Anda di halaman 1dari 123

BAB III

PERIZINAN LINTAS SEKTOR TERKAIT PEMBANGUNAN PLTU

Perizinan untuk pembangunan PLTU bersifat lintas sektor, meliputi perizinan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah ataupun Badan/Lembaga yang
terkait dengan pembangunan PLTU. Oleh karena itu, informasi mengenai alur proses
dan prosedur perizinan untuk pembangunan PLTU menjadi sangat penting bagi setiap
pengembang IPP.

Bagian ini berisi mengenai informasi alur proses dan prosedur perizinan untuk
pembangunan PLTU sebagaimana dimaksud diatas. Selain itu bagian ini juga
membahas tata cara perizinan yang harus dilalui oleh pengembang IPP disetiap
instansi berbeda.

Dalam rangka mempermudah pembahasan, sistematika penulisan Bab III ini disusun
sebagai berikut:

Bagian I : Alur Proses dan Prosedur Perizinan Pembangunan PLTU

Bagian II : Pelayanan Perizinan di BKPM/PTSP PUSAT

Bagian III : Perizinan Terkait Pemerintah Daerah

Bagian IV : Perizinan Terkait Kementerian Pekerjaan Umum Dan

Pekerjaan Rakyat

Bagian V : Perizinan Bidang Pertanahan Terkait Kementerian Agraria Dan

Tata Ruang/BPN

Bagian VI : Perizinan Terkait Kementerian Keuangan (Ditjen Bea

Dan Cukai)

Bagian VI : Perizinan Terkait Kementerian Kehutanan Dan

Lingkungan Hidup

Bagian VII : Perizinan Terkait Kementerian Perhubungan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 73
BAB III

BAGIAN I

ALUR PROSES DAN PROSEDUR PERIZINAN PEMBANGUNAN PLTU

Sebagaimana disebutkan diawal bahwa perizinan ketenagalistrikan merupakan


perizinan yang panjang dan lintas sektor. Sedikitnya terdapat 10 instansi yang terlibat
dalam proses perizinan tersebut dan harus dilalui oleh pengembang IPP meliputi:

1. BKPM
2. Kementerian ESDM
3. Pemerintah Daerah
4. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5. Kementerian Keuangan
6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
7. Kementerian Agraria/Kepala BPN
8. Kementerian Perhubungan
9. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan
10. Kementerian Koordinator Perekonomian

Masing masing intansi diatas memiliki peran dalam perizinan yang terkait satu sama
lain membuat alur proses perizinan untuk pembangunan PLTU sebagaimana infografis
berikut.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 74
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 75
Berdasarkan diagram alur diatas, tahapan utama dan paling penting dalam bisnis
pembangkit listrik adalah pengadaan pembangkit di PLN bukan pembentukan Special
Purpose Company (SPC). Pembentukan SPC sebaiknya dilakukan setelah mengikuti
pengadaan di PLN dan dinyatakan sebagai pemenang tender oleh PLN dalam bentuk
Letter of Intent (LOI). Pertimbangan yang mendasari hal ini adalah pengadaan
pembangkit di PLN tidak membatasi peserta lelang berbentuk SPC namun
diperbolehkan berbentuk konsorsium. Bagi pengembang IPP, skema yang
memperbolehkan konsorsium dapat mengikuti pengadaan di PLN memberikan
keuntungan karena dapat mengurangi biaya investasi awal.

Dapat dibayangkan jika persyaratan untuk mengikuti pengadaan pembangkit adalah


berbentuk SPC, kemudian setelah pengadaan ternyata dinyatakan gagal. Biaya besar
untuk pembentukan SPC akan terbuang sia sia.

Dengan demikian saran dari kami adalah sebaiknya pengembang SPC membentuk
konsorsium untuk mengikuti pengadaan pembangkit di PLN. Kemudian setelah
dinyatakan menang dan mendapat LOI, baru konsorsium tadi membentuk SPC di
BKPM.

Dalam diagram diatas, dapat kita cermati bahwa walaupun alur proses perizinan untuk
pembangunan PLTU terlihat panjang dan rumit namun pada beberapa perizinan dapat
dilakukan secara parallel sehingga dapat menghemat waktu.

Selain itu, terdapat beberapa perizinan di Kementerian Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang tidak
ditampilkan pada diagram diatas, yaitu:

1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, meliputi perizinan:


Izin tekanan vessel yang dikeluarkan
Izin uap vessel yang dikeluarkan
Izin untuk memasang dan menggunakan alat pemadaman kebakaran
Izin untuk memasang dan menggunakan pelindung petir
Izin untuk memasang dan menggunakan mesin produksi listrik
Izin untuk memasang dan menggunakan peralatan lifting dan transportasi
Izin untuk memasang dan menggunakan steam boiler

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 76
Izin untuk memasang peralatan listrik di tempat kerja
Izin menggunakan tenaga kerja asing
Izin operator boiler

Pertimbangan: perizinan diatas terkait dengan pekerjaan konstruksi dan dalam


praktiknya dilapangan, kebanyakan pengembang IPP selaku pemilik project
melimpahkan kewajiban perizinan diatas kepada kontraktor. Pelimpahan
kewajiban tersebut harus dituangkan dalam kontrak IPP dengan kontraktor.

2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu perizinan yang termasuk


dalam kelompok Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, meliputi
perizinan:
Izin pembuangan air limbah ke sungai/laut
Izin penyimpanan sementara limbah B3
Izin pengumpulan
Izin pengangkutan
Izin pemanfaatan
Izin pengolahan
Izin penimbunan
Izin dumping ke laut
Izin venting ke udara

Pertimbangan: kelompok izin PPLH termasuk izin yang harus dipenuhi oleh
pengembang IPP pada tahapan operasi (setelah COD). Selain itu Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) tidak dibahas dan tidak dimasukkan dalam alur
proses karena tidak memiliki keterkaitan dengan pembangunan PLTU. IPPKH
lebih berkolerasi untuk perizinan PLTA.

Jangka Waktu Untuk Proses Perizinan Pembangunan PLTU

Berdasarkan alur proses perizinan pada diagram diatas, dibawah ini disusun
matrikulasi perizinan yang harus dilalui oleh pengembang IPP PLTU beserta
perkiraan waktu yang diperlukan untuk proses perizinan tersebut.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 77
A. Proses di PLN

No Tahapan Jangka Waktu

1 Pelelengan Umum 321 hari

2 Pemilihan Langsung 45 hari

3 Penunjukkan Langsung 30 hari

4 Letter Of Intent 7 hari

5 Penandatanganan PPA 14 hari

B. Perizinan di Pemerintah Pusat

No Nama Izin Penerbit Izin Waktu Keterangan


Proses
1 Izin Investasi 3 jam BKPM 3 jam Izin Investasi 3 jam
untuk perizinan
pembentukan Special
Purpose Company
(SPC)
2 IUPTL-Sementara BKPM (LO PTSP 5 hari
ESDM LISTRIK)
3 IUPTL-Tetap BKPM (LO PTSP 5 hari
ESDM LISTRIK)
4 Persetujuan PKLN Kemenko 30 hari (*) (*) Persetujuan PKLN
Perekonomian setelah mendapat
rekomendasi tim PKLN
yaitu Bank Indonesia,
Kementerian
Keuangan,
Kementerian BUMN,
Kementerian ESDM
dan BAPPENAS
5 Pertimbangan BPN 5 hari
Teknis Pertahanan
6 Penetapan Hak Atas BPN
Tanah
HGU BPN 20 s.d. 30 Berdasarkan Permen
hari Agraria/Kepala BPN

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 78
HGB/Hak Pakai BPN 20 s.d. 45 No 17/2015,
hari tergantung luasan
lahan
7 Izin Pembangunan Kementerian 30 hari
dan Pengoperasian Perhubungan
Jetty
8 Izin Sarana Bantu Kementerian 30 hari
Navigasi Perhubungan
9 Izin SIPA untuk Kementerian PU- 30 hari Kewenangan
Proyek PERA (Pemda*) Penerbitan Izin SIPA
untuk keperluan
proyek pembangkit
dapat berada di
Pusat/Daerah
tergantung wilayah
sungainya (bahasan
lebih lanjut pada
Bagian 6 Bab ini)
10 Sertifikasi Laik Kementerian ESDM 7 hari (*) Terhitung dari mulai
Operasi pelaksanaan
pemeriksaan dan
pengujian sampai
dengan terbitnya SLO

C. Perizinan di Pemerintah Daerah

No Nama Izin Penerbit Izin Waktu Proses Keterangan


1 Izin Prinsip Gubernur + 30 hari Di beberapa provinsi,
Gubernur izin prinsip Gubernur
dilimpahkan ke BKPM
Daerah
2 Izin Peruntukan Bupati + 30 hari Di beberapa daerah
Penggunaan IPPT sama dengan Izin
Tanah Lokasi. Pemberlakuan
ini tidak dapat
dipersamakan secara
umum, sangat
tergantung Perda
masing masing. Selain
itu di beberapa daerah
IPPT diterbitkan setelah
adanya rekomendasi
dari Dinas Tata Ruang,

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 79
Dinas PU dan Dinas
ESDM, tergantung dari
Perda masing masing
daerah.
3 Izin Lokasi Bupati + 30 hari

4 Izin Gangguan Bupati/Walikota 14 hari

5 Persetujuan Kepala Dinas 30 hari Persetujuan


ANDAL LALIN Perhubungan ANDALALIN adalah
syarat utama untuk
pembangunan Jetty
PLTU
6 Izin Bupati 75 hari
Lingkungan
7 Izin Mendirikan Bupati/Walikota 30 hari
Bangunan

Total perkiraan waktu untuk proses perizinan pembangunan PLTU untuk


masing masing skema pengadaan adalah sebagai berikut:

a. Pelelangan umum : 768 hari untuk status tanah HGB dan 753 hari
untuk HGU
b. Pemilihan langsung : 492 hari untuk status tanah HGB dan 477 hari
untuk HGU
c. Penunjukkan langsung: 477 hari untuk status tanah HGB dan 462 hari
untuk HGU

Total perkiraan waktu perizinan di atas belum termasuk waktu untuk


pembebasan lahan dan penyusunan dokumen lingkungan. Karena
beragamnya Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan di lingkup
Provinsi/Kabupaten/Kota, maka dimungkinkan akan ditemukan perbedaan
terhadap jumlah perizinan dan total perkiraan waktu sebagaimana penjelasan
tabel diatas.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 80
BAB III

BAGIAN II

PERIZINAN di BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

A. PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Dalam rangka mendukung program ketenagalistrikan 35.000 MW, pemerintah


mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada percepatan pelayanan
perizinan. Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM yang telah
diluncurkan sejak tahun lalu.

Pembentukan PTSP PUsat di BKPM mengusung misi untuk mewujudkan


perizinan yang cepat, sederhana dan memudahkan investor. Selain itu juga
sebagai wadah koordinasi lintas sector untuk mentasai hambatan-hambatan
(debootle necking) sektor ketenagalistrikan.

Pembentukan PTSP Pusat di BKPM rencananya akan ditindaklanjuti dengan


pembentukan PTSP Daerah pada tahun 2016 ini. Berikut info grafisnya.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 81
Kemudian dalam rangka mensukseskan pelaksanaan PTSP Pusat di BKPM,
sebanyak 22 Kementerian/Lembaga mendelegasikan perizinan secara terpusat
di BKPM.

Hadirnya PTSP Pusat di BKPM diharapkan dapat mengefektifkan proses


perizinan ketenagalistrikan. Berdasarkan analisa, dari 22 Kementerian/lembaga
yang ada di PTSP Pusat BKPM, hanya 5 Kementerian yang memiliki perizinan
yang berkolerasi dengan perizinan ketenagalistrikan, antara lain:

1) Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

Pelimpahan kewenangan perizinan ke BKPM berdasarkan Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 97/Menhut-II/2014 tanggal 24
Desember 2014 jo Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.1/Menhut-II/2015 tanggal 27 Januari 2015, meliputi jenis perizinan:

1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-
HA)

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 82
2. Izin Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri
Pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI)

3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam


Hutan Alam (IUPHHK-RE)

4. Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan


Alam (IUPHHK-HA)

5. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon Dan/Atau Penyimpanan


Karbon (UP RAP-KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Pada Hutan
Lindung

6. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon Dan/Atau Penyimpanan


Karbon (UP RAP-KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Pada Hutan
Produksi

7. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu di atas 6.000 m3/tahun

8. Izin Perluasan Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu di atas 6.000
m3/tahun

9. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Pastura Pada Hutan Produksi

10. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

11. Pelepasan Kawasan Hutan

12. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam

13. Izin Lembaga Konservasi

14. Izin Pengusahaan Taman Buru

15. Izin Peminjaman Satwa Liar Dilindungi Ke Luar Negeri Untuk


Kepentingan Pengembangbiakan (breeding loan)

16. Izin Usaha Pemanfaatan Air Untuk Skala Menengah Dan Skala Besar Di
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Dan Taman
Hutan Raya.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 83
17. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Untuk Skala Menengah Dan Skala
Besar Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Dan
Taman Hutan Raya.

Dari 17 jenis perizinan yang dilimpahkan, hanya 4 perizinan yang terkait


ketenagalistrikan dan itupun hanya terkait dengan PLTA dan PLTP (karena
kemungkinan pembangkit berada dikawasan hutan lindung), yaitu:

1. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

2. Pelepasan Kawasan Hutan

3. Izin Usaha Pemanfaatan Air Untuk Skala Menengah Dan Skala Besar
Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Dan
Taman Hutan Raya.

4. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Untuk Skala Menengah Dan Skala
Besar Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam,
Dan Taman Hutan Raya.

2) KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN


NASIONAL

Pelimpahan kewenangan perizinan ke BKPM berdasarkan Peraturan Menteri


Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 15 Tahun 2014 tanggal 29
Desember 2014, meliputi jenis perizinan:

1. Informasi ketersediaan tanah

2. Pengukuran bidang tanah

3. Penerbitan SK HGB

4. Penerbitan SK HGU

5. Pendaftaran hak atas tanah

6. Pertimbangan teknis pertanahan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 84
3) KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Pelimpahan kewenangan perizinan ke BKPM berdasarkan Peraturan Menteri


Perdagangan Nomor 96/M-DAG/PER/12/2014 tanggal 24 Desember 2014 jo
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 10/M-Dag/Per/1/2015, meliputi jenis
perizinan:

1. Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing

2. Surat Izin Usaha Penjualan Langsung

3. Angka Pengenal Impor Umum (API-U) dan Angka Pengenal Importir


Produsen (API-P)

4. Surat izin usaha:

perdagangan untuk eksportir, importer dan distributor

pergudangan untuk jasa pergudangan termasuk cold storage

perdagangan untuk jasa konsultan manajemen bisnis

perdagangan untuk jasa pengelolaan gedung/apartemen (properti)

perdagangan untuk jasa penyewaan mesin

dari ke 4 jenis perizinan kementerian Perdagangan tersebut, hanya API-P yang


termasuk dalam perizinan ketenagalistrikan. API-P digunakan oleh
pengembang IPP untuk melakukan impor mesin dan peralatan pembangkit.

4) KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Pelimpahan kewenangan perizinan ke BKPM berdasarkan Peraturan Menteri


Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 2014 tanggal 18 Desember 2014 meliputi
jenis perizinan:

1. Izin Usaha Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)

2. Izin usaha jasa penempatan tenaga kerja Indonesia di dalam negeri

3. Izin usaha penyediaan jasa pekerja/buruh

4. Rekomendasi Teknis Izin Usaha Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 85
5. Rekomendasi Teknis Izin usaha jasa penempatan tenaga kerja Indonesia
di dalam negeri

6. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

7. T.A 01 (Izin Visa) untuk izin tenaga kerja asing

8. Rekomendasi Teknis Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

Dari 8 jenis perizina tersebut, terdapat 3 jenis izin yang terkait dengan
ketenagalistrikan, antara lain:

1. Rekomendasi Teknis Izin usaha jasa penempatan tenaga kerja Indonesia


di dalam negeri
2. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
3. T.A 01 (Izin Visa) untuk izin tenaga kerja asing

5) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pelimpahan kewenangan perizinan ke BKPM berdasarkan Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor: 22/PRT/M/2014, meliputi
jenis perizinan:

1. Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing

2. Izin Usaha Jasa Konstruksi Asing

3. Izin Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi Asing

4. Izin Usaha Bidang Perumahan

5. Izin Usaha Pengusahaan Air Minum

6. Izin Penanaman Modal Pada Pengusahaan Jalan Tol

7. Izin Usaha Jasa Pembangunan dan Pengusahaan Properti

Jenis perizinan diatas hanya sesuai untuk kontraktor listrik, bukan jenis
perizinan untuk pengembang IPP.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 86
Kesimpulan:
Sebagian Besar Proses Perizinan terkait Pembangunan PLTU masih harus
dilakukan oleh pengembang IPP di Kementerian/Lembaga terkait karena belum
terintegrasi di PTSP Pusat BKPM.

B. DAFTAR NEGATIF INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

Langkah awal yang paling utama dan paling penting untuk melakukan investasi
disektor ketenagalistrikan adalah dengan memahami Daftar Negatif Investasi
(DNI) sebagaimana termuat dalam Peraturan Presiden No 39 Tahun 2014
tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

DNI memberikan batasan tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang
usaha yang tertutup di sektor ketenagalistrikan bagi investasi asing. DNI juga
menjadi pedoman bagi investasi PMA terkait dengan batasan persentase saham
di sektor ketenagalistrikan.

Berdasarkan Lampiran II Peraturan Presiden No 39 Tahun 2014, hal 30 s.d. 32,


pengaturan ketentuan kepemilikan saham di sektor pembangkitan tenaga listrik
diatur sebagai berikut:

Pembangkit Listrik < 1MW : Modal dalam negeri 100%

Pembangkit Listrik skala kecil (1 - 10 MW) : Kepemilikan modal asing 49%

Pembangkit Listrik > 10 MW : Maksimal 95% (maksimal 100% apabila


dalam rangka Kerjasama Pemerintah Badan Usaha / KPBU selama masa
konsesi)

Transmisi Tenaga Listrik : Maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam


rangka Kerjasama Pemerintah Badan Usaha/ KPBU selama masa konsesi)

Distribusi Tenaga Listrik : Maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam


rangka Kerjasama Pemerintah Badan Usaha / KPBU selama masa konsesi)

Penentuan saham pada DNI sebelum berinvestasi sangat penting, karena


menjadi dasar dalam pengurusan izin prinsip penanaman modal maupun izin
bisnis lainnya. Selanjutnya dalam bagian D, E, F dan G akan dibahas mengenai

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 87
beberapa jenis perizinan prinsip dan investasi di BKPM bagi pengembang IPP
yang tidak menggunakan skema perizinan investasi 3 jam, antara lain:
Pendirian Perseroan, Perizinan Prinsip PMA, API-P, IMTA, NIK.

C. IZIN INVESTASI TIGA JAM


Dalam rangka mereformasi perizinan investasi, Badan Koordinasi Penanaman
Modal melakukan terobosan perizinan untuk mempermudah realisasi minat
investasi di Indonesia, dalam bentuk peluncuran Layanan Izin Investasi 3 Jam
yang akan dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2015.

Izin Investasi 3 Jam adalah Izin Prinsip dengan kriteria tertentu yang diproses
dalam satu paket dengan 8 produk-produk perizinan yang akan diberikan pada
investor meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Akta Pendirian Perusahaan
dan SK Pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM, Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA), Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Angka Pengenal Importir Produsen
(API-P), dan Nomor Induk Kepabeanan (NIK). Selan itu investor juga
memperoleh Informasi Ketersediaan Tanah dalam bentuk surat booking tanah
(jika diperlukan). Adapun kriteria yang dapat memanfaatkan layanan ini adalah
sebagai berikut :

1. Rencana Investasi paling sedikit Rp. 100.000.000.000,00 (Seratus Milyar


Rupiah), dan / atau
2. Rencana penggunaan tenaga kerja Indonesia di atas 1.000 (seribu) orang.
3. Permohonan disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang
langsung ke PTSP Pusat di BKPM
(catatan: Dapat salah satu calon pemegang saham mewakili calon pemegang
saham lainnya dengan melampirkan surat kuasa. Surat kuasa dari salah satu
pemegang saham berisi kuasa untuk:

a. mengurus Izin Investasi,

b. menghadap notaris:

1. menandatangani akta pendirian,

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 88
2. setuju menjadi direksi atau komisaris perseroan,

3. setuju menjadi pemegang saham sebesar berapa persen.)

Untuk dapat memanfaatkan layanan investasi 3 jam tersebut, investor harus


menyiapkan berkas yan diperlukan yaitu data diri investor dan flow chart
kegiatan usaha. Khusus untuk investor asing, diperlukan juga akta perusahaan
asing. Data diri untuk investor asing bisa berupa paspor.

Terdapat 4 tahapan dalam pemrosesan layanan investasi 3 jam,yaitu:

1. investor datang ke BKPM dan mengambil nomor antrian


2. investor kosultansi dengan Direktur BKPM mengenai rencana investasi dan
menyerahkan data dan dokumen
3. investor menunggu maksimal 3jam, pendamping investor mengurus proses
perizinan
4. investor menerima 8 produk pelayanan 3 jam dengan urutan sebagai
berikut:
produk pertama : izin investasi, NPWP dan akte pendirian perusahaan
serta surat booking tanah apabila diperlukan,
produk kedua : TDP, IMTA dan RPTKA,
produk ketiga : NIK dan API-P.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 89
D. PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PENANAMAN MODAL ASING

Langkah kedua yang dilakukan oleh investor setelah memahami skema


investasi yang akan dilakukan disektor ketenagalistrikan yaitu mengurus
pendirian badan usaha. Terdapat dua skema pendirian PT untuk PMA yaitu
pengajuan izin prinsip terlebih dahulu atau pembentukan badan hukumterlebih
dahulu.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 90
E. PENDIRIAN BADAN HUKUM DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

Dasar Hukum:

(1) Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2011


Tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum


yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang - undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.

Berikut langkah-langkahnya :

1. Pengajuan Nama Badan Hukum

Pengajuan nama perseroan terbatas

Pengajuan biasanya dilakukan oleh Notaris Melalui Sistem


Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham

Persyaratannya :

Melampirkan asli formulir dan pendirian surat kuasa;

Melampirkan fotokopi Kartu Identitas Penduduk (KTP/paspor)


para pendirinya dan para pengurus perusahaan;

Melampirkan fotokopi Kartu Keluarga (KK) pimpinan / pendiri PT


untuk WNI

2. Pembuatan Akta Pendirian dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang di


seluruh wilayah negara Republik Indonesia untuk selanjutnya
mendapatkan pesetujuan dari Menteri Kemenkumham

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 91
Kedudukan PT, yang mana PT harus berada di wilayah Republik
Indonesia dengan menyebutkan nama Kota dimana PT
melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat;

Pendiri PT minimal 2 orang atau lebih;

Menetapkan jangka waktu berdirinya PT: selama 10 tahun, 20


tahun atau lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya
artinya berlaku seumur hidup;

Menetapkan Maksud dan Tujuan serta kegiatan usaha PT;

Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;

Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali


dalam rangka peleburan;

Modal dasar minimal Rp.50.000.000,- (lima puluh juta Rupiah)


dan modal disetor minimal 25% (duapuluh lima perseratus) dari
modal dasar;

Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang Komisaris; dan

Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan


menurut hukum Indonesia, kecuali PT dengan Modal Asing atau
biasa disebut PT PMA

3. Surat Keterangan Domisili Perusahaan

Permohonan SKDP diajukan kepada kantor kelurahan setempat sesuai


dengan alamat kantor PT anda berada, yang mana sebagai bukti
keterangan/keberadaan alamat perusahaan (domisili gedung, jika di
gedung)

Persyaratan :

Fotokopi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir,

Perjanjian Sewa atau kontrak tempat usaha bagi yang


berdomisili bukan di gedung perkantoran,

Kartu Tanda Penduduk (KTP) Direktur,

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 92
Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di gedung
perkantoran

4. Permohonan Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan


Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Persyaratannya :

NPWP pribadi Direktur PT

Fotokopi KTP Direktur (atau fotokopi Paspor bagi WNA, khusus


PT PMA)

SKDP

Akta pendirian PT

5. Pengesahan Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas oleh


Kementerian Hukum dan HAM

Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk


mendapatkan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta
pendirian) sebagai badan hukum PT sesuai dengan UUPT

Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian;

Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai


pembayaran berita acara negara;

F. PENDAFTARAN PENANAMAN MODAL dan IZIN PRNSIP PMA

Berdasarkan ketentuan Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2013 Jo


Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2013, Izin Prinsip Penanaman Modal,
yang selanjutnya disebut Izin Prinsip, adalah izin dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota yang wajib dimiliki
dalam rangka memulai usaha.

Adapun hal yang perlu diketahui adalah berdasarkan Pasal 5, Pasal 7 dan Pasal
8 Perka BKPM No. 5/2013 Jo Perka BKPM No.12/2013, Permohonan Persetujuan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 93
BKPM ini diajukan kepada Instansi Penyelenggara PTSP sesuai dengan
kewenangannya, yakni:

1. PTSP BKPM :

Ruang lingkup lintas provinsi, terkait sumber daya alam tak terbaharukan,
industri prioritas tinggi dan skala nasional, terkait keamanan ketahanan, PMA,
dan yang ditentukan menjadi urusan Pemerintah Pusat oleh Per-UU-an.

2. PTSP PDPPM :

Ruang lingkup lintas kabupaten/kota, wewenang yang dilimpahkan kepada


Gubernurdan yang ditentukan menjadi urusan Pemerintah Provinsi oleh Per-
UU-an.

3. PTSP PDKPM:

Ruang lingkup dalam satu kabupaten/kota dan yang ditentukan menjadi urusan
Pemerintah Kabupaten/Kota oleh Per-UU-an.

Berikut adalah persyaratan pendaftaran penanaman modaldan izin prinsip


penanaman modal:

F.1. Pendaftaran Penanaman Modal :

1. Surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang
dikeluarkan oleh kedutaan besar/kantor perwakilan negara yang
bersangkutan di Indonesia untuk pemohon adalah pemerintah negara
lain;

2. Rekaman paspor yang masih berlaku untuk pemohon adalah


perseorangan asing;

3. Rekaman Anggaran Dasar (Article of Association) dalam Bahasa Inggris


atau terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dari penterjemah
tersumpah untuk pemohon adalah untuk badan usaha asing

4. Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya beserta


pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon adalah badan
usaha Indonesia;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 94
5. Rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah perseorangan Indonesia
maupun badan usaha Indonesia;

6. Permohonan Pendaftaran ditandatangani di atas meterai cukup oleh


seluruh pemohon (bila perusahaan belum berbadan hukum) atau oleh
direksi perusahaan (bila perusahaan sudah berbadan hukum)

7. Surat Kuasa asli bermeterai cukup untuk pengurusan permohonan yang


tidak dilakukan secara langsung oleh pemohon/direksi perusahaan;

8. Keterangan Rencana Penanaman Modal, mencakup :

Bidang usaha

Lokasi proyek

Produksi dan pemasaran per tahun

Luas tanah yang diperlukan

Tenaga kerja Indonesia

Rencana investasi

Rencana permodalan

F.2. Izin Prinsip Penanaman Modal PMA

1. Bukti diri pemohon, yaitu:

Pendaftaran bagi badan usaha yang telah melakukan pendaftaran

Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya

Rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dari Menteri


Hukum dan HAM

Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2. Keterangan rencana kegiatan, berupa:

Uraian proses produksi yang mencantumkan jenis bahan-bahan dan


dilengkapi dengan diagram alir (flowchart);

Uraian kegiatan usaha sektor jasa.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 95
3. Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait, bila dipersyaratkan

4. Surat kuasa apabila pengurusan permohonan dan penandatanganan


setiap dokumen dikuasakan.

Adapun permohonannya diajuan secara online ke https://online-


spipise.bkpm.go.id/. Berikut diagram prosesnya secara umum.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 96
G. PENGURUSAN API-P (ANGKA PENGENAL IMPOR PRODUSEN)

Angka Pengenal Importir, selanjutnya disingkat API adalah tanda pengenal


sebagai importir. Importir adalah orang perorangan atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan kegiatan
impor. Sedangkan untuk API, menurut pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 Tahun 2009 tentang Angka Pengenal Importir
(Permendag API), ada dua macam API, yaitu:

1. API API Umum (API-U). API U diberikan kepada importir yang melakukan
impor barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan
atau memindah tangankan barang kepada pihak lain.

2. API Produsen (API-P). API P diberikan kepada importir yang melakukan


impor barang untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk mendukung
proses produksi dan tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan atau
memindahtangankan kepada pihak lain.

Menurut pasal 4 Permendag API, API U diterbitkan oleh Kepala Dinas Provinsi
Perdagangan. Sedangkan untuk API P, penerbitannya dibagi-bagi, yaitu:

Bagi badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi,
mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan
kegiatan usaha, berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama dengan
Pemerintah Republik Indonesia, API P dimohonkan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan.

Bagi perusahaan penanaman modal asing dan perusahaan penanaman


modal dalam negeri kepada dimohonkan kepada Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM).

Bagi importir pemilik izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain yang
sejenis yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang berwenang, selain

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 97
dari perusahaan-perusahaan di point 1 dan 2 di atas, API P dimohonkan
kepada Kepala Dinas Perdagangan Provinsi.

Persyaratan API-P sebagai Pengembang IPP

Persyaratan untuk mendapatkan Angka Pengenal Impor Produsen (API P)


bagi pengembang IPP, yaitu:

Foto copy Akte Pendirian Perusahaan dan Perubahannya berikut


Pengesahannya.

Foto copy KTP dan NPWP Pribadi bagi WNI Penandatangan API-P

Foto copy Paspor, NPWP dan IMTA bagi WNA penandatanganan API-P

Bagi penandatanganan yang bukan Direktur perusahaan harus


melampirkan Surat Kuasa dari direksi

Foto copy SP PMDN atau SP PMA dan Segala Perubahannya

Foto copy domisili perusahaan

Foto copy NPWP Perusahaan

Foto copy TDP Perusahaan

Pas photo penandatangan API-P 3x4=2 lembar (background merah)

Referensi Bank Asli

Salinan kontrak kerjasama dengan pemerintah atau badan pelaksana yang


dibentuk oleh pemerintah untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha
dibidang energi, migas mineral dan sumber energi lainnya

Rekomendasi dari pemerintah atau badan pelaksana yang dibentuk oleh


pemerintah sebagaimana dimaksud di atas.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 98
H. PENGURUSAN IZIN TERKAIT BIDANG KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan Pasal 42 ayat 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan (UUK) ditentukan bahwa Tenaga Kerja Asing dapat
diperkerjakan dalam Hubungan Kerja di Indonesia hanya dalam hubungan
kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

Pembatasan hubungan kerja tertentu yang dimaksud di atas mengandung


makna bahwa terdapat beberapa Jabatan krusial dalam suatu Perusahaan
Nasional yang sememangnya tidak dapat diduduki oleh Tenaga Kerja Asing.
UUK khususnya Pasal 46 ayat 1 menentukan sekilas megenai jabatan yang
dilarang ini, adapun Jabatan yang dimaksud adalah Jabatan yang terkait
dengan hubungan Personalia dan Industrial. Namun sejak diterbitkannya
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2012 ( ditentukan lebih luas jabatan-jabatan yang dilarang diduduki
oleh Tenaga Kerja Asing tersebut, oleh karena itu sebelum mengurus perizinan
Tenaga Kerja Asing, Anda harus tahu terlebih dahulu jabatan apa yang akan
diduduki oleh Tenaga Kerja Asing tersebut.

Berdasarkan Lampiran Kepmentrans Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Jabatan-


Jabatan yang dilarang untuk diduduki oleh Tenaga Kerja Asing ditentukan
pembatasan jabatan-jabatan yang dimaksud sebagaimana dicantumkan dalam
tabel di bawah ini:

NAMA JABATAN
KODE
No INDONESIA INGGRIS
ISCO

1 Direktur Personalia Personnel Director


1210

2 Manajer Hubungan Industrial Industrial Relation Manager


1232

3 Manajer Personalia Human Resource Manager


1232

4 Supervisor Pengembangan Personalia Personnel Development Supervisor


1232

5 Supervisor Perekrutan Personalia Personnel Recruitment Supervisor


1232
6 Supervisor Penempatan Personalia Personnel Placement Supervisor

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 99
1232
Employee Career Development
7 Supervisor Pembinaan Karir Pegawai
1232 Supervisor

8 Penata Usaha Personalia Personnel Declare Administrator


4190
9 Kepala Eksekutif Kantor 1210 Chief Executive Officer
Ahli Pengembangan Personalia dan
10 Personnel and Careers Specialist
Karir 2412

11 Spesialis Personalia Personnel Specialist


2412

12 Penasehat Karir Career Advisor


2412

13 Penasehat tenaga Kerja Job Advisor


2412

14 Pembimbing dan Konseling Jabatan Job Advisor and Counseling


2412

15 Perantara Tenaga Kerja Employee Mediator


2412

16 Pengadministrasi Pelatihan Pegawai Job Training Administrator


4190

17 Pewawancara Pegawai Job Interviewer


2412

18 Analis Jabatan Job Analyst


2412

Berdasarkan Pasal 93 ayat 2 Perka BKPM No.5 Tahun 2013 ditentukan bahwa
untuk dapat memperkerjakan Tenaga Kerja Asing, perusahaan harus memiliki
perizinan TKA, dengan tahapan yaitu:

a. Memperoleh Pengesahan Rencana Pengunaaan Tenaga Kerja Asing


(RPTKA)

Proses permohonan untuk mendapatkan pengesahan RPTKA diajukan kepada


kepada PTSD BKPM dengan menggunakan formulir lampiran I peraturan
bersangkutan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Surat Permohonan
2. Formulir Isian RPTK-1 (L-I,II,II,IV)
3. Copy surat Izin Usaha dari instansi terkait
4. Izin Prinsip

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 100
5. Copy seluruh Akta Pendirian dan perubahannya dengan dilengkapi
pengesahan Anggaran Dasar Perusahan dari Kementerian Hukum dan
HAM
6. NPWP Perusahaan.
7. Bagan / struktur organisasi perusahaan;
8. Bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku;
9. Copy kontrak kerja;

Jika seluruh persyaratan permohonan RPTKA sudah dilengkapi maka


diterbitkanlah pengesahan RPTKA yang telah ditandatangani oleh Pejabat
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditempatkan di PTSP BKPM
dalam bentuk Surat Keputusan Pengesahan RPTKA, dengan tembusan kepada:

1. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


2. Kepala BKPM
3. Dirjen Pembinaaan Pengawasan Ketenagakerjaan
4. Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
5. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
6. Kepala PDPPM

Adapun rentang waktu penerbitan Surat Keputusan Penetapan RPTKA tersebut


diterbitkan sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. RPTKA
berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali
dengan memperhatikan pasar kerja dalam negeri.

b. Memperoleh Kartu Izin Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITTAS)

Persyaratan Umum, melampirkan :

1. Formulir permohonan;
2. Surat penjaminan dari Penjamin, kecuali Orang Asing yang kawin secara
sah dengan warga negara Indonesia;
3. Paspor kebangsaan yang sah dan masih berlaku beserta fotokopinya.
4. Surat keterangan domisili;
5. Surat rekomendasi dari kementerian atau lembaga pemerintah
nonkementerian terkait;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 101
6. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dari instansi
berwenang;
7. Tanda masuk yang masih berlaku.
c. Memproses Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

Dokumen selanjutnya yang diperlukan untuk memperkerjakan Tenaga Kerja


Asing (TKA) di Indonesia adalah Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing atau
yang disebut dengan IMTA. Permohonan diajukan kepada PTSP BKPM dengan
menggunakan formulir yang tercantum dalam Permenkentrans No 02/2008.
Berdasarkan Pasal 97 Perka BKPM No.5 Tahun 2013 Juncto Pasal 23
Permenkentrans No.02 /2008 ditentukan bahwa permohonan untuk
mendapatkan IMTA wajib dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Formulir Permohonan
2. Copy Surat Keputusan Pengesahan RPTKA;
3. Daftar Riwayat Hidup TKWNAP;
4. Copy Ijasah dan/atau bukti Pengalaman Kerja;
5. Pas foto ukuran 46 cm 4 (empat) lembar;
6. Bukti wajib lapor ketenagakerjaan (jika ada);
7. Copy Paspor yang masih berlaku;
8. Copy Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITTAS);
9. Rekomendasi dari Kementerian/Lembaga Pembina apabila
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
10. Nama pendamping serta program pendidikan dan latihan bagi calon
pengganti TKWNAP yang bersangkutan
11. Perjanjian kerja antara perusahaan dengan TKWNAP (waktu
pengambilan IMTA)

Atas permohonan tersebut maka diterbitkanlah Persetujuan IMTA yang


ditandatangani oleh Pejabat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang
ditempatkan di PTSP BKPM dalam bentuk Surat Keputusan IMTA , dengan
tembusan kepada:

1. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


2. Kepala BKPM
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 102
3. Dirjen Pembinaaan Pengawasan Ketenagakerjaan
4. Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
5. Dirjen Imigrasi;
6. Dirjen Pajak
7. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
8. Kepala PDPPM
9. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten/Kota;
10. Kepala PDKPM

Surat Keputusan IMTA diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak


diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Dan Surat Keputusan IMTA
tersebut berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
kembali.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 103
I. PENGURUSAN IZIN TERKAIT BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 35 Tahun
2014 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha Ketenagalistrikan
Dalam Rangka Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kepada Kepala BKPM,
terdapat 10 Izin usaha ketenagalistrikan yang didelegasikan kepada Kepala
BKPM, antara lain:

1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

2. Izin Operasi

3. Penetapan Wilayah Usaha

4. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik

5. Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara

6. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi,


Multimedia, dan Informatika

7. Izin Panas Bumi

8. Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi

9. Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak Panas Bumi

10. Persetujuan Usaha Penunjang Panas Bumi

Dari 10 izin yang didelegasikan, terdapat 3 izin yang berkaitan dengan perizinan
pembangunan PLTU, yaitu:

1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL), dan

2. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL)

IUPTL merupakan izin yang wajib dimiliki oleh pengembang IPP PLTU sedangkan
IUJPTL merupakan izin yang wajib dimiliki oleh badan usaha penunjang proyek
PLTU, contoh: Badan Usaha Kontraktor, Badan Usaha Operation & Maintenance
dll. Bagian ini membahas perizinan IUPTL untuk pengembang IPP PLTU.
Terdapat dua jenis perizinan usaha penyediaan tenaga listrik yaitu: IUPTL-
Sementara, dan IUPTL-Tetap

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 104
1. IUPTL-Sementara

IUPTL-Sementara wajib dimiliki oleh pengembang IPP PLTU setelah memperoleh


Letter Of Intent (LOI) dari PLN. IUPTL-Sementara berfungsi sebagai izin pra PPA
(Power Purchase Agreement) karena diperlukan sebagai prasayarat utama untuk
penandatanganan PPA, selain itu IUPTL-S juga berfungsi sebagai pendukung
perizinan di Kementerian lain serta sebagai salah satu license tools untuk
mendapatkan pendanaan proyek.

Berikut adalah persyaratan untuk pengajuan IUPTL-Sementara;

1. Data Administrasi
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. nomor pokok wajib pajak;
2. Data Teknis:
a. studi kelayakan awal; dan
b. surat penetapan sebagai calon pengembang tenaga listrik (LOI)/dari PT
PLN (Persero);
Jangka waktu penerbitan IUPL-S adalah 20 Hari kerja (sesuai Permen
35/2013) setelah dokumen permohonan diterima lengkap dan memenuhi
persyaratan
Jangka waktu berlakunya IUPL-S adalah:
- 2 tahun untuk non kawasan hutan
- 3 tahun untuk PLTP non hutan
- 4 tahun untuk pembangkit yang masuk kawasan hutan

2. IUPTL-Tetap

IUPTL-Tetap wajib dimiliki pengembang IPP PLTU setelah dicapainya kondisi


Financial Close. Pengertian Financial Close mengacu kepada penjelasan
sebelumnya yang termuat dalam BAB II buku ini. IUPTL-Tetap merupakan izin
untuk memasuki tahapan konstruksi. Setelah mendapatkan IUPTL-Tetap,
pengembang IPP akan melakukan importasi peralatan dan komponen

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 105
pembangkit dengan memanfaatkan fasilitas pembebasan bea masuk. Fasilitas
pembebasan bea masuk dibahas kemudian dalam BAB VI buku ini.

IUPTL-Sementara PPA Financial Close IUPTL-Tetap

Berikut adalah persyaratan untuk pengajuan IUPTL-Tetap;

1. Data Administrasi:

a. identitas pemohon

b. Akta Pendirian Perusahaan;

c. Pengesahan Akta dari kementerian Hukum dan Ham;

d. Profil pemohon;

e. nomor pokok wajib pajak;

f. kemampuan pendanaan;

2. Data Teknis

a. studi kelayakan Usaha PenyediaanTenagaListrik;

b. lokasi instalasi kecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik;

c. izin lokasi dari instansi yang berwenang;

d. diagram satu garis;

e. jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan;

f. jadwal pembangunan;

g. jadwal pengoperasian;

h. persetujuan harga jual tenaga listrik;

i. kesepakatan jual beli tenaga listrik/PPA;

3. Dokumen Lingkungan;

Yang dimaksud dengan kemampuan pendanaan adalah Financial Close


sedangkan yang dimaksud dengan dokumen lingkungan adalah Izin Lingkungan
dan Dokumen AMDAL atau UKL/UPL.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 106
Contoh surat permohonan IUPTL-Sementara

KOP BADAN USAHA

Nomor : Jakarta, .
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Sementara untuk proyek..........(.....x..... kW/MW)
di Kab..........., Prov............

Yang terhormat,
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Jl. Gatot Subroto, Kav. 44. Jakarta

Dalam rangka Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum,


dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Sementara untuk proyek pembangkit (..x kW/MW) di
DesaKecamatan.,Kabupaten..,Provinsi...., dengan
kelengkapan dokumen sebagai berikut:
1. Data Administrasi
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. nomor pokok wajib pajak;
2. Data Teknis:
a. studi kelayakan awal; dan
b. surat penetapan sebagai calon pengembang tenaga listrik (LOI)/dari PT PLN
(Persero);
Demikian permohonan kami, atas perhatian Bapak Kepala BKPM, kami ucapkan
terima kasih.

Hormat kami,
(Nama badan usaha)

tanda tangan, materai, dan stempel

(Nama/Jabatan)

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 107
Contoh surat permohonan IUPTL-Tetap

KOP BADAN USAHA

Nomor :- Jakarta,
Lampiran : -
Hal : Permohonan Perpanjngan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)
untuk proyek ..(..xkW/MW)
di Kab.., Provi .

Yang terhormat,
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Jl.Gatot Subroto No.44, Jakarta 12190

Dalam rangka usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum,


dengan ini kami mengajukan permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
proyek.... di Desa., Kec..., Kab., Prov.., dengan kelengkapan
dokumen sebagai berikut:
1. Data Administrasi:
a. identitas pemohon
b. Akta Pendirian Perusahaan;
c. Pengesahan Akta dari kementerian Hukum dan Ham;
d. Profil pemohon;
e. nomor pokok wajib pajak;
f. kemampuan pendanaan;
2. Data Teknis
a. studi kelayakan Usaha PenyediaanTenagaListrik;
b. lokasi instalasi kecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik;
c. izin lokasi dari instansi yang berwenang;
d. diagram satu garis;
e. jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan;
f. jadwal pembangunan;
g. jadwal pengoperasian;
h. persetujuan harga jual tenaga listrik;
i. kesepakatan jual beli tenaga listrik/PPA;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 108
3. DokumenLingkungan;

Demikian permohonan kami, atas perhatian Bapak Kepala BKPM, kami ucapkan
terima kasih.

Hormat kami,
Jabatan

tanda tangan, Meterai, dan stempel

(Nama/Jabatan)

PERIZINAN LAIN TERKAIT BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Selain wajib memiliki IUPTL-Sementara dan IUPTL-Tetap, terdapat satu jenis perizinan
dari Kementerian ESDM (khususnya Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan) yang juga
wajib dimiliki oleh pengembang IPP. Perizinan yang dimaksud adalah pemilikan
Sertifikat Laik Operasi (SLO) untuk unit pembangkit yang akan dioperasikan. SLO ini
wajib dimiliki oleh pengembang IPP sebelum unit pembangkit dioperasikan secara
komersial (COD). Adapun mekanisme untuk mendapatkan SLO adalah dengan
menghubungi Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) yang sudah diakreditasi/ditunjuk oleh
Ditjen Ketenagalistrikan untuk dilakukan pemeriksaab dan pengujian kemudian
diterbitkan SLO unit pembangkit tersebut. Berikut adalah daftar LIT yang
terakreditasi/mendapat penunjukkan untuk SLO PLTU.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 109
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 110
BAB III

BAGIAN III

PERIZINAN di PEMERINTAH DAERAH

A. IZIN PRINSIP PEMERINTAH DAERAH

Izin prinsip diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk investor yang berencana
untuk melakukan kegiatan usaha di daerahnya. Inti dari izin prinsp daerah adalah
pemerintah daerah menunjukkan dukungannya terhadap proyek pembangkit
listrik. Awalnya izin prinsip ini diterbitkan oleh Bupati, namun setelah terbitnya
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan untuk penerbitan izin
prinsip di sektor ketenagalistrikan berada di Gubernur.

Karena struktur pemerintah indonesia yang terdesentralisasi, prosedur, biaya


yang diperlukan, kriteria persyaratan, dan daftar dokumen yang diperlukan
untuk permohonan izin prinsip bisa berbeda untuk setiap daerah. Mungkin saja
untuk mendapatkan izin prinsip dari Gubernur diperlukan surat rekomendasi dari
beberapa lembaga daerah (misalnya dinas ESDM, dinas pekerjaan umum, dinas
lingkungan dan lain-lain).

Masukan dari kami adalah sebaiknya pengembang harus menghubungi


pemerintah daerah dan berkoordinasi dengan BKPM daerah dan dinas ESDM di
daerah untuk mencari tahu tentang prosedur dan persyaratan memperoleh izin
prinsip dari Gubernur. Namun secara umum persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh izin/persetujuan prinsip dari Gubernur, antara lain:

1) formulir permohonan yang sudah diisi

formulir permohonan yang dibuat secara terpisah oleh masing masing


pemerintah daerah. formulir ini berbeda untuk setiap daerah.

2) kartu tanda penduduk (ktp) pemohon

jika permohonan diajukan oleh warga negara indonesia

3) paspor

jika permohonan diajukan oleh warga negara asing

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 111
4) nomor pokok wajib pajak (npwp)

5) deskripsi proyek

perkiraan modal investasi dan rencana bisnis harus dijelaskan; dan

6) denah lokasi

berikut contoh izin prinsip dari pemerintah daerah

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 112
B. PERBEDAAN IZIN PRINSIP BUPATI DENGAN IZIN PRINSIP BKPM

Sering muncul pertanyaan mengapa masih diperlukan izin prinsip penanaman


modal padahal sudah ada izin prinsip untuk berusaha bagi calon investor disuatu
Kabupaten oleh Bupati, sehingga para pejabat daerah memandang hal ini
sebagai memperpanjang jalur birokrasi dalam kegiatan penyelenggaraan
penanaman modal. Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dimulai memahami
apa yang dimaksud izin prinsip penanaman modal yaitu izin yang dimiliki investor
untuk memulai kegiatan investasi yang dapat memperoleh fasilitas fiscal dan
bidang usahanya juga diberikan fasilitas fiskal (Perka BKPM No.12 tahun 2011).

Jadi izin prinsip merupakan dasar bagi perusahaan penanaman modal dalam
negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) guna mendapatkan fasilitas
fiscal berupa pembebasan bea masuk ketika mengimpor mesin produksi dan
bahanbaku juga memperoleh pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN).

Dasar pertama mengeluarkan izin prinsip penanaman modal adalah bidang


usaha wajib terbuka baik dengan persyaratan tertentu maupun tanpa
persyaratan sebagaimana diaturdalam Peraturan Presiden No.36 Tahun 2010.

Sementara izin prinsip yang dikeluarkan oleh Bupati merupakan izin yang
dikeluarkan oleh Bupati yang menyatakan pada dasarnya merekomendasikan
atas penanaman modal oleh pengusaha di daerah, dan sebagai dasar bagi
instansi teknis di derah untuk menindaklanjutkan pengeluaran izin teknis seperti
izin lokasi dan IMB.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara izin prinsip


penanaman modal dan izin prinsip yang dikeluarkan oleh Bupati dimana izin
prinsip penanaman modal secara jelas mengatakan izin memulai penanaman
modal bagi PMA dan PMDN yang dilanjutkan meminta izin teknis atau
pelakanaanpenanaman modal di daerah seperti IMB, Izin Lokasidan HO, juga izin
pelaksanaan di pusat berupa SP Pabean (Surat Persetujuan Pabean) yang
didalamnya termasuk fasilitas PPN sebagai dasar pembebasan bea masuk dan
pembebasan PPN atas impor barang modal (mesin) dan bahan (bahan baku).
Sedangkan izin prinsip yang dikeluarkan oleh Bupati dipergunakan sebagai dasar

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 113
dalam menyelesaikan perizinan yang hanya ada di daaerah,dan tidak dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam menyelessaikan izin pelaksanaan di pusat
seperti SP Pabean dan Pembebasan PPN atas impor barang modal dan bahan.

Dengan demikian fungsi izin prinsip atara izin prinsip penanaman modal yang
dikeluarkan oleh Lemabaga Pelayanan Terpada Satu Pintu penanaman modal
BKPM (PSTP BKPM), PSTP Provinsi dan PTSP BKPM dan izin prinsip yang
dikeluarkan oleh Bupati jelas berbeda yaitu izin prinsip penanaman modal harus
diikuti oleh izin pelaksanaan di daerah sedang izin prinsip bupati tidak dapat
diperguanakan sebagai dasar memperoleh fasilitas fiskal.

C. IZIN GANGGUAN

Izin gangguan adalah kelompok izin lingkungan yang diberikan bagi tempat-
tempat usaha yang diperkirakan menimbulkan gangguan (kebisingan, getaran,
kebauan dan emisi) bagi lingkungan sekitarnya. Izin gangguan dikeluarkan
dengan maksud untuk melindungi orang-orang yang tinggal disekitar tempat
usaha yang didirikan terhadap bahaya, kerugian dan gangguan yang ditimbulkan
oleh usaha yang didirikan tersebut. Izin Gangguan diperlukan bagi kegiatan yang
telah beroperasi (izinbaru/ perpanjangan) dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun
dan wajib diperpanjang 1 (satu) tahun sekali.

Dasar hukum mengenai pemberlakuan izin gangguan di daerah adalah


Permendagri No. 27 Tahun 2009 tentang PEDOMAN PENETAPAN IZIN
GANGGUAN DI DAERAH. Berdasarkan peraturan tersebut, pemerintah daerah
wajib mengatur pelaksanaan izin gangguan dalam Peraturan Daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut, Pejabat yang berwenang mengeluarkan Izin
Gangguan sebenarnya adalah Bupati/Walikota namun biasanya didelegasikan
kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten/Kota (Contoh
Kabupaten Banyuwangi) bahkan dibeberapa kota didelegasikan (contoh batam)
kepada Badan Pengawas Dampak Lingkungan Daerah (Bapedal). Dengan
beragamnya pendelegasian kewenangan penerbitan izin gangguan di daerah,
beragam pula persyaratan dan prosedur penerbitan izin gangguan. Selain itu
untuk penerbitan izin gangguan juga dikenakan biaya retribusi yang besarnya
tergantung pada Perda masing- masing.
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 114
Berikut adalah prosedur dan tata cara perizinan izin gangguan dari salah satu
BPPT kabupaten di Jawa Barat

A. Persyaratan Permohonan
1) Mengisi blanko permohonan ;
- Pernyataan Kesanggupan
- Pernyataan Tetangga (terdekat, radius minimal 100 m)
- Pernyataan Kepemilikan Tanah (bila pemohon dan pemilik tanah
berbeda)
2) Fotokopi KTP berlaku ;
3) Fotokopi KK berlaku (bila perlu) ;
4) Fotokopi Sertifikat/Akta Jual Beli/Letter C ;
5) Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan (bagi yang berbadan hukum) ;
6) Fotokopi SK Menteri Hukum dan HAM (bagi PT) ;
7) Fotokopi Izin Lokasi/Izin Prinsip/IPPT (luas usaha > 500 m2) ;
8) Denah Lokasi ;
9) Surat Kuasa bermaterai (dilampirkan apabila penandatangan /
penanggung jawab permohonan izin selain pemilik/pemohon;
B. Jangka Waktu Pelayanan
Jangka Waktu Pelayanan untuk penerbitan Izin Gangguan (HO) adalah 12
(dua belas) hari kerja, mulai saat diterimanya permohonan dengan
persyaratan yang lengkap ;
C. Biaya / Retribusi
Retribusi = Luas Usaha (Gangguan) x indeks (tarif sesuai Perda Nomor 14
Tahun 2011) x tarif
D. Tinjau Lokasi
Pelayanan Izin Gangguan diperlukan Tinjau Lokasi oleh Tim
Pertimbangan Teknis Perizinan yang dikoordinir oleh Badan Pelayan
Perizinan Terpadu sebagai salah satu prosedur yang harus dilaksanakan.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 115
D. IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

Izin Pemanfaatan Tanah adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib
dimiliki orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan kegiatan dan
atau kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada
bangunan/usaha yang dilakukan, dengan batasan keluasan sebagai berikut :

untuk usaha pertanian > 25 Ha,


untuk usaha non pertanian > 1 Ha,
untuk kegiatan bidang sosial dan keagamaan tanpa batasan keluasan.

Kriteria Penerbitan IPPT, yaitu

1. Peruntukan sesuai dengan tata ruang


2. Masyarakat sekitar, minimal tetangga terdekat tidak berkeberatan
3. Secara teknis lahan memenuhi syarat
4. Tanah tidak dalam sengketa
5. Tidak memiliki dampak lingkungan yang membahayakan
6. Tidak menimbulkan kerawanan sosial
7. Tidak menimbulkan gangguan keamanan
8. Persyaratan administrasi lengkap

Persyaratan untuk IPPT ditentukan oleh peraturan daerah masing masing,


namun secara umum adalah sebagai berikut:

1. Surat permohonan
2. Foto copy KTP Pemohon, atau suray kausa dan foto copy KTP yang
diberikan kuasa dalam hal Permohonan bukan dilakukan oleh Pemohon
sendiri
3. Foto copy bukti penguasaan lahan (SPJB/AJB/SPH/Serifikat: An. Perusahaan
untuk izin Perusahaan, A.n Pribadi untuk Izin Pribadi) (*)
4. Foto copy luans PBB tahun terakhir atau minimal tahun sebelumnya bagi
permohonan izin bulan Juni Desember
5. Foto copy akte perusahaan untuk pemohon berbadan hukum

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 116
6. Surat jaminan kesanggupan penanggulangan dampak yang diakibatkan
konstruksi kegiatan pembangunan yang diterbitkan oleh Camat dan akan
diatur lebih lanjut melalui Peraturan Walikota
7. Surat pemberitahuan kepada tetangga sekitar yang tembusannya
disampaikan kepada Ketua RT dan RW dan dilampiri dengan surat Jaminan
Kesanggupan Penanggulangan Dampak. (*)

Surat Kuasa apabila dikuasakan pengurusannya (materai 6000) Keterangan:


Bagi bangunan yang dimohon dan sudah terdapat di dalam Site Plan Kawasan,
maka persyaratan yang diterbitkan tanda (*) tidak diperlukan lagi.

E. IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Izin mendirikan bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB, adalah perizinan


yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun
baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau memugar dalam rangka melestarikan
bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang
berlaku. Izin Mendirikan Bangunan digolongkanmenjadi dua yaitu IMB untk
bangunan gedung dan IMB untuk bangunan khusus/bukan gedung.

Dasar hukum mengenai pemberlakuan izin gangguan di daerah adalah


Permendagri No. 32 Tahun 2010 tentang PEDOMAN PEMBERIAN IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN. Berdasarkan peraturan tersebut, pemerintah daerah
wajib mengatur pelaksanaan izin gangguan dalam Peraturan Daerah.
Berdasarkan peraturan tersebut, Sama seperti izin gangguan, Pejabat yang
berwenang mengeluarkan Izin Gangguan sebenarnya adalah Bupati/Walikota
namun biasanya didelegasikan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten/Kota. Dengan beragamnya pendelegasian kewenangan
penerbitan izin gangguan di daerah, beragam pula persyaratan dan prosedur
penerbitan izin gangguan. Selain itu untuk penerbitan izin gangguan juga
dikenakan biaya retribusi yang besarnya tergantung pada Perda masing- masing.
Komponen biaya perhitungan retribusi IMB meliputi kegiatan:

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 117
a. Ketentuan khusus perizinan;

b. Jenis kegiatan dan objek yang dikenakan retribusi;

c. Penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan gedung;

d. Indeks penghitungan besarnya retribusi izin mendirikan bangunan gedung;

e. Harga satuan (tarif) retribusi izin mendirikan bangunan gedung; dan

f. Dokumen izin mendirikan bangunan gedung.

Namun Permendagri No. 32 Tahun 2010 memberikan panduan terhadap


persyaratan dan besaran retribusi atas permohonan IMB, dimana Pemohon
mengajukan permohonan IMB kepada Bupati/Walikota dengan melengkapi
persyaratan administrasi dan teknis sebagai berikut:

7) Persyaratan dokumen administrasi:

a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau perjanjian


pemanfaatan tanah;

b. data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi);

c. data pemilik bangunan;

d. surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa;

e. surat pemberitahuan pajak terhutang bumi dan bangunan (SPPT-PBB)


tahun berkenaan; dan

f. dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap


lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.

8) Persyaratan dokumen teknis:

a. gambar rencana/arsitektur bangunan;

b. gambar sistem struktur;

c. gambar sistem utilitas;

d. perhitungan struktur dan/atau bentang struktur bangunan disertai


hasil penyelidikan tanah bagi bangunan 2 (dua) lantai atau lebih;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 118
e. perhitungan utilitas bagi bangunan gedung bukan hunian rumah
tinggal; dan

f. data penyedia jasa perencanaan.

Berikut adalah diagram alir prosedur permohonan penerbitan IMB. Untuk PLTU
digolongkan kedalam kategori bangunan gedung fungsi khusus.

F. IZIN LOKASI

Pada dassarnya Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang
berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah
tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. Pemohon yang dapat
memperoleh Izin Lokasi hanyalah perseorangan atau badan hukum yang telah
memperoleh izin untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal yang perlu diperhatikan oleh para pengusaha adalah
pemahaman bahwa Izin Lokasi ini bukanlah bukti dokumen kepemilikan hak atas
tanah, sehingga tidak membuktikan pemilikan apapun melainkan hanya sebagai

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 119
dokumen awal untuk memperoleh hak atas tanah khususnya dalam rangka
penanaman modal. Pemohon izin lokasi dilarang melakukan kegiatan perolehan
tanah sebelum izin lokasi ditetapkan.

Dasar hukum penerbitan izin lokasi adalah Permenag/Perka BPN No.2 Tahun
1999 Jo No. 5 Tahun 2015. Beberapa point penting dalam peraturan tersebut
antara lain:

9) Setiap Perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penanaman modal


wajib mempunyai izin Lokasi untuk memperoleh tanah yang diperlukan
untuk melaksanakan rencana penanaman modal yang bersangkutan.
Namun berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Permenag/Perka BPN No.2 Tahun 1999
Jo No. 5 Tahun 2015 menentukan bahwa Izin Lokasi tidak diperlukan dan
dianggap sudah dipunyai oleh perusahaan yang bersangkutan dalam hal
sebagai berikut

1. Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para


pemegang saham;

2. Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh
perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagai atau
seluruh rencana penanaman modal perusahaan lain tersebut, dan
untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang;

3. Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan


usaha industri dalam suatu Kawasan Industri;

4. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan


penyelenggara pengembangan suatu kawasan sesuai dengan rencana
tata ruang kawasan pengembangan tersebut;

5. Tanah yang akan diperoleh diperlukan untuk perluasan usaha yang


sudah berjalan dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan
usaha sesuai ketentuan yang berlaku sedangkan letak tanah tersebut
berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 120
6. Tanah yang diperlukan untuk melaksanakan rencana penanaman
modal tidak lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha
pertanian dan tidak lebih datri 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi
) untuk usaha bukan pertanian; atau

7. Tanah yang akan dipergunakan untuk melaksanakan rencana


penanaman modaladalah tanah yang sudah dipunyai oleh perusahaan
yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa tanah-tanah tersebut
terletak di lokasi yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang
berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana
penanaman modal yang bersangkutan.

10) Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tanah yang menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku diperuntukan bagi penggunaan
yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan
oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal yang
dipunyainya.perusahaan yang bersangkutan memberitahukan rencana
perolehan tanah dan atau penggunaan tanah yang bersangkutan kepada
Kantor Petanahan Kabupaten/Kota.

11) Izin Lokasi dapat diberikan dipada perusahaan yang sudah mendapat
perserujuan penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku untuk
memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga apabila perusahaan
tersebut berhasil membebaskan seluruh areal yang ditunjuk, maka luas
penguasaan tanah oleh perusahaan tersebut dan perusahaan perusahaan
lain yang merupakan saru group perusahaan dengannya tidak lebih dari
luasan sebagai berikut:

a. Untuk usaha pengembangan perumahan dan permukiman:

1) Kawasan perumahan permukiman:

1 propinsi : 400 Ha

Seluruh Indonesia: 4.000 Ha

2) Kawasan resort perhotelan :

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 121
1 Propinsi: 200 Ha

Seluruh Indonesia: 4.000 Ha

b. Untuk usaha Kawasan Industri :

1 propinsi : 400 Ha

Seluruh Indonesia: 4.000Ha

c. Untuk usaha perkebunan yang diysahakan dlam bentuk perkebunan


besar dengan diberikan Hak Guna Usaha :

1) Komoditas tebu :

1 propinsi : 60.000 Ha

Seluruh Indonesia : 150.000 Ha

2) Komoditas lainya :

1 propinsi : 20.000 Ha

Seluruh Indonesia : 100.000 Ha

d. Untuk usaha Tambak :

1) Di Pulau Jawa : 1 propinsi : 100 Ha

Seluruh Indonesia : 1.000 Ha

2) Di luar Pulau Jawa : 1 propinsi : 200 Ha

Seluruh Indonesia : 2.000 Ha

12) Khusus untuk Propinsi Daerah Papua dan Papua Barat maksimum luas
pemguasaan tanah adalah dua kali maksimum luas penguasaan tanah
untuk satu Propimsi di luar jawa. Untuk keperluan menentukan luas areal
yang ditunjuk dalam Izin Lokasi perusahaan pemohan wajib menyampaikan
pernyartaan tertulis mengenai luas rtanah yang sudah diukuasai olehnya
dan perusahaan-perusahaan lain yang merupakan sartu group dengannya.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 122
13) Ketentuan pembatasan luasan izin lokasi diatas tidak berlaku untuk:

a. Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum


(PERUM) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);

b. Badan Usaha yang seluruh atau sebagaian besat sahamnya dimiliki


oleh Negara,baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;

c. Badan Usaha yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki


oleh masyarakat dalam rangka go Public.

Berdasarkan penjelasan di atas, pembatasan luasan izin lokasi tidak belaku


untuk pembangunan infrastruktur sektor kelistrikan.

14) Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu 3 tahun dan Perolehan tanah oleh
pemegang Izin Lokasi harus diselesaikan dalam jangka waktu Izin Lokasi

Apabila perolehan tanah tidak dapat diselesaikan dalan jangka waktu Izin Lokasi,
izin lokasi dapat diperpnjang 1 tahun dalam hal perolehan tanah > 50%, namun
jika perolehan tanah < 50%, izin lokasi tidak dapat diperpanjang. Dalam hal izin
lokasi tidak dapat diperpanjang, perolehan tanah dapat dilepaskan kepada
perusahaan atau pihak lain yang memenuhi syarat.

15) Pemberian izin lokasi disertai dengan peta dan pemegang izin lokasi hanya dapat
memperoleh tanah sesuai dengan peta dan perolehan tanah yang berada diluar
peta dalam izin lokasi tidak dapat diproses hak atas tanahnya. Tanah yan sudah
diperoleh wajib didaftarkan pada kantor pentanahan kabupayten/kota setempat.

16) Tata cara pemberian Izin Lokasi :

1. Izin Lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan teknis pertanahan


mengenai aspek penguasaan tanah dan teknis tata guna tanah yang
meliputi keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan,
penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, serta kemampuan tanah.
Pertimbangan ini dibuat oleh Kepala Kantor Pertanahan;

2. Izin lokasi dan pertimbangan teknis pertanahan sebagai syarat


permohonan hak atas tanah.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 123
3. Surat keputusan pemberian Izin Lokasi ditandatangani oleh
Bupati/Walikota atau untuk DKI Jakarta setelah diadakan rapat koordinasi
antar instansi terkait, yang dipimpin oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, atau oleh pejabat yang ditunjuk secara tetap olehnya;

4. Gubernur untuk izin lokasi lintas kabupaten

5. Kepala BPN untuk izin lokasi lintas provinsi

6. Bahan-bahan untuk keperluan pertimbangan teknis pertanahan dan rapat


koordinasi dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan.

7. Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud disertai konsultasi dengan


masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon.

8. Konsultasi sebagaimana dimaksud meliputi empat aspek sebagai berikut :

a. Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang


akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan
tanah serta penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan
tanah tersebut.

b. Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah uintuk


memperoleh penjelasan tentang rencana penanaman modal dan
mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemui;

c. Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh


data sosial dan lingkungan yang diperlukan.

d. Peran serta masyarakat berupa usulan tentang alternatif bentuk dan


besarnya ganti kerugian dalam perolehan tanah dalam pelaksanaan
Izin Lokasi.

17) Hak Dan Kewajiban Pemegang Izin Lokasi

a. Pemegang Izin Lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal Izin
Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan
dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut
dengan cara jual beli, pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah atau
cara lain sesuai ketentuan yang berlaku.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 124
b. Sebelum tanah yang bersangkutan dibebaskan oleh pemegang Izin Lokasi,
maka semua hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah
yang bersangkutan tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk
kewenangan yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah
untuk memperoleh tanda bukti hak (sertifikat), dan kewenangan untuk
menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi atau
usahanya sesuai rencana tata ruang yang berlaku, serta kewenangan untuk
mengalihkannya kepada pihak lain.

c. Pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain


atas tanah yang belulm dibebaskan, tidak menutup atau mengurangi
aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi, dan menjaga serta
melindungi kepentingan umum.

d. Sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan


lain, maka kepada pemegang Izin Lokasi dapat diberikan hak atas tanah
yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah
tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana
penanaman modalnya.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin lokasi ditetapkan
gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 125
Contoh Izin Lokasi Untuk PLTU

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 126
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 127
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 128
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 129
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 130
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 131
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 132
BAB III

BAGIAN IV

IZIN TERKAIT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN

PEKERJAAN RAKYAT

IZIN PENGAMBILAN AIR PERMUKAAN/BAWAH TANAH UNTUK


KEPENTINGAN PROYEK

Dalam proyek pembangkit tenaga listrik khususnya PLTU, diperlukan sumber air
(baik air laut maupun air sungai) yang cukup banyak untuk tahapan kontruksi
maupun operasi. Kebutuhan air ini biasanya terkait dengan keperluan
pendinginan mesin dan peralatan penukar panas pada PLTU. Oleh karena itu,
pengembang IPP perlu memperoleh Izin Penggunaan Sumber Daya Air. Untuk
memanfaatkan air, pada beberapa proyek perlu dibangun sarana dan prasarana
pada permukaan air sehingga diperlukan Izin Pelaksanaan Kontruksi Air
Permukaan.

Izin Penggunaan Sumber Daya Air dan Izin Pelaksanaan Kontruksi Air Permukaan
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
37/PRT/M/2015 Tentang Izin Penggunaan Air Dan/Atau Sumber Air. Hal hal
yang penting yang diatur dalam peraturan tersebut, yaitu:

1) Izin penggunaan sumber daya air diperuntukkan bagi:

a. air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan
lainnya; dan

b. air laut yang berada di darat

2) Izin penggunaan sumber daya air untuk air permukaan dapat diberikan
untuk jenis kegiatan:

c. pemenuhan air irigasi oleh petani atau kelompok petani untuk pertanian
rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 133
d. penyediaan air bersih atau air minum oleh instansi pemerintah, badan
hukum, badan sosial, atau perseorangan yang menggunakan sumber
daya air;

e. penggunaan sumber daya air untuk pembangkit listrik;

f. pemanfaatan ruang sumber air untuk kegiatan konstruksi antara lain


jembatan, bendungan, bendung, tanggul, dermaga, jaringan atau
rentangan pipa air minum, jaringan kabel listrik, dan prasarana sumber
daya air;

g. pemanfaatan bantaran dan/atau sempadan sungai untuk kegiatan


konstruksi antara lain jembatan, dermaga, jaringan atau rentangan pipa
air minum, jaringan kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;

h. pemanfaatan sempadan danau dan badan danau untuk kegiatan


konstruksi antara lain dermaga, jaringan atau rentangan pipa air minum,
jaringan kabel listrik, dan prasarana sumber daya air;

i. penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha perkebunan,


kegiatan usaha peternakan, dan budidaya perikanan;

j. wisata atau olahraga air;

k. pemanfaatan sumber daya air untuk kepentingan penelitian,


pengembangan dan pendidikan;

l. penggunaan sumber daya air untuk industri; atau

m. pemakaian air untuk eksplorasi dan eksploitasi komoditas tambang.

n. Izin penggunaan sumber daya air untuk air laut yang berada di darat,
diberikan antara lain untuk kegiatan penggunaan sumber daya air untuk
usaha tambak, air minum, dan sistem pendinginan mesin, dan
pemenuhan air irigasi untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang
sudah ada.

3) Kewenangan Izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh:

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 134
a. Menteri untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya air pada
wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah
sungai strategis nasional;

b. Gubernur untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya air pada


Wilayah Sungai lintas kabupaten/kota; atau

c. Bupati/walikota untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya air


pada Wilayah Sungai dalam satu kabupaten/kota.

Daftar wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas kabupaten atau
sungai lintas kota termuat dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012
tentang Penetapan Wilayah Sungai.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 135
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 136
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 137
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 138
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 139
Note: * peta dimaksud adalah sebagaimana peta pada lampiran Keputusan Presiden

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 140
Note: * peta dimaksud adalah sebagaimana peta pada lampiran Keputusan Presiden

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 141
4) Pengajuan Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Permohonan izin penggunaan sumber daya air untuk air permukaan pada
sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya dan/atau air laut
yang berada di darat diajukan oleh pemohon kepada Menteri cq. Direktur
Jenderal Sumber Daya Air melalui UPP/Gubernur/Bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya dengan tembusan kepada pengelola sumber daya
air pada wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan
wilayah sungai strategis nasional.

5) Izin penggunaan sumber daya air, diberikan dengan mempertimbangkan


rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air pada wilayah sungai
lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis
nasional. Rekomendasi teknis untuk permohonan izin penggunaan sumber
daya air, memuat pertimbangan teknis dan saran.

6) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan izin,
dengan persyaratan lengkap, Menteri cq Direktur Jenderal Sumber Daya
Air/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenanganya memberikan
persetujuan atau menolak permohonan.

Note: Yang dimaksud dengan pengelola sumber daya air adalah BALAI BESAR DAN
BALAI WILAYAH SUNGAI. Berikut adalah daftar badan balai besar dan balai wilayah
sungai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 142
DAFTAR BALAI BESAR DAN BALAI WILAYAH SUNGAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

NO NAMA ALAMAT NO TELP


BALAI BESAR DAN BALAI WILAYAH SUNGAI
1 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BRANTAS Jl. Menganti No. 312 Wiyung, Surabaya (031) 7533171
2 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO Jl. Solo Kartasura Km/Po.Box 267 Surakarta 57102 (0271) 716428, 716071
3 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI-JUANA Jl. Brigjen S.Sudiarto 375, Semarang (024) 673212, 6723070
4 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SERAYU-OPAK Jl. Sala Km. 6 Yogyakarta 55281 (0274)484186,488778,488266
5 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI Jl. Pemuda No. 40 Cirebon 45132 (0231) 205876
6 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI MESUJI-SEKAMPUNG Jl. Gatot Subroto No. 57, Bandar Lampung 35225 (0721) 480722
7 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CITARUM Jl. Inspeksi Cidurian sta 5600 Soekarno Hatta, Bandung 40292 (022) 7564073
8 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI Jl. Sekolah Guru Perawat No. 109 Makassar 90222 (0411) 868781, 868792
9 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CITANDUY Jl. Prof. Dr. Ir. H. Sutami No.1 Banjar, Jawa Barat 46300 (0265) 741051, 741219

10 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIDANAU- Jl. Raya Labuan Km.3 Kotak Pos 8, Pandeglang, Banten (0253) 201155
CIUJUNG-CIDURIAN
11 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CILIWUNG-CISADANE Jl. Inspeksi Saluran Trum Barat No.58 DKI Jakarta 13620 (021) 8190210, 8190856
12 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA I Jl. Ir.Mohd.Thaher No.14 Lueng Bata Banda Aceh (0651) 22701
Jl. Jenderal Besar Dr.Andul Haris Nasution No.30
13 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA II (061) 7861522, 7861533
Pkl Masyhur Medan
14 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA III Jl. Cut Nya Din No. 1 Pekanbaru (0761) 22473

15 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA IV Jl. KK Waterfront City Ruko No. 102 Selteimiang Batam (0778) 381717

16 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA V Jl. Khatib Sulaiman No.86 A, Padang (0751) 7054476

17 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VI Jl. Thaha Saifudin No.2 Jambi (0741) 24268, 25175

18 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VII Jl. M. Hasan No.9 Pasar Baru Kota Bengkulu (0736) 341405

19 BALAI WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII Jl.Kapten Anwarsastro No. 1251 Palembang (0711) 312272

20 BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA I Jl. Sandujaya Km.7 No.1 Bertais Mataram (0370) 67228

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 143
21 BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II Jl. El Tari II, Bundaran PU Kupang (0380) 824170

22 BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I Jl. Achmad Sood No.6 Pontianak 78121 (0561) 734856
23 BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN II Jl. Tambun Bungai 26 Kuala Kapuas Kalimantan Tengah (0511) 3354320
24 BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN III Jl. Tengkawang No. 5 Samarinda (0541) 276241, 276241
25 BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I Jl. MR.A.A.A Maramis Kairagi Dua Manado (0431) 811621
26 BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI II Jl. G.Tilong Kabila 71, Limboto, Gorontalo (0435) 882097
27 BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI III Jl. Abdurachman Saleh No. 230 Palu (0451) 481578, 482147
28 BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI IV Jl. Balai Kota IV No.1 Kendari (0401) 3122818
29 BALAI WILAYAH SUNGAI BALI-PENIDA Jl. Kapten Tjok Agung Tresna No.9 Denpasar 80235 (0361) 234953, 226769
30 BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU Jl. Anthoni Rebok No. 31 Ambon (0911) 346121
31 BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA Jl. Sumatera No. 15 Dok. IV Jayapura (0976) 533002
32 BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA BARAT Jl. Sumatera No. 15 Dok. IV Jayapura (0976) 533002

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 144
7) Format Surat Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Berikut adalah contoh format surat permohonan Izin Penggunaan


Sumber Daya Air untuk kewenangan pemerintah pusat. Untuk
permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air di pemerintah daerah,
formatnya mengikuti peraturan daerah masing masing.

(KOP PERUSAHAAN)

Nomor : ........................... .............., ...........................


Lampiran : 1 (satu) berkas
Kepada Yth.
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Cq. Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Di Jakarta
Perihal : Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air

Yang bertandatangan di bawah ini


Nama : ........................................
Pekerjaan/Jabatan : ........................................
Alamat : ........................................
Bertindak untuk dan atas nama
Nama Perusahaan : ........................................
Alamat Perusahaan : ........................................

Mengajukan permohonan untuk penggunaan sumber daya air untuk air


permukaan pada sumber air, dengan data-data sebagai berikut:

1. Sumber Air : ........................................


2. Lokasi Penggunaan :
a. Kelurahan/Desa : ........................................
b. Kecamatan : ........................................
c. Kota/Kabupaten : ........................................
d. Provinsi : ........................................
e. Titik koordinat pengambilan : ........................................

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 145
3. Tujuan Penggunaan Air : ........................................
4. Cara Pengambilan Air : ........................................
5. Cara Pembuangan Air : ........................................
6. Jumlah/Volume Pengambilan : lt/detik (setara dengan ... m3/bulan)
7. Jadwal Penggunaan : ........................................
8. Jangka waktu Berlakunya Izin : ........................................
9. Izin/SIPPA yang telah dimiliki *)
a. Pemberi Izin : .......
b. Nomor dan Tanggal SIPPA : ........................................
c. Masa Berlaku : ........................................
d. Volume Yang Diizinkan : ........................................
Sebagai bahan pertimbangan, kami sampaikan dokumen pendukung sebagai
berikut:
a Gambar Lokasi/Peta Situasi (disertai titik koordinat pengambilan)
b Gambar Desain bangunan pengambilan dan pembuangan air
c Spesifikasi Teknis bangunan pengambilan air
d Proposal teknik/penjelasan penggunaan air
e Rekapitulasi volume pengambilan air 1 (satu) tahun terakhir *)
f Bukti setor/pembayaran pajak air permukaan 1 (satu) tahun terakhir
g Bukti setor/pembayaran biaya jasa pengelolaan sumber daya air 1 (satu)
tahun terakhir
h Surat Keputusan/Rekomendasi Amdal/UKL-UPL/SPPL
i Laporan pemantauan dan pengelolaan lingkungan
j Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)

Kami menyatakan bahwa semua informasi yang disampaikan adalah benar


adanya. Atas perhatian dan perkenan Bapak diucapkan terima kasih.

Pemohon

(materai Rp 6.000,-)

(_______________________)
Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
2. Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
3. Kepala Balai Besar/Balai Wilayah Sungai

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 146
4. Kepala Dinas Sumber Daya Air Propinsi.......
5. .........................

PETUNJUK PENGISIAN FORM PERMOHONAN IZIN PENGGUNAAN DAN


PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN

1. Nama : nama pemohon yang mewakili perusahaan

2. Pekerjaan/Jabatan : pekerjaan/jabatan pemohon

3. Alamat : alamat pemohon

4. Nama Perusahaan : nama badan usaha/perusahaan

5. Alamat Perusahaan : alamat badan usaha/perusahaan

6. Lokasi Penggunaan

a. Kelurahan/Desa : Kelurahan/Desa lokasi konstruksi

b. Kecamatan : Kecamatan lokasi konstruksi

c. Kota/Kabupaten : Kota/Kab lokasi konstruksi

d. Provinsi : Provinsi lokasi konstruksi

e. Titik koordinat pengambilan : titik koordinat hasil pencatatan GPS

7. Tujuan Penggunaan Air : contoh: air baku industri, air baku/bersih, PLTMH,
dll.

8. Cara Pengambilan Air : contoh: free intake, pemompaan, dll.

9. Cara Pembuangan Air : contoh: diolah di IPAL selanjutnya dibuang ke


sungai..

10. Jumlah/Volume Pengambilan : (debit) lt/detik (setara dengan (debit)


m3/bulan)

11. Jadwal Penggunaan : contoh: dimulai tanggal....sampai dengan


tanggal.

12. Jangka waktu Berlakunya Izin : masa berlakunya izin yang dimohonkan.

13. Izin/SIPPA yang telah dimiliki *)

a. Pemberi Izin : contoh: UPT Perizinan Kota......

b. Nomor dan Tanggal SIPPA : nomor dan tanggal SIPPA yang telah dimiliki

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 147
c. Masa Berlaku : masa berlaku izin/SIPPA yang telah dimiliki

d. Volume Yang Diizinkan : volume yang diizinkan pada SIPPA yang telah
dimiliki.

Tembusan :

1. _____________________

2. _____________________

3. Kepala Balai Besar/Balai Wilayah Sungai (diisi berdasarkan wilayah kerjanya)

4. (Tembusan kepada Instansi-Instansi terkait lainnya. misalkan: PJT I, PJT II,


Gubernur, dll).

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 148
8) Format Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Konstruksi Pada Sumber
Air

Berikut adalah contoh format surat permohonan Izin Pelaksanaan


Konstruksi Pada Sumber Air untuk kewenangan pemerintah pusat.
Untuk permohonan Izin Pelaksanaan Konstruksi Pada Sumber Air di
pemerintah daerah, formatnya mengikuti peraturan daerah masing
masing.

(KOP PERUSAHAAN)

Nomor : ........................... .............., ...........................


Lampiran : 1 (satu) berkas
Kepada Yth.
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Cq. Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Di Jakarta
Perihal : Pelaksanaan Konstruksi Pada Sumber Air

Yang bertandatangan di bawah ini


Nama : ........................................
Pekerjaan/Jabatan : ........................................
Alamat : ........................................
Bertindak untuk dan atas nama
Nama Perusahaan : ........................................
Alamat Perusahaan : ........................................

Mengajukan permohonan untuk pelaksanaan konstruksi pada sumber air,


dengan data-data sebagai berikut:
1. Lokasi Konstruksi Yang Akan dibangun
a. Sumber air : ....
b. Kelurahan/Desa : ...................................
c. Kecamatan : ...................................
d. Kota/Kabupaten : ...................................

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 149
e. Provinsi : ...................................
f. Titik koordinat lokasi/jalur konstruksi :...................................
2. Maksud/Tujuan Pembangunan : ...................................
3. Jenis/Tipe Prasarana Yang Akan dibangun : ..................................
4. Peta lokasi : (Terlampir)
5. Gambar Bangunan : (Terlampir)
6. Spesifikasi Teknis Bangunan : (Terlampir)
7. Jadwal Pelaksanaan Pembangunan : ...................................
8. Metode Pelaksanan Pembangunan : ...................................
9. Dampak Positif Pembangunan : ...................................
Sebagai bahan pertimbangan, kami sampaikan dokumen pendukung sebagai
berikut:
1. Gambar Lokasi/Peta Situasi (disertai titik koordinat lokasi/jalur konstruksi)
2. Gambar Desain
3. Spesifikasi Teknis
4. Manual Operasi dan Pemeliharaan
5. Bukti kepemilikan lahan (sertifikat tanah)
6. Surat Keputusan atau Rekomendasi Amdal/UKL-UPL/SPPL
7. Berita Acara Pertemuan Konsultasi Masyarakat Kami menyatakan bahwa
semua informasi yang disampaikan adalah benar adanya.

Atas perhatian dan perkenan Bapak diucapkan terima kasih.

Pemohon

(materai Rp 6.000,-)

(_______________________)

Tembusan :
1. Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
2. Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
3. Kepala Balai Besar/Balai Wilayah Sungai ........................................
4. Kepala Dinas Sumber Daya Air Propinsi.......

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 150
PETUNJUK PENGISIAN FORM PELAKSANAAN KONSTRUKSI PADA SUMBER AIR

1. Nama : nama pemohon yang mewakili perusahaan

2. Pekerjaan/Jabatan : pekerjaan/jabatan pemohon

3. Alamat : alamat pemohon

4. Nama Perusahaan : nama badan usaha/perusahaan

5. Alamat Perusahaan : alamat badan usaha/perusahaan

6. Lokasi Konstruksi Yang Akan dibangun

a. Sumber air : Nama sumber air (sungai..)

b. Kelurahan/Desa : Kelurahan/Desa lokasi konstruksi

c. Kecamatan : Kecamatan lokasi konstruksi

d. Kota/Kabupaten : Kota/Kab lokasi konstruksi

e. Provinsi : Provinsi lokasi konstruksi

f. Titik koordinat lokasi/jalur konstruksi : titik koordinat hasil pencatatan GPS

7. Maksud/Tujuan Pembangunan : fungsi bangunan konstruksi, misalnya: untuk


penyaluran/distribusi air bersih (untuk permohonan pelaksanaan konstruksi
pipa), untuk jalan akses perumahan (untuk permohonan konstruksi
jembatan),dll.

8. Jenis Prasarana Yang Akan dibangun : jenis kostruksi, contoh:pipa air bersih,
jembatan, dll.

9. Peta lokasi : dilampirkan bersama permohonan

10. Gambar Bangunan : dilampirkan bersama permohonan

11. Spesifikasi Teknis Bangunan : dilampirkan bersama permohonan

12. Jadwal Pelaksanaan Pembangunan : tanggal mulai dan tanggal berakhirnya


pekerjaan konstruksi

13. Metode Pelaksanaan Pembangunan : uraian singkat metode pelaksanaan


atau dapat dilampirkan tersendiri.

contoh: dengan cara horizontal drilling arah melintang sungai (untuk


pelaksanaan konstruksi pipa), dll.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 151
14. Dampak Positif Pembangunan : uraian singkat manfaat pembangunan atau
dapat dilampirkan tersendiri

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 152
BAB III

BAGIAN V

PERIZINAN BIDANG PERTANAHAN TERKAIT KEMENTERIAN


AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

DASAR HUKUM:

(1) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No 15/2014

(2) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No 2/2015 Jo No 17/2015

(3) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No 5/2015

DEFINISI :

Ada beberapa jenis pertimbangan teknis dan izin bidang pertanahan yang
terkait dengan sektor ketenagalistrikan, yaitu :

1. Informasi ketersediaan tanah

2. Pertimbangan teknis pertanahan

3. Pengukuran bidang tanah

4. Penetapan hak atas tanah : Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan
(HGB) dan Hak Pakai (HP)

5. Pendaftaran keputusan hak atas tanah

6. Izin Lokasi

PERSYARATAN :

1. Informasi Ketersediaan Tanah

Informasi pelayanan pertanahan diberikan dalam bentuk konsultasi


mengenai:

a. Standar prosedur, waktu dan biaya layanan pertanahan yang


dikehendaki pemohon

b. Persyaratan layanan pertanahan yang dikehendaki pemohon

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 153
c. Informasi pertanahan lainnya,berupa:

peta ketersediaan tanah yang telah disusun oleh Kementerian


Agraria dan Tata Ruang/BPN

peta ketersediaan tanah yang dihasilkan dari analisa peta-peta yang


ada di BPN

Persyaratan

Permohonan

Identitas pemohon dan kuasa apabila dikuasakan

Surat Kuasa apabila dikuasakan

Dokumen yang menjadi persyaratan yang berbentuk fotokopi,


dilegalisir oleh pejabat yang berwenang

2. Pertimbangan Teknis Pertanahan

Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP) diberikan dalam rangka penerbitan:

1. Ijin Lokasi

2. Penetapan Lokasi, dan

3. Ijin Perubahan Penggunaan Tanah

Pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan


pemanfaatan tanah, sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi yang diberikan
kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam
rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak
dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman
modalnya.

PTP Dalam Rangka Penerbitan Penetapan Lokasi

Pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan


pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian keputusan penetapan
lokasi tanah yang akan digunakan untuk pembangunan bagi

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 154
kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan


Tanah untuk Kepentingan Umum, Penetapan Lokasi tidak memerlukan
pertimbangan teknis pertanahan (dalam rangka percepatan dan
penyederhanaan layanan).

PTP Dalam Rangka Penerbitan Ijin Perubahan Penggunaan Tanah

Pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan


pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin kepada pemohon untuk
melakukan perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya

Persyaratan:

Permohonan.

Identitas pemohon dan kuasa apabila dikuasakan.

Surat Kuasa apabila dikuasakan.

NPWP, Akta Pendirian beserta perubahan-perubahannya (apabila ada),


dan pengesahan/persetujuan dari pejabat yang berwenang .

Tanda daftar perusahaan.

Proposal rencana pengusahaan tanah.

Sket lokasi yang dimohon.

Dasar penguasaan tanah (apabila ada)

SPPT, PBB tahun berjalan.

Dokumen yang menjadi persyaratan yang berbentuk fotokopi,


dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.

3. Pengukuran Bidang Tanah

Permohonan

Syarat pada pelayanan pertimbangan teknis

Izin lokasi (apabila dipersyaratkan)

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 155
Peta areal tanah yang dimohonkan *)

Bukti perolehan tanah/alas hak (Akta Jual Beli, Pelepasan hak, Letter C,
SK Pelepasan Kawasan Hutan **), Daftar Rekapitulasi Perolehan Lahan
dan Peta Perolehan Lahan sesuai dengan alas hak*), Bukti Perolehan
Lainnya)

Surat pernyataan pemasangan tanda batas.

Surat pernyataan tidak sengketa.

Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah.

Dokumen yang menjadi persyaratan yang berbentuk fotokopi, dilegalisir


oleh pejabat yang berwenang.

*) dalam bentuk cetak dan file elektronik dalam *dwg atau *shp. Pada
peta areal yang dimohon termasuk layer tanda batas yang sudah
terpasang sesuai daftar koordinat.

**) untuk areal yang berasal dari kawasan hutan

4. Penetapan Hak atas Tanah : Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan
(HGB) dan Hak Pakai (HP)

Permohonan.

Syarat pada pelayanan pengukuran bidang tanah.

Peta Bidang Tanah.

Persetujuan Penanaman Modal bagi perusahaan yang menggunakan


fasilitas penanaman modal dari instansi teknis.

Keterangan status kawasan hutan dari instansi teknis (jika diperlukan).

Keterangan status areal pertambangan dari instansi teknis (jika


diperlukan).

Keterangan bebas garapan masyarakat apabila tanahnya berasal dari


tanah Negara yang tidak ada penguasaan masyarakat.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 156
Surat Pernyataan Tanah-Tanah yang dipunyai oleh Pemohon termasuk
tanah yang dimohon.

SSP/PPh, apabila tanah yang dimohon merupakan objek pengenaan


SSP/PPh.

Dokumen yang menjadi persyaratan berbentuk fotokopi, dilegalisir oleh


pejabat yang berwenang.

5. Pendaftaran Keputusan Hak atas Tanah

Permohonan.

Asli Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah

SPPT PBB Tahun berjalan

Asli Penyerahan Bukti SSB (BPHTB)

Asli bukti alas hak.

Dokumen yang menjadi persyaratan yang berbentuk fotokopi, dilegalisir


oleh pejabat yang berwenang.

6. Izin Lokasi

Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2015 Tentang izin


Lokasi

1. Ijin Lokasi diberikan untuk jangka waktu 3 tahun, tanpa ada batas luasan

2. Kewenangan Pemberian Izin Lokasi:

a. Dalam 1 kabupaten: Bupati/Walikota/Gubernur atau Pejabat yang


ditunjuk (khusus untuk DKI)

b. Lintas kabupaten dalam 1 provinsi: Gubernur

c. Lintas Provinsi: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN

3. Dalam rangka efisiensi dan efektivitas usaha kawasan industri diperlukan


tanah dengan luasan lebih dari ketentuan, maka dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Menteri ATR/Kepala BPN

Persyaratan:

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 157
Telah memperoleh Ijin Pertimbangan Teknis Pertanahan

Sebagai syarat permohonan hak atas tanah

Untuk satu kabupaten/kota ditandatangani Bupati/Walikota, kecuali


DKI Jakarta oleh Gubernur

Untuk litas kabupaten/kota ditandatangani Gubernur

Untuk Lintas provinsi ditandatangani Menteri ATR/Ka BPN

7. Time Line Waktu Proses Perizinan Terkait Pentanahan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 158
BAGAN ALIR PENGUKURAN BIDANG TANAH

PTSP
KANTOR KEMENTERIAN
KANWIL ATR/
PEMOHON KABUPATEN/ ATR/BPN
BPN
KOTA
LOKET TIM SUPPORT

Konfirmasi Data Pada Unit Teknis


(1 hari)

Penerimaan Dokumen Analisa Peta dan Dokumen

$
$

$
$ $ $

Dokumen Permohonan Permohonan Permohonan


(4 hari)
Analisa Data dan Analisa Data dan Analisa Data dan
(1 hari) Penghitungan Biaya Penghitungan Biaya Penghitungan Biaya

Dokumen lengkap
SPS Persetujuan Penerbitan SPS

Pembayaran PNBP Cetak dan


Penerbitan SPS

Layanan Informasi
Bank dan Penerimaan Dokumen
(STTD)

Luas Pengukuran Luas Pengukuran 10 ha s.d. 1000 Ha Luas Pengukuran lebih dari 1000 Ha
sampai dengan 10 Ha (Pemohon harus hadir) (Pemohon harus hadir)
(Pemohon harus hadir)

(20 hari) (30 hari )


(10 hari)

Pemohon
Penyerahan Peta Bidang

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 159
BAGAN ALIR PEMBERIAN HAK GUNA USAHA

PTSP
KANTOR KEMENTERIAN
KANWIL ATR/
PEMOHON KABUPATEN/ ATR/BPN
BPN
KOTA
LOKET TIM SUPPORT

(1 hari)

Penerimaan Dokumen

$
$
$
Analisa Peta dan Dokumen
Dokumen Permohonan Permohonan Permohonan
(4 hari) Analisa Data dan
(1 hari) Penghitungan Biaya

Dokumen lengkap
SPS

Pembayaran PNBP Cetak dan Penerbitan SPS

$
Pengantar

Bank
Layanan Informasi
dan Penerimaan Dokumen
(STTD) Penerbitan Surat Keputusan Menteri
Luasan lebih dari 200 ha s.d. 1000 ha
(50 hari)
Pemeriksaan Tanah dan Penerbitan Surat Keputusan Menteri
Pengolahan Data Luasan lebih dari 1.000 ha s.d 3.000 ha
(60 hari)
Penerbitan Surat Keputusan Menteri
Luasan lebih dari 3.000 ha s.d 6.000 ha
(80 hari)
Penerbitan Surat Keputusan Menteri
Penerbitan Surat Keputusan KaKanwil Luasan lebih dari 6.000 ha
Luasan sampai dengan 200 ha (90 hari)
(30 hari)

Dokumen Permohonan
Penyerahan SK

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 160
BAGAN ALIR PEMBERIAN HAK GUNA BANGUNAN/HAK PAKAI

PTSP
KANTOR KEMENTERIAN
KANWIL ATR/
PEMOHON KABUPATEN/ ATR/BPN
BPN
KOTA
LOKET TIM SUPPORT

Konfirmasi Data Pada Unit Teknis


(1 hari)

$
$

$
$ $ $

Penerimaan Dokumen Analisa Peta dan Dokumen


Dokumen Permohonan Permohonan Permohonan
(4 hari) Analisa Data dan Analisa Data dan Analisa Data dan
Penghitungan Biaya Penghitungan Biaya Penghitungan Biaya
(1 hari)

Persetujuan Penerbitan SPS


Dokumen lengkap
SPS

Pembayaran PNBP Penghitungan Biaya dan


Penerbitan SPS

Layanan Informasi
Bank dan Penerimaan Dokumen
(STTD)
Penerimaan berkas,
Pengolahan data dan
Risalah Pemeriksaan Data Fisik Pengantar
dan Yuridis

Penerbitan Surat Keputusan Kakan Penerbitan Surat Keputusan KaKanwil Penerbitan Surat Keputusan Menteri
Luasan s/d 2 ha Luasan lebih dari 2 ha s/d 15 ha Luasan lebih dari 15 ha
(20 hari) (30 hari) (50 hari)

Dokumen Permohonan Penyerahan SK

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 161
BAGAN ALIR PENDAFTARAN KEPUTUSAN HAK ATAS TANAH

PTSP
KANTOR KEMENTERIAN
KANWIL ATR/
PEMOHON KABUPATEN/ ATR/BPN
BPN
KOYA
LOKET TIM SUPPORT

$
$
$

(1 hari) Konfirmasi

Penerimaan Dokumen
Dokumen Permohonan Penghitungan Biaya dan Persetujuan Penerbitan SPS
Permohonan
Penerbitan SPS

(1 hari)

Dokumen lengkap
SPS

Pembayaran PNBP

Layanan Informasi
Bank dan Penerimaan Dokumen
(STTD)

Pendaftaran dan pembukuan HAT


(5 hari)

Pemohon
Penyerahan Sertipikat

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 162
BAB III

BAGIAN VI

PERIZINAN TERKAIT KEMENTERIAN KEUANGAN

(DITJEN BEA DAN CUKAI)

PENGURUSAN NOMOR INDUK KEPABEANAN

Secara terminologi peraturan, yang dimaksud dengan NIK atau Nomor Identitas
Kepabeanan adalah nomor identitas yang bersifat pribadi yang diberikan oleh
DJBC kepada Pengguna Jasa yang telah melakukan registrasi untuk mengakses
atau berhubungan dengan sistem kepabeanan yang menggunakan teknologi
informasi maupun secara manual. Pengguna jasa dalam hal ini bisa berupa
Importir, Eksportir, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), dan
Pengangkut.

Dasar hukum dari registrasi kepabeanan yang bermuara pada NIK ini adalah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.04/2014 tentang Registrasi
Kepabeanan, yang kemudian diatur petunjuk pelaksanaannya oleh Direktur
Jenderal Bea dan Cukai melalui Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Nomor PER-10/BC/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Registrasi Kepabeanan.

Sebelum melakukan registrasi kepabeanan, pengguna jasa terlebih dahulu harus


melakukan pendaftaran User ID melalui website http://www.beacukai.go.id
untuk mendapatkan username dan password yang akan dikirimkan melalui email
yang diinput ketika melakukan pendaftaran User ID. Username dan password ini
kemudian dapat digunakan untuk melakukan Sign-In pada website
http://www.beacukai.go.id, menu Aplikasi dan Layanan, sub menu Registrasi
Kepabeanan.

Registrasi Kepabeanan dilakukan dengan mengisi formulir isian pada Sistem


Aplikasi Registrasi Kepabeanan, pada website http://www.beacukai.go.id yang
telah dapat diakses menggunakan username dan password yang telah diperoleh,

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 163
dan kemudian mengirimkan kembali formulir beserta lampiran yang
dipersyaratkan juga melalui sistem aplikasi tersebut.

Untuk masing-masing pengguna jasa, lampiran yang dipersyaratkan dalam


proses pengajuan registrasi kepabeanan berbeda tergantung dari jenis kegiatan
kepabeanannya. Detail lampiran yang dipersyaratkan untuk masing-masing
pengguna jasa adalah sebagai berikut:

Lampiran untuk registrasi kepabeanan sebagai Importir:

1. Kartu NPWP Perusahaan;

2. Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

3. Angka Pengenal Importir (API);

4. KTP/Paspor/KITAS/KITAP/Identitas penanggung jawab perusahaan;

5. Surat Pernyataan kebenaran pengisian data dan dokumen yang


dilampirkan; dan

6. Surat Kuasa bermaterai sesuai peraturan perundangan-undangan, apabila


permohonan registrasi dilakukan oleh selain Direksi atau penanggung
jawab perusahaan.

Selanjutnya, terhadap formulir isian dan lampiran yang telah dikirimkan tersebut
akan dilakukan penilaian administrasi dan penilaian data registrasi oleh Pejabat
Bea dan Cukai. Guna mengoptimalkan proses penilaian registrasi kepabeanan,
sangat direkomendasikan untuk melengkapi pengajuan NIK dengan dokumen
tambahan sebagai berikut:

1. Akte Pendirian Perusahaan dan SK Kehakiman

2. Akte Perubahan Perusahaan yg Terakhir + SK Kehakiman

3. Domisili Perusahaan yg masih berlaku

4. Kartu NPWP Perusahaan

5. SKT (Surat Keterangan Terdaftar) NPWP

6. SPPKP (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak).

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 164
7. SIUP PT Lokal atau Pendaftaran BKPM/Izin Prinsip/IUT Perusahaan PMA

8. TDP Perusahaan.

9. API (Angka Pengenal Importir) harus legalisir

10. Untuk ExportPEB untuk Export atau salah satu nama barang export.

11. NIK Beacukailama atau SRP Lama (Apabila Perubahan)

12. KTP dan NPWP Direksi (Pengurus Perusahaan yg ada di Akte Terakhir).

13. KTP dan NPWP Kuasa Direksi (Penanda Tangan API)

14. Rekening Koran.

15. Contoh salah satu sama barang yag akan di Import atau export dan HS
Barang.

16. Laporan Keuangan (Neraca - Rugi/Laba) Perusahaan yg terakhir.

17. Komponen Pembukuan Perusahaan:

General Jurnal, General Ledger dan Subsidiary Legder ( sesuai kondisi


pembukuan perusahaan)

Jurnal Pembelian, Jurnal Pengengeluaran kas dan buku besarnya.

Jurnal Pembelian.

Setelah dilakukan penelitian terhadap formulir isian registrasi dan lampirannya,


Direktur atau Kepala Kantor akan menyampaikan:

1. Tanda Terima Permohonan Registrasi Kepabeanan (TTP-RK), bila


dokumen dilampirkan secara lengkap dan jelas, atau

2. Tanda Pengembalian Permohonan Registrasi Kepabeanan (TPP-RK), bila


dokumen tidak dilampirkan secara lengkap dan jelas.

Dalam hal pengguna jasa menerima TTP-RK, Direktur atau kepala kantor akan
memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja,
sebaliknya jika pengguna jasa menerima TPP-RK, maka harus mengulangi
proses untuk mendapatkan TTP-RK. Bilamana registrasi kepabeanan disetujui,
maka Direktur atau Kepala Kantor akan menerbitkan NIK.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 165
TTP-RK, TPP-RK, Persetujuan, Penolakan atau Surat Pemberitahuan NIK dapat
diterima oleh pengguna jasa melalui Sistem Aplikasi Registrasi Kepabeanan atau
jasa pengiriman surat.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 166
BAB III

BAGIAN VII

PERIZINAN TERKAIT KEMENTERIAN KEHUTANAN DAN


LINGKUNGAN HIDUP

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013,


terdapat beberapa jenis perizinan terkait dengan lingkungan, yaitu :

1. Penilaian Kerangka Acuan

2. Permohonan Izin Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan RKL/RPL

3. UKL-UPL

Untuk sektor ketenagalistrikan, daftar kegiatan yang wajib menyusun dokumen


lingkungan AMDAL sebagai berikut:

Untuk kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan diatas, wajib menyusun
dokumen lingkungan UKL/UPL.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 167
Kewenangan penerbitan Izin Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan RKL/RPL
terbagi-bagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
ketentuan sebagai berikut:

Penilaian dan Penerbitan Ijin Lingkungan ANDAL, RKL- RPL oleh KPA Pusat
untuk eksploitasi atau operasi produksi batubara dan EBT yang berlokasi di
kawasan hutan lindung;

KPA PROVINSI untuk kegiatan pengolahan dan pemurnian batubara yang


berlokasi di kawasan hutan lindung dan Pembangunan PLTA dengan Skema
Bendungan

KPA Kabupaten/Kota untuk

Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara yang berlokasi di luar kawasan


hutan lindung serta

Ketenagalistrikan yaitu:

a. Pembangunan jaringan transmisi

saluran udara tegangan tinggi;

saluran kabel tegangan tinggi;

kabel laut tegangan tinggi.

b. Pembangunan:

PLTD, PLTG, PLTU, atau PLTGU;

PLTP di luar kawasan hutan lindung;

PLT Sampah (PLTSa) dengan proses methane harvesting;

Pembangkit listrik dari jenis EBT Lainnya

a. Pembangunan PLTA dengan aliran langsung.

b. Energi baru dan terbarukan yaitu:

c. Panas bumi tahap eksploitasi yang berlokasi di luar kawasan hutan


lindung.

d. Pembangunan kilang biofuel.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 168
PERSYARATAN IZIN LINGKUNGAN:

1. Dokumen Pendirian Usaha atau Kegiatan

2. Profil Usaha atau Kegiatan

3. Dokumen AMDAL

KA dan SK persetujuan atau konsep KA beserta pernyataan


kelengkapan administrasi

Draft Andal

Draft RKL-RPL

Prosedur penerbitan izin lingkungan untuk AMDAl dan UKL-UPL di PTSP


Pusat

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 169
Setelah kegiatan memasuki tahapan operasi, pengembang IPP wajib
memiliki izin terkait Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
meliputi perizinan:
Izin pembuangan air limbah ke sungai/laut
Izin penyimpanan sementara limbah B3
Izin pengumpulan
Izin pengangkutan
Izin pemanfaatan
Izin pengolahan
Izin penimbunan
Izin dumping ke laut
Izin venting ke udara

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 170
BAB III

BAGIAN VIII

PERIZINAN TERKAIT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERIZINAN JETTY UNTUK BONGKAR MUAT BATUBARA


(TERMINAL KEPENTINGAN SENDIRI/TERMINAL KHUSUS)

Terdapat dua jenis perizinan di Kementerian Perhubungan yang terkait dengan


perizinan untuk pembangunan PLTU yaitu rekomendasi ANDAL-LALIN dan
Perizinan Jetty (Terminal Khusus/kepentingan Sendiri). Bagian ini membahas
mengenai perizinan Jetty, sedangkan ulasan mengenai prosedur rekomendasi
ANDAL-LALIN dibahas secara terpisah dan dijadikan satu bahasan dalam bagian
dokumen kajian untuk pembangunan PLTU.

A. Definisi
Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah
Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan
yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.

Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di


dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan
untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.

Daerah Lingkungan Kerja adalah wilayah perairan dan daratan pada


pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung
untuk kegiatan pelabuhan.

Daerah Lingkungan Kepentingan adalah perairan di sekeliling


Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan
untuk menjamin keselamatan pelayaran.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 171
Kepentingan Sendiri adalah terbatas pada kegiatan lalu lintas kapal
atau turun naik penumpang atau bongkar muat barang berupa
bahan baku, hasil produksi sesuai dengan jenis usaha pokoknya.

Syahbandar adalah pejabat Pemerintah di pelabuhan yang diangkat


oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan
dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pelayaran.

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang


berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk
meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau
lalu lintas kapal.

B. TERMINAL KHUSUS

B.1 Ketentuan Umum

Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar Daerah Lingkungan


Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut serta
pelabuhan sungai dan danau dapat dibangun dan dioperasikan
terminal khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan usaha pokoknya.

Ketentuan umum Terminal khusus:

a. ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat;

b. wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah


Lingkungan Kepentingan tertentu; dan

c. ditempatkan instansi Pemerintah yang melaksanakan fungsi


keselamatan dan keamanan pelayaran, serta instansi yang
melaksanakan fungsi pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 172
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
tertentu, digunakan untuk:

a. lapangan penumpukan;

b. tempat kegiatan bongkar muat;

c. alur-pelayaran dan perlintasan kapal;

d. olah gerak kapal;

e. keperluan darurat; dan

f. tempat labuh kapal.

Pengoperasian terminal khusus hanya dapat dilakukan oleh


pengelola setelah memperoleh rekomendasi dari penyelenggara
pelabuhan setempat yang memuat sekurang kurangnya

a. Keterangan bahwa pembangunan terminal khusus telah


selesai dilaksanakan sesuai dengan izin pembangunan dan
pengoperasian yang diberikan oleh Direktur Jenderal dan siap
untuk dioperasikan

b. Hasil pembangunan terminal khusus telah memenuhi aspek


keamanan, ketertiban dan keselamatan pelayaran

c. Pertimbangan dari distrik navigasi setempat mengenai


kesiapan alur pelayaran dan srana bantu navigasi pelayaran

B.2 Persyaratan Dokumen Permohonan Penetapan Lokasi/ Izin Lokasi


untuk Pembangunan Terminal Khusus

Permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal


Perhubungan Laut, penilaian pemenuhan persyaratan dalam
jangka waktu 14 hari setelah berkas lengkap, Penetapan oleh
menteri jangka waktu 7 hari setelah persyaratan lengkap dan
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota.

Persyaratannya mencakup :

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 173
a. Salinan surat izin'usaha pokok dari instansi terkait;

b. Letak lokasi yang diusulkan dilengkapi dengan koordinat


geografis yang digambarkan dalam peta laut;

c. Studi kelayakan yang paling sedikit memuat:

rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan


penunjang dan hasil produksi;

rencana frekuensi kunjungan kapal;

aspek ekonomi yang berisi tentang efisiensi


dibangunnya terminal khusus dan aspek lingkungan;
dan

hasil survei yang meliputi hidrooceanograji (pasang


surut, gelombang, kedalaman dan arus), topograji, titik
nol (benchmark) lokasi pelabuhan yang dinyatakan
dalam koordinat geografis;

d. Rekomendasi dari Syahbandar

e. Rekomendasi gubenur dan bupati/walikota setempat

f. Laporan keuangan 2 tahun terakhir yang di audit oleh

kantor akuntan publik terdaftar

g. Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang


memiliki aset paling sedikit 50 trilyun

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 174
Contoh Surat Permohonan Penetapan Lokasi Terminal Khusus

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 175
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 176
B.3 Persyaratan Dokumen Permohonan Izin Pembangunan dan

Pengoperasian Terminal Khusus

Permohonan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut,


penilaian pemenuhan persyaratan dalam jangka waktu 30 hari
setelah berkas Permohonan lengkap.

Persyaratan Administrasi

a. Akta pendirian perusahaan;

b. Izin usaha pokok dari instansi terkait;

c. Nomor PokokWajib Pajak (NPWP);

d. Bukti penguasaan tanah (bukti penguasaan tanah yang


diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional);

e. Bukti kemampuan finansial (ketersediaan anggaran untuk


pembangunan fasilitas terminal khusus);

f. Proposal rencana tahapan kegiatan pembangunan jangka


pendek, jangka menengah dan jangka panjang; dan

g. Rekomendasi dari Syahbandar pada Kantor Unit

h. Laporan keuangan 2 tahun terakhir yang di audit oeh kantor

akuntan publik terdaftar

i. Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang


memiliki aset paling sedikit 50 trilyun

Persyaratan Teknis

a. Studi kelayakan yang paling sedikit memuat:

rencana volume bongkar muat bahan baku, peralatan


penunjang dan hasil produksi serta rencana frekuensi
kunjungan kapal;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 177
aspek ekonomi yang berisi tentang efisiensi
dibangunnya terminal khusus dan aspek lingkungan;
dan

aspek keselamatan dan keamanan di terminal khusus

b. tata letak dermaga;

c. perhitungan dan gambar konstruksi bangunan pokok;

d. hasil survei kondisi tanah;

e. hasil kajian keselamatan pelayaran termasuk alur pelayaran


dan kolam pelabuhan;

f. batas-batas rencana wilayah daratan dan perairan dilengkapi


titik koordinat geografis serta rencana induk terminal khusus
yang akan ditetapkan sebagai daerah lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan tertentu; dan

g. kajian lingkungan berupa studi lingkungan yang telah


disahkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.

h. Sistem dan prosedur pelayanan di terminal khusus

i. Tersedianya SDM bersertifikat di bidang teknis


pengoperasian pelabuhan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 178
Permohonan Izin Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Khusus

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 179
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 180
Penjelasan :

Bukti penguasaan tanah berupa bukti penguasaan tanah yang


diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Bukti kemampuan finansial berupa ketersediaan anggaran untuk


pembangunan fasilitas terminal khusus.

Rekomendasi dari Syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara


Pelabuhan terdekat meliputi:

rencana alur-pelayaran;

kolam pelabuhan;

rencana penempatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; dan

rencana kunjungan kapal (Jenis dan ukuran).

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 181
C. Permohonan Persetujuan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

C.1 Definisi dan Ketentuan Umum

Untuk menunjang kegiatan tertentu di dalam Daerah Lingkungan


Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan dapat
dibangun terminal untuk kepentingan sendiri. Pengelolaan terminal
untuk kepentingan sendiri dilakukan sebagai satu kesatuan dalam
penyelenggaraan pelabuhan.

Pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri hanya dapat


dilakukan atas dasar kerjasama dengan penyelenggara pelabuhan
dan setelah memperoleh persetujuan pengelolaan dari

a. Direktur Jenderal bagi terminal untuk kepentingan sendiri yang


berlokasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan utama dan pengumpul

b. Gubernur bagi terminal untuk kepentingan sendiri yang


berlokasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan pengumpan regional

c. Bupati/walikota terminal untuk kepentingan sendiri yang


berlokasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan pengumpan lokal

C.2 Persyaratan Permohonan Persetujuan Terminal Untuk Kepentingan

Sendiri

a. Bukti kerjasama dengan penyelenggara pelabuhan;

b. Data perusahaan yang meliputi akta perusahaan, Nomor


Pokok Wajib Pajak, dan izin usaha pokok;

c. Gambar tata letak lokasi terminal untuk kepentingan sendiri


dengan skala yang memadai, gambar konstruksi dermaga,
dan koordinat geografis letak terminal untuk kepentingan
sendiri;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 182
d. Bukti penguasaan tanah;

e. Proposal terminal untuk kepentingan sendiri;

f. Rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan setempat;

g. Berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim teknis terpadu;


dan

h. Studi lingkungan yang telah disahkan oleh pejabat yang


berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

i. Laporan keuangan 1 tahun terakhir yang di audit oleh kantor


akuntan publik terdaftar

j. Referensi bank nasional atau bank swasta nasional yang


memiliki aset paling sedikit 50 trilyun

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 183
Permohonan Izin Pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 184
Penjelasan:

Bukti kerjasama berupa perjanjian kerjasama yang paling sedikit


memuat:

a. kewajiban dan hak penyelenggara pelabuhan meliputi:

1. menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam


pelabuhan, alur-pelayaran, dan jaringan jalan;

2. menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;

3. menjamin keamanan dan ketertiban di terminal untuk


kepentingan sendiri;

4. menjamin dan memelihara ke1estarian lingkungan di terminal


untuk kepentingan sendiri;

5. menjamin kelancaran arus barang;

6. mengatur dan mengawasi penggunaan perairan;

7. mengawasi penggunaan daerah lingkungan kerja dan daerah


kepentingan pelabuhan;

8. mengatur lalu lintas kapal keluar masuk terminal untuk


kepentingan sendiri melalui pemanduan kapal; dan

9. pengenaan tarif sesuai dengan peraturan perundang undangan.

b. kewajiban dan hak pengelola terminal untuk kepentingan sendiri


meliputi:

1. menyediakan dermaga untuk bertambat;

2. menyediakan fasilitas naik turun penumpang dan/ atau


kendaraan;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 185
3. menyediakan alat bongkar muat barang;

4. mendapatkanjaminan kelancaran arus barang; dan

5. mendapatkan jaminan keselamatan dan keamanan pelayaran.

Bukti penguasaan tanah berupa bukti penguasaan atas tanah yang


diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Proposal terminal untuk kepentingan sendiri paling sedikit memuat:

a. maksud dan tujuan penge10laan terminal untuk kepentingan


sendiri;

b. prediksi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan;

c. prediksi jenis dan jumlah peralatan penunjang hasil produksi;

d. prediksi jenis dan jumlah hasH produksi;

e. prediksi jenis, ukuran, dan jumlah kapal/tongkang yang akan


digunakan; dan

f. prediksi jangka waktu penggunaan terminal untuk kepentingan


sendiri.

Rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan setempat memuat:

a. dimensi kapal/ tongkang yang digunakan sesuai dengankondisi


perairan dan fasilitas dermaga yang akandibangun;

b. kedalaman perairan yang dihitung dalam L WS;

c. titik koordinat geografis lokasi terminal untukkepentingan sendiri


yang sekurang-kurangnya pada 3(tiga)titik; dan

d. kegiatan pengoperasian terminal untuk kepentingan sendiri tidak


mengganggu kelancaran lalu lintas kapal dan operasional
pelabuhan.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 186
D. IZIN SARANA BANTU NAVIGASI

D.1. Definisi dan Ketentuan Umum

Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem


yang berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk
meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal
dan/atau lalu lintas kapal.

Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran pada alur-pelayaran


dan perairan pelabuhan khusus/kepentingan penting sebagai
salah satu syarat penerbitan Izin Pembangunan Pelabuhan.

Jenis Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran terdiri atas:


a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran visual;
b. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran elektronik; dan
c. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible.
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran berfungsi untuk :
a. menentukan posisi dan/atau haluan kapal;
b. memberitahukan adanya bahaya/rintangan pelayaran;
c. menunjukkan batas-batas alur pelayaran yang aman;
d. menandai garis pemisah lalu lintas kapal;
e. menunjukan kawasan dan/atau kegiatan khusus di perairan;
dan
f. menunjukan batas wilayah suatu negara.
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran visual dapat ditempatkan di
darat atau di perairan berupa:
a. menara suar;
b. rambu suar;
c. pelampung suar; dan
d. tanda siang.
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran elektronik meliputi:
a. Global Positioning System (GPS) pada Stasiun Radio Pantai,
Vessel Traffic Services, dan Local Port Services
b. Differential Global Position System (DGPS);
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 187
c. radar beacon;
d. radio beacon yang diperuntukan di bidang navigasi pelayaran;
e. radar surveylance;
f. medium wave radio beacon;
g. sistem identifikasi otomatis (Automatic Identification
System/AIS) Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; dan
h. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran elektronik lainnya sesuai
dengan perkembangan teknologi.
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible menyampaikan
informasi dengan memperdengarkan bunyi-bunyian, ditempatkan
pada daerah perairan berkabut dan/atau pandangan terbatas,
antara lain:
a. peluit;
b. gong;
c. lonceng; atau
d. sirene

D.2. Persyaratan Izin Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:

Permohonan Izin Pengadaan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran


oleh badan usaha untuk kepentingan tertentu dan pada lokasi
tertentu diberikan oleh Direktur Jenderal (paling lambat 14 hari
kerja sejak survey selesai dilakukan oleh tim teknis)

Administrasi

a. akte pendirian perusahaan;

b. nomor pokok wajib pajak;

c. izin usaha pokok dari instansi yang berwenang;

d. bukti penguasaan tanah;

e. penetapan lokasi terminal khusus bagi sarana bantu


navigasi-pelayaran untuk ditempatkan di terminal khusus;

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 188
f. izin pengerukan untuk kegiatan pengerukan;

g. izin pekerjaan bawah air (salvage);dan

h. rekomendasi dari distrik navigasi setempat terkait aspek


teknis

Teknis

a. peta yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan


dan perairan dilengkapi titik-titik koordinat geografis;

b. peta laut yang menggambarkan titik koordinat lokasi yang


akan dibangun;

c. peta batimetrik yang diperuntukkan untuk mengetahui


kondisi kedalaman dan kondisi dasar laut lokasi yang akan
dibangun;

d. hasil survei hidrografi, kondisi pasang surut dan kekuatan


arus;

e. dimensi kapal yang akan keluar dan masuk pada alur


pelayaran;

f. posisi koordinat dan gambaran tata letak dermaga beserta


fasilitasnya; dan

g. rencana induk pelabuhan bagi kegiatan yang berada di


dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan.

Durasi :

Izin Terminal Khusus 19 hari kerja

Izin Terminal untuk Kepentingan Sendiri 19 hari kerja

Izin Sarana Bantu Navigasi 14 hari kerja

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 189
E. Perizinan lain terkait Pembangunan dan Pengoperasian Terminal
Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

E.1. Izin Reklamasi dan Pengerukan untuk Pembangunan Jetty

Dalam proses Pembangunan Pelabuhan tentunya diperlukan


dilakukannya kegiatan Pengerukan yaitu pekerjaan mengubah bentuk
dasar perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang
dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan yang
dipergunakan untuk keperluan tertentu.

Pengerukan diperlukan dalam proses pembangunan fasilitas-fasilitas


pelabuhan yang Antara lain:

1. penahan gelombang

2. alur pelayaran dan

3. kolam pelabuhan laut

Pada dasarnya Pekerjaan Pengerukan tidak bisa dilakukan oleh


sembarangan pihak, hanya perusahaan yang mempunyai kemampuan
dan kompentensi serta dibuktikan dengan sertifikat yang diterbitkan
Dirjen Perhubungan yang diizinkan melakukan pekerjaan ini.

Persyaratan:

Adapun Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan


Izin Pengerukan yaitu:

1) Pemenuhan persyaratan Administrasi, meliputi:

Akta Pendirian Perusahaan;

NPWP

SKDP

Keterangan Penanggung Jawab

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 190
2) Pemenuhan Persyaratan Teknis, meliputi:

Keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan


pengerukan;

lokasi dan koordinat geografis areal yang akan dikeruk;

peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari


lokasi yang akan dikerjakan;

untuk pekerjaan pengerukan dalam rangka pemanfaatan


material keruk (penambangan) harus mendapat izin terlebih
dahulu dari instansi yang berwenang;

hasil penyelidikan tanah daerah yang akan dikeruk untuk


mengetahui jenis dan struktur dari tanah;

hasil pengukuran dan pengamatan arus di daerah buang;

hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai


ketentuan yang berlaku; dan

peta situasi lokasi dan tempat pembuangan yang telah


disetujui oleh Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan, yang dilengkapi dengan koordinat geografis.

3) Surat pernyataan bahwa pekerjaan pengerukan akan dilakukan


oleh perusahaan pengerukan yang memiliki izin usaha serta
mempunyai kemampuan dan kompetensi untuk melakukan
pengerukan;

4) rekomendasi dari Syahbandar setempat berkoordinasi dengan


Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan
pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor
Distrik Navigasi setempat.

Berdasarkan permohonan, Dirjen Perhubungan akan melakukan


penilitian atas persyaratan permohonan izin pengerukan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterima permohonan secara
lengkap.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 191
Dalam hasil penerlitian telah terpenuhi maka Dirjen Perhubungan
menyampaikan hasil penelitian kepada Menteri. Selanjutnya
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dirjen, Menteri dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja menerbitkan izin pengerukan.

E.2 Izin Reklamasi Pantai / Pulau

Setelah mendapatkan Izin Pengerukan, agar dapat membangun


Pelabuhan laut (melakukan reklamasi) yang berada di Perairan maka
Penyelenggara Pelabuhan wajib mempunyai Izin Reklamasi dari
pejabat pemerintah sesuai kewenangannya:
1. Menteri, untuk reklamasi Pelabuhan Utama dan Pelabuhan
Pengumpul;
2. Gubernur, untuk untuk reklamasi di wilayah perairan Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional;
3. Bupati/Walikota, untuk reklamasi di wilayah Pelabuhan laut
Pengumpan Lokal.
Persyaratan Mendaptkan Izin Reklamasi Pantai / Pulau:
Adapun Dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan
Izin Reklamasi yaitu:
1) Persyaratan Administrasi, meliputi:
Akte Pendirian Perusahaan;
NPWP
SKDP
Keterangan penanggung jawab
2) Persyaratan Teknis, meliputi:
keterangan mengenai maksud dan tujuan kegiatan reklamasi;
lokasi dan koordinat geografis areal yang akan direklamasi;
peta pengukuran kedalaman awal (predredge sounding) dari
lokasi yang akan direklamasi; dan

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 192
hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan atau sesuai
ketentuan yang berlaku.
3) Surat pernyataan bahwa pekerjaan reklamasi akan dilakukan oleh
perusahaan yang memiliki izin usaha serta mempunyai
kemampuan dan kompetensi untuk melakukan reklamasi;
4) Rekomendasi dari syahbandar setempat berkoordinasi dengan
Kantor Distrik Navigasi setempat terhadap aspek keselamatan
pelayaran setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kantor
Distrik Navigasi setempat; dan
5) Rekomendasi dari Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara
Pelabuhan dari pelabuhan setempat akan kesesuaian dengan
Rencana Induk Pelabuhan bagi pekerjaan reklamasi yang berada
di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan; atau
6) Rekomendasi dari bupati/walikota setempat akan kesesuaian
dengan rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan bagi pekerjaan reklamasi di wilayah perairan
terminal khusus.
Prosedur:
Berdasarkan permononan, Dirjen Perhubungan melakukan penelitian
atas persyaratan permohonan izin reklamasi dalam jangka waktu
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterima permohonan
secara lengkap.
Dalam hal berdasarkan hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi,
Direktur Jenderal menyampaikan hasil penelitan kepada Menteri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Direktur Jenderal, Menteri
dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari menerbitkan izin
reklamasi.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 193
E.3. Izin Mendirikan Bangunan

Untuk setiap pembangunan fasilitas di sisi darat pelabuhan baru dapat


dilakukan setelah Penyelenggara Pelabuhan/Badan Usaha Pelabuhan
memperoleh Izin Mendirikan Bangunan. Sedangkan pembangunan
fasilitas di sisi perairan dapat dilakukan setelah memperoleh Izin
Pembangunan dari Menteri Perhubungan. Uraian mengenai tata cara
perizinan mendirikan bangunan mengikuti pedoman Izin Mendirikan
Bangunan pada pokok bahasan perizinan Pemda.

PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 194
PEDOMAN INVESTASI DAN TATA CARA PERIZINAN INDEPENDENT POWER PRODUCER UNTUK PEMBANGUNAN PLTU 195

Anda mungkin juga menyukai