1, APRIL 2016 1
Oleh:
M. Yogi Nasrul L., Heru Suryanto, Abdul Qolik
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5, Malang 65145, Telp. (0341) 551-312
Email : yogilizzam30@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus las SMAW (Shielded
Metal Arc Welding) terhadap kekerasan dan kekuatan tarik pada sambungan stainless steel 304
dan ST 37. Penelitian ini menggunakan baja tahan karat stainless steel 304 yang disambung baja
karbon rendah ST 37 dengan elektroda E 309. Variasi arus menggunakan arus 60 ampere, 70
ampere, dan 80 ampere. Setelah proses pengelasan, dilanjutkan dengan pembuatan 11 spesimen
untuk pengujian tarik dengan standar JIS Z 2201 1981, 3 spesimen untuk pengujian kekerasan, dan
3 spesimen untuk pengujian struktur mikro. Setelah itu dilakukan pengujian tarik, kekerasan, dan
struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah proses pengelasan kekuatan tarik
hasil las dengan perlakuan pengelasan pada semua variasi arus lebih besar dari raw material ST 37
dan lebih rendah dari raw material stainless steel 304. Nilai kekuatan tarik optimal pada spesimen
dengan perlakuan pengelasan terdapat pada arus 70 ampere sebesar 51,656 kg/mm2. Setiap
penambahan arus menunjukkan peningkatan nilai kekerasan di daerah weld metal karena
perubahan struktur mikro dendritik yang jumlahnya meningkat, akan tetapi mengalami penurunan
di HAZ (Heat Affected Zone) akibat struktur mikro ferit membesar di temperatur tinggi. Nilai uji
kekerasan tertinggi pada weld metal terdapat di spesimen dengan arus 80 ampere dan nilai uji
kekerasan rata-rata tertinggi pada HAZ dimiliki oleh spesimen dengan variasi arus 60 ampere.
Kata Kunci: arus listrik, las SMAW, sambungan stainless steel 304 dan ST 37, kekuatan tarik,
kekerasan
Abstract. This study aims to determine the effect SMAW (Shielded Metal Arc Welding) welding
current variation on hardness and tensile strength at the connection between stainless steel 304 and
ST 37. This study used material of stainless steel stainless steel 304 who connected with low
carbon steel ST 37 by welding electrodes E 309. Welding current variations used 60 amperes, 70
amperes, and 80 amperes. After welding process is continued with creation of 11 specimens for
testing of tensile with standard JIS Z 2201 1981, 3 specimens for testing of hardness, and 3
specimens for microstructure. Further testing which included testing of tensile, hardness, and
microstructure. The results showed that after the welding process, the tensile strength of welded
result with all variations were greater than raw material ST 37 and lower than raw material
stainless steel 304. The value of optimum traction on the specimen with the welded specimen
obtained on 70 amperes current was 51.656 kg/mm2. Every additional electric current indicated of
increasing hardness value in weld metal area because the change of dendritic microstructure which
become increased in quantities, but decreased in the HAZ caused by ferrite microstructure
enlarged in high temperatures precentages. The highest hardness test on weld metal and HAZ were
owned by specimen with 80 amperes and 60 amperes, respectively.
Keywords: electric current, SMAW, connection of stainless steel 304 and ST 37, tensile strength,
hardness
2 M. Yogi Nasrul L., Heru Suryanto, Abdul Qolik, Pengaruh Variasi Arus Las SMAW...
Pada era modernisasi yang disertai perkem- 2,5 mm menggunakan arus 50, 60, 70
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi ampere dimana arus tersebut adalah arus
menciptakan sifat yang menuntut setiap yang rendah dari pada standarisasi arus pada
individu untuk ikut serta didalamnya Howard (1994) dimana untuk elektroda
sehingga sumber daya manusia dituntut yang berukuran 2,5 arus paling rendah ada-
untuk menguasai perkembangan ilmu lah 60 ampere. Pendapat marihot (1988)
pengetahuan dan teknologi serta dapat juga mengatakan bahwa penggunaan kawat
mengaplikasikan ilmunya dalam dunia las dan besar arus yang lebih rendah sangat
kerja. Salah satu dari perkembangan ilmu memungkinkan dipakai pada pengelasan
pengetahuan dan teknologi yang terdapat terutama stainless steel. Adapula pendapat
dalam kontruksi mesin adalah las/pengelas- dari Basuki (2009) mengatakan semakin
an. Pengelasan menurut DIN (Deutsche besar arus yang digunakan maka akan me-
Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi ningkatkan kekuatan mekanis. Oleh karena
pada sambungan logam paduan yang itu diperlukan dilakukan pengujian dengan
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. variasi arus yang mencakup arus rendah dan
Pengelasan logam berbeda adalah suatu tinggi menurut standar pemilihan arus untuk
proses pengelasan yang dilakukan pada dua mengetahui nilai kekerasan dan kekuatan
jenis logam atau paduan logam yang tarik yang tinggi dan menghindari kegagalan
berbeda. Pengelasan logam berbeda (Dis- sambungan.
similar Metal Welding) merupakan perkem-
bangan dari teknologi las modern akibat dari METODE PENELITIAN
kebutuhan akan penyambungan material- Rancangan Penelitian
material yang memiliki jenis logam yang
Pada penelitian ini menggunakan
berbeda (Parekke, 2014 :192).
penelitian deskriptif eksperimental. Untuk
Kelemahan dari pengelasan diantara-
memperoleh deskripsi tentang analisis
nya adalah timbulnya lonjakan tegangan
pengaruh variasi arus terhadap kekerasan
yang besar disebabkan oleh perubahan
dan kekuatan tarik, dalam menentukan
struktur mikro pada daerah las yang menye-
perubahan kekerasan dan kekuatan tarik
babkan turunnya kekuatan bahan dan akibat
data diperoleh.
adanya tegangan sisa dan adanya cacat dan
retak akibat proses pengelasan (Jamasri, Bahan
1999). Kemudian kegagalan pada pengelas- Bahan yang digunakan yaitu baja
an dissimilar dikarenakan kualitas sambung- tahan karat jenis stainless steel 304 dan baja
an las yang tidak optimal akibat lonjakan karbon ST 37 dengan panjang keseluruhan
tegangan tinggi disekitar las yang ditimbul- panjang 200 mm, lebar 200 mm, dan tebal 5
kan dari temperatur puncak las dan tempe- mm dengan area pengujian 190 mm. Proses
ratur terdistribusikan tidak sama pada kedua pengelasan dan penelitian dilakukan di
logam yang disambung (Sugiarto, 2011 :98). VEDC Malang
Untuk menghindari kelemahan dan keku-
rangan tersebut pada penelitian yang dila- Prosedur Pengelasan
kukan Parreke (2014) variasi arus penge- Proses pengelasan menggunakan Las
lasan SMAW dengan elektroda berdiameter SMAW dengan jenis butt joint. Salah satu
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 3
Gambar 3 Grafik hasil pengujian kekerasan spesimen sambungan antara baja ST 37 dan stainless steel
304 yang telah mengalami proses pengelasan SMAW dengan variasi arus
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 5
Gambar 4 (a) daerah HAZ ST 37 di spesimen 60 ampere, (b) daerah HAZ ST 37 di spesimen 70 ampere,
dan (c) daerah HAZ ST 37 di spesimen 80 ampere
menuju fusion line dan diikat oleh kromium besar dapat meningkatkan penguatan meka-
sehingga menghasilkan kromium karbida nis (Basuki, 2009). Sementara itu pada da-
pada batas butir. Pada daerah dark band erah weld metal pada setiap arus secara um-
akan menunjukkan kekerasan tinggi tetapi um terlihat struktur ferit perlit berbentuk
sebaliknya pada daerah HAZ sangat lunak dendritik-dendritik yang memanjang dan
dan terdiri dari ferit besar (Lippold, 2014). struktur mikro yang berwarna putih yang
Hal ini jelas terlihat pada gambar 5. merupakan struktur austenit. Semakin besar-
Pada daerah weld metal setiap penam- nya arus semakin banyak pula dendritik
bahan arus terjadi juga penambahan nilai yang terjadi maka akan semakin tinggi keke-
kekerasannya. Peningkatan hasil uji keke- rasannya. Penambahan kekerasan tersebut
rasan ini juga terjadi pada hasil penelitian terlihat pada gambar 6 bahwa setiap pe-
yang dilakukan Basuki (2009) dimana hasil nambahan arus maka semakin banyak den-
penelitian tersebut menunjukkan peningkat- dritik yang terjadi dan membuat kekerasan-
an kekerasannya dikarenakan arus yang nya meningkat.
Gambar 5 (a) daerah batas daerah batas weld metal dan parent metal ST 37 di spesimen 60 ampere, (b)
daerah batas weld metal dan parent metal ST 37 di spesimen 70 ampere, dan (c) daerah batas weld metal
dan parent metal ST 37 di spesimen 80 ampere
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 7
Gambar 6 (a) daerah weld metal di spesimen 60 ampere, (b) daerah weld metal di spesimen 70 ampere, dan
(c) daerah weld metal di spesimen 80 ampere
Pada daerah fusion line dan HAZ pada arus 60 dan 70 ampere dan butiran austenit
stainless steel 304 terlihat bahwa setiap terlihat membesar (Sonawan, 2004)
penambahan arus yang diberikan terjadi sehingga kekerasannya lebih rendah 3 HRB
penurunan nilai kekerasannya. Penurunan dibandingkan spesimen arus 70 ampere dan
ini terjadi karena kromium berdifusi dan 4 HRB dari spesimen variasi arus 60
menghasilkan kromium karbida pada daerah ampere.
fusion line. Hal ini menyebabkan kekerasan Pada daerah HAZ stainless steel 304
di batas weld metal, fusion line, dan HAZ setiap penambahan arus terjadi penurunan
stainless steel 304 menjadi sangat keras nilai kekerasannya dengan selisih 1 HRB.
dibandingkan logam induknya. Terlihat Penurunan ini dikarenakan pada spesimen
unsur kromium karbida pada spesimen arus dengan arus 70 dan 80 ampere butiran
60 ampere lebih banyak kromium austenit lebih besar dari spesimen dengan
karbidanya sehingga akan lebih keras, variasi arus 60 ampere. Dan ini sesuai
kemudian disusul oleh spesimen arus 70 dengan penelitian oleh Sonawan (2004)
ampere dimana kekerasannya turun 1 HRB bahwa setiap penambahan temperatur
dari spesimen arus 60 ampere, dan pada membuat struktur logamnya semakin kasar
spesimen arus 80 ampere terlihat kromium dan semakin tinggi temperatur juga akan
karbida pada fusion line lebih sedikit dari memperbesar butir.
8 M. Yogi Nasrul L., Heru Suryanto, Abdul Qolik, Pengaruh Variasi Arus Las SMAW...
Gambar 7 (a) daerah batas daerah batas weld metal dan parent metal stainless steel 304 di spesimen 60
ampere, (b) daerah batas weld metal dan parent metal stainless steel 304 di spesimen 70 ampere, dan (c)
daerah batas weld metal dan parent metal stainless steel 304 di spesimen 80 ampere
Gambar 8 (a) daerah HAZ stainless steel 304 di spesimen 60 ampere, (b) daerah HAZ stainless steel 304 di
spesimen 70 ampere, dan (c) daerah HAZ stainless steel 304 di spesimen 80 ampere
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 9
Tabel 1 Hasil Rata-rata Pengujian Kekuatan Tarik Spesimen Yang Telah Mengalami Proses Pengelasan
SMAW dengan Variasi Arus, baja ST 37, dan Stainless steel 304 Tanpa Perlakuan
Data Pengujian
No Spesimen
Kekuatan tarik (kg/mm2) Perpanjangan (%) Kekuatan Luluh (kg/mm2)
1 Raw ST 37 43,881 16,88 32,199
2 Raw stainless steel 304 73,3 42,892 44,194
3 60 Ampere 48,724 8,124 37,556
4 70 Ampere 51,656 8,4 39,471
5 80 Ampere 48,175 10,404 39,199
rangi terjadi slip atau pergeseran dan pada kekerasannya. Semakin besar arus
pembentukan partikel karbida yang membu- yang digunakan maka akan meningkatkan
lat sehingga kurang efektif sebagai peng- kekerasannya pada daerah weld metal dan
hambat deformasi plastis. Karena pada pe- nilai kekerasan terbesar dimiliki spesimen
ngujian tarik mengalami tegangan geser ma- arus 80 ampere sebesar 92,5 HRB di titik 0
ka pada spesimen dengan variasi arus 80 dan 93 HRB di titik 1. Pada daerah batas
ampere mengalami penurunan akibat pem- weld metal, fusion line, dan HAZ kekerasan
besaran dan pembulatan butir serta defor- semakin besar arus maka akan tinggi kro-
masi akan mudah terjadi dan putus pada mium karbida dan meningkatkan kekerasan-
batas butiran. nya dengan kekerasan terbesar pada spesi-
Dalam pengujian tarik yang dilakukan men arus 60 ampere sebesar 91 HRB di
sambungan dari baja stainless steel stainless batas HAZ dan fusion line ST 37 dan 95
steel 304 cenderung lebih kuat daripada HRB di batas HAZ dan fusion line stainless
sambungan baja dari karbon rendah ST 37 steel 304, dan penurunan kekerasan di 80
karena letak putus selalu ada di daerah HAZ ampere daerah batas HAZ dan fusion line
di ST 37. Hal ini didukung hasil penelitian karena difusi karbon dan kromium dengan
dari Aravinthan dan Nachimani (2011) yang nilai kekerasan 82 HRB. Untuk kekuatan
mengatakan stainless steel memiliki lebih ti- tariknya spesimen dengan variasi arus
nggi kekuatan las dibandingkan dengan baja kekuatan tarik lebih besar dari raw material
karbon rendah dan lasan campuran karena ST 37 dengan kekerasan tertinggi pada
sifat dari material itu sendiri dan dilihat dari spesimen variasi arus dimiliki oleh spesimen
kekerasannya, kekerasan paling tinggi dimi- arus 70 ampere dengan kekuatan tarik
liki oleh stainless steel 304 dan ini dibuk- sebesar 51,656 kg/mm2 dan lebih rendah
tikan dengan patahan pada gambar 10. dari raw material stainless steel 304 dengan
nilai kekuatan tarik 73,3 kg/mm2 dan
PENUTUP semakin besar arus maka akan semakin
Kesimpulan besar kekuatan tariknya dan penurunan
Berdasarkan hasil pengujian dan ana- kekuatan tarik spesimen 80 ampere
lisis data dapat disimpulkan bahwa variasi dikarenakan ada pembesaran dan
arus las SMAW pada sambungan stainless pembulatan butir dengan nilai kekuatan tarik
steel 304 dan ST 37 memberikan pengaruh sebesar 48,175 kg/mm2.
Gambar 10 tempat patahan pada spesimen (A) 60A, (B) 70A, dan (C) 80A
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 11
DAFTAR RUJUKAN
Aravinthan, A. & Nachimani, C. 2011. Berbeda antara Baja Karbon Rendah
Analysis of Spot Weld Growth On ASTM A36 dengan Baja Tahan Karat
Mild adn Stainless steel Supplement to Austenitik AISI 304. POLITEKNO-
The Welding Journal. (Online). 143- SAINS. Vol. 11 No. 1. Universitas
147. (https://app.awg.org/wj/supple- Surakarta
ment/wj201108_s143.pdf). Diakses 25 Parekke, Simon. 2014. Pengaruh Pengelas-
Maret 2015 an Logam Berbeda (AISI 1045) De-
Basuki W. 2009. Analisis Perlakuan Panas ngan (AISI 316L) Terhadap Sifat
Normalising pada Pengelasan Argon Mekanis dan Struktur Mikro. Jurnal
terhadap sifat mekanik hasil lasan Sains & Teknologi . Vol.3 No.2
Baja karbon rendah. Jurnal Teknologi Desember. Universitas Hasanuddin.
Technoscientia. Vol.2 No.1 Agustus. Santoso, Joko. 2006. Pengaruh Arus Penge-
Teknik ITN Malang. lasan Terhadap Kekuatan Tarik dan
Howard BC. 1994. Modern Welding Tech- Ketangguhan Las SMAW dengan
ology. New Jersey: Prentice-Hall. Elektroda E7018. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas
Jamasri dan Subarmono. 1999. Pengaruh
Negeri Semarang.
Pemanasan Lokal terhadap Ketang-
guhan dan Laju Perambatan Retak Saputra, Benny. 2012. Prediksi Tegangan
Plat Baja Grade B. Media Teknik. Sisa Pada Pengelasan Beda Logam
UGM, Yogyakarta. (Dissimilar Metal) Dengan Menggu-
nakan Analisa Metoda Elemen
Leferink, R.G.I. 1993. Chromium Coating
Hingga. Depok: FT UI
on Low-Alloyed Steels for Corrosion
Protection Under Sulphidizing Condi- Sinarep. 2003. Pengaruh Perbedaan Gaya
tions. Netherland. KEMA Chemical Elektroda Terhadap Kekerasan dan
Techonology and Materials Research Kekuatan Tarik Dengan Metode Spot
Department. KEMA Research and Welding pada Baja SUS 301 dan SUS
Development. 304. Rekayasa, Vol. 4, Hal 56-63.
Lippold, Jhon. 2014. Welding Metallurgy Sonawan, H., Suratman, R,. 2004. Pengan-
and weldability. Wiley. US America. tar untuk Memahami Pengelasan
Logam. Alfa Beta: Bandung.
Marihot, Goklas. 1984. Mengelas Logam
dan Pemilihan Kawat Las. PT. Sugiarto, 2011. Dampak Perubahan Tempe-
Gramedia Jakarta. ratur Lingkungan Terhadap Tempera-
tur Puncak Las dan Laju Pendinginan
Nurhidayat, Achmad. 2012. Pengaruh
Sambungan Dissimilar Metal Meng-
Metode Pendinginan pada Perlakuan
gunakan Las MIG. Jurnal Rekayasa
Panas Pasca Pengelasan terhadap
Karakteristik Sambungan Las Logam
12 M. Yogi Nasrul L., Heru Suryanto, Abdul Qolik, Pengaruh Variasi Arus Las SMAW...