
Proyek Kemakmuran Hijau hingga saat ini masih belum mencapai hasil yang
memuaskan. Dari persiapan sejak Entry Into Force hingga saat ini, pencapaiannya antara
lain:
1. Hingga saat ini sudah ada 13 Provinsi dan sudah menandatangani MoU. DRA
(District Readiness Assesment) merekomendasikan 24 Kabupaten Prioritas
yang terdiri dari:
a. 4 Starter District (Prov Jambi: Kab Muaro Jambi, Kab Merangin dan Prov
Sulawesi Barat: Kab Mamuju, Kab Mamasa)
b. 9 Additional District sudah menandatangani MoU
c. 11 Expansion District masih menunggu penandatangan MoU
Selain itu akan ada kabupaten tambahan lagi sebanyak 12 Kabupaten dari
Proposal Cokelat yang sudah masuk untuk Hibah Kemitraan Kakao Lestari.
Rencananya akan diusulkan kepada MWA untuk memperluas lokasi dengan
membuka di seluruh Indonesia untuk Hibah Energi Terbarukan skala
Komersial.
3. Dari 24 Kabupaten Prioritas dari 13 Propinsi hingga saat ini statusnya sebagai
berikut:
a. Pembentukan Tim Koordinasi yang terdiri dari SKPD dari jajaran Pemda;
b. MSF (Multi Stakeholder Forum) dilaksanakan secara regular sebagai wadah
pemangku kepentingan local guna mengumpulkan informasi potensi dan
menggalang dukungan local;
c. Pelaksanaan kegiatan Participatory Land Use Planning (PLUP) dengan
dukungan Pemda akan segera dilaksanakan
d. Beberapa organisasi, lembaga dan konsorsium sudah teridentifikasi sebagai
peminat Hibah Kemitraan.
A.1. Ringkasan prioritas kegiatan dan hasil yang dicapai pada akhir triwulan-11:
Bantuan ini diberikan untuk membantu agar kualitas proposal sesuai dengan
standar dan prosedur yang berlaku. Selama ini dukungan-dukungan
pendanaan untuk pengembangan energy terbarukan serta konservasi
lingkungan hidup tidak banyak dimanfaatkan oleh pelaku ditanah air, karena
rencana tidak terpenuhinya standar kualitas proposal yang ditetapkan oleh
penyedia dana. Melalui dukungan Technical Assistance and Oversight/Bantuan
Teknis dan Pengawasan dari MCA-Indonesia ini diharapkan dapat
membantu pelaku-pelaku di tanah air dapat memiliki pengalaman dan
pengetahuan untuk berpartisipasi dalam pengembangan energy terbarukan
serta konservasi lingkungan hidup.
Capaian yang berhasil diraih pada pelaksanaan Jendela Hibah-2, adalah telah
dimulainya kegiatan seleksi terhadap 321 kertas konsep (Concept Note) setelah
dibukanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengajukan usulan
pemanfaatan hibah pada bulan November 2015. Sampai dengan bulan
Desember, sebanyak 92 kertas konsep dianggap memenuhi untuk penilaian
tahap selanjutnya.
Triwulan 12 merupakan awal kegiatan untuk tahun 2016, yang merupakan tahun
implementasi penuh dari seluruh kegiatan Program Compact. Secara umum,
prioritas yang diharapkan dapat dicapai pada triwulan pertama tahun 2016 dapat
dirinci dalam aktivitas-akitivitas sebagai berikut:
Target prioritas pelaksanaan Hibah Pengetahuan Hijau pada awal tahun 2016
ini adalah dimulainya pelaksanaan kegiatan dengan ditandainya mobilisasi
Kolaka Utara
Sumba Tengah
Luwu Timur
Mamasa
Lombok Tengah
Lombok Utara
0 2 4 6 8 10 12 14
3%
20% 3 Billion - 6 Billion
20%
7 Billion - 10 Billion
5% 11 Billion - 17 Billion
20%
18 Billion - 22 Billion
> 26 Billion
Dengan dibentuknya Unit Layanyan Pengadaan pada tingkat lokal maupun nasional,
maka diperlukan tenaga kerja yang profesional agar pekerjaan dengan praktek yang
baik (good practices) dapat dilaksanakan. Dengan demikian maka proyek Modernisasi
Pengadaan akan melaksanakan kegiatan penguatan ULP pada dengan detail kediatan
diantaranya:
i. Menentukan kebutuhan standar sumber daya manusia dan memperkuat
kemampuan operasional ULP;
ii. Melibatkan ULP dalam pelaksanaan Proyek Modernisasi Pengadaan, untuk
menetapkan kelayakan dan praktek lokal yang baik;
iii. Mendukung strategi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) untuk pengembangan sumber daya manusia;
iv. Mendukung pengembangan modul pelatihan, berkoordinasi dengan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, untuk mengembangkan kompetensi
auditor negara dalam melaksanakan audit kepatuhan dan kinerja pada sistem
pengadaan.
Namun demikian masih perlu adanya pengembangan detail rencana kegiatan agar proyek
dapat diimplementasikan secara penuh. Secara garis besar, capaian proyek Modernisasi
Pengadaan tahun 2014 sudah sesuai dengan target yang direncanakan.
Kab.
Dharmasraya
Prov.
Kepulauan Riau
Kab.
Berau Kab.
Kab. Prov. Bone
Muoro Jambi Bolango
Gorontalo
Kab. Kab.
Musi Kota Minahasa
Banyuasin Balikpapan Utara
Kab.
Banggai
Kab. Kab.
Solok Kab.
Sorolangun Mamuju
Kab.
Kota Tangerang Banjar Prov. Muluku
Kab.
Maros
BMKG
Kemen. Kesehatan
Kemen. Luar Negeri Kota
Kemen. Perdagangan ITB Jogjakarta
DKI Jakarta Kota Prov. NTB
Sukabumi Kab.
Pasuruan Kab. Badung Prov. NTT
Kota
Cimahi
Sumber:
* Work Plan for 2014 (MCA-Indonesia Compact Planning Workshop, Bogor 27-31 Januari 2014)
** Laporan Bulanan Kemajuan Program Compact (Juli, Agustus, Oktober)
Laporan MCA-Indonesia Quarterly Performance report, July-September 2014)
Laporan Akhir Tahun Satker Pengelola Hibah MCC 2015
Laporan Akhir Tahun Satker Pengelola Hibah MCC 2015
Komponen proyek, kegiatan, target capaian kegiatan dan target capaian pada tahun 2014 Proyek
Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat dapat dilihat pada Tabel ....
Pengembangan desain kegiatan Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat telah dapat
diselesaikan pada tahun 2013. Oleh karena itu, pada tahun 2014 kegiatan Proyek Kesehatan dan
Gizi berbasis Masyarakat sudah siap untuk diimplementasikan. Meskipun demikian sejumlah
persiapan masih harus dimantapkan agar kegiatan dapat diimplementasikan secara penuh.
Secara umum kinerja pelaksanaan Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat sudah dapat
memenuhi target kegiatan yang direncanan pada tahun 2014. Pencapaian tersebut antara lain:
Membandingkan antara rencana dengan realisasi pelaksanaan kegiatan, maka secara umum
PKGBM relatif dapat dijalankan sesuai rencana. Keterlambatan pelaksanaan terjadi dalam
pelatihan-pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten. Hal tersebut terutama karena mekanisme
pembayaran kegiatan yang dapat memenuhi ketentuan aturan keuangan MCC maupun sistem
keuangan Pemerintah Inddonesia masih dalam tahap finalisasi.
Jika memperhatikan pada pencapaian pada tahun 2014, maka pelaksanaan kegiatan pelatihan,
distribusi multiple micro nutrient, dan kampanye penyadaran akan dapat dilakukan pada tahun
2015.
Perbandingan realisasi dan rencana kegiatan Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat
secara ringkas disajikan pada Tabel ....
Tabel 2.6 Perbandingan Realisasi dan Rencana Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat
Tahun 2014
NO KEGIATAN RENCANA* REALISASI** KETERANGAN
B. Training
Sumber:
* Work Plan for 2014 (MCA-Indonesia Compact Planning Workshop, Bogor 27-31 Januari
2014)
** Laporan Bulanan Kemajuan Program Compact (Juli, Agustus, Oktober)
LaporanMCA-Indonesia Quarterly Performance report, July-September 2014)
Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat adalah proyek yang bertujuan
Mengurangi dan mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah, pendek, dan
kekurangan gizi di lokasi proyek, dan meningkatkan pendapatan keluarga melalui
peningkatan produktivitas dan tabungan.
Untuk mencapai tujuan proyek, strategi pelaksanaan yang akan dilakukan diwujudkan
dalam bentuk kegiatan (1) Community Based Project Activity, yang dilaksanakan melalui
kegiatan PNPM Generasi, dengan mendukung penyediaan dana bagi kegiatan
peningkatan kualitas kesehatan yang direncanakan sendiri oleh masyarakat, dan
menyediakan dukungan tenaga pendamping, (2) Supply Side Activity, yang
B.1. Ringkasan prioritas kegiatan dan hasil yang dicapai pada akhir triwulan-11:
Sesuai dengan target yang menjadi prioritas utama pada triwulan ke-11, maka
setelah disepakatinya Surat Keputusan KPA nomor 001 /KP A.MCC/
08/2015, tentang Pengangkatan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK), dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) Program Kesehatan
Dan Gizi Berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Stunting pada Satuan
Kerja Pengelola Hibah MCC pada tanggal 18 Agustus 2015, dan telah
berhasil dilakukan ujicoba di Kabupaten Magetan Jawa Timur, kegiatan
pelatihan sudah mulai dilaksanakan. Selama triwulan 10, Unit Pelaksana
Program sudah mentransfer dana sebesar Rp. 8 Milyar, dan dilanjutkan
transfer dana ke-2 sebesar Rp. 13 Milyar pada bulan Oktober 2015. Dengan
adanya penyediaan dana ini proses pelatihan PMBA, pelatihan Pemantauan
59% 58%
60%
48%
40%
Achievement Target %
IYCF Training Posyandu Cadres 1,545 10,800 14%
Bidan 231 5,400 4%
Puskesmas Officer 620 1,280 48%
District Officer 74 128 58%
Provincial Officer 13 22 59%
Master Trainer 33 31 100%
Achievement Target %
GM Training Puskesmas Officer 145 1,280 11%
District Officer 93 128 73%
Provincial Officer 3 22 100%
National Facilitator 48 48 100%
Achievement Target %
Triggering Training Village Staff - 4,368 0%
Puskesmas Officer - 2,560 0%
District Officer 129 499 17%
Provincial Officer 24 128 101%
Master Trainer 4 22 109%
3. Kampanye Nasional
Dengan hasil yang dapat dicapai selama tahun 2015, maka untuk selanjutnya,
prioritas yang diharapkan dapat dicapai pada awal 2016 dapat dirinci dalam
aktivitas-akitivitas sebagai berikut:
Fokus lain yang menjadi perhatian adalah memulai proses pelibatan pihak
swasta untuk mendukung kegiatan penanggulangan stunting dan kurang gizi
pada anak, yang dijanjikan kepada MWA MCA-Indonesia akan mulai
dilaksanakan pada bulan Januari 2016.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang dilaksanakan oleh Proyek Modernisasi
Pengadaan Barang dan Jasa adalah dengan menyediakan dan meningkatkan tenaga
professional dibidang Pengadaan barang dan jasa, meningkatkan kapasitas
kelembagaan Unit Layanan Pengadaan dan menyiapkan iklim yang kondusif melalui
kebijakan yang diperlukan dalam peningkatan kualitas pengadaan barang dan jasa.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk pelaksanaan strategi ini diantaranya
adalah :
C.1. Ringkasan prioritas kegiatan dan hasil yang dicapai pada akhir triwulan-11:
600 500
450
400 257
200 113
50
0
0
Staff ULP Non Staff ULP Auditor
Capaian Target
324 orang terdiri dari 216 staff ULP dan 108 non staff ULP berhasil dilatih
dengan materi pelatihan Pengembangan Organisasi.
keuangan dan 4 jenis kontrak payung untuk regional yang sedang dalam
proses.
2. Policy Activity
Secara umum, prioritas yang diharapkan dapat dicapai sampai dengan awal 2016
dapat dirinci dalam aktivitas-akitivitas sebagai berikut:
Dalam rangka pencapaian target yang harus dicapai sampai dengan akhir
program Compact, maka selain melanjutkan proses pendampingan bagi
ULP fase pertama yang belum mendapatkan status mandiri dan
permanen, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan proses persiapan
pelaksanaan fase-2 untuk melakukan proses identifikasi status
kelembagaan dan personalia di calon ULP yang akan didampingi. Fokus
lain yeng menjadi perhatian adalah memastikan terjadinya komunikasi
antara LKPP dengan Kementerian Dalam Negeri terkait dengan
pembentukan lembaga ULP ditingkat kabupaten. Guna mendukung
proses penetapan dan pengangkatan pejabat fungsional, maka fokus yang
lain dalam proses pengembangan kelembagaan dan organisasi ini adalah
melakukan sosialisasi PERKA LKPP tentang jabatan fungsional.
c. PMIS
Prioritas kegiatan PMIS untuk tahap awal tahun 2016 diantaranya adalah
mengembangkan dan melengkapi 5 modul yang terdiri dari (1) Data
Warehouse/ Reporting/ M&E, (2) General Procurement Planning, (3)
Contract Management, (4) Purchasing, and (5) Advanced Modules.
2. Policy Activity
Untuk memaksimalkan dampak sosial positif Proyek, menanggapi isu-isu lintas sosial
dan gender, seperti perdagangan manusia, buruh anak dan paksa, dan HIV/AIDS,
serta untuk menjamin kepatuhan dengan Kebijakan Gender MCC, dalam pelaksanaan
program compact ini dikembangkan sebuah rencana integrasi sosial dan gender
menyeluruh yang, minimum, mengidentifikasi pendekatan konsultasi teratur,
bermakna dan partisipatif dengan perempuan dan kelompok rentan/kurang terwakili,
mengkonsolidasikan temuan dan merekomendasikan analsia sosial dan gender yang
spesifik untuk Proyek dan menguraikan strategi-strategi untuk memasukkan temuan-
temuan analisa sosial dan gender kedalam rancangan Proyek akhir (Rencana Integrasi
Sosial dan Gender); dan menjamin, lewat pemantauan dan koordinasi selama
pelaksanaan, bahwa rancangan Kegiatan akhir, dokumen tender konstruksi dan
rencana pelaksanaan yang konsisten dengan dan memasukkan hasil dari analisa sosial
dan gender serta rencana integrase sosial dan gender.
Target kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan Kinerja Social dan Gender pada
Triwulan-11 adalah
Melalui Program Compact ini akan dijamin bahwa Proyek-Proyek yang akan
dilaksanakan akan mematuhi semua hukum dan peraturan, lisensi dan ijin lingkungan
nasional. Untuk itulah Penilaian Kinerja Sosial dan Lingkungan ini akan
dikembangkan pelaksanaanya dengan memenuhi kriteria sebagaimana telah diatur
dalam Environment & Social Performance baik dari Tier-1, tier-2 dan Tier-3.
Target kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan Penilaian Kinerja dan Sosial
pada Triwulan-11 adalah :
(1) Proyek Kemakmuran Hijau, adalah terkait untuk memastikan isu lingkungan
pada setiap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh proponen dalam
memanfaatkan dana Compact.
(2) Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk mengurangi Stunting
adalah memastikan proses pelaksanaan kegiatan partisipasi masyarakat yang
dikoordinir pelaksanaannya oleh PNPM Generasi memiliki acuan standar
untuk aspek lingkungan. Pada kegiatan pemberian makanan tambahan serta
micronutrient untuk anak, terkait dengan kualitas bahan yang akan
digunakan harus memenuhi mekanisme pengendalian dan control yang
sudah disusun.
D.1. Ringkasan prioritas kegiatan dan hasil yang dicapai pada akhir triwulan-
11:
jendela hibah, bantuan teknis dan tata guna lahan, sehingga dapat
berkontribusi secara lebih kongkrit terhadap tujuan utama proyek GP.
Rencana kerja unit telah disusun sesuai dengan mandat yang tertuang dalam
dokumen rencana ME (MCAI Monitoring and Evaluation Plan 2014).
Rencana pengadaan untuk firma yang akan membantu melakukan
pengumpulan baseline, midline dan end line data telah disetujui oleh MWA
pada 2 Oktober 2015.
Secara umum kegiatan M&E adalah memberikan informasi status proses yang
sedang dilaksanakan dalam kaitannya dengan mekansime yang telah ditetapkan,
serta membantu memberikan informasi terhadap status pencapaian out-put, out-
come dan impact terhadap proyek yang dilaksanakan. Lebih lanjut dari tugas
M&E adalah melakukan knowledge management untuk menangkap dan
mengambil pelajaran baik dari pelaksanaan proyek, agar dapat digunakan
sebagai masukan jika ada kegiatan-kegiatan sejenis yang akan dilaksanakan.
penajaman program logic ini dapat dihasilkan dua keluaran penting yaitu
indicator dan target tahunan yang memudahkan proses monitoring dan
penilaian kinerja proyek.
2. Pentingnya finalisasi rencana multi tahun, sehingga target tahunan dapat
dipergunakan sebagai basis pelaporan dan monitoring, dan juga menjadi
indicator kinerja setiam proyek. Proses finalisasi ini tentunya harus
melibatkan berbagai pihak yang terkait sehingga memerlukan waktu yang
tidak sedikit.
3. Proses review dan perbaikan beberapa indicator di Indicator Tracking Table
(ITT) akan sangat tergantung kepada kualitas progam logic project, seberapa
jauh validitas asumsi yang digunakan pada saat desain strategi program, dan
seberapa jauh kualitas analisa kesenjangan (gap analysis) dan identifikasi akar
masalah (problem tree) yang akan dijawab dengan pelaksanaan program.
4. Pentingnya finalisasi konsep design kajian dampak (impact assessment) dan
pengambilan data untuk GP dan PM, agar hasil yang didapatkan dapat
digunakan oleh semua pihak sebagai bahan pembelajaran, dan juga basis
pembuatan model untuk di replikasi oleh para pembuat kebijakan dan pihak
lain yang terkait.
5. Pentingnya ditegaskan kembali mekanisme aliran data dan informasi dari
masing-masing pelaksana untuk kebutuhan penyusunan laporan.
1. Manajemen
Pengelolaan Hibah dari sisi Unit Pelaksana Program ini, dilakukan dengan
struktur organisasi yang terdiri dari Direktur Eksekutif, Wakil Direktur
Eksekutif, Direktur, Wakil Direktur, Manajer, Spesialist dan pelaksana, yaitu
konsultan baik individu maupun lembaga.
2. Personalia
G.2. Pengadaan
Pelatihan (Pemberian Makanan Bayi & Anak, Menyelesaikan semua kegiatan pelatihan di 2016
Pemantauan Pertumbuhan dan Pemicuan
Sanitasi) (jumlah peserta untuk dilatih 23,657)
Kampanye Nasional untuk mengurangi Menjangkau 5 juta target audiens secara nasional dan
Stanting implementasi kegiatan di 3 distrik
Pengadaan IFA, micronutrients dan Semua proses pengadaan ditargetkan selesai di awal
anthropometry kits 2016.
Pelatihan ketrampilan pengadaan Estimasi target pelatihan untuk 500 orang (ULP dan non ULP) -
terdiri dari 300 peserta dari Phase 1 dan 200 peserta dari Phase 2.
Penguatan kelembagaan Mentoring di 44 ULP percontohan (29 ULP dari phase 1 dan 15
ULP dari phase 2) dan pengangkatan 500 jabatan fungsional
Kebijakan dan prosedur pengadaan Studi mengenai regulasi dan kebijakan selesai dilakukan dan
public yang berkelanjutan rekomendasi tindak lanjut diberikan kepada LKPP.
Total proyek PM
Jendela hibah skala komunitas Semua kontrak kerjasama di jendela hibah ini
ditandatangani dan mulai implementasi
Jendela hibah energi terbarukan skala 10 kontrak kerjasama ditandatangani dan masuk tahap
komunitas implementasi
Jendela hibah energi terbarukan skala 19 kontrak kerjasama (dari tahap 1) ditandatangani dan
komersial masuk tahap implementasi
W3b tahap 2
Pendampingan teknis dan pengawasan Semua hibah untuk pendampingan teknis dan
(Technical Assistant and Oversight) pengawasan selesai diimplementasikan (total terdapat
51 paket hibah yang tersebar di semua jendela hibah)
Total proyek GP
5.1.1. UPP
5.1.2. UP KPA
5.2.1. UPP
5.2.2. UP KPA
RAB satker 2016
Gambar 3.2 Alur Berita Acara Serah Terima Barang yang Dihasilkan
Hibah MCC
Aset yang dihasilkan oleh Program Compact adalah semua jenis barang, berwujud
maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak yang diperoleh melalui
penyaluran dana hibah Program Compact.
Oleh karena aset akan diserahterimakan kepada pihak ketiga, maka aset Program
Compact termasuk dalam golongan aset lancar, dan serah terima harus dilakukan segera.
Penyaluran dana Program Compact dicatatkan dalam Akun 526. Menurut PB. 80 Tahun
2011 Akun 526 adalah untuk Belanja Barang untuk Diserahterimakan kepada
Masyarakat/Pemerintah Daerah. Belanja Barang ini mencakup:
Pasal 17 PMK 124/2012 menyatakan bahwa aset dicatat sebagai BMN, kemudian
diserahterimakan kepada Kementerian Negara/Lembaga yang mengusulkan kegiatan;
Kemudian berdasarkan PB 80/2011 belanja dicatat pada Akun 526 sehingga harus
segera diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah/Masyarakat;
Serah terima harus dilakukan segera, sebelum masa pemeliharaan berakhir untuk
meminimasi resiko pengelolaan aset.
b. Restrukturisasi Bappenas
Sejak dibentuknya kabinet Indonesia Bersatu oleh Presiden Joko Widodo, peranan
Kementerian PPN/Bappenas mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu dengan
perombakan struktur organisasi dengan menghilangkan posisi wakil menteri. Sementara itu,
dalam rancangan struktur organisasi MWA MCA-Indonesai dengan menempatkan wakil
menteri PPN/Bappenas didalam anggota mwa diperkirakan akan memudahkan
pengkoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan proyek pada program-program yang
dilaksanakan oleh kementerian dan lembaga. Dengan pemikiran perlunya pengkoordinasian
ini majelis wali amanat bersama dengan pihak donor serta kementerian terkait sepakat untuk
merubah struktur anggota mwa dengan menambahkan posisi sekretaris menteri koordinator
bidang perekonomian sebagai anggota mwa. Dengan penambahan ini diharapkan
pengkoordinasian dengan kementerian dan lembaga terkait dapat berjalan lebih efektif dalam
mendukung pelaksanaan proyek.
c. Proses Peralihan
Menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi, majelis wali amanat menyampaikan kepada
menteri PPN/Bappenas untuk melakukan perubahan ketentuan anggota majelis wali amanat
yang tercantum pada permen PPN/Bappenas nomor 2 tahun 2012, yang sebelumnya tidak
melibatkan kementerian koordinator bidang perekonomian untuk selanjutnya dimasukan
sebagai anggota majelis wali amanat.
Atas usulan tersebut dan mengikuti ketentuan dalam pedoman tata kelola BAB III Majelis Wali
Amanat huruf c tentang seleksi, pengangkatan dan masa jabatan yang disebutkan pada angka
1 bahwa anggota perwakilan pemerintah dipilh oleh pimpinan kementerian yang
bersangkutan, serta telaah dan pendapat hukum dari Biro Hukum Kementerian
PPN/Bappenas, maka menteri bappenas mengirimkan permohonan kepada menteri
koordinator bidang perekonomian untuk mengijinkan sekretaris menteri menjadi salah satu
anggota mwa MCA-Indonesia. Atas permohonan tersebut, menteri koordinator bidang
Pedoman Tata Kelola BAB III Majelis Wali Amanat huruf c tentang seleksi, pengangkatan dan masa
jabatan yang disebutkan pada angka 6 yang menyebutkan bahwa Jika Seseorang yang menjabat
sebagai anggota perwakilan pemerintah mengundurkan diri atau diberhentikan dari lembaga
pemerintah tersebut, maka jabatan anggota tersebut di MWA akan diambil alih oleh pejabat yang
menggantikan dalam kapasitas pemerintah tersebut. Seiring dengan perubahan kabinet
pemerintahan presiden Joko Widodo, didalam Kementerian Dalam Negeri terjadi restrukturisasi
nomenklatur organisasi yang sebelumnya Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
selanjutnya diubah menjadi Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa. Sehingga perlu dilakukan
penyesuaian terhadap keanggotaan MWA dari perwakilan Kementerian Dalam Negeri. Dengan
perubahan ini, maka Bapak Tarmizi A. Karim yang sebelumnya menjadi wakil dari Kementerian Dalam
Negeri digantikan oleh Bapak Nata Irawan.
Selain itu, dengan diangkatnya anggota MWA dari perwakilan dunia usaha yaitu Bapak Rahmat Gobel
sebagai Menteri Perdagangan, maka perlu dilakukan penggantian posisi anggota MWA dari unsur
perwakilan dunia usaha. Berdasarkan Pedoman Tata Kelola BAB III Majelis Wali Amanat huruf c
tentang seleksi, pengangkatan dan masa jabatan yang disebutkan pada angka 7 menyebutkan bahwa
Perwakilan Non Pemerintah harus diseleksi melalui proses yang transparan, obyektif, tidak
diskriminatif dan akuntabel dan disetujui oleh MCC. Pemilihan perwakilan dilaksanakan oleh masing-
masing organisasi tersebut. Atas pengangkatan tersebut, Bapak Rahmat Gobel mengajukan surat
permohonan pengunduran diri dari anggota MWA MCA-Indonesia kepada Menteri PPN/Bappenas.
Atas permohonan tersebut, atas nama Menteri PPN, Wakil Menteri PPN/Bappenas mengirimkan surat
kepada Kadin untuk melakukan pemilihan sesuai dengan prosedur dan tata laksana pemilihan wakil
kalangan dunia usaha yang berlaku. Berdasarkan hasil koordinasi dengan KADIN, karena proses
pemilihan wakil dunia usaha yang pertama sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang memenuhi
aspek transparan, obyektif dan tidak diskriminatif dan akuntabel, KADIN mengusulkan untuk
mengangkat peringkat kedua dari hasil pemilihan yang dilakukan pertama kali. Usulan mekanisme ini
disetujui oleh MCC dan diputuskan wakil dari kalangan dunia usaha selanjutnya adalah Bapak
Anugerah Pekerti. Dari hasil keputusan tersebut, KADIN meminta konfirmasi kesediaan kepada Bapak
Anugerah Pekerti untuk menggantikan posisi Bapak Rahmat Gobel sebagai anggota MWA MCA-
Indonesia wakil dunia usaha. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Bapak Anugerah Pekerti yang
menyanggupi untuk menjadi anggota MWA MCA-Indonesia wakil dunia usaha, selanjutnya Ketua
KADIN mengirimkan surat kepada Menteri PPN/Bappenas untuk melakukan penggantian anggota
MWA MCA-Indonesia dari kalangan dunia usaha yang awalnya dijabat oleh Bapak Rahmat Gobel
digantikan oleh Bapak Anugerah Pekerti.
Atas dasar beberapa hal tersebut diatas, selanjutnya Menteri PPN/Bappenas mengangkat Bapak
Anugerah Pekerti menjadi anggota MWA MCA-Indonesia wakil Dunia Usaha.
Monitoring adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis untuk melihat
kemajuan dari suatu project
Monitoring bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari sebuah project
atau organisasi.
Monitoring berdasarkan target dan kegiatan yang telah direncanakan selama proses
pekerjaaan berlangsung.
Monitoring dapat membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya, dan managemen mudah
mengetahui suatu kesalahan dalam pekerjaan.
Monitoring memungkinkan anda untuk menentukan sumber mana yang tersedia dengan
cukup baik dan dapat digunakan, dan juga kapasitas yang mencukupi dan sesuai, sehingga
anda dapat melakukan apa yang telah anda rencanakan.
Mekanisme Monitoring
Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada. Untuk monitoring di tingkat lapangan dapat dilakukan
dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para stakeholder yang terlibat dalam
kegiatan, atau dengan presentasi setiap kegiatan oleh penerima manfaat pada waktu yang
disepakati.
Sedangkan untuk monitoring yang dilakukan oleh Tim pelaksana program akan
dilakukan dengan cara presentasi dan dilanjutkan dengan kunjungan ke lapangan.
Fokus Monitoring
Dalam pelaksanaannya monitoring di tingkat lokal maupun tingkat managemen pusat
akan di fokuskan pada :
INPUT : Pendanaan, SDM, Peralatan
Acuan Monitoring
Dalam pelaksanaan monitoring mengacu pada :
1) Kegiatan
2) Rencana Kinerja Masa Program
3) Penetapan Kinerja
4) Term of Reference (TOR) / Kerangka Acuan Kerja / Logframe
5) Laporan Kemajuan Kegiatan
6) Hasil monitoring pendamping program
7) Self Assesment
Waktu Pelaksanaan Monitoring
Pelaksanaan monitoring di tingkat managemen lokal dilakukan secara intensif setiap
minggu, sedangkan untuk tingkat managemen pusat dilakukan dalam setiap pelaksanaan
kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
BAB III
Evaluasi Kegiatan