Anda di halaman 1dari 5

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAGI PETANI PADI DI SAWAH

A. Definisi
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai
tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka
dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-
syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,
peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

2. Petani
Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada
kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian
masih berjumlah 42 juta orang atau sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah
kabupaten Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai
sumber penghasilan daerah.
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara
melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara
tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh
hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang
lain.
Kualitas petani, langsung maupun tidak, berhubungan dengan indeks
perkembangan manusia (IPM) . dalam IPM kesehatan petani harus dilihat dalam dua
aspek. Yakni, kesehatan sebagai modal kerja dan aspek penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan, khususnya factor risiko akibat penggunaan teknologi baru dan
agrokimia.
Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik
harus mendukung pekerjaan tersebut. Seorang petani jangan sampai sakit-sakitan.
Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan utnuk
mendukung produktivitasnya.
Secara teoretis apabila seseorang bekerja, ada tiga variable pokok yang saling
berinteraksi. Yakni, kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan lingkungan
pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif berbagai factor risiko kesehatan tersebut,
apabila tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan pekerjaan. Gangguan kesehatan akibat atau berhubungan dengan
pekerjaan dapat bersifat akut dan mendadak, kita kenal sebagai kecelakaan, dapat pula
bersifat menahun. Berbagai gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan
misalnya para petani mengalami keracunan pestisida dari dari tingkat sedang hingga
tingkat tinggi.

B. Tugas Petani
Tugas petani dalam melakukan pekerjaannya yaitu :
1. Menanam padi
2. Menjaga kebersihan lingkungan/area di sekitar tanaman padi agar terhindar dari hama
atau hewan pengganggu
3. Memberikan pupuk pestisida untuk tanaman padi
4. Memanen padi
C. Suasana Kerja
Suasana kerja pada petani padi yaitu, selalu terpapar sinar matahari, memiliki lahan
tanah yang berlumpur dan selalu terpapar zat pestisida saat pemberian pupuk pada
tanaman padi.

D. Bahaya/Resiko Yang Di Alami Petani Padi


1. Lingkungan fisik
a. Pengguanaan alat pengilingan yang masih manual dengan menggunakan tangan
dapat menyebabkan lecet pada tangan dan mempunyai peluang tangan terpotong
b. Tidak menggunakan masker saat pengilingan dapat menyebabkan batuk dan
sesak napas akibat dari debu
c. Tidak menggunakan alas kaki dapat menyebabkan peluang tertusuk benda tajam
dan gigitan oleh hewan
d. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan kulit terbakar, kering, badan menjadi
lemas dan pusing.
2. Bahaya lingkungan biologis
a. Adanya hama tikus berpeluang dapat menimbulkan resiko penyakit pes dan
leptospirosis
b. Dapat beresiko terinfeksi cacing parasit
c. Hama dari ulat bulu dapat menyebabkan iritasi gatal-gatal
d. Pakaian yang digunakan tidak standart dapat berpeluang tergigit ular
e. Getah tanaman menyebabkan gatal-gatal
3. Bahaya lingkungan kimiawi
a. Pada saat membasmi hama dengan menyemprotkan pestisida ke padi tidak
memakai masker dan bisa menyebabkan keracunan
b. Saat penaburan pupuk tidak memakai sarung tangan, maka ketika mencuci
tangan hanya memakai air got yang kemungkinan juga terkontaminasi dengan
bahan kimia lainnya kemudian langsung di gunakan untuk makan.
4. Bahaya lingkungan ergonomi
a. Sikap Kerja Merupakan pekerjaan dinamis dan dilakukan secara berulang
ulang seperti mencakul, menanam benih padi, penyemprot dengan membawa alat
penyemprotan pestisida dan pemotongan rumput liar. Hal tersebut bila dilakukan
dengan posisi yang salah dapat menyebabkan cepat lelah dan pegal linu.
b. Kurangnya Kesadaran dan Penyediaan Fasilitas APD

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh petani
seperti sakit pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan kulit akibat
sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia. Penggunaan agrokimia khususnya pestisida
merupaka factor risiko penyakit yang paling sering dibicarakan. Kondisi kesehatan awal
petani berpengaruh terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seperti, penderita anemia karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah atau
perkebunan maupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk dengan
keracunan organofospat.
Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan pekerjaan, termasuk penyakit infeksi
yang diakibatkan bakteri, virus, maupun parasit. Misalnya penyakit malaria, selain
dianggap sebagai penyakit yang merupakan bagian dari kapasitas kerja atau modal awal
untuk bekerja, juga dapat dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan.
1. Malaria
Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama di
persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan berkembang biak
dalam butir darah merah sehingga seseorang yang terkena malaria akan menderita
demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan kekurangan hemoglobin dapat
mengganggu kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang yang menderita anemia
akan memiliki stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.
2. Tubekulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani
adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah
golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah tersebut.
TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa ventilasi
dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang akan
memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam lingkungan.
Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan
produktivitas rendah, dan akan membebani keluarga.
3. Kecacingan dan Gizi Kerja
Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari
pasokan makanan. Namun makanan yang diperoleh dengan susah payah dan
seringkali tidak mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit menular dan
kecacingan. Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja petani adalah kekurangan
gizi. Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan kalori untuk tenaga maupun zat
mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang rendah dan kemiskinan.
4. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar merupakan salah satu factor risiko utama timbulnya penyakit-
penyakit infeksi baik yang akut seperti kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi Bakteri
Coli maupun penyakit kronik lainnya.
Tidak mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria
kronik atau diare kronik. apalagi TBC. Untuk meningkatkan produktivitas, seorang
petani harus senantiasa mengikuti pengembangan diri. Lalu tidak mungkin mengikuti
pelatihan dengan baik kalau tidak sehat. Untuk itu diperlukan khusus kesehatan dan
keselamatan kerja petani sebagai modal awal seseorang atau kelompok tani agar bisa
bekerja dengan baik dan lebih produktif.

E. Analisa Pendapat
Kurangya kesadaran petani dalam penggunaan APD seharunya bisa di atasi dengan
pemberian penyuluhan berupa pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja bagi petani
yang tidak menggunakan APD dalam pekerjaannya. Menggunakan pelindung
tubuh/proteksi diri dalam bekerja, merupakan usaha untuk menjaga atau melindungi serta
mendapatkan tingkat pengamanan agar terhindar dari permasalahan yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, misal proteksi terhadap penyakit, proteksi terhadap
suatu ancaman dan sebagainya.
Menjadi petani yang selalu terpapar sinar matahari dan berkubang dengan tanah yang
berlumpur dan terpapar bahan kimia (pestisida), maka petani sangatlah rentan terinfeksi
penyakit dan dapat melemahnya kondisi fisik, oleh karena itu setiap petani perlu bekerja
secara sehat dan benar untuk menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya, dari keadaan
lingkungan yang tidak kondusif dalam kerjanya petani harus menggunakan pakaian yang
dapat menjaga keselamatannya sewaktu bekerja. Antara lain :
1. Celana dan baju lengan panjang : Untuk menjaga tubuh dari sinar matahari langsung
atau menghindarkan diri dari udara yang dingin, menjaga kulit dari bulu ulat, miang
atau getah tanaman, dan gigitan binatang berbisa.
2. Topi : Topi dapat melindungi diri dari terik matahari, topi juga bermanfaat untuk
menghindari bahaya dari binatang berbisa.
3. Sepatu lars (sepatu bot) dari karet : Untuk menutup kaki yang dapat menghindarkan
kaki dari benda tajam menjaga kaki dari gigitan ular dan binatang berbisa,
menghindarkan diri dari penyakit cacing tambang atau infeksi yang lain
4. Masker : Untuk melindungi saluran pernafasan dan mulut dari debu, bahan kimia
termasuk insektisida ,herbisida atau yang lainya.
5. Sarung tangan: Untuk melindungi diri dari berda tajam, duri bulu, ulat, getah tanaman
atau gigitan binatang berbisa.
6. Kaca mata/pelindung mata: Berguna untuk melindungi mata dari bahan - bahan
penyebab iritasi pada mata.
7. Pelindung telinga: Untuk melindungi telinga dari suara sewaktu mengoperasikan alat
yang dapat mengakibatkan kebisingan, seperti alat pembajak tanah atau alat untuk
perontok padi.

Alat pelindung diri tersebut dapat meminimalisir dan menjaga para petani agar tidak
terjadi kecelakan dalam bekerja. Karena faktor utama kecelakaan dalam bekerja yaitu
kurangnya para pekerja menggunakan alat pelindung diri. Oleh karena itu pentingnya
penggunaan alat pelindungan diri bagi para petani dapat menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja para petani.

Peran perawat dalam kesehatan dan keselamatan kerja bagi petani yaitu :

1. Mengkaji masalah kesehatan pekerja tani


2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja tani
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja tani
4. Meberikan informasi/penyuluhan bagi pekerja tani, berupa :
a. Menjelaskan resiko/bahaya kerja bagi petani padi
b. Memberikan penjelasan pentingnya penggunaan APD bagi petani
c. Menjelaskan bahaya penyakit yang dapat dialami ketika tidak menggunakan APD
d. Memberikan pencegahan dari masalah yang di hadapi dalam bekerja oleh petani

Anda mungkin juga menyukai