Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
PASANG SURUT (TIDAL) DAN OMBAK LAUT (WAVE)

Disusun oleh :

Ariep Soelaiman Setiadi (H1C009040)

Ades Wahyu Dwi S (H1C009038)

Heru Budianto (H1C009033)

Muhammad Abduh (H1C009003)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS & TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PURBALINGGA

2011
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,


karena atas karunia dan hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam perkuliahan
TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN yang bertujuan agar mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Jenderal Soedirman lebih mengetahui tentang energi alternatif yang nantinya bisa
menggantikan energi fosil untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam kehidupan sehari
hari.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT (TIDAL) DAN OMBAK


LAUT (WAVE) adalah judul makalah yang kami pilih karena judul ini sesuai dengan potensi
energi terbarukan yang ada di indonesia. Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya terdiri
dari laut, memiliki potensi untuk digali energi gelombangnya karena memiliki gelombang laut
yang cukup potensial dikonversikan menjadi energi listrik sebagai sumber energi alternatif
pengganti bahan bakar fosil. Oleh karena itu energi dari laut ini adalah sebuah solusi yang sangat
tepat dan strategis bagi bangsa dan negara Indonesia untuk memenuhi kelangsungan kehidupan
manusia akan energi yang terus meningkat.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Winasis, S.T selaku dosen
pengampu mata kuliah TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN yang telah memberikan
penjelasan, pengarahan dan membimbing dalam mata kuliah ini. Sehingga kami dapat mengerti
salah satu bentuk konversi energi listrik alternatif.

Perlu disadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian guna
tercapainya hasil yang lebih baik. Semoga apa yang telah kami tuangkan dalam makalah ini sedikit
banyak dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan semua. Amin Ya Robballamin.
Purbalingga, November 2011

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan energi semakin meningkat. Tetapi hal ini
tidak diimbangi oleh pasokan energi yang memadai karena terbatasnya energi fosil. Untuk itu
kita harus menemukan alternatif sumber energi lain yang dapat menghasilkan energi secara
kontinu demi berlangsungnya kehidupan manusia, yaitu menggunakan energi terbarukan yang
tersedia sepanjang tahun.

Indonesia sebagai negara maritim, 2/3 wilayahnya terdiri dari laut. Sebagai akibatnya
Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang didunia setelah Kanada. Panjang pantai Indonesia
sekitar 80.000 Km dan luas lautnya adalah sekitar 52 juta Km2. Diantara lautnya ada yang
memiliki potensi untuk digali energi gelombangnya karena memiliki gelombang laut yang
cukup potensial dikonversikan menjadi energi listrik sebagai sumber energi alternatif pengganti
bahan bakar fosil seperti di daerah pantai barat P. Sumatra, pantai selatan Jawa, Kepulauan
Nusa Tenggara Timur, di perairan laut Kepulauan Natuna dan di laut di wilayah Indonesia
Bagian Timur. Oleh karena itu energi dari laut ini adalah sebuah solusi yang sangat tepat dan
strategis bagi bangsa dan negara Indonesia untuk memenuhi kelangsungan kehidupan manusia
akan energi.

Energi dari laut ini ada 3 macam, yaitu: energi ombak, energi pasang surut dan energi
panas laut. Dan yang akan dibahas kali ini adalah energi ombak (wave energy) dan energi
pasang surut (tidal wave). Ombak merupakan sumber energi yang cukup besar. Ombak
merupakan gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung. Energi ombak adalah
energi alternatif yang dibangkitkan melalui efek gerakan tekanan udara akibat fluktuasi
pergerakan gelombang. Energi pasang surut adalah energi kinetik dari pemanfaatan beda
ketinggian pasang permukaan laut antara saat pasang dan surut. prinsip kerja dari energi pasang
surut ini sama dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana potensi sumber energi gelombang laut di dunia?

2. Bagaimana teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik?

3. Bagaimana jika Indonesia memanfaatkan konversi energi gelombang menjadi listrik?

4. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi


listrik?

5. Bagaimana prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak?

6. Bagaimana prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:

1. Memahami potensi sumber energi gelombang laut di dunia.

2. Memahami teknik konversi energi gelombang laut menjadi listrik.

3. Dapat menganalisis apakah Indonesia dapat memanfaatkan konversi energi gelombang


menjadi listrik.

4. Memahami kekurangan dan kelebihan teknik konversi energi gelombang menjadi


listrik.

5. Memahami prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak.

6. Memahami prinsip kerja pembangkit listrik tenaga pasang surut.

D. Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan


kepada pembaca tentang teknik konversi energi khususnya mengenai konversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik di Dunia

Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera yaitu energi
gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan energi yang
tersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti hal ini adalah Inggris.
Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, deretan ombak (gelombang) yang terdapat di sekitar
pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9 detik mempunyai daya sebesar
4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3
meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100
meter dan perioda 12 detik menghasilkan daya 600 KW per meter. Di Indonesia, banyak terdapat
ombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga potensi energi gelombangnya perlu diteliti
lebih jauh. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda,
banyak menaruh perhatian pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun sistem energi
gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang
bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik gelombang laut dengan


membuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah ponton dengan dipancangkan
di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel transmisi
menuju ke daratan. Berlokasi di Irlandia, sebuah negara yang terletak di salah satu tempat
dengan iklim yang mendukung terjadinya gelombang laut dengan energi yang lebih dari cukup
untuk dipanen, perusahaan tersebut memiliki lokasi yang tepat untuk melakukan riset dan
pengembangan.

Sistem pembangkit listrik tersebut terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi untuk
menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran yang berada di
bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air naik dan turun yang
seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir melalui saluran menuju turbin.
Turbin tersebut didesain untuk bisa bekerja dengan generator putaran dua arah.
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik terletak di atas permukaan
laut dan terisolasi dari air laut dengan meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air, sehingga
bisa dipastikan tidak bersentuhan dengan air laut.

Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan efisiensi
optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir gelombang-gelombang yang ekstrim.
Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam kondisi normal. Hal tersebut bisa dicapai
dengan digunakannya katup khusus yang menghindarkan turbin tersebut dari overspeed.

B. Teknik konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik

Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak :

Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan turbin.
Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara keluar dari ruang
generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam
ruang generator dan memutar turbin kembali.(lihat gambar di sampin

Pasang surut air laut


Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika pasang
datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika air surut, air di
belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita
membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara
gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini.
Beberapa pembangkit listrik telah beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik
di Prancis sudah beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.

Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy)


Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan memanfaatkan
perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita akan merasakan bahwa
semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah (dingin).

Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari memanasi
permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin. Itulah sebabnya penyelam
menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju tersebut akan menjaga agar suhu tubuh
mereka tetap hangat.
Pembangkit listrik bisa dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu untuk
menghasilkan energi. Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya 380 fahrenheit antara
suhu permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini.Cara ini dinamakan Ocean Thermal
Energy Conversion atau OTEC. Cara ini telah digunakan di Jepang dan Hawaii dalam beberapa
proyek percobaan.

Pengkonversian energi gelombang terdiri dari 3 (tiga) sistem dasar yaitu : sistem kanal
yang menyalurkan gelombang ke dalam reservoir atau kolam, sistem pelampung yang
menggerakan pompa hidrolik, dan sistem osilasi kolom air yang memanfaatkan gelombang
untuk menekan udara di dalam sebuah wadah. Tenaga mekanik yang dihasilkan dari sistem-
sistem tersebut ada yang akan mengaktifkan generator secara langsung atau mentransfernya
ke dalam fluida kerja, air atau udara, yang selanjutnya akan menggerakan turbin atau
generator

Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2 hingga
3 juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus, kerapatan
energi gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis pantai. Ada 3
cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:

1. Dengan pelampung.

Dimana alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerhana vertikal dan
rotasional pelampung. Alat ini dapat ditambatkan pada sebuah rakit yang
mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut.

2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column).

Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang
dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan
mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan
menggerakkan turbin.
3. Wave Surge atau Focusing Devices.

Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal
meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun
di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam
penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini
yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi
standar hydropower.

Gambar 1. Contoh pusat stasiun pembangkit listrik gelombang laut

Seperti di negara Australia, Pusat stasiun pembangkit listrik gelombang laut


komersial yang pertama di Australia mengapung persis dilepas pantai Australia.
Stasiun pembangkit tersebut siap untuk menyalurkan tenaga listrik dan air minum
disekitar 500 rumah selatan Sydney, Australia. Listrik dihasilkan ketika muncul
gelombang yang menerpa corong yang menghadap ke lautan; gerakan ini
mengalirkan udara melalui pipa dan masuk ke putaran roda air (turbin) yang
mampu memompa 500 kw daya listrik setiap harinya ke jaringan kota. Stasiun ini
merupakan proyek pencontohan untuk pemasangan dalam skala yang lebih besar
yang akan dibangun di pantai selatan Australia. Minat untuk membangun tempat
yang sama telah berdatangan dari Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Meksiko, Cili,
dan Amerika Serikat. John Bell, Direktur Keuangan Energetech yang
mengembangkan stasiun tersebut, mengatakan bahwa Energi gelombang
merupakan sumber energi yang tiada habisnya dibandingkan sumber energi alam
lainnya. Gelombang selalu ada dan tidak hilang seperti matahari dan angin.

Gambar 2. Permanent Magnet Linear Buoy

Peneliti Universitas Oregon mempublikasikan temuan teknologi terbarunya


yang diberi nama Permanent Magnet Linear Buoy. Diberi nama buoy karena
memang pada prinsip dasarnya, teknologi terbaru tersebut dipasang untuk
memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Berbeda dengan buoy yang
digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami.
Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu
dengan mengapungkannya di permukaan. Gelombang laut yang terus mengalun
dan berirama bolak-balik dalam buoy ini akan diubah menjadi gerakan harmonis
listrik. Sekilas bila dilihat dari bentuknya, buoy ini mirip dengan dlinamo sepeda

Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian


dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam
dan sebagian lagi mengapung. Kuncinya, terdapat pada perangkat elektrik yang
berupa koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat
ombak mencapai pelampung, maka pelampung akan bergerak naik dan turun secara
relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbukan beda potensial dan
listrik dibangkitkan.Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempelkan pada
pelampung yang dikaitkan ke dasar laut, kata Annette von Jouanne, teknisi dari
Oregon State University (OSU). Jouanne menuturkan dalam percobaan sistem ini
diletakkan kurang lebih satu atau dua mil laut dari pantai. Kondisi ombak yang
cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasilkan
listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Universitas
Oregon, setiap pelampung mampu menghasilkan daya sebesar 250 kilowatt.

Ada beberapa pilihan untuk menghasilkan daya tersebut, ujar Jouanne.


Penjelasan di atas menggunakan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa
juga dengan teknik batang magnet yang bergerak naik turun. Pilihan kedua dengan
menggunakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga
ditempatkan di dasar atau di permukaan laut. Jouanne menuturkan, teknologi yang
ditawarkannya tersebut memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
teknologi laut.

Ketersediaan teknologi ini mencapai 90 persen dan kerapatan energi yang


dihasilkannya lebih tinggi,katanya. Mesin sendiri juga dapat dirakit dan digunakan
dalam skala kecil maupun besar tergantung pada energi yang dibutuhkan. Potensi
penggunaan energi pun bisa diterapkan di banyak negara terutama yang memiliki
kawasan pantai. Dibandingkan dengan energi angin atau matahari, energi
gelombang laut kerapatannya jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan
Wallace menyebutkan penyediaan energi gelombang ini dengan hanya 200 buoy
yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti Portland sudah dapat
memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah tanpa harus menarik bayaran.
Peneliti percaya jika hasil penelitian tersebut benar-benar dioptimalkan di
sepanjang pantai, seluruh energi listrik di dunia sudah bisa terpenuhi. Jumlah ini
ditaksir hanya mengambil 0,2 persen energi pantai, kata Alan. Keyakinanya
semakin lebih diperkuat dengan efisiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar,
energi gelombang laut ini bisa menjadi energi utama pengganti energi sekarang.
Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan ada hal-hal lain yang
dapat memberikan keuntungan di bidang lingkungan hidup. Energi ini lebih ramah
Iingkungan, tidak menimbulkan polusi suara, emisi C02, maupun polusi visual dan
sekaligus mampu memberikan ruang kepada kehidupan laut untuk membentuk
koloni terumbu karang di sepanjang jangkar yang ditanam di dasar laut. Pada
kasus-kasus seperti ini biasanya lebih menguntungkan karena ikan dan binatang
laut selalu lebih banyak berkumpul. Penempatan buoy dengan ukuran yang tidak
terlalu besar juga tidak mengganggu pelayaran. Rata-rata dengan besar buoy
kurang dari dua meter, kapal besar atau kecil bisa melihat obyek tersebut dan dapat
menghindarinya. Energi listrik namun yang secara efisien bisa dialihkan menjadi
energi listrik adalah gelombang laut.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Konversi Energi Gelombang Menjadi Listrik


Kelebihan:
1. Energi ombak adalah energi yang bisa didapat setiap hari, tidak akan pernah
habis.
2. Tidak menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya.
3. Mudah untuk mengkonversi energi listrik dari energi mekanik pada ombak.
4. Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan,
energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan
dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali
lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin.
5. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya
berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan
adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung
tenang dan dapat diperkirakan.

Kekurangan:
1. Diperlukan alat khusus yang memerlukan teknologi tinggi, sehingga tenaga ahli
sangat diperlukan.
2. Output dari pembangkit listrik tenaga pasang surut mengikuti grafik sinusoidal
sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-
Matahari.
3. Biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar.
4. Tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin,
sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus
selama lebih kurang lima tahun.

5. Menggunakan pasang surut gelombang sebagai pembangkit energi listrik, bisa


mengakibatkan rotasi bumi melambat 24 jam tiap 2000 tahun.

D. Konversi Energi Gelombang di Indonesia

Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi
alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan
tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam, sumber energi yang tak
terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia adalah methane hydrate.
Methane hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk
di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah
dan konstan di kedalaman lebih dari 1.000 meter.

Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang
timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy
conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air akibat
pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang
tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang
sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut
serta energi arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. Untuk
mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-
sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya,
ada dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari daratan
dan sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya,
pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang berasal dari daratan
kemungkinan Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi
yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua
arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau
satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak kurang dari 15
meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat
disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin
dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan. Gelombang laut sangat potensial
dikonversikan menjadi energi listrik, khususnya karena Indonesia memiliki pantai yang
sangat panjang yang bisa diberdayakan sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil. Balai Pengkajian Dinamika Pantai BPPT beberapa tahun yang lalu sudah
melakukan kajian Hybrid Power Energy dengan mendisain dan membangun sistem energi
gelombang laut dengan peralatan berbasis Oscilating Water Column (OWC).

OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini
akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi
fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan
menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator listrik sehingga
menghasilkan listrik. Sistem ini diakuinya belum pernah dibangun di Indonesia sehingga
pelaksanaan disain dan pembangunan prototipe sistem OWC ini adalah yang pertama kali
dilaksanakan. Rencananya pada 2007 akan dilaksanakan pengembangan rancang bangun
Pembangkit Listrik Energi Gelombang untuk menghasilkan listrik 2,5 KVA hingga 500
kVA yang disesuaikan dengan pendanaan yang tersedia, pemerintah ataupun swasta.
Prototipe yang telah diujicobakan adalah dengan struktur baja yang untuk output 1KVA
dicapai efisiensi 30 persen dan dengan struktur beton yang untuk output 1KVA dicapai
efisiensi 45 persen. Jika didayagunakan secara optimal maka energi konversi gelombang
laut akan menjamin ketersediaan energi listrik sepanjang tahun sehingga suplai listrik tidak
akan tergantung pada pergantian dan perubahan musim, ujarnya. Fenomena fisik laut
seperti pergerakan pasang surut, gelombang, panas laut, angin laut dan perubahan salinitas
seluruhnya bisa dikonversikan menjadi listrik.

E. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Ombak

Energi gelombang laut/ombak laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan
gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya pergerakan laut yang
menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul
akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh
matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi
gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan.Gelombang laut secara ideal
dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak maksimum dan
lembah minimum.

Gambar 3. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga ombak

Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang
laut berbeda-beda, bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika
diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan
ketinggian signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.Bila waktu yang
diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut
yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi energi gelombang
laut di titik lokasi tersebut. Potensi energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam
satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan
dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut. Berdasarkan
perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai
tempat di dunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian
selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang
laut sekitar 40 kw/m.

Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut
menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin
generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan
akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam
mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa
alternatif teknologi yang dapat dipilih.

Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan


Pulau Jawa adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini cukup
sederhana, gelombang laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran runcing yang
berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian tertentu
(lihat gambar a). Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke laut melalui
saluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik. Adanya bak
penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat beroperasi terus menerus
dengan kondisi gelombang laut yang berubah-ubah. Teknologi ini tetap memerlukan
bantuan mekanisme pasang surut dan pilihan topografi garis pantai yang tepat. Teknologi
ini telah dikembangkan sejak tahun 1985.

Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang lebih banyak


dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (the oscillating water column). Teknologi
ini telah dikembangkan BPPT dengan didirikannya sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga
Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Kolom air yang
berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya
air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air
ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan
menggerakkan turbin.
Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi
alternatif yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai
Indonesia. Model ini menunjukan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameter-
parameter minimal hiroosenografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis
untuk melakukan konversi energi.

Gambar 4. Prinsip kerja PLTO

Dalam PLTO ini proses masuk dan keluarnya aliran ombak pada suatu ruangan
tertentu (khusus) dapat menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah
saluran di atas ruang khusus tersebut. Apabila diletakkan sebuah turbin di ujung saluran
tersebut, maka aliran udara yang keluar masuk akan memutar turbin yang menggerakkan
generator. Kelemahan dari model ini adalah aliran keluar masuk udara dapat menimbulkan
kebisingan, akan tetapi karena aliran ombak sudah cukup bising umumnya ini tidak
menjadi masalah besar.

F. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut.


Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Apabila muka air laut (surut) sama tingginya
dengan muka air dalam waduk maka aluran air ke turbin ditutup. Sementara itu muka air
laut (pasang) naik terus. Ketika tinggi muka air laut mencapai kira-kira setengah tinggi air
pasang maksimum, maka katup saluran air ke turbin dibuka dan air laut masuk ke dalam
waduk melalui saluran air ke turbin, dan menjalankan turbin dan generator dalam hal
tersebut tinggi muka air di dalam waduk akan naik. Apabila muka air laut telah mencapai
ketinggian maksimumnya tetapi masih lebih dari muka air dalam waduk, turbin generator
dan air dalam waduk menjadi sangat kecil.
Sehingga turbin generator tidak bekerja pada keadaan tersebut katup simpang
(bypass valve) yang menghubungkan laut dengan waduk dibuka, sehingga air laut lebih
cepat masuk mengisi waduk,ketika muka air laut dan air di dalam waduk sama tingginya,
baik katup simpang maupun katup saluran turbin ditutup. Pada keadaan tersebut tinggi
muka air dalam waduk tetap konstan sedangkan inggi muk air laut terus surut. Apabila
pebedaan tinggi antara permukaan air laut dan permukaan air dalam waduk sudah cukup
besar maka turbin dijalankan dengan membuka katup air ke turbin pada keadaan tersebut
air mengalir dari waduk ke laut melalui turbin sehingga turbin berputar dan permukaan air
dalam waduk turun. Proses ini terus berlangsung sampai tinggi air dalam waduk tidak
cukup untuk menjalankan turbin, dan katup simpang dibuka supaya air yang masih ada di
dalam waduk cepat keluar mengalir ke laut.
Dalam keadaan tersebut air laut masih surut atau telah naik tetapi masih belum
mencapai tinggi turbin setelah waduk kosong atau ketika permukaan air laut dalam waduk
sama tingginya dengan muka air laut, katup simpang dan katup masuk turbin ditutup
kembali. Demikianlah proses tersebut terjadi berulang-ulang mengisi dan mengosongkan
air dalam waduk untuk menjalankan turbin generator dengan memanfaatkan proses air
pasang dan air surut. Pusat listrik tenaga pasang surut biasanya dibuat dengan waduk
berukuran besar supaya dapat dibuat secara ekonomis dengan menghasilkan listrik yang
banyak.
Gambar 5. Pusat tenaga listrik waduk tunggal

Dari gambar di atas turbin yang digunakan adalah turbin air dua arah yang nantinya
untuk membangkitkan daya pada waktu pasang dan pada waktu surut. Hal ini dapat
dilakukan selama 12,5 jam dalam/hari dengan periode 2x sehari. Periode pengosongan
waduk dilakukan pada saat permukaan air laut mulai turun sehingga turbin dapat berputar
24 jam. Turbin yang di sini ialah turbin dua arah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 6. Turbin dua arah

Namun jenis turbin paling cocok digunakan adalah jenis turbin dua arah yaitu turbin air
jenis bulb yang gambarnya seperti dibawah ini.
Gambar 7. Bulb turbine

Turbin-turbin ini putarannya lebih lambat dari kebutuhan putaran generator sehingga
dibutuhkan sistem percepatan putaran dalam bentuk gear box yang nantinya perputaran
yang dibutuhkan generator yang sesuai.

Untuk lebih jelasnya grafik dibawah ini yaitu grafik yang menunjukkan urutan operasi
pembangkitan daya pada waktu pasang dan pada waktu surut.

Gambar 8. Grafik hubungan daya yang dibangkitkan dengan waktu pasang/surut

Dalam grafik di atas untuk mengetahui debit air jatuh yang diperoleh dari operasi
pompa yang biasanya dilaksanakan pada saat terjadi beban puncak maka dapat diibuat
grafik yang mana dalam grafik itu menjelaskan urutan operasi turbin-pompa di La-Rance
dalam grafik tersebut terlukis garis tinggi permukaan air laut, berupa suatu sinusoida, yang
titik tertinggi berupa situasi pasang. Dengan garis-garis terputus dilukis tinggi permukaan
ari dalam waduk. Pada asasnya, antara tenaga pasang surut dan tenaga air konvensional
terdapat persamaan, yaitu kedua-duanya adalah tenaga air yang memanfaatkan gravitasi
tinggi jatuh air untuk pembangkit tenaga listrik.

Perbedaan-perbedaan utama, secara garis besar, antara pembangkit listrik tenaga pasang
surut disbanding pembangkit listrik tenaga air konvensional adalah:

Pasang surut menyangkut arus air periodik dwi-arah dengan dua kali pasang dan dua
kali surut tiap hari.

Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang lebih tahan
korosi daripada dimiliki material untuk air tawar.

Tinggi air jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11meter) bila dibandingkan dengan
instalasi-instalasi hidro lainnya.
Kesimpulan

1. Ada tiga cara membangkitkan listrik dengan tenaga ombak :

a. Energi gelombang

b. Pasang surut

c. Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy).

2. Ada 3 cara untuk menangkap energi gelombang, yaitu:

a. Dengan pelampung

b. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column).

c. Wave Surge atau Focusing Devices.

3. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (PLTO):

Dalam PLTO masuk dan keluarnya aliran ombak pada suatu ruangan tertentu (khusus)
menyebabkan terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah saluran di atas ruang
khusus tersebut. Sebuah turbin yang diletakkan di ujung saluran tersebut akan bergerak
karena aliran udara yang keluar masuk yang kemudian akan menggerakkan generator.

4.
Daftar Pustaka

Teguh Wahyono, Prinsip Dasar dan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ,
Graha Ilmu. 2003.

Bedard, Roger. At al., Ocean Wave Energy Conversion Technology, White Paper Submited
to the western Governor Asscotiation Clean and Diversified Energy Advisory
Commite. EPRI. 2005

Kadir, Abdul. Energi : Sumber Daya, Inovasi, Tenaga listrik dan Potensi Ekonomi, Edisi ke-
2. UI Press. Jakarta. 1995.

Link situs : http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/197407162001121-


HASBULLAH/ENERGI_DAN_KONVERSI/MATERI_ENERGI_DAN_KONVERSI/ENERGI_SAMU
DERA.pdf

Tanggal mengunduh 23 Oktober 2011, jam 19. 36 WIB

(note:
- spasi antar paragraf terlalu lebar
- Korelasi antar paragraf tidak fokus
- Sebaiknya penyusunan paragraf dikonstruksi atau disesuaikan dengan kebutuhan
kerangka pikir yang akan disampaikan, tidak hanya sekedar menyalin atau
menterjemahkan keseluruhan paragraf dari sumber (makalah, artikel dll).
- Sebagai contoh ketika menjelaskan teknik konversi energi gelombang maka fokus
kerangka pemikiran adalah pada teknik konversinya misal : jenis teknik konversi,
penjelasan umum teknik konversi tersebut, penjelasan detil bisa dilengkapi gambar
untuk tiap teknik, kelebihan dan kekurangan masing2 teknik dsb disajikan secara
sistematik.
- Sistematika penulisan diperbaiki
- Numbering diperbaiki termasuk penamaan dan penomoran gambar
- Kesimpulan : disimpulkan dari pembahasan tidak hanya sekedar menyalin apa yang ada
dalam pembahasan.
- Daftar pustaka dilengkapi, Setiap sitasi referensi harus dicantumkan di daftar pustaka
-

Anda mungkin juga menyukai