Mari kita langsung saja untuk membicarakan tentang langkah yang harus diambil ketika
menginginkan nilai COD untuk turun.
Prinsipnya adalah dengan mengikat sludge tersebut satu sama lain sehingga menjadi
gumpalan sludge yang lebih besar dan kemudian dapat diendapkan dalam sebuah
tangki sedimentasi.
Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan sebagai koagulan antara lain ; PAC,
FeCl3 (Ferric Chloride), dan Alum.
Proses pengendapan ini, akan sangat mempengaruhi terhadap nilai COD. Khususnya
pada air limbah dengan jumlah TSS yang cukup tinggi. Sebagai informasi tambahan
untuk 1 mg/L TSS anda bisa mendapatkan penurunan hingga 10 mg/L COD.
Agar proses penurunan COD menjadi lebih sempurna, disarankan untuk turut
memperhatikan proses mixing dan juga sedimentasi. Dikarenakan tanpa proses mixing
yang tepat, maka reaksi pengendapan yang terjadi akan kurang sempurna.
Pada proses aerasi, COD diturunkan dengan cara membuat bakteri dapat memecah
senyawa organik dalam air. Bakteri ini disebut bakter heterotrop karena memecah
senyawa organik dengan menggunakan bantuan oksigen. Proses ini biasanya
digunakan pada air limbah dengan COD kurang dari 3000 mg/L.
Pada Proses Anaerob, bakteri bekerja pada ruangan dengan kandungan Oksigen
yang minim. Proses ini juga disebut proses fermentasi, dimana bakteri autotrop bekerja
dengan memecah senyawa organik dari air limbah dengan tiga tahapan salah satunya
adalah dengan mengambil oksigen dari senyawa organik.
Proses anaerob ini cocok untuk air limbah dengan kadar BOD lebih dari 2000
mg/L.
Sebelum memutuskan apakah ingin mengambil metode ini, penting sekali bagi Anda
untuk memahami apakah jenis air limbah yang Anda hadapi. Karena proses
mikrobiologi ini hanya cocok untuk limbah dengan kandungan organik. Anda bisa
mengetahui hal ini dengan melihat perbandingan antara COD dan BOD.
Beberapa proses yang sejenis dengan ini adalah proses menggunakan MBR,
SMBR ataupun SBR
Teknik penurunan COD ini cocok untuk limbah yang memiliki nilai COD yang
bersumber dari limbah non biodegradable seperti Phenol, surfaktan, dsb.
Reaksi fenton inilah yang nantinya menjadi cikal bakal lahirnya sistem AOP.
Metode terakhir ini banyak digunakan pada proses finishing ataupun post treatment
setelah proses pengolahan utama. Biasanya digunakan activated carbon sebagai filter.
Karbon aktif akan menyerap zat-zat organik, ozone ataupun zat chlorine yang masih
tersisa pada hasil pengolahan. Sehingga effluent aman untuk dibuang ke lingkungan.
Penyaringan dengan menggunakan karbon aktif ini juga biasa dipakai pada proses
water treatment untuk menghilangkan bau, serta menurunkan kandungan zat kimia
pada air.