Anda di halaman 1dari 13

ALAT ALAT GELAS

Muthia Irhamna (J3L112030)


Regina Bhakti Pangesti (J3L112161)
Widya Ichsani Sayuti (J3L112155)
Tanggal: 19 Februari 2013
PJP: Atep Dian Supardan, S. Si
Asisten: Fachrurrazie, S. Si

1. Culture Test Tube


A. Deskripsi dan Prinsip
Culture test tube adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan gelas (glassware) ataupun berbahan
plastik bening (polystyrene atau polypropylene) dan bersifat sekali pakai. Culture test tube berbentuk
seperti tabung reaksi yang berfungsi mereaksikan suatu materi yang berukuran kecil atau organisme
hidup, seperti virus maupun bakteri.

Berbeda dengan tabung reaksi pada umumnya yang digunakan dalam laboratorium kimia, tabung
reaksi ini sering digunakan pada kegiatan eksperimen di laboratorium biologi. Di dalam ilmu
kedokteran dan forensik pun tabung reaksi ini digunakan untuk menempatkan sampel darah yang akan
diteliti.

B. Bagian dan fungsi bagian Tabung Reaksi Bakteri


1. Penutup tabung berfungsi sebagai penghalang keluarnya zat-zat dari bahan uji di dalam
tabung. Tidak semua culture test tube memiliki penutup, hanya yang bersifat penyimpanan
jangka panjang yang memiliki penutup.
2. Bibir tabung yang berfungsi sebagai tempat mengeluar-masukkan sampel yang akan diuji di
dalam tabung reaksi.
3. Leher tabung yang berfungsi sebagai jalur masuk sampel sebelum mencapai dasar,
meminimalisasi hilangnya sampel saat reaksi berlangsung dan memudahkan saat proses
pembersihan tabung. Pada kebanyakan culture test tube, memiliki leher yang panjang. Hal ini
bertujuan agar gas dan uap tidak menyebar langsung ke llingkungan.
4. Dasar tabung yang berfungsi sebagai lokasi mereaksikan sampel dengan pereaksi lain.
a. Flat bottom (datar)
b. Round bottom (melingkar)

(http://en.m.wikipedia.org/wiki/Test_tube)
C. Cara pengoperasian
Culture test tube dibilas terlebih dahulu sebelum digunakan dengan akuades lalu keringkan.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam tabung melalui bibir atas. Setelah itu tutup dengan cap
sebagai penghalang keluarnya zat-zat dari bahan uji di dalam tabung.

D. Cara perawatan
Untuk culture test tube berbahan kaca, setelah digunakan tabung reaksi ini harus steril sebelum
dibersihkan. Metode terbaik untuk mensterilisasi bakteri adalah dengan memanaskan pada suhu
121C selama 30 menit. Setelah dingin dan kosong, culture test tube dicuci dan digosok
mennggunakan sabun dan air, bilas dengan seksama menggunakan air keran, bilas dengan akuades,
dan tempatkan di dalam keranjang yang kering.

Penyimpanan dalam rak, culture test tube disimpan hamper mendekati garis horizontal. Hal ini
bertujuan memaksimalisasi permukaan dari bahan uji di dalamnya.

(http://en.m.wikipedia.org/wiki/Test_tube)
(CLS_AN_112_CleaningGlassware.pdf/ 2009 Corning Incorporated Printed in U.S.A. 1/09
POD CLS-AN-112)
E. Aplikasi
Secara umum, culture test tube sering digunakan dalam laboratorium biologi untuk mereaksikan
materi berukuran kecil, seperti bakteri.
2. LABU DIDIH
A. Deskripsi dan Prinsip
Labu didih adalah alat laboratorium yang terbuat dari gelas (Glass ware) yang berbentuk
seperti labu dengan berbagai jenis leher, yaitu ada yang single neck, double neck, dan triple neck.
Labu didih ada yang bagian dasarnya berbentuk bundar (round bottom) dan ada juga yang rata (flat
bottom).

Labu didih biasanya terbuat dari kaca tahan panas pada suhu 120-300 C. Ukurannya
beragam, mulai dari 250 mL sampai 2000 mL. Fungsi labu didih (boiling flask) adalah untuk
memanaskan larutan dan menyimpan larutan. Labu didih yang dasarnya berbentuk bundar biasanya
digunakan untuk memanaskan bahan, sedangkan yang bawahnya flat selain dapat digunakan untuk
memanaskan bahan dapat juga di gunakan untuk menyimpan bahan karena saat diletakan di meja,
posisinya akan lebih stabil.
(http://kamusq.blogspot.com/2012/03/labu-didih-boiling-flask-fungsi-labu.html)
Leher labu didih memiliki 3 jenis, yaitu single neck, double neck dan tripple neck. bagian
bawah labu didih ada 2 jenis flat dan round bottom. Selain terdiri dari berbagai macam leher labu
didih terdiri dari berbagai macam dasar, diantaranya :
1. boiling flask round bottom
2. boiling flask flat bottom
(rahma-alchemist.blogspot.com/2009/10/fungsi-peralatan-laboratorium-dasar-1.html?m=1)

B. Bagian dan Fungsi Labu Didih

Labu didih (boilling flask) terdiri dari 2 bagian, yaitu :


1. neck atau leher yang berfungsi untuk mengalirkan larutan yang akan ditambahkan ke dalam
labu didih atau pun untuk menyambungkan bagian dari alat destilasi dengan labu didih.
2. tabung yang berfungsi menempatkan larutan yang akan dipanaskan atau akan didestilasi.
C. Cara Pengoperasian
Sebelum menggunakan labu didih terlebih dahulu labu didih dicuci menggunakan air atau
aquades, jangan sampai masih terdapat kotoran di dasar labu didih ketika akan digunakan. Ketika
akan memanaskan larutan terlebih dahulu labu didih diisi oleh batu didih. Fungsi dari batu didih
sendiri yaitu untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan
dan untuk menghindari titik lewat didih.
D. Cara Perawatan
Agar tidak terjatuh, pada umumnya labu didih diletakkan atau dihubungkan dengan penampung
destilat. Pada pemeriksaan kadar air, labu didih sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu.

(http://see-around-theworld.blogspot.com/2011/11/laporan-analitik-pangan-pengenalan-
alat.html)

E. Aplikasi
Secara umum labu didih berfungsi sebagai wadah larutan yang sedang dipanaskan atau
diuapkan khususnya pemanasan yang dirangkaikan dengan pendingin balik.
3. NASU FLASK
A. Deskripsi dan Prinsip
Nasu flask merupakan labu tempat menampung hasil ekstraksi dari sampel dan pelarut
yang akan dipisahkan dalam rotary evaporator, juga terdapat ujung rotor yang berfungsi
sebagai tempat bergantungnnya labu nasu sampel dan pelarut. Labu nasu tersedia dalam
berbagai ukuran, diantaranya 200 mL, 300 mL, 500 mL, dan 1000 mL.

B. Bagian dan Fungsi Nasu Flask

Labu nasu (nasu flask) terdiri dari 2 bagian, yaitu :


1. neck atau leher yang berfungsi untuk mengalirkan larutan yang akan ditambahkan ke
dalam labu nasu atau pun untuk menyambungkan bagian dari alat rotary dengan labu
nasu.
2. tabung yang berfungsi menempatkan hasil larutan yang telah diekstrak.

C. Cara Pengoperasian
Sebelum menggunakan labu nasu terlebih dahulu labu nasu dicuci menggunakan air atau
aquades, jangan sampai masih terdapat kotoran di dasar labu nasu ketika akan digunakan.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu melalui bibir atas. Pasanglah labu sampel
pada rotor penggerak. Untuk memudahkan dalam melepas labu dioleskan vaselin pada
bagian penghubung kedua benda, digunakan juga klip untuk memperkuat sambungan.

(http://chemsanboice-kimiaituasyk.blogspot.com/2012/06/pengantar-ilmu-alamia-
dasar.html)
D. Cara Perawatan
Perawatan pada alat gelas sama seperti peralatan gelas yang lain, yaitu disimpan dalam keadaan
yang bersih dan kering disimpan di tempat yang memiliki temperatur ruangan.

E. Aplikasi

Nasu flask
4. DISTILLING FLASK
A. Deskripsi dan Prinsip
Destilling flask atau labu destilasi merupakan alat laboratorium kimia maupun biologi yang
terbuat dari bahan kaca (glassware) dengan dasar melingkar yang berfungsi untuk destilasi larutan.
Terbuat dari bahan borosilikat, berlengan dan kapasitas 125, dilengkapi karet penutup berlubang kira
kira 6 mm. Labu distilat biasanya terbuat dari kaca untuk inertness kimia, dan yang terbaru biasanya
terbuat dari kaca tahan panas borosilikat. Labu distilat dalam berbagai ukuran, mulai dari 5 sampai 20
mL L, dengan ukuran biasanya tertulis di kaca. Taper standar 24/40 adalah umum untuk 250 mL atau
labu besar, sedangkan ukuran yang lebih kecil seperti 14 atau 19 digunakan untuk botol kecil.

Karena alas bulat, cincin gabus diperlukan untuk menjaga termos alas bulat tegak. Ketika
digunakan, labu alas bulat biasanya diadakan di leher dengan klem pada berdiri.

(http://teklab4.blogspot.com/2012/09/alat-gelas-laboratorium.html)

(http://en.m.wikipedia.org/wiki/round-bottom_flask)

B. Bagian dan Fungsi Labu Didih

Labu distilasi (distilling flask) terdiri dari:


1. Pada bagian atas terdapat karet penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat termometer.
2. Labu bawah yang berfungsi menempatkan larutan yang akan didestilasi.
C. Cara Pengoperasian
Sebelum menggunakan labu destilasi terlebih dahulu labu dicuci menggunakan air atau aquades,
jangan sampai masih terdapat kotoran di dasar labu ketika akan digunakan. Kemudian larutan sampel
dimasukkan ke dalam labu melalui bibir atas isi zat dalam labu paling banyak 2/3 bagian labu, setelah
selesai memasukkan sampel tutup dengan karet penutup yang disertai thermometer di sebuah lubang
di atas tutup. Lalu hubungkan dengan alat destilasi.

E. Cara Perawatan
Labu destilasi sebaiknya di simpan di tempat yang tidak disatukan dengan alat kimia yang
terbuat dari logam dan juga jangan di simpan di tempat yang terlalu tinggi. Perawatannya harus di
cuci sebelum dipakai dan dicuci kembali sesudah dipakai,bila labu labu destilasi terdapat banyak
kotoran segara dibersihkan karena itu akan menyebabkan antiklimaks pada saat digunakan.
E. Aplikasi
Sebagai wadah atau tempat suatu campuran zat cair yang akan didistilasi. Terdiri dari :

a) Labu dasar bulat

b) Labu erlenmeyer khusus untuk distilasi


atau refluks.

(http://kimia-industry.blogspot.com/2011/10/komponen-destilasi.html)
5. BURET
A. Deskripsi dan Prinsip
Buret adalah sebuah peralatan laboratorium yang terbuat dari gelas berbentuk silinder seperti
pipet besar yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Buret merupakan
peralatan yang sangat penting saat melakukan analisa dengan metode Titrasi.

Menurut fungsinya buret terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :


Buret asam ( dengan cerat kaca ) digunakan untuk larutan yang bersifat asam (HNO3, HCl),
netral (Tiosulfat) dam larutan pengoksid (KCrO4)
Buret basa digunakan untuk larutan yang bersifat basa seperti NaOH, KOH dll. Memiliki
ujung cerat karet dengan bola kaca yang berfungsi mirip seperti keran.
Buret amberglas adalah buret yang terbuat dari bahan kaca yang berwarna coklat atau
gelap.Buter ini berfungsi untuk larutan yang mudah teroksidasi oleh cahaya matahari seperti
larutan Kalium permanganat atau iodium.
B. Bagian dan Fungsi

buret terdiri dari beberapa bagian, diantaranya :


keran yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran dari buret
tutup merah dengan karet yang berfungsi untuk mengatur pemutaran dari keran agar tidak
terlalu sulit dan tidak terlalu mudah keran diputar.
klep, berbentuk setengah lingkaran agar mudah disambung dengan keran (stopcock).
tabung panjang dengan skala yang berfungsi sebagai tempat larutan yang akan digunakan
sebagai titran dan untuk menghitung berapa banyak titran yang dipergunakan dalam titrasi.

C. Cara Pengoperasian
Langkah Kalibrasi Volumetrik Buret
1. Klem buret secara vertikal pada sebuah support stand, klem juga sebuah glass tube didekat
buret tersebut.
2. Isi buret dengan air suling hingga tanda 0 / zero mark.
3. kucurkan, dan rekam delivery time dari zero mark hingga graduasi terendah.
4. Isi kembali buret kira-kira 10 m diatas zerro mark, isis juga test tube dan catat suh air suling
yang ada di test tube tersebut
5. Set miniskus pada zero mark, dengan menggunakan buret keran turunkan level liquid.
6. Timbang botol kosong.
7. Buka keran hingga air sedikit di atas garis yang dites, dan alirkan dengan pelan sehingga
mendapatkan seting yang akurat.
8. Jika seting sudah lengkap, cek lagi seting yang ada.
(http://kalibrasi.org/tag/kalibrasi-buret/)

Untuk mengisi buret, tutup keran kolom di bagian bawah dan menggunakan corong. Anda
mungkin perlu untuk mengangkat di atas corong sedikit, untuk memungkinkan solusi untuk mengalir
secara bebas.
Sebelum titrasi, periksa kondisi buret dengan larutan titran dengan memastikan bahwa larutan
dalam buret mengalir dengan bebas. Pemeriksaan dua atau tiga kali akan memastikan bahwa
konsentrasi titran tidak akan berubah.

Setelah bahan yang akan di titrasi siap dalam erlenmeyer, dekatkan mulut erlenmeyer tepat di
bawah buret. tangan kiri memegang Erlenmeyer, sedang tangan kanan mengontrol kran buret agar
aliran cairan yang keluar dari dalam buret meluncur setetes demi setetes. Setelah indikator analisa
menampakan warnanya, biasanya titrasi dianggap selesai. Selanjutnya tinggal menghitung berapa
banyak reagen kimia yang digunakan untuk titrasi dengan cara membaca skala yang tertera pada
buret.

Ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari
kesalahan paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga mempengaruhi; bagian bawah meniskus cairan
harus menyentuh bagian atas garis. Kaidah yang umumnya digunakan adalah dengan menambahkan
0,02 mL jika bagian bawah meniskus menyentuh bagian bawah garis ukur. Oleh karena presisinya
yang tinggi, satu tetes cairan yang menggantung pada ujung buret harus ditransfer ke labu penerima,
biasanya dengan menyentuh tetasan itu ke sisi labu dan membilasnya ke dalam larutan dengan pelarut.
D. Cara Perawatan
Agar buret tetap berfungsi dengan baik seperti kondisi sebelumnya, aktivitas pemeliharaan yang dapat
dilakukan adalah:

1. Biasakan sebelum dan sesudah mereaksikan bahan kimia menggunakan buret, buret harus
selalu dibilas menggunakan akuades dan atau bahan kimia itu sendiri. Cara mencuci dan
membilas buret adalah membongkar cerat dan bersihkan menggunakan sabun atau akuades,
hal ini bertujuan agar dalam percobaan tidak terdapat residu yang masih tersisa dari
percobaan sebelumnya dan menggagalkan percobaan. Sedangkan, sesudahnya buret pun
dibilas dengan akuades agar buret bersih, tidak mengerak dan tidak mengontaminasi
percobaan selanjutnya.
2. Dalam penyimpanan, buret sebaiknya diletakkan secara vertikal dan corong dalam keadaan
terbuka. Hal ini bertujuan agar pembilas (akuades) yang masih tersisa dapat keluar dengan
mudah dan tidak membentuk kerak di dalam buret.
E. Aplikasi
Buret berfungsi untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan
presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Buret sangatlah akurat, buret kelas A memiliki akurasi sampai
dengan 0,05 cm3. Oleh karena presisi buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan
buret sangatlah penting untuk menghindari kesalahan sistematik.
Larutan asam menggunakan buret asam yang memiliki cerat kaca.
Larutan basa menggunakan buret basa yang memiliki cerat karet.
Larutan sensitive cahaya menggunakan buret amberglas berbahan kaca yang berwarna coklat
atau gelap.
6. Corong Pemisah
A. Deskripsi dan Prinsip
Separatory Funnels (corong pemisah) digunakan untuk mengeluarkan cairan ke wadah lain,
biasanya sebagai bagian dari proses ekstraksi. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi
setengah bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang
digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun
teflon. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Biasanya sebuah ring stand digunakan untuk menyokong alat ini.

Separatory Funnels (corong pemisah) terbuka di bagian atasnya untuk menambahkan cairan
dan memungkinkan untuk disambung dengan stopper, gabus, atau konektor. Sisi miring membantu
membuatnya lebih mudah untuk membedakan lapisan dalam cairan. Aliran cairan dikendalikan
dengan menggunakan kaca atau teflon stopcock. Separatory Funnels (corong pemisah) digunakan
ketika Anda membutuhkan laju aliran terkendali, tapi tidak mengukur keakuratan buret atau pipette.
Ukuran corong pemisah biasanya adalah 250, 500, 1000, dan 2000 ml.
berdasarkan funsinya corong pemisah dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. corong pemisah dengan teflon stopcock
b. corong pemisah dengan kaca stopcock
B. Bagian dan Fungsi

corong pemisah (separator funnels) terdiri dari :


a. keran yang berfungsi untuk menutup dan membuka aliran larutan pada corong pemisah
b. tutup dengan karet yang berfungsi untuk mengatur keran pemutar
c. klep klep, berbentuk setengah lingkaran agar mudah disambung dengan keran (stopcock).
d. tabung bundar yang berbentuk kerucut yang berfungsi sebagai tempat dari dua larutan yang akan di
ekstraksi.
C. Cara Pengoperasian
Corong pemisah dibilas terlebih dahulu sebelum digunakan. Kemudian larutan sampel dan
pereaksi dimasukkan ke dalam corong melalui bibir atas corong dengan membuka penutup yang
terpasang, ditutup kembali penutup setelah selesai memasukkan sampel dan pereaksi. Kemudian
corong dikocok dengan cara memutar corong hanya ke satu arah dalam posisi horizontal, dengan
sesekali membuka kran corong agar gas yang telah terpisah dapat keluar untuk menghindari penutup
corong terlempar dari tempatnya karena desakan gas di dalam corong.

Cara memegang corong saat mengocok salah satu tangan memegang corong sambil menahan
penutup dengan ibu jari, sedangkan tangan lainnya memegang corong disisi lain sambil menjepit kran
corong antara jari telunjuk dan jari tengah.

D. Cara Perawatan
Untuk memaksimalisasi fungsi dan ketahanan suatu corong pemisah, terdapa beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu:

Hindari penempatan corong pisah dekat dengan panas yang berlebihan dan nyala api.
Hindari terpaan panas hingga 110C (230F)
Hindari penyimpanan pada suhu 80C secara terus-menerus
Hindari pendinginan dibawa -20C(-4F)
HIndari percobaan dengan bahan kimia sangan berbahaya pada suhu ruang.

(CUIDADO Y SEGURIDAD PARA MANEJO DE CRISTALERIA / 2009 Corning Incorporated


Printed in U.S.A. 1/09 POD CLS-AN-112)

E. Aplikasi
Corong pemisah (separator funnels) berfungsi untuk memisahkan dua larutan yang tidak
bercampur karena adanya perbedaan massa jenis. Corong pisah biasa digunakan pada proses
ekstraksi.

7. Teknik Memindahkan Larutan


Teknik memindahkan larutan dari alat gelas bermulut besar (gelas piala, erlenmayer) ke alat gelas
bermulut kecil (labu takar) ada beberapa cara, diantaranya:

1. Memindahkan secara langsung larutan dari mulut ke


mulut
2. Memindahkan melalui batang pengaduk ada dua cara:
a. Batang pengaduk ditempelkan ke mulut
gelas piala lalu dituangkan ke dalam labu
takar. Larutan akan mengalir melalui
batang pengaduk
*catatan: genggaman tangan memegang
gelas piala dan batang pengaduk harus
kuat

b. Batang pengaduk dimasukkan dalam keadaan vertikal pada mulut labu takar

Anda mungkin juga menyukai