Halaman
1
Abdullah Suriosubroto
Biografi
Mengikuti jejak ayah angkatnya, Abdullah masuk sekolah kedokteran di Batavia (kini
Jakarta). Kemudian dia meneruskan kuliahnya di Belanda. Di sana, dia beralih ke seni lukis dan
masuk sekolah seni rupa. Sepulangnya di Indonesia, dia meneruskan karirnya sebagai pelukis.
Abdullah dipandang sebagai pelukis Indonesia yang pertama di abad ke-20. Benda lukisan
kesukaannya adalah pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran yang dijuluki "Mooi Indie"
("Hindia Indah").
Abdullah mulai menetap beberapa tahun di Bandung agar dekat dengan alam yang dia
suka lukis. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta, di mana dia meninggal tahun 1941.
2
Basuki Abdullah
Biografi
Masa Muda
Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto, yang juga seorang pelukis dan
penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada
awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai
gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi,Rabindranath Tagore, Yesus
Kristus dan Krishnamurti.
Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat
bantuan Pastur Koch SJ, Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di
3
Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan
studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
Aktivitas
Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basoeki Abdullah (1978). Kini disimpan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Pada masa Pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat
Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra ini Basoeki Abdullah
mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa
Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi Poetra, Basoeki Abdullah juga aktif
dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi,
Pada tanggal 6 September 1948 Basuki bertempat tinggal di Belanda Amsterdam sewaktu
penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87
Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik,
keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang
ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, diapun melukis pemandangan alam,
fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya. Basoeki Abdullah banyak mengadakan
4
pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan
di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang,Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22
negara yang memiliki karya lukisan Basoeki Abdullah. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri
diantaranya beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka dan sejak
Raden Saleh
Biografi
Masa Muda
Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang.
Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-
orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu
bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).
5
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh
bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der
Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Lukisan
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks.
Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian
takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis Gerricault(1791-1824) dan Delacroix ini
diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-
abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.
Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada
tahun 1830 terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh
menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut
bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan
dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke
tempat pembuangan.
Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan
dengan baik di Istana Mangkunegaran, Solo. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 gulden. Berapa
nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu
lukisannya yang berukuran besar, Berburu Rusa, tahun 1996 terjual di Balai Lelang
Christie's Singapura seharga Rp 5,5 miliar.
6
Henk Ngantung
Biografi
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau juga dikenal dengan nama Henk Ngantung(lahir
di Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921 meninggal di Jakarta, 12 Desember 1991pada umur 70
tahun) adalah seorang pelukis Indonesia dan Gubernur Jakarta untuk periode 1964-1965.
Karier
Sebagai pelukis
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan
formal. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut medirikan "Gelanggang". Henk juga pernah
menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958.
Gubernur DKI
Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai deputi
gubernur di bawah Soemarno. Saat itu banyak kalangan yang protes atas pengangkatan Henk
Ngantung. Soekarno ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Dan, Ngantung
dinilainya memiliki bakat artistik.
Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga harus menjual rumah di pusat
kota untuk pindah ke perkampungan. Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh
serangan penyakit mata dan dicap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia tanpa pernah disidang,
7
dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir
hayatnya tinggal di rumah kecil di gang sempit Cawang, Jakarta Timur.
Kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang
membuat mata kanan buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis
dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat
ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama
dan terakhir Henk.
Karya
Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang
melambaikan tangan yang berada di bundaranHotel Indonesia merupakan hasil sketsa Henk. Ide
pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan design awalnya dikerjakan oleh Henk
Ngantung yang pada saat itu merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat sketsa
lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad.
Lukisan hasil karya Henk antara lain adalah Ibu dan Anak yang merupakan hasil karya terakhirnya
8
Heri Dono
Biografi
Heri Dono (12 Juli 1960, Jakarta) ialah seorang seniman yang sekarang berbasis
di Yogyakarta, Indonesia. Semenjak kuliah di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, dan memenangkan
penghargaan lukisan terbaik dua kali pada tahun 1981 dan 1985, kariernya terus menanjak ke berbagai
pameran kelompok maupun tunggal di seluruh penjuru dunia. Medium yang digunakannya beraneka
ragam, tapi pilihannya sering jatuh pada karya instalasi yang menggunakan materi-materi 'sehari-hari'
dan berteknologi sederhana. Di dalam figur-figur yang muncul pada karyanya, seringkali bisa dilihat
pengaruh wayang kulit.
Pameran Lukisan
9
Free-DOM, Bentara Budaya, Jakarta, Indonesia
2000: Dancing Demons and Drunken Deities, The Japan Foundation Forum, Tokyo, Jepang
Utagawa Kuniyoshi
10
Biografi
Kuniyoshi dilahirkan tahun 1797 sebagai putra Yanagiya Kichiemon, seorang tukang celup kain
di Nihonbashi, Edo. Nama aslinya adalah Igusa Yoshisabur. Nama lain yang juga digunakannya
adalah Ichiysai atau Chr Ia mulai memakai nama Utagawa Kuniyoshi sejak berusia 15 tahun
setelah Utagawa Toyokuni I menerimanya sebagai murid. Nama Kuniyoshi merupakan gabungan dari
nama aslinya, Yoshisabur dan nama sang guru Toyokuni. Di antara murid Toyokuni terdapat Utagawa
Kunisada yang juga dikenal sebagai pelukis ukiyo-e. Setelah beberapa tahun berguru, pada tahun 1814,
Kuniyoshi mulai menerbitkan sendiri karya-karyanya. Pengetahuan melukis terus diperdalamnya sambil
membantu Kunisada, seniornya yang sudah mapan sebagai pelukis aliran Utagawa. Lukisan
seri Suikoden(Batas Air) hasil karya Kuniyoshi banyak disukai orang. Lukisan tersebut diterbitkan
tahun 1827 setelah Toyokuni meninggal.
Kuniyoshi sudah berusia lebih dari 30 tahun ketika masuk ke dalam jajaran pelukis terkenal.
Seperti juga gurunya, Kuniyoshi banyak menerima murid. Di antara murid-muridnya terdapat Kawanabe
Kysai dan Tsukioka Yoshitoshi. Kysai dikenal dengan pelukis "gambar-gambar unik", sedangkan
Yoshitoshi dikenal sebagai "pelukis ukiyo-e terakhir". Kuniyoshi, 65 tahun, meninggal dunia 14
April1861 setelah lumpuh akibat stroke di tahun 1855.
Karya
Lukisan serbuan malam, adegan ke-11 Chshingura (Chshingura jichidanme yasatsu no zu)
Kuniyoshi senang menggambar tokoh sejarah, legenda, dan hikayat. Karyanya terdiri dari
berbagai macam genre, mulai dari gambar aktor kabuki (yakusha-e), gambar samurai (musha-e),
gambar wanita cantik (bijinga), lukisan pemandangan (fkeiga), lukisan tempat terkenal,(meisho-e)
11
hingga gambar erotis (shunga) dan karikatur (giga). Lukisan ukuran besar (triptika) menjadi ciri khas
Kuniyoshi, tiga lembar kertas berukuran ban (36 x 25 cm) dijajarkan menjadi satu untuk gambar ikan
paus, kerangka manusia, hingga hantu ukuran besar.
Ciri khas lain lukisan Kuniyoshi adalah semangat bermain-main dalam bentuk lukisan ilusi
(yose-e). Sepintas lalu, bila lukisannya diamati yang terlihat adalah wajah satu orang atau seekor
binatang. Namun bila diamati lebih lanjut, di dalam lukisan tersembunyi sejumlah wajah atau beberapa
ekor binatang sekaligus. Lukisannya sering berupa potret diri Kuniyoshi yang dikelilingi berbagai tokoh
dan hewan dari dalam imajinasinya.
Karya Utama
yanotar Mitsukuni melawan hantu kerangka yang dipanggil Putri Takiyasha (Sma no furudairi)
Kelihatan menakutkan, padahal orang yang sangat ramah (Mikake wa kowai ga tonda ii hito da)
Lukisan serbuan malam, adegan ke-11 Chshingura (Chshingura jichidanme yasatsu no zu)
yanotar Mitsukuni melawan hantu kerangka yang dipanggil Putri Takiyasha (Sma no furudairi)
Hantu Taira no Tomomori sedang mengincar Minamoto no Yoshitsune dan pengikutnya di Daimotsu no Ura
Biografi
12
Lee Man Fong (1913-1988) adalah seorang pelukis Indonesia yang dilahirkan di Tiongkok. Ia
dibesarkan dan mendapatkan pendidikannya di Singapura. Di sana ia belajar melukis dengan seorang
pelukis Lingnan, dan belakangan dengan seorang guru yang mengajarkannya lukisan minyak. Pada
tahun 1933 ia pergi ke Indonesia dan tinggal di sana selama 33 tahun. Pada masa Perang Dunia II ia
ditawan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka, ia menjadi pelukis istana Presiden Soekarno dan
menjadi warga negara Indonesia. Lukisan-lukisan Lee Man Fong diakui sebagai perintis pelukis Asia
Tenggara. Pada Tahun 1964 ia ditunjuk oleh PresidenSoekarno untuk membuat buku yang berjudul
"Lukisan-Lukisan dan Patung dari Koleksi Presiden Soekarno dari Republik Indonesia" buku ini berisi
seluruh karya-karya seni yang dimiliki Presiden Soekarno dan semuanya berjumlah 5 Volume.
Kumpulan lukisannya diterbitkan dalam buku Lee Man Fong: Oil Paintings, volume I dan II dan
diterbitkan oleh museum Art Retreat. Buku ini ditulis oleh kritikus seni Indonesia Agus Dermawan T.,
sementara seleksi karya dilakukan oleh Siont Tedja. Kedua buku yang keseluruhannya berisi 700
halaman ini berisi 471 lukisan pilihan milik banyak kolektor dari seluruh dunia.
Pada tahun 1966, karena kekacauan politik di Indonesia, Lee Man Fong hijrah ke Singapura
dan lama menetap di sana, sehingga ia bahkan dianggap sebagai pelukis Singapura. Tahun 1988 ia
meninggal di Puncak, Jawa Barat, karena sakit.
Karya
Zhang Ding
13
Biografi
Encik Zhang Ding yang berusia 93 tahun ini telah menyertai reka bentuk lambang kebangsaan
Republik Rakyat China dan setem pos kumpulan pertama selepas Republik Rakyat China ditubuhkan. Beliau
digelar seniman yang pasti dikenal untuk memahami sejarah seni lukis China pada abad ke-20.
Zhang Ding dilahirkan di desa provinsi Liaoning, timur laut China pada tahun 1917. Beliau belajar
melukis sendiri. Lukisan dakwatnya sudah digantung pada dinding rumah penduduk desanya sejak beliau
masih kecil lagi. Ketika diwawancara oleh Stesen Televisyen Pusat China beberapa tahun yang lalu, Zhang
Saya berminat melukis sejak kecil lagi. Saya sering melukis pada pintu gerbang hitam dengan kapur
Ketika Zhang Ding berusia 14 tahun, iaitu pada tahun 1931, tiga buah provinsi di timur laut China
telah dicerobohi Jepun. Zhang Ding pula diterima masuk ke sekolah vokasional seni lukis di Beijing. Pada
masa itu, pihak sekolah hanya mengajar pelajarnya untuk melukis bunga sahaja. Zhang Ding yang patriotik itu
telah melukis beberapa banyak lukisan kartun yang menggambarkan masa depan masyarakat yang gelap.
Pada tahun 1936, Zhang Ding memulakan kerjayannya sebagai pelukis kartun profesional di Nanjing. Beliau
mendesak pihak berkuasa China untuk menentang pencerobohan Jepun. Lukisan kartunnya yang berhubung
erat dengan situasi semasa penuh dengan semangat. Oleh itu, banyak majalah lukisan kartun turut
menerbitkan karyanya.
Selepas itu, Zhang Ding bertolak ke Yanan, provinsi Shaanxi. Beliau belajar sendiri dan menjadi
pereka bentuk di sana. Baik bagi kostum dalam majlis tari-menari bertopeng, latar pentas, mahupun reka
bentuk dalaman kelab penulis dan pameran perhiasan, Zhang Ding menggabungkan bahan bersifat
kekampungan dengan reka bentuk yang moden, dan membawa fesyen kepada kawasan pergunungan
Shaanxi.
Selain itu, Zhang Ding juga menubuhkan jurusan lukisan mural yang pertama di China, dan
menggubah lukisan mural di Lapangan Terbang Antarabangsa Ibu Negara Beijing. Beliau menggabungkan
14
kelebihan klasik dengan moden, timur dengan barat, kalangan elit dengan rakyat, dan terus melampaui
Zhang Ding telah memberikan sumbangan yang besar kepada perkembangan lukisan tradisi China
Pembaharuan lukisan China dimulakan oleh Encik Zhang Ding. Segala yang menarik dalam alam
kelihatan dalam karyanya. Semua karyanya memperlihatkan hasratnya untuk berpadu dengan alam.
Sekarang, pameran lukisan Zhang Ding sedang diadakan di Muzium Kota Larangan di Beijing.
Pameran tersebut mempamerkan 47 buah lukisan Encik Zhang Ding. Kebanyakannya ialah karya pada
usianya yang sudah lanjut. 10 daripada karyanya telah disumbangkannya kepada muzium tersebut.
Karya
Encik Zhang Ding merupakan seniman China yang terkenal pada abad ke-20. Dalam kerjaya seninya
selama lebih 70 tahun itu, beliau yang sentiasa bersemangat dan ghairah itu telah melampaui bidang-bidang
seperti lukisan dakwat, kartun, mural, pendidikan dan teori seni lukis, dan mencapai prestasi yang diakui oleh
umum dalam setiap bidang. Beliau merupakan seniman serba pandai yang jarang terdapat dalam arena seni
Antonio Blanco
15
Biografi
Dari Cambodia ia kemudian pergi ke Bali pada tahun 1952 dan menikahi seorang wanita model
lukisannya dan seorang penari tradisional Bali bernama Ni Ronji pada tahun 1953.Bali memberikan
Antonio elemen penting yang ia butuhkan untuk membangun hasrat seninya yang jenius: pemandangan
yang indah, suasana lingkungan yang seperti impian, dan keberadaan seni dan cinta yang luar biasa.
Orang tidak akan bisa membicarakan Antonio Blanco tanpa berbicara mengenai wanita sebab wanita
adalah fokus dari karya-karya lukisnya. Bisa dikatakan bahwa Antonio adalah seorang pelukis feminin
abadi. Ia merupakan seorang maestro lukisan romantik-ekspresif.
Banyak kolektor yang menghargai karya-karya lukisnya, seperti aktris Ingrid Bergman, ratu
telenovela Mexico Thala (Ariadna Thala Sodi Miranda), Soekarno (Presiden
pertama Indonesia), Soeharto (Presiden kedua Indonesia), mantan Wakil Presiden Indonesia Adam
Malik, Pangeran Norodom Sihanouk, Michael Jackson (penyanyi yang dijuluki Raja Pop Dunia yang
16
sempat membubuhkan tanda-tangannya pada sebuah lukisan sebagai sebuah donasi untuk Children of
the World Foundation), dan masih banyak lagi.
Keinginan Antonio untuk suatu hari nanti memiliki museum akhirnya mulai terwujud juga dan
diberi nama The Blanco Renaissance Museum. Museum yang mulai dibangun pada 28 Desember 1998
di lingkungan kediamannya yang asri itu kini berdiri megah, menyimpan lebih dari 300 karya Antonio
dan secara kronologis memperlihatkan pencapaian estetik dari Antonio muda hingga yang paling
mutakhir. Secara arsitektural, bangunan museum yang berkesan rococo itu juga menawarkan filosofi
dan kearifan Bali.
Don Antonio Maria Blanco meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 1999 di Denpasar, Bali,
akibat penyakit jantung dan ginjal yang dideritanya. Ia meninggalkan seorang istri dan empat orang
anak: Cempaka, Mario, Orchid dan Mahadewi. Semenjak Antonio telah menjadi penganut Hindu,
upacara persiapan kremasi ala Bali untuknya diadakan di sebuah rumah peristirahatan jenazah di
Campuhan,Ubud, yang diikuti dengan rentetan upacara lainnya semenjak tanggal 23 Desember 1999.
Peristiwa pembakaran mayatnya sendiri (Ngaben) baru terjadi pada tanggal 28 Desember 1999.
Karya
Jeong Seon
17
Biografi
Jeong Seon (1676-1759) adalah pelukis dari Dinasti Joseon, Korea. Berasal dari golongan
bangsawan, Jeong Seon merupakan pelukis yang berani mendobrak kebiasaan awam para pelukis
Korea pada abad ke-17. Sampai di akhir abad ke-17, sebagian besar pelukis Korea sangat dipengaruhi
oleh gaya lukisan Cina yang terlalu mengagung-agungkan pemandangan alam.
Jeong Seon berkelana ke seluruh Korea untuk mencari ilham serta mempelajari alam di
sekitarnya. Gaya lukisnya berbeda dari pelukis kebanyakan dan sangat beraliranrealisme. Di antara
karya besarnya adalah Geumgangsan dan Inwangsan.
Jeong bekerja di Dohwaseo (Kantor Pelukis Istana) dan sampai kini dianggap salah satu
pelukis klasik Korea yang terbaik.
Karya
18
Lukisan Setelah Hujan di
Gunung Inwang
Lukisan
Seoksil Seowon
Shin Saimdang
Biografi
Karya
19
Beberapa karya Shin Saimdang
Biografi
20
Penghargaan: Padma Shri (1995)
21
I Nyoman Gunarsa
Biografi
22
Best Painting pada Bienalle IV 1980,
23
Salah satu lukisan terkenal karya I Nyoman Gunarsa
Affandi
25
Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak
pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-
tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu
diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1
Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat
poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu
menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya sudah
putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata
yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan
usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-
malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.
26
Katsushika Hokusai
Biografi
Katsushika Hokusai yang lahir di Distrik Honjo, Japan
31,Oktober 1760 10,May 1849)adalah seorang seniman,
pelukis, pemahat dan terutama seniman grafis dengan teknik
ukiyo-e pada zaman Edo.
28