Anda di halaman 1dari 117

ANALISIS PENUAPATAN USAHATANI

DAN SALURAN PEMASARAN TEH


PERKEBUNANRAKYAT
(Studi Kasus Perkebunan Teh P.akyat, !<ecamatan Sukanagara,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh :

ALI AKBAR HUTZI


A14101549

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEblEN AGRlBlSNlS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
DAN SALURAN PEMASARAN TEM
- PERKEBUNANRAKYAT
(Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecamatan Sukanagara,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

SKRlPSl
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor

Oleh :
ALI AKBAR HUTZl
A14101549

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRlBlSNlS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ALI AKBAR HUTZI. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran
Teh Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecarnatan
Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Di bawah Birnbingan YAYAH
K.WAGION0

Jawa Barat merupakan salah satu ser~traproduksi teh di lndonesia. Luas


aieal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari
totzl luas areal penanarnan teh di Indonesia yang rnencapai angka 152.217
hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003
adalah sebesar 113.055 Ton (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. 2003).
Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa Barat.
Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12 hektar
yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat yang
pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar.
Kecamatan Sukanagara adalah salah satu daerah produksi teh yang
terdapat di Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini rnerniliki luas
areal penanarnan teh terbesar kedua setelah Kecarnatan Takokak. Luas areal
perkebunan teh pada tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat
produksi sebesar 3.070 ton pada tahun yang sarna. Akan tetapi produktivitas teh
di Kecarnatan Sukanagara rnenernpati urutan keernpat yaitu sebesar 0.861 ton
per hektar pada tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas
pucuk teh yang rendah clan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat
juga rendah (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003).
Rendahnya produktivitas teh yang dihasilkan oleh perkebunan teh rnilik
rakyat selarna ini telah rnendapat perhatian dari pernerintah. Pernbangunan
Kebun Teh Rakyat rnelalui bagian Proyek Pengernbangan Budidaya Perkebunan
Rakyzt (PPBPR) Jawa Barat dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993.
Pada urnurnnya petani rnerniliki rnotivasi berkebun yang tinggi. Hal ini
juga didukung oleh adanya pengalaman dalarn beritebun. Akan tetapi pada sisi
lain, para petani berada pada posisi tawar (bargainning position) yang lernah
terutama dalarn ha1 menentukan harga. Dukungan yang telah diberikan oleh
pernerintah selarna ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh
rakyat. Akan tetapi hal itu rnasih belum diikuti oleh peningkatan produktivitas dan
kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang
rnernbiarkan lahan tehnya begitu saja dan beralih ke usaha yang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan dari penelitian
ici adalah : (1) Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di
Kecarnatan Sukanagara. (2) Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di
Kecarnatan Sukanagara untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat
yang terdapat di daerah tersebut dan (3) Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh
rakyat di Kecamatan Sukanagara.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan garnbaran urnurn usahatani
perkebunan teh rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara adalah :
Teh rnzrupakan tanaman yang teleh diusahakan selarna turun-ternurcn.
Tanarnan teh yang terdapat di lokasi penelitian berasal dari tahun tanarn
yang berbeda-heda yaitu dari tahun tanarn 1992 sarnpai dengan tahun tanani
1998. Sebagian besar petani teh rnendapatkan bantuan dari Asian
Development Bank (AE6) rnelalui program Proyek Pengernbangan Budidaya
Perkebunan Rakyat (PPBPR). Dari 10 desa yang terdapat di Kecarnatan
Sukanagara, sernbilan di antaranya rnenjadi peserta program bantuan
tersebut.
Dalarn rangka rneningkatkan pernbinaan tehadap petani, di Kecarnatan
Sukanagara telah terbentuk kelornpok-kelornpok tani yang terdiri dari 20
sampai dengan 30 anggota kelornpok tani (kepala keluarga). Sarnpai dengan
tahun 2003. telah terdapat 40 kelompok tani d ~ n g a n1.051 kepala keluargs.
Perkebunan teh rnilik rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara
sebagian besar dikelola oleh buruh tani yang rnerniliki kernarnpuan berkebun
tatapi t i d a ~memiliki lahan sendiri.
Pendapatan usahatani (2003) yang diterirna atas dasar biaya !unai adalah Rp
23.162 per hektar per bulan. Sedangkan Pendapatan usahatani atas dasar biaya
total scbesar Rp -26.448 per hekta: per bulan. Adapun RIC rasio (2003) atas
biaya tunai adaiah 1,07 dan atas biaya total adalah sebesar 0,93. Hal ini
menunjukan bahwa usahatani perkebunan teh rakyat di kecarnatan Sukanagara
ini secara rata-rata sudah tidak layak untuk dijalankan. Kondisi seperti ini yang
mernbuat petani sulit untuk rnernbayar cicilan sebesar Rp 45.000 perbulan
kepada pengelola proyek PPBPR. Lernbaga pernasaran yang terlibat dalarn
pernasaran teh di Kecamatan Sukanagara rneliputi pedagang pengumpul,
Tempat Pengurnpulan Hasil (TPH) kelompok tan: dan pabrik pengolahan teh.
Struktur pasar pucuk teh yang terdapat di lokasi penelitian adalah struktur pasar
oligopsoni dimana beberapa pedagang pengurnpul berhadapan dengan banyak
petani. Petani seringkali membutuhkan uang tunai untuk rnernenuhi kebutuhan
hidup keluarganya sehari-hari serta kebutuhan saprotan, sehingga petani
meminjam uang kepada pedagang pengumpul tertentu. lkatan inilah yang
rnembatasi kebebasan petani untuk menjual dan menentukan harga pucuk
tehnya. Kondisi seperti itu akhirnya rnerubah struktur yang dihadapi oleh petani
menjadi struktur pasar monopolis.
Marjin pemasaran yang diierima petani memiliki bagian paling refidah. Marjin
harga jual yang diteri~napetani sebesar 25,69 % dan rnarjin keuntungannya
sebesar 1,40 %. Selain itu Farmer's share terbesar yang diterima sebesar 41,68
% dan yang terendah sebesar 2559 %. Farmer's Share ierbesar adalah bagi
petani yang menjilal pucuk tehnya secara langsung ke pabrik pengolahan.
Judul : Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pernasaran Teh
Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat,
Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
Nama : Ali Akbar Hutzi
NRP : A14101549

Menyetujui,

L
osen Pembimbing

Ir. Yavah K. Waqiono. MEc.


NIP. 130350044

NIP. 131124019

Tanggal Lulus : / J 3 ~ g 8/ ~ ~ 7
PEIWYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYAI'AKAN BAI-IWA SKIILI'SI YANG BERJUDUL


"ANALISIS PENDAPATAN USAFTATANT DAN SAT,URlW PEMASARAN
TEH PERKEBUNAN RAKYAT (STUD1 KASUS PERKEBUNAN TEI-I
RAKYAT, KECAMATAN SUKANAGARA KABUPATEN CIANJUR, JAWA
BARAT)" BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI
DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PI?RGIJRIJAN TTNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Juni 2007


Penulis adalah putra ke delapan dari delapan bersaudara )rang lahir pada

tanggal 15 oktober 1977 di Bogor dari pasangan Endang Suherman (Alm) dall

AT. Sukaesih. Sampai tahl~n1996 penulis lulusdari Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri I Cipanas - Cianjur. Pada tahun 1998 penulis berhasil 1010s seleksi

ujian masuk diploma tiga Manajemen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (MAB-

IPB) dan selesai sarnpai dengan tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis

rnelanjutkan pendidikan untuk rnencapai gelar S1 di Program Ekstensi

Manaje~nenAgribisnis lnstitut Pertanian Bogor (Pro Emas-IPB).

Selain aktif dalam organisasi keagamaan maupun non keagamaan.

penulis juga kini menjadi bagian dari kepengurusan salah satu koperasi dan staff

di salah satu ~erusahaantelekomunikasi.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata'ala karena berkat-Nya

penulis dapal rnenyelesaikali skripsi ini. Ski-ipsi yang berjtidul Ana!isis

Pendapaian ilsaha l a n i dan Pernasarzn Perkcb~nar~


Teh Rakyat adafah

pernbahasan rnengenai keadaan sesungguhnya petani teh rakyat dalarn

rnenghadapi persaingan pasar di tingkat rnikro.

Selarna ini para petani teh rakyat berada pada bargaining position yang

lernah, sehingga dalarn kancah persaingan dengan petani - petani besar seperti
Perkebunan Teh Milik Negara (PTPN) dan perkebunan besar swasta,

perkebunan teh rnilik rakyat berada pada kelornpok yang terrnarjinalkan. Berawal

dari keprihatinan itulah kernudian penulis rnerasa tertarik untuk rnelakukan

penelitian walaupun penulis akui rnasih banyak kekurangan dalarn tulisan ini.

Segala ha1 yang penulis tuangkan dalarn skripsi ini sernoga dapat

bermanfaat bagi penulis dan pernbaca. Adapun segala kekurangan yang

terdzpat didalarnnya sernoga rnenjzdi pangalaman berharga bagi penulis untuk

dapat berkarya lebih baik lagi dirnasa rnendatang.

Akhirnya penulis rnengucapkan banyak terirnakasih kepada sernua pihak

yang telah rnendukung baik secara rnoril rnaupun rnateril sehingga tu!isan ini oisa

selesai. Adapun kritik dan saran ssngai penulis harapkan sebdgai bahan koreksi

dan evaluasi sehinga dapat rnernbawa banyak rnanfaat bagi penulis.


UCAPAN TERIMA KASIH

Sesungguhnya skripsi ini tak akan pernah terwujud tanpa kehendak-Nya

sena bantuan dari sernua pihak. Pada kesernpatan ini penulis ingin

rnenyampai~anterlrna kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc Selaku Dosen Pernbirnbing yang selalu

rnernbirnbing dan rnernotivasi penulis dengan penuh kesabaran

2. Orang tua, parnan dan bibi tersayang, terima kasih atas segala do'a,

kasih sayang serta dorongan sernangatnya.

3. Kakak dan keponakan, terirna kasih atas segala do'a dan rnotivasi yang

telah diberikan kepada penulis selarna ini.

4. Anisa Agustina, lstriku tercinta yang selalu rnendo'akan dan setia untuk

tetap bersarna.

5. Bapak Lili, Bapak Yusuf, Bapak Faridh, Ibu Sri, Kang Dikdik, Ibu Yanti

dan seluruh staff Dinas Perkebunan Sukanagara yang telah rnernbantu

penulis dalam pengurnpulan data-data yang diperlukan untuk

rnenyelesaikan skripsi ini.

6. Sernua pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu yang telah banyak membantu peculis dalarn rnenyelesaikan

skripsi ini.
DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR I

UCAPAN TERIMA KASlH ii


DAFTAR IS1 iii
DAFTAR TAB v
DAFTAR GAME vii
OAFTAR. LAMPIRAN viii

BABI. PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.l. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian.......................................... 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................ 7
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian...................... 8

BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................


2.1. Gambaran Umum Te
2.2. Sifat-Sifat Botani Teh
2.3. Syarat Turnbuh Tana
2.3.1. lklim...........................................................................

2.4. Jenis aan Mu

2.6. Hasil-hasil Penelitian Terdahul

BAB Ill. KERANGKA PEMlKlRAN PENELlTlAN................................... 22


3.1. Sektor Produksi Usahatani
3.2. Analisis Pendapatan Usahata
3.3. Sistem Pemasaran
3.4. Distribusi dan
3.5. Biaya Distribusi
3.6. Pabrik Pengola
3.7. Kerangka Pe

BAB IV. METODE PENELlTlA


4.1. Lokasi dan Waktu
4.2. Metode Pengurnpulan Data............... ................. ...............
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...............................
4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani .................................
4.3.2. Analisis Saluran Pemasaran ......................................

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN.............................


5.1. Kondisi Geografis
5.2. Kondisi Dernografis
5.3. Pendidikan ...................... .
.................................................
5.4. Kondisi Lahan Perkebunan Teh Rakyat..............................
BAB VI. HASlL DAN PEMBAHA
6.1. Kondisi Umum Usa
Kecarnatan Sukanagar
6.2. Proyek Pengembangan Perkebunan Teh ..........................
6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Perkebunan Teh
Rakyat di Kecarnatan Sukanagara ......................................
6.3.1. Penerima

6.5. Analisis Struktu

6.5.4. Sumber lnformasi Pasa


6.6. Marjin Pernasaran

6.8. Farmer's Sha

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 76


7.1. Kesimpu!an ......................................................................... 76
7.2. Saran .................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 79


LAMPIRAN ............................................................................................... 81
DAFTAR TABEL

FIomor Halarnan

1.
-
Perkembangan Volume dan Nila~Ekspor Ten Indonesia
(1999 - 200.5) ....................................................................................... I

2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat


(2001-2003) 2

3. Produksi Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Baiat


(2001-2003) ......................................................................................... 3

4. Produktivitas Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat


(2001-2002) ...................................................................................... 3

5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan


Di Kabupaten Cianjur (1999-2003)....................................................... 4

6. Luas Areal Perkebunan dan Produksi The pada Masing-masing


Kecarnatan di Kabupaten Cianjur, 2004 .............................................. 5

7 Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn............................... 16

8. Banyaknya Sarana Peribadatan T a p Desa, 2003 ................................ 42

9. I(ornposisi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut


Tingkat Pendidikan Tshun 2003 .......................................................... 43

10. Klasifikasi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut


Kelompok Urnur, Tahun 2003 .............................................................. 45

11. Data Curah Hujan Kecamatan Su!tanagara dalarn Satuan Milirneter


(1999 - 2003) ......................
............................................................. 46
I . Luas Wilayah dan Produktivitas Binaan PPBPR, Tahun 2003 .............. 49

13. Areal Tanam dan Jurnlah Kepala Keluarga Peserta Petani


Teh Rakyat Unit Sukanagara pada Tahun 2003 ................................. 49

14. Produksi Rata-Rata, Harga Rata-Rata serta Penerirnaan


Kotor Rata-Rata Per Bulan Per Hektar Pucuk Teh Kecarnatan
Sukanagara (2002-2003) ..................................................................... 52

15. Komponen Fiaya Rata-Rata Pengelolaan Tanaman Rakyat per Hektar


per Bulan Tahun 2003 ......................................................................... 55

16. Nilai Peilggunaan Peralatan Usahatani Perkebunan Teh Rakyat


Kecamatan Sukanagara, 2003 ............................................................. 59

17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukan gara
Per Hektar per Bulan, 2003.................................................................. 60
18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan
Sukanagara per Bulan (2003) .............................................................. 61

19. Narna-Nanla Pedagang Pengurnpul yang Terdapat di kecarnatan


Sukanagara ..................................................................................... 64

20. Unit Pengolahan clasil (UPH) Pabrik Teh Hijau di Kecarnatan


Suakanagsra ....................................................................................... 66

21. Analisis Marjin Pernasaran Teh Perkebunan Rakyat


Per Kilogram di Kecamatan Sukanagara, 2003 .................................... 72

22. Kornponen Biaya Pernasaran Rata-Rata Pucuk Teh Perkebunan


Rakyat Kecarnatan Sukanagara, 2003................................................. 73

23. Farmer's Share Kornoditi Teh Rakyat di Kecarnatan


Sukanagara, 2003 ............................................................................... 75
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halarnan

1. K v ~ Biaya
a Variabel. Biaya Rata-Rata. dan Biaya Mzrjhal ...................... 24

2. Kurva Amplop Sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha ...................... 25

3. Kuwa Pasar Persaingan Sempurna ..............


....................................... 28

4. Kurva Pasar Persaingan Tidak Sempurna ................... .


........................ 30

5. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian


di Indonesia ................. .
..........................................................................
32
6. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................................34

7. Perkembangan Produksi Pucuk Teh Rakyat Setiap Bulan


(2002.2003) ......................................................................

8. Perkembangan Harga Pucuk Teh (2002.2003) 53

9. Saluran Pemasaran Teh di Kecamatan Sukanagara ................................. 63


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Tanah dart Luas Lahan Darat di Kabupaten Cianjur .......... 82

2. Perkembangan Produxsi dan Harya .Teh Perkebunan Paicyat


Kecamatan Sukanagara ............................................................ 83

3. Daftar Prodtlksi Rata-Rata, Iiarga Rata-Rata dan Penerimaan


Fiata-Rata Petani Teh Perkebunan Rakyat Kecamatan
Sukanagara, 2002-2003 .............................................................. 86

4. Data lsian Unit Pengolahan HasillPabrik Kecamatan


Sukanagara (2002) ..................................................................... 87

5. Kuisioner Petani Teh Rakyat, Pedagang Pengumpul


.........................dan
......TPH
......... 97

6. Peta Wilayah Kecarnatan Sukanagara, Kaljupaten Cianjur ........ 102


BAB l
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

lndonesia rnerupakan salah satu negara produsen sekaligus eksportir teh

di dunia setelah i<enys, Srilanka, Cina dan India. Volume ekspor teh lndonesia

sejak tahun 1999 cenderung fluktuatif dengan volume rata-rata adalah sebesar

99.786.600 ton. Perkembaqgan volume dan nilai ekspor teh lndonesia sejak

tahun 1999 sarnpai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perkernbangan Volume dan Nilai Ekspor Teh lndonesia (1999-2003)

Tahun Volume Ekspor Pertumbuhan Nilai Ekspor Pertumbuhan


(000 ton) (%I (US $ juta) (%)
1999 97.847 - 97.140 -

2002 100.184 649) 105.427 (8,08)


-
2003 88.176* (1338) 95.815* (736)
Surnber : Dirjen Bina Produksi Perkebunan
Keterangan : * data sernentara

Sub perkebunan lndonesia berdasarkan status kepernilikan dibedakan

rnenjadi tiga kelornpok yaitu : (1) Perkebunan pernerintah yaitu PT Perkebunan

Nusantara (PTPN), (2) Perkebunan besar rnilik perusahaan swasta, dan (3) Areal

perkebunan rakyat. Ketiga kelornpok perkebunan tersebut merniliki peran penting

dalarn pernenaiizn ekspor teh hijail rnaupun teh hitarn

Faktor yang rnernbedakan perkebunan rakyat dan perkebunan lainnya

terletak pada penguasaannya. Pada perkebunan rakyat, areal yarlg diusahakan

kecil-kecil, tetapi jurnlahnya banyak dan tanaman teh bukan rnerupakan usaha

utarna. Para petani juga rnenanarn tanarnan lain seperti kayu dan sayuran

sebagai turnpangsari atau tanarnan naungan. Sebaliknya, lahan yang


diusahakan pernerintah dan swasta lebih luas. Di sarnping itu, perkebunan milik

pemerintah dan swasta telah didukung oleh teknologi dan teh merupakan

tanarnan utarna.

Jawa Barat rnerupakan salah sate sentra produksi teh di Indonesia. Luas

areal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari

total leas areal penanarnan teh di lnd~nesizyang rnencapai angka 152.217

hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003

adalah sebesar 113.055 ton (Dinas Perkebunan Kecarnatan Sukanagara, 2003).

Produsen teh di propinsi Jawa Barat juga terdiri dari PTPN, Swasta dan

petani teh rakyat. Berdasarkan luas arealnya, perkebunan teh rakyat menernpati

urutan pertarna jika dibandingkan dengan dua jenis perkebunan lainnya.

Perkembangan luas areal perkebunan teh rakyat di Propinsi Jawa Barat dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di propinsi Jawa Barat (2001-
2003).

r ~ a h u nI Perkebunan Rakyat I Perkebunan Negara I Perkebunan Swasta I


(Ha) (Ha) (Ha)
2001 57.412,21 II 26.674,55 25.148,74

I I I I I
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)

Berdasarkan Tabe! 2 terlihat bahwa perkebunan teh milik rakyat rnerniliki

peranan yang cukup penting bagi kegiatan perekonomian di propinsi Jawa Barat.

Akan tetapi, luasnya areal penanaman teh milik rakyat di propinsi Jawa Barat

tidak diikuti oleh tingginye nilai produksi teh di propinsi ini. Produksi teh menurut

kepernilikan di propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Produksi Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)

/I Perkebunan Rakyat / Perkebunan Negara / Perkebunan Swasta /

3002 32.486,54 35.973,52 27.733,15


2003 54.461,06 50.446,47
Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)

Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa produksi teh rnilik perkebunan

negara (PTPN) lebih besar daripada yang dihasilkan oleh perkebunan teh rakyat.

Sedangkan produktivitas teh yang dihasilkan oleh ketiga jenis perkebunan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4. Produktivitas Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat


(2001-2003)

Tahun Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara PerkeSunan Swasta


(%) (%) (%)
2001 0,62 1,94 1,00
I
2002 0,57 1,29 1,05
2003 0,96 1,91 1.11
Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (20C3)

Pada tahun 2003, prodilMi\titas teh perkebunan rnilik rakyat adalah

sebesar 0,95 persen dengan volume produksi seperti yang terdapat dalarn Tabel

3 dan luas areal seperti yang terdapat dalarn Tabel 2. Sedangkan produktivitas

teh perkebunan rnilik negara adalah sebesar 1.91 psrsen dan produktivitas teh

perkebunan rnilik swasta adalah sebesar 1.1 1 persen.

Produktivitas tanaman teh sanga: tergantung dari pemeliharaan teh yang

dilakukan oleh petani yang bersangkutan. Tingginya produksi teh yang dihasilkan

oleh perkebunan teh milik negara dikarenakan kegiatan produksi yang dilakukan

oleh perkebunan milik negara sudah baik, demikian halnya dengan kegiatan

pasca panen yang meliputi penyirnpanan, pendistribusian dan pengolahan.


Kegiatan produksi teh yang dilakukan sudah terkoordinasi dengan baik dan

ditilnjang oleh fasilitas pengolahan dalarn kebun. Sebaliknya, produksi teh yang

dihasilkan oleh per'itebunan teh rnilik rakyat rnasih sangat rendah.

1.2. Ferurnusan Masalah Pene!itian

Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa

Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12

hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat

yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar. Berdasarkan status

kepernilikannya, luas areal perkebunan teh rnilik rakyat lebih besar jika

dibandingkan dengan perkebunan teh rnilik swasta rflaupun perkebunan teh rnilik

pernerintah. Akan tetapi, produksi teh yang dihasilkan oleh per'lebunan rnilik

rakyat rnerniliki angka terendah jika dibandingkan dengan perkebunan rnilik

sv~asta dan pernerintah. Luas areal dan produksi tanaman teh rnenurut

kepernilikan di Kabupaten Cianjur dspat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan di


Kabupeten Cianjur (1998 -2002)

Perkebunan Rakyet I Swasta Negara


Tahun
Luas Areal Prgduksi Luas Areel Produksi Luas Areal Produksi
(Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
1998 14.608.50 12.880,OO 7.270.80 6.874,OO 2.717,OO 5.235,OO
-- ---
1999 14.608,50 13.309,03 9.188,90 6.813,89 2.780,03 5.235,OO
-
2000 14.621.50 13.718,67 9.284.37 6.419,20 2.814,53 5.314,54

2001 14.217,76 7.763,14 8.723,94 6.807,77 2.798,53 4.925.00

2002 14.217,76 5.580,07 2.802,58 5.655,90


,---A
1
2

Srnber Dinas ~erkebunanPropinsi Jawa Earat, 2003

Salah satu daerail produksi teh yang terdapat di Kabupaten Cianjur

adalah Kecarnatan Sukanagara. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh
terbesar kedua setelah Kecamatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada

tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar

3.070 ton pada tahun yang sama. Luas areal perkebunan, produksi dan

produktivitas tanarnan teh pada masing-rnasing kecamatan di Kabupaten Cianjur

dapat dilihat pzda Tabel 6 berikui ini

Tabel 6. Luas Areal Perkebunzn dan Produksi Teh pada Masing-masing


Kecamatan di Kabupaten Cianjur, 2004

Surnber : UPP Sukanagara, 2003


Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa produktivitas teh di Kecarnatan

Sukanagara rnenernpati uru!an keempat yaitu sebesar 0,861 ton per hektar pada

tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang

rendah dan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah

(Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003)

Rendahnya produktivitas teh yang dihasilkan oieh perkebunan teh milik

rakyat selarna ini telah rnendapat perhatian dari pernerintah. Pembangunan

Kebun Teh Rakyat melalui bagian Proyek Pengembangan Budidaya Perkebunan

Rakyat (PPBPR) Jawa Barat dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993.

Pola pembinaan yang diterapkan adalah bahv~a pernbangunail kebun

dilaksanakan sendiri oleh petani peserta beserta keluarganya. Untuk itu, sejak

awal petani diarahkan untuk kerjasama antar petani dalam satu wadah kelompok
tani. Pernbentukan kelornpok tani bukan saja dirnaksudkan sebagai wahana

proses belajar rnengajar tetapi juga sebagai kelornpok usaha bersama yang lebih

berorieniasi pada terwujudnya lernbaga ekoncrni yaiig tangguh di pedesaan

Proyek Pengembangan Budiday? Perkebunan Rakyat (PPBPR) Jawa

Barat yang dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993 juga rnelioatkan para

petani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Para petani tersebut

rnendapatkan dukungan berupa hibah (pernberian curna-curna) dan dana

pinjaman untuk mengelola perkebunan teh yang dirniliki.

Pada tahun 2001, salah satu ketua kelornpok tani yang terdapat di Desa

Sukajembar, Kecarnatan Sukanagara rnendapatkan penghargaan dari

psrnerintah sebagai kelornpok tani dengan tingkat pengernbalian kredit terbaik

untuk wilzyah Jawa Barat. Pernberian penghargaan tersebut dirnaksudkan untuk

memotivasi para petani dalarn berkebun teh dan termotivasi untuk

mengembaiikan dana pinjaman yang telah diberikan.

Pada urnumnya petani memiliki motivasi berkebun yang tinggi. Hal ini

juga didukung oleh adanya pengalarnan dalarn berkebun. Akan tetapi pada sisi

lain, para petani berada pada posisi tawar (barqainnin~position) yang lernah

terutarna dalarn ha1 rnenentuksn harga. Dultungan yang relah diberikan oleh

pernerintah selama ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh

rakyat. Akan tetapi hzl itu rnasil~belurn diikuti oleh peningkatan prcduktivitas dan

kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang

rnernbiarkan lahan tehnya begitu saja dan beralih ke uszha yang lain.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, rnaka perrnasalahan yang

akan dibahas dalarn penelitian ini adalah :

1. Bagairnanakah kondisi umurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

Kecamatan Sukanagara?

2 Berapakah tingkat pendapatan usahatani perkebunan teh rakyat c!i

i<ec?rnatan Sukanagara?

3. Bagairnanakah saluran pemasaran pucuk teh rakyat di Kecamatan

Sukanagara selarna periode tahun 2002-2003?

1. 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rurnusan perrnasalahan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

Kecarnatan Sukanagara.

2. Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di Kecarn~tanSukanagara

untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

daerah tersebut.

3. Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara.

Diharapkan penelitian dapat digunskan sebagai rnasukan bagi pihak-

pihak yang terkait dengan usaha perkebunan rakyat khususnya yang terdapat di

Kecarr~atar:Sukanagara. Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah sebagai

sarana untuk rnernpraktekkan ilrnu dan pengetahuan yang didapat selarna

rnengikuti perkuliahan.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecarnatan Sukanagara Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat. Penelitian ini dibatasi hanya pada perkebunan teh rnilik rakyat yang

terdapat di selilruh desa wilayah Kecarnatan Sukanagara. Mengingat bahwa

tidak sernua petani toh rakyat Sukanagara rnerlgikuti program PPBPR rnaka

pernbahasan mengenai program bantuan tersebut tidalc dapat dilakukan secara

spesifik. Demikian halnya dengan kelornpok tani, tidak sernua petani rnenjadi

anggota kelompok tani: rneskipun petani tersebut rnenjadi peserta PPBPR.

Tahun tanarn tanarnan teh rakyat yang terdapat dalarn penelitian ini

berbeda-beda rnulai tahun 1993 sampai dengan 1998. Dengan dernikian analisis

terhadap produktivitas teh dilakukan pada setiap tanarnan teh dengan tahun

tanarn yang berbeda-beda. Analisis akan dilakukan secara urnurn (per tahun)

dan spesifik (per bulan) untuk rnengetahui kondisi umum produksi teh dan harga

pucuk teh yang terjadi selama periode tahun 2002 sarnpai dengan 2003.

Tingkat harga yang digunakan aalam analisis usahatani teh adalah

tingkat harga teh yang berlaku pada saat penelitian ini dilakukan. Demikian

halnya dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Teh


2. I.

Tanarnan teh (Camellia sinensis L.) d i d ~ g aberasal dari Asia Tenggara.

Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenali di Cina. Bahkar? sejak abad ke-4 telak

dirnanfaatkan sebagai salah satu kornponen rarnuan obat. Teh diperkenalkan

pertarna kali oleh pedagang Belanda sebagai kornoditas perdagangan di Eropa

pada tahun 1610 M dan rnenjadi rninurnan populer di lnggris sejak 1664 M

(Ghani, 2002).

Tanaman teh rnasuk pertarna kali ke lndonesia pada tahun 1684, berupa

biji ten dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernarna Andreas Cleyer.

dan ditanam sebagai tanarnan hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang

pendeta bernarna F. Valentijn rnengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda

yang berasal dari Cina, turnbuh di Tarnan lstana Gubernur Jenderal Carnphuys,

di Jakarta.

Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanarn di Kebun

Raya Bogor, pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.

Tanarnan teh juga berhasil ditanarn dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa

(Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) sehingga mernbuka jalan bagi Jacobus

lsidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk rnembuka landasan

bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut

terdzpat sekitar 180 hektar tanarnan teh dengan produksi sekitar 8000 kilogram

teh kering.

Pada tahun 1941 - 1958, industri teh di lndonesia rnengalarni pasang

surut. Hal itu berkaitan dengan perkernbangan situasi pasar dunia rnaupun

keadaan di lndonesia sendiri. Hingga akhirnya pada tahun 1958 pernerintah


Indonesia rnengambil alih perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda

dan lnggris yang selanjutnya dilakukan usaha rehabilitasi oleh pemerintah secara

bertahap.

2.2. Sifat-Sifat Sotani Teh

1. Akar

Secara urnurn tanarn teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik

tanah, dan cukup sulit untuk dapat rnenernbus lapisan tanah. Kebanyakan perdu

rnempertahankan akar tunggang sedalarn 90 sampai 150 sentirneter dengan

diameter sekitar 7,5 sentimeter. Perakaran utama berkembang pada lapisan

tanah atas sedalam 0 sampai 25 sentimeter, yang merupakan tempat utarna

berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah.

2. Daun

Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daunnya

selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya

bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar

daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Besarnya daun antara 2,5

sarnpai 25 sentimete:, tergantung pada varietasnya. Pucuk dan ruasnya

berarnbut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan

berwarna hijau kelam.

3. Bunga

Bunga yang sempurna memiliki putik (calyx) d e ~ g a n5 - 7 mahkola (sepal).

Daun bunga (Pepal) berjurnlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus

berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan

benang sari (anthera) kuning bersel kernbar, nienor~jol2 sampai 3 milimeter ke

atas. Putik berambut 3 sampai 5 helai. Hanya sekitar 2 persen dari seluruh
bunga pada sebuah pohon, berhasil rnernbentuk biji. Penyerbukan buatan

(artificalpollination) hanya rneningkatkan jurnlah buah sarnpai 14 persen

4. Buah

Buah yang rnasih muda rnemiliki warna hijau. Awalnya mengkilat, tetapi

semakin tua bertarnbah sorarn dan kasar. Bijinya berwarna coklat beruang tiga.

berkulit tipis disatu sisi dan datar di sisi lain. Biji rnengandung rninyak dengan

kadar yang tinggi yaitu 20 persen berat biji.

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Teh

Tanaman teh rnerupakan salah satu tanarnan keras yang diusahakan

secara perkebunan. Hasil dari tanarnan teh ini berupa ranting muda dengan

daun-daunnya yang disebut pucuk. Dari pucuk inilah yang selanjutnya diolah

rnanjadi teh yang dipetik dengan selang 7 sampai 14 ha:i tergantung dari

keadaan tanaman di masing-masing daerah.

Tanarnan teh dapat turnbuh rnulai dari pantai sampai pegunungan.

Tanaman ini dapat turnbuh subur pada daerah-daerah dengan ketinggian 200

sampai 2030 meter di atas permukaan itidt. Di pegunungan Assarn, teh ditanam

pada ketinggian lebih dari 2000 m apl. Namun, perkebunan teh urnumnya

dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklirn sejuk. Meskipun dapat

tumbuh subur di detaran renciah, tanarnan teh tidak akan menberikan hasil

dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman maka semakin tinggi

mutunya (Ghani, 2002). Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengarut~

terhadap perturnbuhan tanarnan teh adalah keadaan iklim dan tanah.


Faktor iklirn yang berpengaruh terhadap perturnbuhan teh adalah curah

hujan, suhu udars, tinggi ternpat, sinar m3tahaii dan angin

= Curah hujan

Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh tanaman reh adalah 20013

sampai 2.500 milirneter, dengan jurnlah hujan pada rnusirn kemarau tidak kurang

dari 100 rnilirneter. Curah hujan yang kurang dari batas minimum tersebut akan

berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya.

Suhu Udara

Suhu udara yang baik untuk tanarnan teh adalah berkisar 13OC - 25'C,

yang diikuti oleh cahaya rnatahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada

siang hari tidak kurang dari 70 %.

= Tinggi Ternpat

Ada korelasi kuat antara ;inggi ternpat (elevasf) dengan suhu. Sernakin

rendah elevasi rnaka semakin tingyi suhu udara daerah tersebut

Di Indonesia, penanarnan teh dilakukan pada ketinggian antara 400

sarnpai 1.200 meter dari perrnukaan laut (dpl). Dengan dernikian daerah

penanarnan teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian ternpat

yaitu:

a. Daerah dataran rendah : 400 - 800 rn dpl dengan suhu rnencapai 23'C
sarnpai 24OC.
b. Daerah dataran sedang : 800 - 1.200 rn dpl dengan suhu rnencapai 21%
sarnpai 24OC
c. Daerah dataran tinggi : Di atas 1.2@0rn dpl dengan suhu rnencapai 18'C
sarnpai i 9 " ~

Perkebunan teh yang terletak di atas 1500 meter dpl sering rnengalami

kerusakan karena terjadinya ernbun beku (night frost) pada bulan kering di
musim kemarau. Untuk mengurangi intensitas rnatahari diperlukan tanaman

pelindung sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.

Sinar matahari

Sepanjang curah hujan mencukupi, rnaka bsnyaknya sinar rnatahari

sangat membantu terhadap perturnbuhan tanarnan teh. Akan tetapi apabila suhu

mencapai 30C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat, sehingga

dibutuhkan tanaman pelindung terutama untuk perkebunan di dataran rendah.

= Angin

Pada umurnnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara

panas dan kering. Selain angin dapat mempengaruhi pada kelembaban, angin

dapat pula membantu penyebaran hama dan penyakit.

2.3.2. Tanah

Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman leh adaiah

tanah yang cukup subur dengan bahan kandungan organik cukup, tidak

bercadas dan rnempunyai derajat keasarnan (pH) antara 4.5 sarnpai 6,O.

Tanaman teh menghendaki tanah yang asam dengan pH berkisar antara

4,5 - 6,0.Tanah harus memiliki tiga unsur hara pentiny dalam tanah yaitu N: P

dan K. Ketiga unsur tersebut penting u n t u meningkatkan


~ produksi daun.

Tanah untuk tanaman teh harus mengandung unsur-unsur hara rnikro

dan makro. Unsur hara mikro yang terkandung dalam abu daun teh adalah Fe,

Mn, 6,Zn serta CI. Adapun unsur hara rnakro yang terkandung adalah Kalium,

fosfor, kapur, magnesium, dan belerang. Baik unsur hara mikro rnaupun rnakro

pada umumnya dapai dicukupi dengan pemupukan, pelepasan cadangan

mineral di dalam tanah, dan hasil proses rnineralisasi bahan organik.


Harna dan penyakit yang biasanya rnenyerang tanarnan teh adalah:

(a) Harna perusak akar seperti Nematoda Heterodera marioni.

Pengendaliannya dengan cara rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang

terjangkit harna selarna dua tahun atau rnenggunakan anti harna Nernagon atau

rnetil-brornida). Gejala : terdapat gelernbung-gelernbung pada akar sehingga

akar rnernbusuk.

Nematoda Pratylenchus prattensi pengendaliannya dengan cara

rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang terjangkit harna selarna dua tahun,

rnenggunakan anti harna Nernagon atau rnetil-brornida). Gejala : perakaran

tanarnan terutarna rarnbutnya hanya sedikit, tanarnan layu seperti kekurangan

unsur hara.

Nematoda Meloidogyne sp. pengendaliannya dengan cara pencegahan

berupa furnigasi tanah yang akan digunakan untuk rnengisi kantong plastikl

polibag dengan rnetil brornida (250 gl;n3) atau dengan Nernagon 60 EC. Gejala :

tanarnan akan turnbuh dengan rnerana akhirnya rnati.

(b) Harna perusak batang dan ranting seperti Zeuzera coffeae.

Pengefidaliannya dengan cara rnernotong bagian-bagian yang terserang dan

rnernbakarnya hingga habis. Gejala : terdapat lubang zntara batang dan daun.

(c) Harna perusak biji teh seperti kepik biji. Pengendaliannya dilakukan secara

rnekanis, yaitu rnengurnpulkan kepik biji dengan jalan rnenggoyang-goyangkan

pohon sehingga kepiknya berjatuhan kernudian rnenangkap serta

nsrnbunuhnya. Gejala : keping bijinya berbintik-bifitik kuning sarnpzi jingga.

(d) Harna perusak daun seperti ulat penggulung pucuk. Pengendalian harna ini

dilakukan dengan tiga cara yaitu : (i) Cara rnekanis, daun yang terserang dipetik

dan dibcang jauh atau dibaksr. (ii) Cara hayati, dengan cara rnelestarikan

beberapa rnusuh alarni ulat penggulung. (iii) Cara kirniawi, yaitu dengan

rnenggunakan insektisida yang diijinkan seperti: Ripcord 5 EC b.a. Gejala yang


ditirnbulkan oleh harna ini adalah pucuk teh rnenggulung sehingga perturnbuhan

tunas atau ranting terhambat.

(2) Penyakit perusak daun seperti penyakit cacar teh. Pengendaliannya

dilakukan dengan dua cara yaitu : (i) Kultur teknis berupa upaya pengendalian

lingkungan hidup atau iklirn kebun teh sehingga penyakit tidak berkernbang

seperti dengan cara pengurangan pohon pelindung, rnemperpendek gi!iran/daur

petik atau rnenanarn klon teh yang tahan terhadap cacar. (ii) Cara kirniawi.

Tanarnan yang terserang diberi fungisida ternbaga seperti cupravit OB 21,

Cobox, Baycor 250 EC, Bitertanol 30% dan lain-lain. Gejala yang ditirnbulkan

pada tanarnan yang terserang terdapat bintik-bintik yang awalnya berukuran kecil

ternbus cahaya berdiarneter 0,25 rnrn. Selanjutnya tirnbul bercak dengan pusat

tidak bewarna dan dibatasi oleh cincin berwarna hijau, kernudian bercak

rnernbesar dan berwarna coklat dan rnati.

2.4. Jenis dan Mutu Teh

Berdasarkan sistem pengolahannya, teh dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu :

1. Teh Hitarn

Teh hitarn rnerupakan jenis teh yang pengolahannya dilakukan rnelalui

proses ferrnentasi. Teh hitarn sendiri terdiri dari dira jenis yaitu teh Orthodox dan

teh CTC (Cuffiflg, Tearing, dan Curling).

Teh Orthodox adalah teh hitarn yang diolah rnelalui proses pelayuan sekitar

16 jam. Proses selanjutnya adalah penggulungan, fermentasi, pengeringan,

sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Sedangkan teh CTC (Cutting, Tearing, dan

Curling) adalah teh yang diolah rnelalui proses perajangan, penyobekan, dan

penggulungan daun basah rnenjadi bubuk kernudian dilanjutkan dengan

ferrnentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi.


2. Teh Hijau

Teh hijau rnerupakan jenis teh yang diolah tanpa rnelalui proses ferrnentasi.

teh. Teh irii dikclornpokkan rnenjadi tiga jenis yaitu teh hijau (murni), teh oolong

dan teh Gunga.

Teh Hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan selarna sekitar

tiga rnenit, selanjutnga dilakukan penggulungen, pengeringan, sortasi, dan

berbentuk teh jadi. Teh oolong adalah teh yang diolah rnelalui semi pelayuan

selama sekitar enam sampai sernbilan jam, selanjutnya diproses seperti teh

hijau. Sedangkan teh Gunga adalah jenis teh oolong yang diberi aroma tertentu

seperti bunga melati

Berikut ini disajikan data rnengenai perbedaan karakteristik teh hijau dan teh

hitam dalam Tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn

Karakteristik I Teh Hijau Teh Hitarn


Pengolahan
. I Tanpa proses /
ferrnentasi Dengan proses ferrnentasi
khusus khusus
Ukuran Panjang dan tergulung Berupa bubuk
Warna Hijau sampai hitam Hitam sampai coklat
Pernakaian Diolah iebih lanjut Langsung dapat diseduh
sarnpaibengan rnerah Merah ternbaga I
Hijau sampai coklat 1
Sumber: PPTK Gambung Bandung Prastiwi, skripsi (1'199)

Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan

(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea taster)

berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur rnutu dengan

indera penglihatan, penciuman, dati perasa. Parameter lain seperti kadar air dan

berat jenis (density) hanya sebagai pendukung.


2.5. Jenis Petikan Teh

Jenis petikan adalah rnacam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan

pernetikan. Jenis petikan juga disebut sistern petikan. Menurut Pusat Penelitian

Perkeburlan Gambung jalam Setyamidjaja (2001), jenis petikar~dapat dibedakan

menjadi tiga kategori yaitu:

1. Petikan halus, apabila pucuk teh yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

(p) dengan satu daun, atau pucuic burung (b) dengan satu daun muda

(m), biasa ditulis denyan rurnus p + l atau b+lm.

2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua,

atau tiga daun rnuda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+lm, b+3m.

3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan ernpat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun

tua, ditulis dengan rurnus p+4 atau lebih, b+(l-4t)

Urnumnya jenis petikan yang dikehendaki adalah jenis petikan medium

dengan komposisi minimal 70 d/o pucdk medium, maksimal 10 % pucuk habus dan

20 % pucuk kasar.

2. 6. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Teh rnerupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dan

rnemiliki perkernbangan baik dalam segi harga matipun dari segi pemasarannya,

Hasil-hasil penelitian terhadap komoditas teh yang telah dilakukan selarna ini

dapa! diuraikan secara ringkas seperti berikut :

Penelitian rnengenai berbagai aspek komoditas teh di daerah sentra

p~oduksiJawa Barat sudah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah

penelitiail Sit~morzngdan S~prihartinipada tahun 1988 dalam S a ~ a f l a


dan Rina

(1994). Penelitian ini dirnaksudkan untuk rnelihat kinerja pemasaran teh di


wilayah PIR Lokal-I, Kebun Taraju, Jawa Barat. Dari penelitian yang dilakukan

diketahui ada beberapa saluran tataniaga teh di wilayah penelitian, (a) saluran

dari petani rnelalui Unit Cisaha Perkebunan Teh (UUPT) dijual ke perusahaan inti,

(b) saluran dari petani plasma dengan rnelalui bandar di jual ke pabrik-pabrik

pengolah teh non inti dan (c) saluran dari petani yang tergabung dalarn suatu

kelornpok tani rnenjual langsung produksi tehnya ke pabrik-pabrik pengolahan

teh hitam. Dari ketiga saluran keuntungan yang diperoleh petani masing-masing

adalah 78,4 rupiah, 79,l rupiah dan 85,l rupiah per kilogram pucuk teh. Secara

keseluruhan margin keuntungan yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam

tataniaga teh hitarn lebih besar daripada margin keuntungan yang diperoleh

pihak-pihak yang terlibat dalarn tataniaga teh hijau.

Surjana clan Rina (1394) rnelakukan penelitian untuk mengkaji sistem

usahatani, pemasaran dan ekspor teh di lndonesia. Berdasarkan penelitian

tersebut diketahi bahwa 40 persen teh di Indonesia diusahakan oleh rakyat baik

dengan sistsrn PIR maupun Non-PIR. Bila dilihat dari keragaan kebun,

perkebunan teh milik petani plasma (PIR) jauh lebih baik dibandingkan dengan

kebun milik petani tradisional. !ial ini disebabkan karena pengelolaan usahatani

pola PIE jauh lebih baik, baik dalam penggunaan tsknologi, sapiodi, tenaga kerja

rnaupun pasca panennya. Keadaan ini rnenghasilkan mutu pucuk teh yang lebih

baik. Rantai pernasaran teh clrkup psndek, hanya rnelibatkan tiga lembaga

pemasaran yaitu petani, psdagang pengurnpul tingkat desa dan pedagang besar

yang merangkap sebagai pengolah dan eksportir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2005) dipeioleh

bahwa harga pucuk teh berpengarun terhadap penawaran teh. Sedangkan

ekspor teh dipengaruhi oleh harga ekspor teh, nilai tukar, harga kopi, pendapatan

penduduk dan jumlah penduduk. Ada tiga usaha yang perlu diperhatikan dalam
rangka peningkatan ekspor teh yaitu perbaikan mutu teh, promosl yang lebih

intensif dan diversifikasi produk.

Prastiwi (1999) rnelakukan penelitian dengan judul Analisis Produksi Teh

dan Penentuan saat Optimum Pernangkasan Tanaman Teh (Studi Kasus Kebun

Percobaan Pasir Sarongge - PPTK Garnbung). Berdasarkan analisis produksi

jlang dilakukan oleh peneliti diperoleh beDerapa kesimpulan yang berkaitan

dengan produksi teh :

1. Produksi teh basah berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering. Hal

ini disebabkan kaiena pucuk teh merupakan bahan baku pada produksi

teh kering.

2. Kandungan air pada pucuk basah dan jenis petikan juga berpengaruh

nyata terhadap produksi teh kering.

3. Harga teh berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering pada a = 0,05

di rnana setiap kenaikan harga teh di pasaran sebesar 1% dapat

rnening~atkanproduksi sebesar 2.97%.

4. Kenaiken biaya pengolahan hanya rnenghasilkan peningkatan produksi

teh kering rata-rata yang lebih kecil. Keadaan ini disebabkan perusahaan

akan tetap berproduksi meski terjadi kenaikan pada komponen biaya

pengolahan seperti biaya listrik dan bahan bakar, karena pucuk teh tidak

dapal disirnpan dan bila ada ~ u c u teh


k yang dihasilkan rnaka pengolahan

tetap dilakukan.

5. Upah tenaga kerja berpengaruh nyala terhadap produksi teh kering

melalui hubungan yang negatif. Keadaan ini disebabkan kareca dengan

rneningkatnya upah tenaga kerja, perusahaan tidak dapat rflenin~katkan

jurnlah tenagz kerja karena akan rneningkatkan biaya, sehingga produksi

akan berkurang.
Ganda (2004) rnelakukan penelitian untuk mengetahui optirnalisasi

produksi teh (Camelia sinensis L.) dengan studi kasus di pabrik pengolahan teh

perkebunan Ciater PTPbi VIII. Hasil dari penelitian tersebut adalah :

1. Pada kondisi optimum, pabrik dapat mernproduksi kornbinasi prodvksi teh

yang secara umum rnemiliki nilai kontribusi keuntungan relatif tinggi

dengan sebagian 5esar produk rnernanfaatkan jalur pernasaran ekspor

dan tidak melakukan penjualan teh antar kebun seinduk dalam bentuk teh

jadi selama tahun 2003.

2. Pada saat kondisi optimum tercapai, terdapat surnberdaya yang menjadi

faktor pernbatas utarna yaitu sumberdaya jam kerja rnesin DIBN I dan

Vibrex I serta sumberdaya yans memiliki kemungkinan rnenjadi faktor

pembatas dalam kegiatan produksi teh yaitu jam orang kerja

pembeberan. Sedangkan sumberdaya lain dapat dikatakan cukup

melimpah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

melakukan penjualan antar kebun seinduk dalarn bentuk bahan baku teh

atau memberlakukan jam lembur melalui penambahan sumberdaya hari

kerja pada bulan Januari, Mei dan Oktober tahun 2003. Upaya ini dibahas

sebagai analisis pasca optimalitas yang menghasilkan k ~ n d i s optimum


i

pasca optimalitas 1.

Kedua upaya tersebut menghasilkan tambahan keuntungan pabrik yang

positif (setelah memperhitungkan biaya lernbur).

Hasil-hasil penelitian di atas memberikan gambaran mengenai usaha

perkebunan teh yang telah ada selarna ini. Kondisi usaha perkebunan seperti

yang terdapat adalah hasil-basil penelitian terdahulu mewakili kstiga pelaku

perkebunan teh yang ada di Indonesia yaitu petani teh rakyat, pernerintah dan

swasta.
Herlina (2002) rnelakukan penelitian rnengenai Orientasi Nilai Kerja

Pernuda pada Keluarga Petani Perkebunan dengan studi kasus pada

masyarakat perkebunan teh rakyat di Desa Sukajernbar, Kecarnatan

Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil dari penelitian tersebut rnernberi

garnbaran tentang tenaga kerja keluarga petani perkebunan teh yang berdarnpak

pada peritebgnan teh itu sendiri. Penelitian hanya dilakukan di satu desa yaitu

Sukajernbar.

Bardasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa

penelitian rnengenai tanaman teh dan kondisi perkebunan teh sudah banyak

diternukan. Narnun penelitian rnengenai analisis usahatani dan saluran

pernasaran teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara yang tergabung dalarn PPBPR

belum ada yang rnelakukan.


BAB I l l
KER.4NGKA PEM1KIRP.N PENELITIAN

3.1. Sektor Produksi Usahatani

Sektor produksi usahatani merupakan sektor pusat dalam agribisnis.

Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini bertambah, sektor lain

juga akan ikut bertambah. Baik buruknya kearlaan sektor ini akan berdampak

langsung terhadap situasi keuangan sektor masukan dan sektor keluaran

agribisnis (Downey and Ericson,1995).

Menurut Hernanto (1991), usahatani adalah setiap organisasi alam,

tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri dapat dilaksanakan oleh seseorang atau

sekumpulan orang. Dalam ha1 ini usahatani mencakup pengertian mulai dari

bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan keluarga sampai pada bentuk

yang paling modern yaitu mencari keuntungan.

Menurut Rifai w a r n Kadarsan (1995) usahatani adalah suatu tempat di

mana seseorang atau sekumpulari orang berusalia mengelola unsur-umur

produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan, dengan tujuan

berproduksi untuk menghasilkar~sesuztu di lapangan pertanian.

Wharton (1963), membedakan usahatani subsisten dengan usahatani

modern berdasarkan hasil dan tenaga kerja. Usahatani subsisten akan

mengkonsumsi semua hasil produksi dan mengerjakan usahataninya derlgan

tenaga kerja kel~argayang tidak diupah. Sedangkan usahatani modern akan

rneiljual semua hasil produksinya dan mengerjakan kegiatan operasiona!nya

dengac tenaga kerja bzyaran.

Eerdasarkan pengertian di atas, maka usahatani merupakan salah satu

subsistem agribisnis dan menjad~ sektor pusat dalam agribisnis yang di


dalarnnya terdiri dari faktor harga output dan input, faktor efisiensi, faktor

pengadaan input, faktor pengadaan modal, faktor teknologi budidaya, faktor pola

tan3rnan dan turn~angsari.

3.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Tujuan berusaha tani dapat dikategorikan rn~njadi dua yaitu

rnernaksirnurnkan keuntungan atau rneminimumkan biaya. Konsep

rnernaksirnurnkan keuntungan adalah bagairnana rnengalokasikan surnberdaya

dengan jurnlah tertentu dengan seefisien rnungkin untuk mernperoleh

keuntungan rnaksirnurn. Konsep rnerninirnurnkan biaya berarti bagairnana

rnenekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk rnencapai tingkat produksi

tertentu (Soeliartawi, 1995).

Menurut Hernanto (1991), pendapatan usahatani adalah balas jasa dari

kerjasarna faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa

pengolahan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi

saja, tetapi dapat juga diperoleh dari rnenjual unsur-unsur produksi, rnenyewakan

lahan dan sebagainya.

Teidapat perrnasalahan-permasalahan yang harus dianalisis dalarn

kegiatan pertanian. Untuk rnenganalisis ha1 tersebut digunakan analisis

usahatani dan pernasaran. Variabel-variabel yang digunakan untuk rnenganalisis

usahatani adalah kondisi umum usahatani pengelola dan analisis tingkat

pendapatan dan penerirnaan petani.

Tingkat produksi dan prodlrktivitas usahatani sangat dipengaruhi oleh

teknik budidaya yang rneliputi varietas yang digcnakan, pola tanarn, penyiangan

dan perneliharaan, pemupukan dan pasca panen. Ketersediaan berbagai carana

produksi di lingkungan petani sangat rnendukung teknik budidaya. Berbagai


sarana produksi yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan dan

tenaga kerja

Unsur lainnya yang mernpengaruhi kelancaran kegiatan usahatani

adalah modal. rvlodal dalam suatu usahatani digunakan untuk rnernbeli sarana

produksi se~tapengeluaran selama usahatani berlangsung. Surnber modal dapat

berupa uang tunai yang dirniliki petani atau uang pinjaman. Modal ini merupakan

unsur produksi yang diturunkan dari hasil perpaduan dari lahan dan tenaga kerja.

Kegiatan usahatani juga harus diukur berdasarkan tingkat efisiensinya.

Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasjo irnbangan penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan (RIC rasio). RIC rasio rnenunjukan berapa penerimaan

yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses

produksi.

Adapun kegunaan dari analisis pendapatan usahatani bagi petani

maupun pernilik faktor-faktor produksi yaitu rnenggambarkar) keadaan sekarang

dari suaiu kegiatan usahatani dan keadaan yang akan datang dari suatu

perencanaan tindakan. Hubungan antara skala usaha dengan pendapatan dapat

dilihat pada Garnbar 1

Garnbar 1. K U N ~
Biaya Variabel, Biaye Rata-Pata dan Biaya Marjinal

Sumber: Sudarsono. 1995


Garnbar 1 rnenjelaskan bahwa untuk petani A telah rnencapai titik

keuntungan rnaksirnal yaitu biaya rnarjinal sarna dengan harga pasar, untuk

petani B hanya dapat rnenutupi oiaya variabelnya saja tetapi usahanya rnasih

bisa dilanjutkan atsu dipertahankan. Adapun untuk petani C tidak dapat rnenutupi

biaya variabe! dan biaya rata-rclta sehingga usahanya harus ditutup.

Garnbar 2 Kurva Arnplop sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha

S'urnber: Sudarsono 1995

Dari Garnbar 2 dapat dijelaskan bahwa petani yang berada pada titik

skala usaha 1 output Q1 untuk rnenghernat biaya produksi persatuan petani

harus rnernperluas ska!a usahznya, pettni yang berada pada titik skala 5 output

Q5 untuk rnenghernat biaya persatuan petani harus rnemperkecil skala usahanya

dan titik skala usaha 3 output Q3 melebihi ~errnintaanyang ada rnerupakan titik

keseirnbangan atau titik skala yang efisien bntuk diusahakan.

Pada usahatani perkebilnan teh rakyat yang berskala kzci! dari segi

produksi rnisalnya hasil petik yang diperoleh untuk dijual belurn dapat rnenutupi

biaya bahan baku dan operasional yang diperllitungkar,, ditambah lagi teknologi

pengolahan pasca panen yang tidak dimiliki rnenempatkan petani rakyat berada

pada bargaining power yang lernah dalarn ha1 penentuan harga. Lain halnya

dengan usahatani dalarn skala besar,seperti perkebunan besar swasta dan


perkebunan pemerintah selain teknik manajemen yang relatif baik, volume

produksi dan kualitas hasil panen pun terjaga dengan baik. Selain itu teknologi

pengolahan pasca panen tersedia dalam jumlah ~apasitas olah terpasang

tertentu

Dalam melakukan kegiatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok,

yaiP~keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama kegiatan usahatani

dijalankan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan merupakan total

nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga

yang terjadi. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan

sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan

sesuatu produk daiam satu periode produksi. Biaya usahatani meliputi biaya

untuk sarana produksi yang habis terpakai, sewa lahan, biaya alat-alat proc;uksi

tahan lama, biaya tenaga kerja dan lain-lain.

Efisiensi usahatani dapat dilihat dari nilai RIC rasio dan B/C rasio. RIC

rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.

Sedangkan B/C rasio adalah perbandingan antara pendapatan bersih dengan

biaya total yang dikeluarkan. Suatu kegiatan usahatani dikatakan

menguntungkan apabila R/C rasio lebih da1.i sat^^.

Menurut Mulyadi dalani Winda (2001) ukuran yang sering dipakai untuk

menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalan laba yang diperoleh oleh

perusahaan tersebut. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1)

volume produk yang dijual, (2) harga jual produk, d a ~(31


i biaya produk. Ketiga

faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memegang peranan penting

dalam perencanaan perusahaan. Laba peiusahaar. altar) diperoleh jika

perusahaan beroperasi pada skala usaha yang rasional pada fungsi produksi.
3.3. Sistern Pemasaran

Pemasaran dan perdagangan adalah kegiatan yang mempertemukan

kornoditas dari produsen (farm gate) kepada konsumen akhir (Saefuddin, 1983).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa pernasaran dan perdagangan merupakan

kegiatzn yang produk!if karma dapat nlenghasilkan kegurtaan rempat, waktu dan

ruang. Dengan dernikian pemasaran rnernberikan manfaat dengan mempertinggi

nilai guna suatu barang.

Menurut Cochrane (1977) dalam Dahl dan Uammond (1977), pasar

rnerupakan suatu tempat atau ruang lingkup dimaoa : (1) Kekuatan dari

permintaan dan penawaran dapat bekerja, (2) Menentultan atau merubah harga.

(3) Pernilikan sejurnlah barang atau jasa dapat dialihkan, dan (4) Kernungkinan

ditandai oleh kelernbagaan atau fisik tertentu.

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), pernasaran pertanian didefinisikan

sebagai segala usaha kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak

milik dan fisik dari hasil pertaniail dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan

produsen ke tangaii korlsun~en.Citinjau dari segi ekonomi, kegiat~npernasaran

bersifat produktif karena mernberi nilai tarnbah dari kegunaan suatu barang.

Menurut Arnir (1984), pasar adalah suatu pengertian dalarn bidang

eko~orniyang terdiri dari sekurangnya 5 (lima) komponen, yaitu:

1) Adanya wilayah atac ternpat.

2) Adanya pelaku (subjek): pembeli dan penjual,

3) Adcnya kegiatan untuk saling berhubungan antara subjek pasar,

4) Adanya objek : barang dan jasa,

5) Faktor waktu.

Dengan dernikian pasar memiliki arti ekonomis yaitu adanya manfaat bagi

pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada urnumilya dan

bagi subjek pasar (penjual dan pernbeli) pada khususnya.


Kegiatan pernasaran dinyatakan efisien apabila kegiatan ini dapat

rnernberikan balas jasa yang seirnbang kepada sernua pihak yang terlibat yaitu

petani sebagai produsen, pedagang perantara dan konsurnen akhir serta marnpu

rnenyarnpaikan hasil usaha tani tersebut kepada konsurnen dengan biaya yang

rnurah (Mubyarto. 1989).

Struktur Dasar berkaitan dengan dirnensi fisik yang terlibat seperti jurnlah

penjual dan pernbeli, kondisi dan diferensiasi produk serta kondisi rnasuk pasar.

Dengan dernikian struktur pasar berkaitan dengan elemen-elernen yang

rnernpengaruhi kornpetisi ( Bressler dalam Rajagukguk, 1998)

Struktur pasar ideal yang dihadapi setiap pelaku usaha adalah pasar

persaingan sernpurna dirnana setiap orang bebas keluar rnasuk pasar tanpa ada

harnbatan yang besar dan setiap penjual rnaupun pernbeli rnengerti akan produk

yang dipasarkan. lnforrnasi pasar akan barzng yang dibutuhkan dapat dengan

rnudah diperoleh sehingga transparansi inforrnasi dengart rnudah dipergunakan

untuk keperluannya rnasing-rnasing. Kurva pasar persalngan sempurna dapat

dilihat pada garnbar 3 dibawah ini.

Dr

Derived Demand

> Q

Garnbar 3. K U N ~
Pasar Persaingan Sempurna
Sumber: Lipsey, 1995

Harga yang tejadi diperoleh dari perpotongan antara kurva permintaan

(demand) dan kurva penawaran (supp(y). Pada tingkat petani (farme0 harga

yang terjadi akibat adanya perpotongan antara kurva derived demand dan k u ~ a
supply yaitu sebesar harga di tingkat petani itu sendiri (price farmer). Baik petani

selaku produsen rnaupun pengurnpul selaku konsurnennya sarna-sarna

rnengetahui berapa perrnintaan, harga dan inforrnasi yang berkaitan produk ini.

Maka antar petani dan pengurnpul dapat langsung bertransaksi karena rnasin~.

rnasing pihak rnengetahui segala sesuatunya tentang produk tersebut.

Terjadi peningkatan harga pada tingkat pelaku pssar yang lebit? tingyi

seperti pada pedagang pengurnpul dan pedagang retail. Harga yang terjadi

pada tingkat tersebut rnerupakan perpotongan antar kurva perrnintaan retail dan

k u ~ derived
a supply. Selisih antar pedagang retail pada tingkat produksi sarna

adalah rnarjin keuntungan pasar persaingan sernpurna.

Terdapat kondisi lain dari struktur pasar selain pasar persaingan

sernpurna yaitu pasar persaingan tidak sernpurna, suatu kondisi dirnana petan~

lebih banyak daripada pedagang pengurnpul. Keadaan dernikan rnenyebabkan

petani bergantung sepenuhnya pada pedagang pengurnpul. Tingkat harga tidak

lagi bisa ditentukan sepenuhnya oleh tingkat supply - demand seperti pada

pasar persaingan sernpurna. Narnun lebih besar ditentukan oleh kebutuhan

pernbeli pada suatu saat dan kondisi tertentu. Hal itu berarti pernbeli rnernpunyai

kekuatan untuk rnenekan petani. Kondisl tersebut dapat terlihat pada garnbar 4

yang diwakili oleh garis ME1 (Marginal Expenditure of input).


Q
Garnbar 4. Kurva Pasar Persaingan Tidak Sernpurna

Surnber: Lipsey 1995

Garnbar 4 rnenunujukan bahwa harga yang terjadi rnerupakan

keseirnbangan antara Df dan ME1 karena pembeli akan rnernbeli sejumlah

produksi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga jirrnlah produksi yang diserap

akan lebih kecil dengan harga yang lebih rendah

3.4. Distribusi dan Tataniaga Pertanian

Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran barang dari

prcdusen ke konsurnen. Evan dan Berrnar! (1982) dalam Herlinda (1995)

rnernberikan pengertian rnengenai distribusi fisik sebagai suatu kegiaten yang

berhubungan dengan efisiensi dalarn usaha mengantarkan produk dari tahapan

akhii produk ke konsumen dan efisiensi dalatm rnengirimkan bchar: t a k ~dari

surnber bahan baku sarnpai ke bagian akhir produksi.

Panitra (1985) dalam Arifin (2001) rne!ihat distribusi sebagai suatu

refitatan dalarn organisasi penlasaran yang saling rnernbantu, saling rnengait

dan terpadu untuk rnslaksanaka~ltugas dan kewajiban dalarn penyaluran dan


penyediaan barang dan jasa kepada konsurnen pada waktu, ternpat, kualitas,

corak, dan harga yang tepat.

Disiribus~rnerupakan salah satu rnata rantai yang penting dalarn sub

sistern agribisnis. Kegiatan ini terkait dengan penyarnpaian produk dari tangan

produsen ke pedagang pengurnpul yang daiarn ha1 ini belum rnenjadi konsurnen

akhir. Perarian petani pada urnurnnya hanya sampai pada saat produk dijual atau

didistribusikan. Di dalarn rnenyalurkan produknya produsen sering rnenggunakan

lernbaga perantara sebagai penyalurnya. Saluran pernasaran tersebirt dapat

dilihet sebagai sekumpulan organisasi yang tergantung sarna lainnya yang

terlibat dalarn proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk

digunakan atau dikonsurnsi (Kotler,1997).

Lirnbony dan Sitorus (1985) rnandefinisikan tatantaga pertanian

rnencskup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan

hak rnilik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang

kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsurnen,

terrnasuk di dalarnnya kegiatan-kegiatan tertentu yang rnenghasilkan perubahan

bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan

mernberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsurnen.

Saluran pernasaran dapat didefinisikan sebagai hirnpunan perusahaan

dan perorangan yang rnengarnbil alih hak, atau rnernbantu dalam pengalihan hak

atas barang atau jasa tertentu selarna barang atau jasa tersebut berpindah dari

prcdusen ite itonsumen. Atau saluran distribusi adalah rangkaizn lembaga-

lernbaga niaga yang dilalui barang dalarn penyalilrannya dari produsen ke

konsurnen.

Adapun garnbaran pola urnurn penyaluran pernasaran produk-produk

pertanian di Indonesia adalah seperti terlihat pada Garnbar 5. Pada Garnbar 5

terlihat fungsi dari tengkulak rnaupun KUD terutarna adalah rnelakukan


,-
pengumpulan produk-produk pertanian dari banyak produsen (petani) yang

selanjutnya dipasarkan ke saluran pasar berikutnya. Saluran pernasaran yang

dirniliki oleh KoperasilKlJC lebih beragarn dibandingkan dengan tengkulak.

Koperasi melakukan akses penjualannya ke petiagany besar, pabrik, dan atau

pengecer. Sedar~gkailtengkulak hanya ke pedagang besarlperantara saja. Pola

itu rnerupakan pola umum yang terjadi di Indonesia. Suatu daerah bisa saja

memiliki pola saluran pemasaran tersendiri yang berbeda dengan pola tersebut.

Tengkulak Pedagang
Pabrikl
besar I
Petani eksportir

Produsen
Koperasi IKUD
Pengecer Konsumen
- akhir

Garnbar 5. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di


Indonesia.

Sumbei : Limbong dan Panggabean Sitorus. 1987

3.5. Biaya Distribusi

Lokasi sangat mempengaruhi besarnya biaya transportasi dan biaya

produksi. Penempatan lokasi produksi produk pertanian maupun industri-industri

dan pabrik pada lokasi yang tepat dapat rnenekan biaya transportasi maupun

biaya produksi dari suatu produk yang dihasilkan.

Pemasaran sebagai salah satu fungsi utarna manajernen mernpunyai

tujuan utarna yaitu menggeser kuwa perrnintaan dan mengubah eiasiisitasnya.

Agar tujuan tersebut bisa tercapai rnaka salah satu kegiatan yang harus

dilaksanakan adaiah penyaluran barang-barang atau pendistribusiar~ hasil

produksi agar barang-barang tersebut dapat diterima pada saat dan jumlah yang

tepat. Karena efisiensi dan efektivitas menjadi landasan gerak pelaku usaha
maka kegiatan penyaluran barang tersebut juga harus mempertimbangkan

faktor-faktor tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efisiensi kegiatan

distribusi tersebut adalah biaya. Oleh karena itu, persoalar pokok yang dihadapi

pelaku usaha di dalam masalah distribusi adalah hagaimana mewindahkan

suatu jumlah barang atau orang dari sebuah lokasi ke pelbagai lokasi yang dituju

agar pengoperasian sistem efisien dalam ukuran waktu a:au biaya yang

minimum maupun laba atau manfaat maksimum untuk suatu masukan tertentu.

Bagi para petani rakyat, biaya distribusi seringkali menjadi faktor penting

yang menjadi pertimbangan dalam menjual hasil taninya. Di samping itu petani

juga dihadapkan pada terbatasnya sarana tranportasi untuk pendistribusian hasil

tani yang diproduksinya. Di lain sisi, produk pertanian memiliki sifat perishable

(mudah rusak). Besarnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan menyebabkan

biaya produksi juga sernakin besar.

3.6. Pabrik Pengolahan Teh

Pabrik pengolahan teh memiliki peranan yang sangat besar dalarn

perkebunan teh rakyat. Pucuk teh yang dihasilkan oleh petani teh rakyat dibeli

oleh pabrik pengolah yang terdapat di sakitar wilayah perkebunsn. Meskipun

tidak sernua petani teh rakyat menjual pucuk tehnya secara langsung ke pabrik

pengolahan akan tetapi keberadaan pabrik pengolahan yang dekat dengan

lokasi perkebunan teh rnilik rakyat sangat mernbantu pe:ani dalarr: penjua!an

hasil pucuknya.

Fungsi dari pabrik pengolahan teh adalah rnengolah pucuk teh basah

menjadi teh kering yang selanjutnya akan diolah kernbali rnenjadi berbagai

macarn jenis teh yang siap dikonsurnsi. Perkebunan rnilik rakyat dan perkebunzn

besar milik swasta pada urnurnnya memiliki pabrik pengolahan teh. Teh yang

diolah berasal dari perkebunan teh yang dimiliki. Akan tetapi kedua pabrik
pengolahan teh tersebut jugs membeli Pucuk teh dari perkebunan rakyat untuk

memenuhi kapasitas olah terpasang mesin. Beberapa pabrik pengolahan teh

bahkan rnejalin kemitraan dengan para petani ieh setempat. Hal ini dilakukan

untuk mengantisipasi perubahan harga yang fluktuatif dan ketidakpastian jumlah

pucuk pada rnusim kemarau.

3.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian


ini dapat dilihat pada Gambar 6. berikut ini :

Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran


* Harga bahan, input tinggi
* Harga jual rendah
* Efektifitas keterlibatan antara pemerintah dan tengkulak
- I

Distribusi pucuk teh


1. Sarana produksi pertanian 1.Pabrik pengolahan
2. Tenaga kerja 2. Bandarltengkulak
3. Produktivitas pucuk teh
1 4. Kualitas pucuk teh

I Analisis I
I
4 C
Analisis Saluran
Usahatani Pemasaran

1. Kondisi umum usahatani


2. Analisis Pendapatan
Usahatani
3. Saluran Pemasaran

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian


aAa IV
METODE PENELlTlAN

4. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecarnatan Sukanagara, Cianjur, Jawa

Barat. Pernilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) rnengingat daerah

tersebut rnerupakan salah satu sentra produksi tanarnan teh di propinsi Jawa

Barat. Pengurnpulan data ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2003.

4. 2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini rneliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh rne!alui wawancara langsung dengan para

petani teh rakyat, pernilik pabrik pengolahan, dan petugas dinas terkait seperti

penyuluh yang berada di Kecarnatan Sukanagara. Data sekunder diperoleh dari

lernbaga atau instansi pernerintah yang terkait seperti Biro Pusat Statistik, Dinas

Pertanian seternpat, Departernen Pertanian, Kantor Kecarnatan Sukanagara dan

studi literatur.

Data prcduksi teh rakyat yang digunakan dalarn penelitian ini diperoieh

rnelalui hasil wawancara dengan petani dan Unit Pelayanan Pengembangan

(UPP) yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Data rnengenai jurnlah ternpat

pengurnpulan hasil, jurnlah pahrik pengo!ahan teh yang rnasih beroperasi dan

kapasitas terpasang yang terdapat pada masing-masing pabrik tersebut dan

jurnlah keseluiuhannya diperoleh dari wawancara dengan pihak UPP serta data

sekunder dari petugas UPP.

Untuk rnengetahui sik!us panen dan pernetikan, pola perneliharaan, jenis

tanarnan sarnpingan yang biasa di tanarn, seita peodapatan asahatani tiap bulan

rnaka dilakukan wawancara dengan para petani yang terdapat pada lokasi
penelitian. Untuk rnernperoleh data rnengenai kelornpok tani dan gabungan

kelornpok tani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara rnaka dilakukan

wawancara dengan ketha kelornpok tani sekaligus ketua Asosiasi Teh Indonesia

tingkat Kabupaten Cianjur. Di sarnping itu, wawancara juga dilakukan dengan

beberapa ketua kelornpok tani yang berada di lokasi penelitian untuk

rnendapatkan garnbaran yang lebih jelas rnenge~aikel~rnpoktani yang terdapat

di Kecamatan Sukanagara.

4. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalarn penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Editing

Kegiatan editing ini rneliputi penulisan data dan inforrnasi yang diperoleh

selarna kegiatan penelitian. Kegiatan ini b e r t u k n untuk inengevaluasi data

dan inforrnasi yang ada.

2. Tabulasi

Kegiatan ini rneliputi kegiatan rnerurnuskan data dan inforrnasi yang diperoleh

ke dalarn bentuk tabel dan grafik untuk rnernudahkan kegiatan interpretazi

data.

3. lnterpretasi

Kegiatan ini rneliputi interpretzsi data dan menghubungkarl hasll yang

diperoleh dengan kerangka pernikiran teoritis yang digunakan dalarn

penelitian. Kegiatan ini juga bertujuan uniuk rnancdri arti yang lebih luas dari

data yang diperoleh.


4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usaha tani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas Diaya

tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah

pendapatan yaily diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan

biaya yzny benar-benar dikeluarkan, sedar~gkanpendapatan atas bizya total

merupakan pendapatan hasil pengurangan antara penerimaan total dengan

biaya keseluruhan termasuk input milik keluarga petani juga diperhitungkan

sebagai biaya. Adapun kondisi yang terjadi di seluruh kegiatan pertanian teh

rakyat kecamatan Sukanagara adalah bahwa petani menghitung pendapatan

hanya atas dasar biaya tunai. Adapun pendapatan usaha dapat dirumuskan

secara matematis sebagai berikut (Soekartawi, 1986) :

Y = NP- B T - BD (I)

Dimana: Y = Tingkat pendapatan (rupiah)

NP = Nilai produksi (hasil kali jumlah produk dengan harga)

BT = Biaya Tunai (rupiah)

ED = Biaya diperhitunykan (rupiah)

Dengan demikian pendapatan atas biaya tunai adalah NP - BT dan


pendapatan atas biaya total adalah NP - (BT + BD). Adapun untuk mengetahui

efisiensi usahatani dapat diketahui dari perbandingan antara total penerimaan

dengan total biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1986):

Total Penerimaan IV ...(2)


W C rasio = -
Total Biaya BT+BD

Dimana:

R = Revenue (penerimaan) ; C = Cost (Biaya)


Total biaya yang dipergunakan dalarn perhitungan RIC rasio rneliputi

biaya tuvai dan biaya diperhitungkan (nilai input keluarga yang dipakai dalarn

dsahatani). Usahatani dikatakan rnenguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih

besar dari satu, sernakin besar nilai R/C rasio rnaka sernakin besar pula

keuntungan yang dipercleh da!a;n usahatar~itersebut (Gray,IS92)

4.3.2. Analisis Saluran Pemssaran


Saluran pemasaran dapat dicirikan dengan rnernperhatikan banyaknya

tingkat saluran pernasaran itu sendiri. Saluran pernasaran suatu kornoditi

pertanian sangat bewariasi baik dalarn penyaluran satu jenis kornoditi rnaupun

dengan lain jenis kcrnoditi.

Analisis terhadap saluran pernasaran teh dilakukan untuk rnengetahui

lernbaga-lernbaga yang terkait dengan kegiatan penyaluran pucuk teh

perkebunan rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara.

Selisih harga di satu titik rantai pernasaran dengan harga di titik lainnya

dikenal sebagai rnarjin keuntungan. Dengan rnelakukan penelusuran saluran

pemasaran, rnaka inforrnasi tentang rnarjin dari setiap lembaga pernasaran

diharapkan dapat diperoleh. Marjin ketlntungan atau disebut juga dengan rnarjin

bersih rnerupakan marjin kotor dikurmgi dengan bizya-biaya pernasaran. Berikut

rumus rnarjin keuntungan:

Mi = Ci + Tri

Pi - Pi., = Ci + lT

Sehingga:

Besarnya marjin pemasaran adalah'


i=n
otal Marjin ? = F M i , i = 1,2,3........, n................. ........ (5)
7
I
Dirnana:

Mi = marjin pernasaran lembaga ke - i

Pi = harya enjualan lembaga pernasaran ke - i

Ci = biaya pernassran lembaga pemasaran ke - i

i keuntungan lernbaga pernasaran ke - i


1~=

Farmer's Shere juga dapa: digunakar; untuk rnenilai sfisiensi suatu

saluran pemasaran dengan rnernbandingkan seberapa besar bagian yang

diterirna petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Dari farmers

share dapat terlihat apakah pemasaran tersebut memberikan balas jasa yang

seimbang kepada semua pihak yang terlibat dalam pemasaran.

Secara matematis farmer's share dapat dihitung dengan rurnus:

Fs=(Pf/Pc)x100%

dirnana :

fs = farmer's share (Bagian yang diterirna petani).

Pf = harga yang diterima petani.

PC= Harga yang dibayar konsurnen akhir.


BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN

5.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Propinsi Jawa

Barat, dengan jarak sekitar 65 Km dari lbu Kota Propinsi Jawa Barat (Bandung)

dan 120 Km dari lbu Kota Negara (Jakarta), dan terletak diantara 6 derajat 21

detik Lintang Selatan - 7 derajat 25 detik Lintang Selatan dan 106 derajat 42

detik Bujur Timur - 107 derajat 25 detik Bujur Tirnur.

Luas wilayah Kabupaten Cianjur adalah 350.148 hektar dengan luas

tanah sawah 61.771 hektar dan luas lahan darat 288.377 hektar (Lampiran 1).

K ~ s d a a nalarn daerah Kabilpaten Cianjur terletak di kaki Gunung Gede dengan

ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut dan terendah sekitar tujuh

meter di atas perrnukaan laut

Lokasi perkebunan teh tempat penelitian terletak dl Kecamatan

Sukanagara. Kabupaten Cianjur. Jawa Barat. Jarak wilayah ke lbu Kota

Kabupaten adalah 60 Krn dan jarak wilayah ke lbu Kota Propinsi adalah 120 Krn.

Wilayah ini memiliki aksesibilitas jalan yang baik dan dapai dilalui dengan

kendaraan roda ernpat dari ibukota propinsi selama tiga jarti dan dua jam dari

ibukota kabupaten.

Selain tanarnaa teh, jenis tanarnan lain yang terdapat di wilayah ini

adalah tanaman karet, kelapa t~ibrida,kopi, coklat, lada, dan cengkeh. Di

sarnping itu juga terdapat tanarnan palawija dan sayur-sayuran. Tanaman padi

yang terdzipat di daerah ini memiliki proporsi antara 0,2 sarnpai 3,6 persen dari

luas keseluruhan.

Kecamatan Sukanagara terdiri dari 10 desa yaitu Des2 Gunung Sari,

Desa Sukakarya, Desa Sukajembar, Desa Sukalaksana, Desa Sukarnekar, Desa


Sindangsari, Desa Sukanagara, Desa Ciguha, Desa Sukarame dan Desa

Jayagiri. Letak pusat kotanya tepat di pertigaan jalan Cianjur, Pagelaran dan

Kadupandak. Kegiatan ekonorni seperti perdagangan kebutuhan pokok sehari-

hari berlangsung setiap hari. Selain itu berlangsung transaksi perdagangan

k~rnoditaspertanian yang berasal dari daerah-daerah di sekitarnya.

5.2. Kondisi Dernografis

Jumlah penduduk yang tercfapat di Kecarnatan Sukanagara adalah

45.105 jiwa dengan jumlah perernpuan adalan 22.457 jiwa dan laki-laki adalah

22.648 jiwa. Mata pencaharian penduduk urnurnnya berada di sub sektor

pertanian, peternakan, dan perikanan. Dari sub sektor pertanian tersebut, sub

s e k t ~ rperkebunan adalah sub sektor yang dorninan dan proporsinya kurang

lebih 50 persen jika dibandingkan dengan sub-sub sektor lainnya.

Penduduk yang rnemiliki kernarnpuan berkebun tetapi tidak rnerniliki

lahan, bekerja scbagai buruh tani yang dibayar harian. Larnanya jam kerja antara

lima sampai 6 jam yaitu rnulai pukul 7 pagi sarnpai dengan pukul 12 atau pukul 1

siang. Upah yang diterirna dari bekerja sebagai buruh tani berkisar antara

Rp 8.000 sarnpai dengan Rp 10.000.

Dalarn rangka rneningkatkan pendapatan keluarga, urnurnnya para wanita

juga bekerja di perkebunan teh rnilik pernerintah atau swasta sebagai pernetik

teh yang letaknya tidak jauh dari wilayah ternpat tinggal rnereka. Di saniping

bekerja sebagai pernetik teh, tidak sedikit para wanita yang terdapat di wilayah

ini bekerja sebagai Tenaga Kerja lfidonesia (TKI) di luar negeri.

Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang dekat dengan pusat kota

atau pasar pada urnurnnya lebih tertarik untuk berdagang di pasar atau beternak

daripada rnengusahakan kebun tehnya. Kebun teh yang dirniliki dikelola oleh
buruh tani mulai dari pemeliharaan kebun sampai dengan pengangkutan ke

pabrik-pabrik pengolahan teh

Wlayah pemukiman yang terdapat di daerah ini tersebar tidak teratur,

kecuali pemukiman y m g terdapat di kiri 3an kanan jalan. Rumah-rumah tersebar

di antara persawahan, perkebunan, di kaki bukit, bahkan ada yang di punggung

Sukit, karena banyak yang membangun rumah di atas tanah yang sekaligus

menjadi lahar! garapan. Dalam luasan kecil antara satu rumah dengan rumah

yang lain juga terdapat tanaman teh. Bentuk perurnahan didorninasi oleh bentuk

rumah psnggung, walaupun dalarn jurnlah kecil ada yang sudah bentuk

permanen dengan lantai semen atau kerarnik

Masyarakat yang tinggal di wilayah ini rnayoritas beragama Islam yang

sangat taat. Kegiatan keagamaan didukuny oleh beberapa rurnah ibadah dan

juga tokoh-tokoh agama. Kehidupan sehari-hari masyarakat yang terkait dengan

etika, pergaulan, perkawinan rnaupun konsep pekerjaan dilandaskan pada nilai-

nilai dan ajaran agama Islam

Sarnpai dengan tahun 2003 telah terdapat 108 bangunan rnesjid, 343

bangunan langgar dcln 12 bangunan rnusola di Kecarnatan Sukanagara yana

tersebar di ssluruh desa. Berikut in1 disajikan data mengenai sarana peribadatan

tiap desa di Kecamatan Sukanagara (Tabel 8),

Tabel 8. Banyaknya Sarana Peribadatan Tiap Desa di Kecarnatan Sukanagara.


Tahun 2003

Sumber : BPS Cianjur, 2003


5.3. Pendidikan

Pendidikan merupakan satu proses merubah cara berpikir dari yang

sifatnya lebih emosional mer~jadicara berpikir yang lebih rasional. Keyakinan

bahwa pendidikan berpengaruh besar dalarn cara berpikir, cara bersikap, dan

cara bertindak rnenjadikan pendidikan penting dalam penciptaan surnberdaya

manusia yang progresif clan produktif. Penelahaan pendidikan dapat

menggunakan beberapa konsep antara lain tingkat pendidikan formal tertinggi

yang ditamatkan (BPS,1986). Pendidikan formal tertinggi dimaksudkan pada

tahap paiing akhir dari pelajaran yang diperoleh seseorang melalui lernbaga

pendidikan negeri atau swasta dengan mendapatkan pengakuan berupa surat

tanda tamat belajar (SITB) atau ijazah.

Kebanyakan anggota masyarakat rnerupakan lulusan Sekolah Dasar (SD)

dan tidak sedikit rnasyarakatnya yapg sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan

Tingkat Peitama (SLTP). Peningkatan kualitas pendidikan masyal'akat di daerah

ini tidak terlepas dari duk~ngan pemerintah dengan dibangunnya sarana

pendidikan berupa sekolah-sekolah mulai tingkat dasar (SD) sampai dengan

tingkat akhir (SMU) dan Madrasah (Diniyah,lbtidaiyah,Tsanawiyah, dan Aliyah).

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kecamatan Sukanagara Menurut Tingkat


Pendidikan Tahun 2003

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Akademi (Dl-DIV) 229 0,60


Tamat SLTA 2.048 5,31
Tarnat SLTP 3.512 9,11
Tamat SD 29.536 53,32
TldaklBelum Tamat SD 12.193 31,66
Jurnlah 35.518 100,OO
Sumber : BPS Cianjur, 2003

Terdapat 32 Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang tersebar di seluruh desa

wilayah Kecamatan Sukanagara sampai dengan tahun 2003. Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) terdapat di Desa Ciguha, Desa Sukakarya dan
Desa Sukamekar. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Negeri baru ada di

Desa Sukamekar. Masih terbatasnya jumlah sekolah lanjutan di Kecamatan

Sukanagara rnenyebabkan banyak anak-anak yang tidak melanjutkan

sekolahnya. Diperlukan biaya transportasi yang tidak sedikit untl~krnelanjutkan

pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Kendala lain yang umumnya dihadapi

oleh masyarakat dalarn ha1 pendidikan adalah masalah biaya.

Sebagian besar masyarakat dengan lokasi pernukiman yang jauh dari

sekolah lanjutan (SLTP rnaupun SLTA) rnernilih untuk melanjutkan pendidikan

putra-putrinya ke madrasah-rnadrasah di desa tempat mereka tinggal. Sampai

dengan tahun 2003 telah terdapat delapan Madrasah Diniyah yang tersebar di

Desa Sukakarya, Desa Sukara~ne,Desa Sukalaksana, Desa Sukanagara, dan

Desa Gunungsari. Madrasah lbtidaiyah terdapat di Desa Sukarame (3) dan Desa

Sukalaksana (1). Madrasah Tsanawiyah tardapat di Desa Sukarame, Desa

Sukanagara dan Desa Gunungsari. Madrasah Aliyah hanya terdapat di Desa

Sukanagara.

Jumlah penduduk berdasarkan umur terbanyak di Kecamatan

Sukanagara yaitu rnasyarakat pada kelompok umur 0 - 14 tahur: (14.679 orang)

dan jumlah penduduk terkecil terdapat pada kelompok umur 60 tahun ke atas

(3.461 orang). Secara keseluruhan, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa

Sukamekar (7051 orang) dan jurnlah penduduk terkecil terdapat di Desa

Sindangsari (2.978 orang). Adapun klasifikasi penduduk Kecarnatan Sukanagara

menurut kelompok umlir disajikan pada Tabel 10.


Tabel 10. Klasifikasi Penduduk Kecarnatan Sukanagara menurut Kelornpok
Urnur, Tahun 2003.

5.4. Kondisi Lahan Perkebunan Teh Rakyat

Lahan yang dikelola petani teh rakyat di Kecamatan Sukanagara seluas

640,3 hektar yang tersebar di 10 Desa. Jenis tanah yang terdapat di wilayah

penelitian adalal?tanah jenis Andoso!, Latasol, Padsolik dan .Yesoso/.

Curah kujan di Kecarnatan Sukanagara adalah ssbesar 3.172 rnrn per

tahun dan rata-ratanya adalah 113 hari hujan per tahun. Bulan kering satu tahun

sama dengan tiga bulan (kurang dari 60 mrn). Curah hujan selarna lirna tahun

terakhir dapat dilihat pada Tabel 11

Curah hujan yang tinggi dan udara yang sangat dingin rnenyebabkan

wilayah ini kurang cocok untuk ditanarni padi dengan kualitas unggul rneskipun di

daerah ini juga terdapat areal persawahan yang cukup subur. Menurut

masyarakat, tanarnan padi unggul hanya baik pada fase pertumbuhan vegetatif,

tetapi kurang baik pada fase perturobuhan generatifnya. Setelah cukup umur.

sebagian besar bulir padi tidak berisi (gabuk). Oleh karena itu harnpir semua padi

yang ditanami adalah padi varietas lokal (dikenal dengan padi rebon) dengan

usia tanarn enam sarnpai dengan delapan bulan. Sistem usahatani padi belurn

mengikuti sistem tanarn serentak. Teknologi yang digunakan rnasih sangat


tradisional. Penggunaan pupuk lengkap belum diterapkan dengan baik sehingga

produktivitas baru mencapai 2-2,5 ton per hektar.

Tabel 11. Data Curah Hujan Kecamatan Sukanagara dalam Satuan Milimeter
(1999 - 2003)

Sumber : BPS Cianjur, 2003

Sebaliknya, kondisi udara yang s a ~ g a dingin


t menyebabkar: wilayah ini

sangat cocok untuk ditanami tanarnan perkebunan seperti teh, kina dan kopi.

Akan tetapi yang menjadi tanaman unggulan adalah tanaman teh. Narnun selain

tanamar! teh, para petani juga menanam jenis tanarnan lainnya seperti talas dan

tanaman kayu. Umurnnya tanaman kayu merupakan tanaman naungan yang

ditanarr~di daerah-daerah perkabunan rnilik rakyat.

Tanarnan ~ a y ujuga merupakan tanaman produktif yang dapat dijual.

Tanarnan kayu yang telah ditebang senantiasa ditanam kembali untuk diperbaha

rui. Hasi! penjualan tanarnan kayu cukup dirasakan rnanfaatnya oleh petani

setempat sehingga dilakukan pergiliran tanarnan yang akan ditebang dan dijual.
BAB VI
HASlL DAN PEMBAHASAN

6.1. Kondisi Umum Usaharani Teh Rakyat Kecamatan Sukanagarz

Perkebunan teh yang terdapat di Kesarnatan Sukanagara dike!ola olsh

1.051 Kepala Keluarga (KK). Rata-rata setiap kepala keluarga merniliki kurang

lebih 0,6 hektar kebun teh. Luas perkebur~anteh meliputi 92 persen dari

keseluruhan luas lahan yang terdapat di daerah ini. Luasan ini sudah termasuk

dengan lahan perkebunar: teh yang dimiliki oleh pernerintah (PTPN VII) dan

perkebunan besar milik swasta.

Teh merupakan tanaman yang telah diusahakan selama turun-temurun.

Tanarnan ieh yang terdapat di lokasi penelitian yang berasal dari tahun tanam

yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya berasal dari tahun tanam 1992

sarnpai dengan 19%. Data tahun 2002 sampai dengari 2003 rnenunjukan bahwa

pada setiap tanaman teh rnulai tahun tanam 1992 sarnpai 1998, setiap bulannya

mengalami perbedaan jumlah produksi yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan petani itu sendiri (Lampiran 2).

6.2. Proyek Pengembangan Perkebunan Teh

Proyek Pengembangan Budidaya Perkebunan Rakyat Asian

Development Bank (PPBPR-ADB) merupakan salah satu wujud dukungan

pemerintah terhadap usaha perkebunan teh rniiik rakyat. Proyek bantuan ini

dirnulai pada tahun 1992 dan dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan

Sukanagara, sernbilan di antaranya rnenjadi peserta program bantuan tersebut.

Kesembilan desz tersebut yaitu : Cesa Gunung Sari, Desa Sukakarya, Desa

Sukajernbar, Cesa Sukalaksana, Desa Sukamekar, Desa Sindangsari, Desa

Sukanagara, Desa Ciguha dan Desa Jayagiri. Desa Sukararne pada saat itu

tidak rnenjadi peserta proyek.


Bantuan PPBPR ini diperuntukan bagi petani secara perorangan.

Perjailjian dibuat oleh kedua belah pihak yaitu petani dan lr. Ahmad S. Solihin

selaku pemimpin bagian PPBPR-AD6 Direktorat Jenderal Perkebunan-

Cepartemen Pertanian. Surat perjanjian dengan nomor urut

KB.73011072lPPBPR terdiri dari 14 pasal yang diperkuat oleh dua orang saksi

Kepala Desa dan Camat setempat serta ahli waris.

Bantuan yang diberikan dalam program PPBPR adalah dalam bentuk

hibah dan dana pinjaman (kredit). Yang dimaksud dengan hibah adalah bantuan

yang diberikan secara cuma-cuma yang dimulai dari persiapan lahan sampai

dengan penanaman dan penyulaman. Bantuan hibah tersebut terdiri dari :

(a) upah kerja persiapan lahan dan penanarnan. (b) pengadaan bahan tanaman

(bibit), bahan ajir, bahar~payar, dan tanaman penutup tanahltanaman sela, (c)

pengadaan alat-alat pertanian kecil untuk persiapan lahan dan penanaman, dan

(d) pengurusan sertifikasi tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan bantuan

biaya berupa pinjaman meliputi unsclr biaya : (a) upah kerja pemeliharaan kebun,

(b) pengadaan pupuk, herbisida, pestisida dan solar untuk kegiatan

pembangunan dan pemeliharaan kebun dan (c) pengadasn alat-alat pertanian

kecil untuk kegiatan pemeliharaart kebun.

Pinjaman kredit yang diberikar? dalam program bantuan PPBPR adalah

sebesar Rp 2.700.000. Bunga pinjaman yang dikenakan adalah sebesar 16%

selama 12 tahun. Pengembalian pinjaman dilakukan dengan cara diangsur

sebesar Rp 45.000 per buian (sildah termasuk bunga). Petani diwajibkan

mev~bayarangsuran mulai tahurt ke-5 sampai dengan tahun ke-12. Kecuali

untul: bungs pinjaman sebesar 16 "/c harus sudah dibayai. mulai tahun ke satu.

Berdasarkan hasil penelitian, para petani yang menjadi peserta PPBPR

merasakan rnanfaat yang sangat besar dengan adanya program bantuan

tersebut. Sampai dengan tahun 2003, luas wilayah binaan PPBPR adalah
3.015,5 hektar dengan luas wilayah produktif 2.179,13 hektar. Produktivitas per

hektar pada tahun 2003 adalah 36.840 hektar (Tabel 12)

Tabel 12. Luas Wilayah dan Produk!ivitas Binaan PPBPR di Kecarnatan


Sukanagara, Tahun 2003

Sumber : UPP Sukanagara. 2003

Dalarn iangka meningkatkan pembinaan tehadap petani teh rakyat, di

Kecamatan Sukanagara telah terbentuk kelornpok-kelornpoktani. Masing-masing

kelornpok tani terdiri dari 20 sarnpai 30 anggota kelornpok tani (kepala keluarga)

dan setiap kelornpok tani rnerniliki ketua kelornpok. Hingga tahun 2003, telah

terdapai 40 kelorflpok tani denyan 1.051 kepala keluarga. Jurnlah tersebut

terbatas hanya untuk petani yang menjadi binaan PPBPR. Luas wilayah

keseluruhan petani teh rakyat Kecarnatan Sukanagara yang tergabung dalam

kelornpok tani sarnpai tahur: 2003 adalah 640,3 hektar dengan rata-rata

kepemilikan lahan setiap petani adalah 0,6 hektar (Tabel 13)

Tabel 13. Areal Tanarn dan Jurnlah Kepala Keluarga Peserta Petani Teh
Rakyat Unit Sukanagara, Tahun 2003

No Desa Luas Kepala Jumlah Rata-rata pernilikan


(Ha) Keluarga KelompokTani lahan setiap petani

Sumber: UPP Sukanagara, 2003


Selain para petani teh rakyat yang rnenjadi peserta PPBPR, di

Kecarnatan Sukanagara juga banyak petani yang tidak tergabung dalarn proyek

pengembangan tersebut. Para petani tersebut mengusahakan perkebunan teii

sesuai dengan modal yang rnereka rniliki.

Perkebunan teh rnilik rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara

sebagian besar dikelo!a oleh buruh tani yang rnerniliki kernarnpuan berkebun

tetapi tidak rnerniliki lahan sendiri. Pada tahun 2003, jurnlah buruh tani lepas

yang terdapat di wilayah ini adalah 7.532 orang atau 17,2 persen dari

keseluruhan jurnlah penduduk Kecarnatan Sukanagara (BPS Cianjur, 2003).

Buruh tani urnurnnya bekerja rnulai dari pukul 8 pagi sarnpai dengan pukul 12

siang. Upah harian bagi buruh tani sebesar Rp 10.000.

Waktu dan cara pernetikan sangat rnsnentukan rnutu teh. Kualitas

pernetikan dibedakan atas petikan halus, sedang, kasar dan burung. Petikan

halus yaitu dua daun dan satu pucuk (P+2) akan rneningkatkan rnutu teh yang

dihasilkan. Diperlukan waktu tiga hingga lirna tahun sebelurn perkebunan teh

dapat berproduksi (Prastiwi,l999). Jenis pernetikan yang dilakukan oleh petani

teh rakyat di Kecamatan Sukanagara masih tergglong ke dalarn tipe petikan

kasar. Belum semua petani rnelakukan pemetikan dengan tipe p+3 atau p+2.

Tidak sedikit petani yang rnernang tidak terlalu rnernperhatikan kualitas

pernetikan pucsk tehnya karena rendahnya harga pucuk yacg berlaku pada saat

itu.

6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Perkebunan Teh Rakyat d i Kecamatan


Sukanagara

Dalarn melakukan analisis terhadap pendapatan rnaKa diperlukan dua

keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaar: dan keadaan pengeluaran selarna


kegiatan usaha dijalankan selarna kurun waktu yang ditetapkan. Penerimaan

merupakan total nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jurnlah fisik

output dengan harga yang terjadi. Pengeluaran atau biaya adalah sernua

pengorbanan surnberdaya ekonomi dalarn saluran uacg yang diperlukan untuk

menghasilkan suatu produk dalam satu periode produksi. Sedangkan

pendapztan usahatani perkebunan teh rakyat diperoleh dari selisih antara

penerimaan total dan pengeluaran produksi total.

6.3.1. Penerirnaan

Perkembangan produksi pucuk teh rakyat setiap bulan selarna periode

tahun 2002-2003 dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

J Fe
b
Mar w Mei Ju
&la"
Jul 4" Sep Okl Nov ~ e s
I
Gambar 7. Perkembangan Produksi Pucuk Teh Rakyat Setiap Bulan (2002-2003).

Produksi rata-rata pucuk teh rakyat Kemrnatan Sukanagara selarna dua

tahun (2002-2003) adalah sehesar 675,84 dan 603,98 kilogram per hektar per
buan (Tabel 14). Data tersebut merupakan angka rata-rata dari data setiap bulan

yang dikumpulkan oleh pihak IJPP (Lampiran 3)

Tabel 14. Produksi Rata-Rata, Harga Rata-Rata serta Penerimaan Kotor Rata-
rata Pucuk Teh Kecarnatan Sukanayara (2002-2903)

Produksi rata-rata Harga rata-rata Penarirnazn rata-rata


Tahun per hektar per hektar
(kg)

Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat disimpulkan bahwa produksi pucuk

teh rakyat pada tahun 2003 lebih rendah dibandingkan dengan tahun

sebelurnnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan produksi

teh di Kecamstan Sukanagara disebab~anoleh beberapa faktor, diantaranya

adalah :

1. Menurunnya kualitas pucuk teh sehingga tidak sesuai dengan permintaan

pabrik pengolahan akibat kurangnya modal untuk penyediaan pupuk dan

obat-obatan.

2. Tingginya biaya produksi tidak diikuti oleh harga jual pucuk teh yang

sesuai.

3. Menurunnya gairah petani dalarn memelihara kebun.

4. Terdapat sumber-surnber penghasilan lain yang lebih baik jika

dibandingkan dengan meng~~sahakanteh. Hal ini sangat urnum

diternukan di wilayah-wilayah perkehunan teh yang dekat dengan pusat

kota atau pasar.

Selain produksi, kornponen lain yang diperlukan dalam penerirnaan

adalah kornponen harga. Hargs pucuk teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara


juga cukup fluktuatif dan hampir setiap bulan terjadi perubahan harga pucuk

(Gambar 8).

Harga pucuk teh sangat targantung dari kualitas pucuk teh yang

dihasilkan. Di samping itu, tahun tanarn yang berbeda dapat rnenyebabkan harga

jual yang berbeda. Dengan dernikian penting sekali bagi pzra petani teh untuk

memperhatikan kualitas pucuk teh yang mereka hasilkan.

jaa feb mar apr mei jun jul agr sep okt nov des
bulan

Garnbar 8. Perkembangan Harga Pucuk Teh (2002-2003).

Dari Gambar 8. terlihat bahwa harga pucuk teh terendah terjadi pada

bulan Februari tahun 2002 dirnana harga pucuk teh per kilogram adalah kurang

dari Rp 400. Sedangkan harga pucuk teh tertinggi selama periode tahun 2002-

2003 adalah Rp 653. Haiga teisebut terjadi pada bulan Juli, Agustus, November

(2002) dan bulan Juni, Juli. Agustus dan September (2003).

Harga pucuk teh yang rendah umurnnya tejadi pada bulan-bulan kering.

Pada rnasa-rnasa tersebut, tanarnan teh sering terserang harna yang

menyebabkan pucuk teh rnenjadi rusak.

Harga rata-rata pucuk teh pada tahun 2002 adalah sabesar Rp 575.96.

Sedangkan harga rata-rata pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 616,25. Hal ini
berarti harga rata-rata pucuk teh pada tahun 2003 mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel 14).

Penerimaan usahatani rcerupakan nasil kali antara volume p:oduksi

dengan harga jual produk. Penerimaan rata-rata petani teh rakyat di Kecarnatan

Sukanagara pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 389.607 per bulan. Seciangkan

penerimaan rata-rata pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 375.045 per bulan.

Hal ini berarti penerimaan rata-rata usahatani teh rakyat mengalami penurunan.

6.3.2. Pengeluaran

Biaya yang dikeluarkan oleh petani teh rakyat di Kecamatan Sukanagara

adalah biaya tunai. Komponen-komponen biaya yang terdapat dalam usaha

perkebunan teh adalah : (1) Upah yang rneliputi upah pembersihan dan

pernupukan, dan (2) Sarana produksi pertanian yang meliputi pembelian pupuk

dan obat-obatan. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan pada jangka waictu yang

berbeda. Besarnya komoonen biaya yang dikeluarkan oleh para petani teh setiap

bulan disajikan pada Tabel 15. Harga yang digunakan adalah harga yang terjadi

pada tingkat petani pada saat penelitian dilakukan.


Tabel 15. Kornponen Biaya Rata-Rata Pengelolaan Tanaman Teh Rakyat per
Hektar per Buian Tahun 2003

Jumlah
Uraian Satuan Volume
Biaya Tunai
Tenaaa keria luar

Biaya Diperhitungkan

Pernbersihan 20.000 1 bulan sekali


Pemupukan 6.666 3 bulan sekali
Penyusutan Peralatan 22.944 22.944
Jurnlah biaya
diperhitungkan 49.610

Jumlah A+B 401.493

Analisis tersebut berdasarkan beberapa asurnsi yaitu pertama lahan yang

digunakan adalah lahan milik sendiri yang telah disertifikatkan. Kedua, tensga

kerja keluarga rata-rata dua orang, biasanya terdiri dari:

1. Kepala keluarga dan istri

Apabila dalarn satu rurnah terdspat kepala keluarga dan istri, biasanya

anak-anak mereka pergi keluar kota untuk bekerja, sekolah atau ke luar

negeri rnenjadi TKI. Kalaupun anak rnereka tidak keluar kota biasanya

iebih rnemilih pekerjaan lain seperti tukang ojek dan berdagang.

2. Kepala keluarga dan 1 orang anak

Apabila istri sudah rneninggai dunia biasanya saiah satu oran$ dari anak

rnereka terpaksa rnernbantu rnengelola perkebunan teh. Walaupun

dernikian anak tersebut tetap rnelakukan pekerjaan lain seperti rnenjadi

tukang ojek atau berdagang


3. Kepala keluarga dan 1 orang saudaranya.

Suatu kondisi dirnana istri rneninggal dunia dan anak-anaknya tidak dapat

rnernbantu rnelakukan kegiatan berkebun, rnaka salah seorang saudara

baik dari pihak istri atau suarni (kepala keluarga) biasanya rnernbantu

rnengelola.

Apabila kepala kelcarga yang rneninggal dunia, rnaka kebun teh biasanya

dijual atau dibiarkan saja (garung).

Pupuk yang digunakan kebanyakan petani adalah pupuk NPK, sehingga

penulis rnenggunakan NPK sebagai standar untuk penghitungan biaya pupuk

yang digunakan oleh petani yaitu Rp 1.050 per kilogram. Upah bersih tenaga

kerja harian seperti pernupukan, pernbersihan dan pernangkasan sebesar Rp

10.000 dirnulai pukul 08.00 sarnpai 12.00 wib. Sedangkan upah untuk perbletikan

Rp 200 per kilogram dan upah angkut sebesar Rp 53 per kilogram rnulai dari

lokasi panen sarnpai ke ternpat pengurnpulan. Upah angkut tersebut dibebankan

itepada petani.

Berdasarkan Tabel 15. biaya tunai rata-rata petani teh rakyat Kecarnatan

Sukanagara per hektar per bulan ~intuktahun 2003 adalah sebesar Rp 351.883.

Kornponen-kornponen biaya tersebut adalah komponen biaya ti~nai yang

dikeluarkan oleh petani teh rakyat di Kecamatan Sukanagara.

Mayoritas rakyat pernilik perkcbunan teh rnernperkerjakan buruh iani

untuk rnengelola kebun tehnya. Mereita tidak lagi rnernberdayakan anggots

keluarga untuk rnengclah perkebunan tehnya. Anggota kelgarga yang suilah

lulus SMP atau SMA kebanyakan meninggalkan dasrahnya dan belterja di

daerah lain atau rnenjadi Tenaga K e j a Indonesia (TKI) di luar negeri.

Penggunaan buruh tani untilk rnengelola kebun rnenyebabkan biaya

usahatani rnenjadi tinggi. Upah buruh tani yang terdiri dari pernbersihan,

pernupukan, pernetikan, pernangkasan dan pikul yang harus dikeluarkan setiap


bulannya rata-rata sebesar Rp 269.883. Sernentara biaya pernbelian pupuk

adalah sebesar Rp 52.500 per bulan. Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh para

petani sudah sangat disesuaikan dengan kernarnpuan rnereka.

Biaya tunai

Biaya tunai yang terdiri dari biaya pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja

diluar keluarga rnerupakan biaya-biaya yang dikeluarkan langsung disaat

berusahatani. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pernbelian pupuk

Rp 52.500. Jurnlah tersebut dibawah jurnlah ideal volume penggunaan pupuk

untuk perkebunan teh. Jurnlah ideal rnenurut Yusuf lskandar (Penyuluh dan

ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Kabupaten Cianjur) adalah Rp 198.335 per

bulan yang terdiri dari:

a. Urea; (150 Kg x Rp 1.300,-) 1 3 = Rp 65.000 (3 bulan sekali)

b. SP36; (75 Kg x Rp 3.000.- )I3 = Rp 75.000 ( 3 bulan sekali)

c. KCL; (50 Kg x R? 3.500,- ) 1 3 = Rp 58.333 (3 bulan sekali)

Penggunaan pestisida bagi petani tidaic tergantung pada pola waktu

tertentu. Petani rnenggunakan pestisida bila tanarnan teh sudah rnulai terlihat

adanya gejala serangan harna atau penyakit saja. Tetapi rata-rata petani teh

rakyat dalarn waktu tiga bulan rnenggunakan pestisida satu kali sebesar

Rp 29.000,-

Tenaga luar keluarga dibutuhkan untuk rnelakukan kegiatafi

pernbersihan, pernupukan, pernetikan, pernanakasan, dan pikul. Pernbersihan

areal perkebunan dari tanarnan pengganggu atau gulrna dilakukan setiap bulan

sekali. Gulrna seperti tanarnan liar, dan rurnput dapat rnengganggu terhadap

perturnbuhan tanarnan teh. Untuk pernbersihan dilakukan oleh 8 hari orang kerja

(HOK) dan 2 HOK lainnya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Sehingga biaya
tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 80.000 per bulan. Kegiatan ini terrnasuk

pekerjaan ringan dan tidak rnernbutuhkan keahlian khusus.

Pernupukan dilakukar, oleh 1G HOK tenaga kerja luar keluarga.

Pernupukan yang dilakukan sebanyak 1 kali dalarn tiga bulan ini rnernerlukan

biaya sebesar Rp 33.333 per hektar.

Pernetikan seluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja luar kelilarga. Uwah

pernetikan dihitung berdasarkan berat pucuk hasil petikan dikali Rp 200.

Penirnbangan hasil petik dilakukan di kebun oleh pernilik kebun. Hasil petik yang

sudah ditirnbang selanjutnya dipikul oleh pernetik ke ternpat pengurnpulan.

Banyaknya pikulan disesuaikan dengan banyaknya pucuk teh dan kernarnpuan

masing-masing pernetik. Upah pikul yang diperoleh sebesar Rp 50 per kilogram.

Rata-rata rukang pikul pria dewasa rnarnpu rnernikul sebanyak 60 sarnpai 80

kilogram. Sedangkan wanita dewasa rata-rata 40 sarnpai 50 kilogram.

Pernangkasan perlu dilakukan secara berkala. Apabila dibiarkan turnbuh,

tanarnan teh dapat berkernbang hingga rnencapai ketinggian 14 meter atau lebih

sehingga akan rnenyulitkan dalarn rnelakukan pernetikan pucuk. Selain itu

pernangkasan dapat rnerangsang perturnbuhan tunas-tunas baru sehingga

rnarnpu rnenghasilkan pucuk dalrn jurnlah yang banyak. Kegiatan pernangkasan

yang dilakukan 3 tahun sekali harus dilakukan secara serernpak sesuai tahun

tanarnnya. Dengan dernikian untuk pernangkasan ini diperlukan setidaknya 20

HOK.

= Biaya Diperhitungkan

Tenaga kerja keluarga rnasih digunakan dalarn kegiatan usahatani teh di

kecarnatan sukanagara. Tenaga kerja keluarga yang biasanya terdiri dari dua

orang ini rnelakukan tugas pernbersihan dan pernupukan tanarnan. Tenaga kerja

keluarga ini mernberikan kontribusi dalarn penggunaan biaya sebesar Rp 26.666.


Peralatan yang digunakan petani teh rakyat sangailah sederhana,

sehingga nilainya tidak terlalu mernpengaruhi pendapatan tani dalarn jangka 12

tahun. Peralatan berdpa cangkul, arit, sprayer dan lain-lain akan habis rnasa

penyusutannya mulai satu hingsa tiga tahun. Perhitungan biaya penyusutan

peralatan pedanian didasarkan pada harga yang berlaku saat penelitian dibagi

dengan urnur ekonomisnya. Setelah rnasa ekonomisnya habis berarti peralatan

itu bernilai nol. Besarnya biaya rata-rata penyusutan peralatan adalah sebesar

Tabel 16. Nilai Penggunaan Peralatan Usahatani Perkebunan Teh Rakyat


Kecarnatan Sukanagara. 2003

~eranjang I I
3000 12 5 7.250
Barnbu
8 Parang 15.000 24 1 625
Jumlah 22.944

= Biaya Total Usahatani

Jumlah biaya total usahatani diperoleh dari penjurnlahan antara biaya

diperhitungkan dengan biaya tunai. Biaya total rata-rata per hektar yang

dikeluarkan oleh petani teh rakyat seperti terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukanagara
Per Hektar Per Bulan, 2003

Jurnlah Persentase
No Uraian
(RP) (%)
--
1 Biaya rata-rata tunai 351.883 88

2 Biaya rata-rata diperhitungkan 49.610 12

3 Biaya rata-rata total 401.493 100

Pada Tabel 17 terlihat bahwa biaya tunai rnerniliki jurnlah paling besar

yaitu Rp 351.883 stau 88 persen dibandingkan dengan biaya diperhitungkan

sebesar Rp 49.610 atau 12 persen dari biaya rata-rata total sebesar Rp 401.493.

Hal itu rnenunjukan bahwa biaya tunai rnendorninasi berjalannya usahatani

perkebunan teh rakyat di kecarnatan Sukanagara. Artinya biaya tunai sebagai

biaya yang harus ada saat itu dan akan habis pada saat itu juga lebih banyak

dibutuhkan oleh petani. Adapun biaya diperhitungkan tidak terlalu rnernpengaruhi

jalannya usahatani teh rakyat. Hal itu dikarenakan luas lahan yang digunskan

tidak terlalu luas sebagairnana perkebunan swasta atau pernerintah.

6.3.3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan tunai yang diterirna oleh petani rnerupakan selisih antara

penerirnaan tunai dengan biaya tunai yang dikeluarkan. Besarnya penerirnaan

rata-rata usahatani teh rakyat Kecarnatan Sukanagara pada tahun 2002 adalah

sebesar Rp 389.607 per bulan dan pada tahun 2003 sebesar Rp 375.045 per

bulsn. Pendapatar~usahatani didasarkan pada biaya tunai rzta-rata dan biaya

diperhitungkan. Berikut ini disajikan pendspaian tur~aiusahatani teh rakyat rata-

rata per bulan tahun 2003 (Tsbel 18).


/ ,
IJraian
-
Penerimaan
B~ayaTunai
--

Tenaga kerja luar


I keluarga
Satan

I
Volume

I
(RP
1
Tabel 18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecamatan
Sukanagara per bulan (2003).

Harga Jumlah
Har a R
375.045
Ket

( Pembersihan 1 HOK 1 8 ( 10,000 / 80,000( 1 bulan sekali

I 1 I Tenasa keria dalam I I I 1 1 1

RIC rasio tahm 2003 ( a w i a a a tunai)


Penerimaan usahatanL
Total biaya tvnai
375.045
351.883-
, ,07

RIC rasio tahun 2003 (atas total biaya)

Penerimaan usahatanb 375.045 = 0 93


Total biaya 401.493

RIC rasio terhadap biaya total yang didapatkan petani perkebunan teh

rakyat di Sukanagara adalah 0,93. Secara bisnis kondisi tersebut menunjukkan

bahwa usahatani ini tidak layak untuk diteruskan. Sebab ha1 ini menunjukan

bahwa setiap pengeluaran sebesar Kp ?,OO maka akan mengalami kerugian

sebesar Rp 0,93.
RIC rasio terhadap biaya tunai sebesar 1,07 menunjukan bahwa setiap

pengeluaran biaya sebesar Rp 1.00 maka akan rnendapatkan penerirnaan

sebesar Rp 1,07 dengan asumsi biaya diperhitungkan yang terdiri dari bisya

tenaga kerja keluarga dan penyusutan peralatan diabaikan.

Petani tetap rnenjalankan usahataninya rneskipun tidak rnenguntungkan.

Di dalanl menyikapi ha1 ini petani m5lakukan beberapa tindakan seperti:

1. Pengurangan pupuk dan obat-obatan. Tindakan ini mengakibatkan

tingkat produktivitas dan kualitas teh menurun. Serangan hama penyakit

meningkat sementara daya tahan tanaman terhadap penyakit me!emah.

2. Saat pemetikan, teh yang dipetik tidak lagi mengikuti rurnus petik pucuk

yang seharusnya. Tidak jarang petani melakukan pemetikan hingga p+4

bahkan lebih. Tindakan ini berpengaruh terhadap turunnya rnutu teh hasil

petik, menurunnya tingkat produktivitas teh serta rendahnya harga jual

teh dari petani perkebunan teh rakyat.

Selain perlakuan petani terhadap tanaman teh seperti diatas, dengan

tetap mernpertahankan perkebunan dan menjualnya ke tengkulak maka petani

mendapat kernudahan rnerninjarn uang tunai kepada tengkulak untuk rnemenuhi

kebutuhan sehari-hari dan biaya saprotan.

6.4. Saluran Pernasaran

Salcran pemasaran menggambarkan arus produk pucuk teh perkebilnan

rakyat yang terdapat di Kecamatan Sukanagara dari petani sebagai produsen

sampai ke pembeli atau pabrik pengolahan. Lembaga pemasaran yang terlibat

dalam pemasaran teh di Kecamatan Sukanagara meliputi pedagang pengurnpul,

Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) kelompok tani dan pabrik pengolahan teh.

Berikut disajikan bagan pemasaran pucuk teh di Kecamatan Sukanagara

(Garnbar 9).
, 1
Petani teh

I
160h=I

t
3 % = 24.375 ton
~ I +,
. ~ ~ ~

Pabrik Pengolah Teh


~ ~

I
~

Garnbar 9. Saluran Pemasaran Teh di Kecarnatan Sukanagara.

Struktur pasar pucuk teh yang terdapat di lokasi penelitian adalah struktur

pasar oligopsoni dimana beberapa pedagang pengurnpu! berhadapan dengan

banyak petani. Dernikian pula halnya dengan pasar yarig dihadapi oleh

pedagang pengumpul terhadap pabrik pengolahan teh. Dengan kondisi pasar

yang seperti ini, tingkat harga yang terjadi ditentukan oleh pernbeli sehingga

rnenguntungkan pernbeli.

Berdasarkan garnbzr 9 di atas, terdapat beberapa jalur tataniaga yang

digunakan petani dalarn rnendistribusikan hasil panennya ke konsurnen. Jalur

tersebut adalah:

1. Jalur 1 : Petani -TFH - Pabrik Pengolahan

2. Jalur 2 : Petani - Pabrik Pengolahan

3. Jalur 3 : Petani - Pedagang pengurnpul (Tengkulak) - Pabrik pengolahan

Hasil perlgarnatac di atas rnenunjukan bahwa petani lebih banyak

rnenjual hasii panennya ke pedagang pengumpul. Para pedagang pengumpul

biasanya rnenunggu di pinggir jalan tesar terdekat dengan kebun petani

rnenygunakan kendaraan pick up. Selain itu ada juga pedagang pengumpul yang

rneniiliki ternpat semi perrnanen untuk penampungan sernentara hasil panen

petani
Petani melakukan pemetikan selanjutnya ditimbang di kebun. Berat hasil

petik tersebut dikali Rp 200 per kilogram yang merupakan upah petik bagi

pekerja. Apabila lokasi kebun cukup jauh dari jalan besar maka pucuk t e i ~

tersebut dipikul dengan upah pikul Rp 50 per kilogram. Upah pikul tersebut

menjadi beban petani.

Sampai saat ini terdapat 15 pedagang pengumpul pucuk teh rakvat yang

terdapat di Kecamatan Sukanagara. Sedangkan di Kabupaten Cianjur secara

keseluruhan terdapat 55 pedagang pengumpul. Masing-masing pedagang

pengumpul yang terdapat di wilayah Kecamatan Sukanagara memiliki kapasitas

yang berbeda-beda mulai dari 200 kg sampai dengan 2000 kg (2 ton) per hari

(Tabel 19).

Tabel 19. Nama-nama Pedagang Pengumpul yang Terdapat di Kecamatan


Sukanagara

Seperti yang terlihat pada Tabel 19., pedagang pengumpul yang terdapat

di wilayah Kecamatan Sukanagara juga menjual pucuk tehnya ke pabrik-pabrik


pengolahan pucuk teh yang berbeda-beda. Pabrik pengolahan yang dituju

biasanya adalah yang paling dekat dengan lokasi pedagang pengurnpul. Akan

tetapi apabi!a harga di pabrik terdekat terla!u rendah, pengurnpul rnenjualnya ke

pabrik lain walaupun dengan jarak yang lebih jauh.

Harga beli yang ditetapkan oleh pedagang pengurnpul (tengkulak)

biasanya lebih rendah jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh

pabrik pengolahan teh. Akan tetapi, dengan rnenjual pucuk tehnya ke pedagang

pengurnpul maka petani rnernperoleh keuntungan berupa teknis dan non teknis.

Keuntungan teknis yaitu petani tidak perlu rnengantarkan hasil panennya sarnpai

ke pabrik-pabrik narnun cukup sarnpai ke pinggir jalan besar dengan biaya

angkut atau pikul Rp 50 per kilogram. Selain itu petani tidak perlu melakukan

survey dari pabrik ke pabrik untuk bernegosiasi dalarn rnenentukan harga jual

pucuk teh. Adapun keuntungan non teknisnya yaitu petani diberi keleluasaan

untuk mernperoleh pinjarnan uang untuk rnernbeli bahan saprotan dan untuk

kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya hutang tersebut dibayar rnelalui potongan

hasil penjualan pucuk tehnya.Tidak jarang terdapat petani yang rnenjual pucuk

teh rnereka sebelurn waktu pernetikan ke pedagano pengurnpul untuk rnernenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Der~gandernikian secara langsung ada suatu ikatan

kuat antara petani dengan pedagang pengurnpul yang rnengharuskan petani

rnenjual pucuk tehnya pada rnereka

Disamping rnelalui pedagang pengurnpul, saluran pernasaran pucuk teh

lain yang terdapat di Kecarnatail Sukanagara ac!a!ah petani langsung rnenjual

pucilk tehnya ke pabrik pengolahan ;eh. Petani yang rnertjual langsung ke pabrik

ailalah petani yang rnerangkap ssbagai pedagang pzngump~jldan hanya 3

persen dari total produksi. Meskipun petani rnerniliki kebebasan untuk rnenjual

hasil panennya, akan tetapi pada urnurnnya pihak pabrik tidak rnenerirna pucuk

teh langsung dari petani, rnelainkan hanya dari pedagang pengurnpul atau TPH.
Alasannya karena pedagang pengumpul dan TPH marnpu mensupply dalam

kapasitas cukup besar. Alasan lain adalah karena adanya kesepakatan antara

pabrik dengan pedagang pengumpu! dan TPH untuk menerima pucuk teh hanya

dari rnereka. Selain itu pucuk teh yang diterima oleh pabrik biasanya tid3k

dibayar secara kontan. Biasanya lama tunggakan diatas satu bulan. Sehingga

petani lebih banyak memilih menjual ke pedaoang per?gumpul1 tengkulak rneski

dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan pabrik. Sampai saat ini

telah terdapat 10 pabrik pengolahan teh di wilayah Kecamatan Sukanagara

Tabel 20. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Pabrik Teh Hijau di Kecarnatan
Sukanagara, 2003

Berdasarkan Tabel 20 di atas terlihat bahwa masing-masing pabrik

pengolahan juga berasal dari dua surnber yaitu teh milik sendiri dan teh milik

rakyat. Teh milik sendiri adalah teh yang ditanam oleh pemilik perkebunan teh
swasta. Disarnping mengolah teh rnilik sendiri, pabrik tersebut juga rnengolah ieh

rnilik rakyat yang dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan. Hal ini

dilakukan untuk rnernsnuhi kapasitas olah !erpasang dan karena adanya

permintaan pasar yang lebih besar daripada jumlah pucuk teh yang dirniliki.

Akan tetapi baik pedagang pengurnpul, TPH rnaupun petani memilki

posisi tawar rnenawar yang lernah dibandingkan dengan pabrik. Penetapan

harga yang terjadi antara pabrik pengolahan dengan petani tersebut dipengaruhi

oleh:

1. kualitas pucuk teh dari petani yang masih tergolong rendah.

2. kapasitas olah terpasang pabrik yang terbatas

3. Permintaan pasar lokal yang tergolong rendah

4. Adanya keterbatasan inforinasi harga jual teh di petani.

Dengar, demikian pihak pabrik bisa lebih leluasa dalarn rnenentukan

harga pucuk teh dari petani rakyat karena beberapa faktor tersebut. Sernentara

pucuk teh rnerupakan produk yang mudah rusak sehingga tidak bisa disirr~pan

berlama-lama untuk rnenunggu harga lebih tinggi.

Ternpat Pengurnpulan Hasil (TPH) dibentuk oleh kelornpok tani. Akan

tetapi dari sekian banyak kelornpok tani tersebut hanya satu kelornpok tani yang

masih berjaian yaitu Kelornpok Tani Karya Mukti di Desa Sukajernbar. Sehingga

pada tahun 2001 kelornpok tani ini perneh rnendapat penghargaan sebagai

kelornpok :ani terbaik se-Jawa Barat dalarn ha1 pengembalian kredit ke ADE

(Asiafi Development Bank) ntela!ui PPBPR. Ketua kelornpoknya yaitu Marhadi

mampu menerapkan tata tertib secara disiplin kepada anggotanya selaifi

Marhadi juga seorang yang ditok~hkandi lingkungan tersebut. Akan tetapi

larnbat laun beberapa petani rnulai ada yang rnenjual tehnya ke pedagang

pengurnpul. Hal ini rnenjadikan volume teh yang dikurnpulkan oleh TPH rnenjadi
sedikit sehingga berpengaruh terhadap kekuatan tawar menawar harga dengan

pabrik.

6.5. Analisis Struktur Pasar

Siruktur pasar perkebunan teh rakyat di Sukanagara ini dapat diketahui

dengan rnelihat jurnlah lembaga pemasaran, keadaan produk, kondisi keluar

masuk pasar dan informasi pasar

6.5.1. Lembaga Pemasaran

Kondisi dirnana penjual (petani) lebih banyak dibandingkan pernbeli

menunjukan bahwa struktur pasar yang terjadi adalah struktur pasar oligopsoni.

Dalarn penentuan harga petani cenderung berperan sebagai penerirna harga

(price taker). Meskipun petani rnerniliki kebebasan dalam rnenjual hasil panerxnya

kepada siapapun, akan tetapi pada kenyataannye banyak petani yang memiliki

ikatan modal dengan pedagang pengurnpul sehingga petani tidak rnerniliki

keleluasaan untuk rnenjual hasil panennya kepada pihak lain. Petani seringkali

rnembutuhkan uang tunai untuk rnernenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-

hari serta kebutuhan saprotan, sehingga petani rnerninjarn uang kepada

pedagang pengurnpul tertentu. lkatan inilah yang rnernbaiasi kebebasan petani

untuk rnenjual dan menentukan harga pucuk tehnya. Kondisi seperti itu akhirnya

merubah struktur yang dihadapi oleh petani menjadi struktiir pasar nonopsoni.

6.5.2 Keadaan produk

Pucuk teh yang dihasilkan petani teh rakyat bersifat hornogen. Asalkan

niemenuhi syarat petik yang dirninta oleh pihak pabrik, pucuk teh tidak dibedakan

ukuran maupun warnanya. Akan tetapi pada kondisi teitentu di saat pabrik
rnenjual hasil olahannya untuk pasar ekspor, pihak pabrik akan rnensortir dengan

cara analisis petikan dan analisis pucuk untuk rnenjaga kualitas teh yang

dihasilkan

= Analisis Petikan

Analisis petikan rnerupakan pernisahan pucuk yang didasarkan pada jenis

pucuk atau rnerupakan rurnus petik yang dihasilkan dari pernetikan yang telah

dilakukan, dinyatakan dalan? persen (%)

Cara pelaksansan analisis petikan adalah sebagai berikut:

a. Arnbil contoh (sample) pucuk masing-masing satu genggarn (dari 30

pernetik, pada satu rnandor), carnpur secara rnerata, kernudian arnbil

sebanyak 1 kg

b. Dari sample tersebut arnbil 200 g untuk dipisah-pisahkan sesuai dengan

jenis rurnus petiknya. Hasil pernisahan tersebut ditirnbang.

c. Pisahkan berdasarkan angka persentase berat rnasing-rnasing kelornpok

jenis e_ucuk.
Contoh, apabila dari sample diperoleh pengelornpokan sebagai berikut:

P+5
-- 0% b+4 - 0%
Jurnlah = 55% Jurniah = 45%
Total = 100 %
Dari contoh analisis tersebut diperoleh:

Angka 70 % dari hasil pemisahan pucuk berdasarkan jenisnya

menunjukan bahwa jenis petikan tersebut termasuk petikan medium

= Analisis Pucuk

P.nalisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan tua-muda dan

tingkat kerusakannya. Dari seluruh hasil panen diambil 10 persen sebagai contoh

(sample) kemudian dilakukan pemisahan bagian yang tua dan yang muda,

selanjutnya ditimbang dan dihitung berdasarkan persentase.

Agar diperoleh teh dengan kualitas bermutu tinggi, maka dari analisis

pucuk ini diharapkan dapat diperoleh 70 % atau lebih bagian yang muda dengan

tingkat kerusakan kurang dari 10 %.

6.5.3. Syarat Keluar Masuk Pasar

Terdapat hambatan bagi pesaing baru untuk masak pasar, diantaranya

tingginya rnodal yang harus dikeluarkan oleh pesaing serta adanya hubungan

(ikatan) kuat antara lernbaga.

Tingginya modal yang harus dikeluarkan petani yzng merupaka~~

pendatang baru adalah modal investasi, bibit, dan saprotan karena berakhirnya

program bantuan ADB. Perawatan tanaman juga harus diperhatikan seperli

serangan hama dan penyakit tanaman.

Hambatan bagi pedagang pengumpul adalah rnodal yang harus

dikeluarkan untuk membeli secara tunai hasil panen dari petani meskipun pihak
pabrik mernbayar dalarn tempo, mernberikan pinjarnan (piutang) bagi petani,

serta kendaraan cperasional unruk rnengangkut pucuk teh dari petzni ke pabrik.

Selain itu pedagang pengumpul juga hams rnerniliki gudang untuk penyirnpanan

sementara pucuk teh dari petani sebelurn dikirim ke pabrik.

Harnbatan di tingkat pabrik adalah besarnya modal untuk investasi

bangunan, mesin pengolahan serta kendaiaan operasional berupa truk. Selain

modal untuk pernbelian pucuk teh dari pedagang pengurnpul dalam kapasitas

yang besar, hubungan, kepercayaan dan pengalaman dalarn rnenangani produk

ini rnenjadi pengharnbat lainnya.

6.5.4. Surnber lnformasi Pasar

lnforrnasi pasar terutarna harga teh di kecamatan Sukanagara ini rnasih

sangat terbatas. Petani tidak rnengetahui harga yang diterirna oleh setiap

pengumpul dari setiap pabrik yang ada. Harga yang ieijadi dl tingkat pabrik dan

pengurnpul rnertita. Demikian juga denyan infcrrnasi jenis dar? kilalitas pucuk

yang diinginkan oleh pabrik tidak diketahui oleh petani terutarna petani yang

menjual pucuk tehnya ke pedagang pengurnpul atau TPH.

6.6. Marjin Pemasaran

Marjin pernasaran merupakan perbedaan tingkat harga yang diterirna

oleh konsilmen akhir dengan harga yang diteririia oleh petani teh rakyzt.

Penghitungan rnarjin pernasaran ini rneliputi biaya yang produksi , biaya angkut,

harga beli sarnpai diketahui keuntungan yang diperoleh. Penghitungan nilai

konversi antara teh basah dan teh kering dapat diukur dari perubahan berat

secara nyata, yaitu 4,5 kilogram teh basah rnenjadi 1 kilogram teh kering.

Dengan demikian perubahan berat dari teh basah menjadi teh kering ialah
sebesar 22,22 persen. Adapun harga rata-rata teh kering di tingkat petani adalah

sebesar Rp 10.530,- per kilogram. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21. Analisis Marjin Pemasaran Teh Perkebunan Rakyat per Kilogram di
Sukanagara, 2003

Petani
Uraian
i Jurnlah
J; ur 3
Persentase (%)
-

Biaya Produksi
Keuntungan
Harga Jual
Pedagang Pengumpul
Harga beli
Biaya
Keuntungan
Harga Jual
Pabrik Pengolahan
Harga beli
Biaya
Keuntungan
Harga Jual (pada konversi teh II

kering 22,22 %)
Jumlah:
Biaya
Keuntungan

Analisis rnarjin ini membandingkan tingkat keuntungan antar pelaku

pemasaran di setiap tingkatan. Analisis ini tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk

rnengetahui jalur pemasaran rnarla yang baik. Marjin pernasaran yang diperoleh

oleh jal~tr3 tidaklah berbeda dengan jalur 1. Akan tetapi TPH pada jalur 1

tidaMah memiliki kekuatan ssbuah "ikatan" dengan petani dalam ha1mernberikan

bantuan pinjarnan. Sehingga banyak petani yang rnulai beralih menjual pucuknya

ke pedagang pengurnpul yang rnengakibatkan jumlah pgcuk teh terkumpul di

TPH menjadi sedikit.


Saluran pernasaran pada jalur 2 sebenarnya lebih rnenguntungkan petani

karena petani bisa rnendapatkan harga jual sesuai yang diperoleh oleh

pedagacg pengurnpul atau TPH. Akan tetapi adanya harnbatan seperti yang

telah dijelaskan sebelurnnya rnernbuat petani sulit untuk rnenernbus jalur

tersebut, kecuali jika petani tersebut merangkap sebagai pedagang pengurnpul.

Sehingga kontribusinya terhadap produk teh rakyat di Kecamatan Si~kanagara

hanyalah 3 %,

6.7. Biaya Pernasaran

Biaya pernasaran yang terdiri dari biaya transportasi, upah tenaga kerja,

dan lain-lain merupakan biaya yang dihitung mulai dari petani sampai pabrik

pengolahan. Biaya pernasaran adalah bagian penting dari penghitungan biaya

usahatani secara keseluruhan. Secara rinci kornponen biaya pernasaran rnulai

dari petani sampai pabrik pengolahan adalah sebagai berikut:

Tatjel 22. Kornponen Biaya Fernasaran Rata-iiaia Pgcuk Teh P~rkebunan


Rakyat Kecarnatan Sukanagara, 2003
7
Biaya
Komponen Biaya Persentase
( Rp /Kg)
Transportasi 5,1 0,58
Retribusi 10 ?,I4
Tenaga kerja 1 Upah pikul (') 50 5,68
Pengolahan di Pabrik 815 92,60
880,l 100
(*) Dibebankan kepada petani

Biaya transportasi rata-rata sebesar Rp. 5,lper kilogram disaat pucuk teh

dari perkebunan yang diangkut oleh pedagang pengumpul ke pabrik pengolahan.

Biaya transportasi tersebut berdasarkan beberapa asurnsi (a) Harga bensin

Rp 2.400,-per liter, (2) Jarak tempuh rata-rata 25,5kilometer (Tahel 19),(3)

Daya angkut kendaraan adalah maksimum 1000 kilogram, dan(4) Perbandingan

jarak tempuh dengan serapan bahan bakar 12 : 1. Adapun biaya retribusi


sebesar Rp 10.000,- per angkuian. Jadi apabila sekali angkut 1000 kilogram

rnaka biaya yang dibebankan pada setiap kilogram teh adalah Rp 10.

Selanjutnya setelah mela!ui proses pengolahan pucuk teh oleh pihak pabrik, hasil

olahannya dijual kepada konsumen yang sudah menjadi pelanggannya. Dari total

biaya pemasaran biaya ini rnemiliki porsi sebesar 0,58 %. Biaya tenaga kerja

seperti upah angkut dari kebun petani ke pedagang pengumpul sebesar Rp 50

dan memiliki kontribusi sebesar 1,14 % dari biaya pemasaran yang ada. Biaya

pengolahan oleh pihak pabrik dimasukan ke dalam biaya pemasaran karena

pihak pabrik menjual teh tidak dalam pucuk namun sudah melalui proses olah

menjadi teh hijau atau merah. Pada umumnya pabrik pengolahan teh di

kecarnatan Sukanagara mengolah pucuk tehnya sampai rnenjadi teh hijau. Dari

13 pabrik pengolahan hanya satu pabrik yang melakukan pengolahan pucuk teh

hingga menjadi teh hitam yaitu pabrik PT Larnteh rnilik H. Lukman Hasan Saleh.

Secara terperinci petugas UPP telah melakukan pendataari terhadap pabrik yang

terdapat di Sukanagara (Lampiran 4). Pendataan tersebut terdiri dari identitas

pemilik pabrik, jenis unit pengolahan yang dimiliki, kapasitas olah, sumber pucuk,

hasil produksi dan pernasaran.

6.8. Farmer's Share

lndikator penting untuk rnengetahui perbandingan harga yang dibayarkan

oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima petani adslah anaiisis farmer's

share. Farmer's share memiliki hubungan negatif dengan marjin pemasaran.

Semakin tinggi marjin pemasaran rnaka semakin rendah Sagian daii iiarga yang

diterima oleh petani.

Penghitungan farmer's share pada kasus ini hanya rnernbandingkan

antara harga yang diterima oleh petani dan harga yany diterirna oleh pedagang

pengumpul. Peneliti tidak mernbandingkan dengan harga yang diterima oleh


pabrik. Hal itu dikarenakan teh yang dijual oleh pihak pabrik sudah rnengalami

perubahan bentuk rnelalui proses pengolahan rnenjadi teh hijau atau teh hitarn.

Dengan demikian selain akan diperoleh nilai yang terialu ekstrirn juga dianggap

tidak sepzdan untuk diperbandingkan.

Farmer's share pada kornoditas teh perkebunan rakyat di kecamatan

Sukanagara terlihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Farmer's Share Kornoditi Teh Rakyat di Kecarnatan Sukanagara. 2003

Harga rata-rata di tingkat Harga Rata-Rata di tingkat


Saluran Share
petani Pabrik (')
Pernasaran
(RupiahIKilograrn) ( Rupiah 1 Kilogram) ( "4
Jalur 1 616,25 2.399,OO 25,69
Jalur 2 1 .OOO 2.399,OO 41,68
Jalur 3 616,25 2.399,OO 25,69
(*) Harga teh kering setelah dikonversikan ke teh basah

Bagian harga yang terbesar diterirna petani terdapat pada petani yang

rnenjual hasil panennya langsung ke pabrik pengolah (Jalur 2) yaitu sebesar

$1,68 %. Sedangkan petani yang rnendapatkan farmer's share terkecil sebesar

25,69 % atialah petani yang menjual hasil panennya ke TPH atau ke pedagang

pengurnpull tengkulak.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rnaka kesirnp?llan dari
penelitian ini adalah :
1. Kondisi urnurn usahatani perkebunan teh rakyat yang terdapat di

Kecarnatan Sukanagara adalah :

Teh merupakan tanarnan yang telah diusahakan selarna turun-

ternurun. Tanarnan teh yang terdapat di lokasi penelitian berasal dari

tahun tanarn yang berbeda-beda yaitu dari tahun tanarn 1992 sarnpai

dengan tahun tanarn 1998. Sebagian besar petani teh mendapatkan

bantuan dari Asian Development Bank (ADB) rnelalui program Proyek

Pengembangan Budidaya Perkebunan Rakyat (PPBPR). Dari 10 desa

yang terdapat di Kecamatan Sukanagara, sernbilan di antaranya

rnenjadi peserta program bantuan tersebut.

Dalain rangka ineningkatkan pernbinaan tehadap petard, di

Kecarnatan Sukanagara telah terbentuk kelornpok-kelornpok tani yang

terdiri dari 20 sampai dengan 30 anggota kelompok tani (kepala

keluarga). Sarnpai dengan tahun 2003, :elah terdapat 40 kelornpok

tani dengan 1.051 kepala keluarga. Akan tetapi kelornpok tani

tersebur tidak berjalan dengan baik.

Perkebunan teh rnilik rakyat yacg terdapat di Kecarnatan Sukanagara

sebagian besar dikelola oleh buruh tani yang rnemiliki kemarnpuan

berkebun tetapi tidak memiliki lahan sendiri.

2. Pendapatan usahatani atas biaya tunai yang dite~.irnapetani setiap bulan

per hektar adalah Rp 23.162,- dengan R/C rasio 1,07. Adapun

pendapatan usahatani atas biaya tota! sebesar Rp -26.448.- dengan RIC


rasio 0,39.Hal ini rnenunjukan bahwa usahatani perkebunan teh rakyat di

kecamatan Sukanagara ini secara rata-rata sudah tidak layak untuk

dijalankan. Kondisi seperti ini yang rnernbuat potani sulit untuk

membayar cicilan sebesar Rp 45.000 perbulan kepada pengelola proyek

PPBPR.

3. Petani mengurangi pupuk dan obat-obatan untuk rnenekan biaya

usahatani yang dikeluarkan. Hal itu berdarnpak negatif pada tingkat

produktivitas tanarnan.

4. Struktur pasar oligopsoni berubah bentuknya rnenjadi monopolis yang

ditandai oleh ketidakbebasan petani dalam rnenjual tehnya. Hal itu

dikarenakan adanya ikatan utang piutang petani dengan tengkulak.

5. Lembaga pernasaran yang terlibat dalam pemasaran teh di Kecarnatan

Sukanagara meliputi TPH kelompok tani, pedagang pengumpul tingkat

desa dan pabrik pengolahan teh.

6. Saluran pemasaran yang banyak terjadi adalah: Petani-pedagang

pengumpul/ter~gkulak-pabrik pengolshan. Sebenarnya saluran

pemasaran yang paling menguntungkan petani adalah : petani-pabrik

pengolah. Akan tetapi petani lebih memilih menjual hasil panennya ke

tengkulak karena adanya ikatan utang piutang dengan tengkulak berupa

pinjaman seper!i biaya runah !angga dan bahan input.

7. Farmer Share yang diperoleh apabila petani menujual hasil panennya

langsung ke pabrik pengoiah sebasar 41,68 persen. Sedangkan jika

menjualnya melalui pedagang pengumpul sebesar 25,69 persen.


7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan secara lebih intensif sangat dibutuhkan. Penyuluhan tekhnik

budidaya secara baik dan benar sehi~lggadapat rnenghasilkan pucuk teh

deiigan kualitas yang baik. Selanjutnya dilakukan konticl sehingga

rnereka rnarnpu rnelakukan teknik budidaya sesuai dengan yang

diharapkan.

2. PPBPR yang bekerjasarna dengan Asian Development Bank (ADB)

rnendirikan pabrik pengolahan pucuk teh yang dapat rnenarnpung sernua

hasil panen perkebunan teh rakyat di Sukanagara. Pabrik dikelola secara

profesional dan diharapkan dapat "rnernutus ikatan" petani dengan

tengkulak dengan cara pabrik rnernberikan harga yang lebih tinggi.

3. Ketua kelornpok tani haruslah orang yang cakap dan aktif untuk

rnernperjuangkan nasib petani rakyat serta aktif dalarn rnengarnpulkan

sernua inforrnasi yang berkaitan dengan perkernbangan pasar dan harga

pucuk teh. Selain itu ketua tani juga harus rnampu rnengkoordinir para

anggotanya dengan baik sehingga dapat rnerniliki kekuatan tawar yang

baik di pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Amir. M. S. 1984. Seluk Beluk dm Teknik Perdagangan Luar Negeri. Pustaka


Binaman Pressindo. Jakarta.

Arifin, 3. 2001. Spektrum Keboakan Pertanian Indonesia : Jelaah Struktur, Kasus


dan Alternatif Stratcgi. Erlangga. Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 1986. Statistik Pendidikan.

. 2003. Kabupaten Cianjur dalam Angka. Cianjur.

Buku Cacah PPBPR, Kecarnatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. 2003

Dahl, D. C. And Hammound, J. W. 1997. Market and Price Analysis. The


Agricultural Industries. Mc. Graw-Hill Book Company, Inc.

Downey, W. D. dan S.P. Erickson. 1989. Manajemen Agribisnis. Edisi ke dua.


Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. 2003. Laporan Tahunan Dinas


Perkebunan. Cianjur.

Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2004. Laporan Tahunan. Cianjur

Ganda, Mochamad Krida Amung. 2004. Optimalisasi Produksi Teh (Camelia


sirrensis L.) Skripsi. Jurusan Ilmu-llrnu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakliltas Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.

Ghani, M. A. 2002. Dasar-Dastir Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Cetakan I.


Jakarta.

Gray, J. R. 1992. Ranch Economics. Lowa State University Press. Lowa.

Herlina. 2002. Orientasi Nilai Keija Pemuda pada Keluarga Petani Perkebunan.
Skripsi. Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonemi Pertanian. Fakultas
Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.

Herlinds. 1995. Perencanaan Jaringan Distribusi Fisik Bahan Pangan Berat :


Studi Kasus Depot Logistik Provicsi Lampung. Skripsi. Jurusan
Teknologi lndustri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. lnstitut
Pertanian Bogor.

Hernanto, F. 1991. //mu Usaha Tan;. Penebar Swadaya. Jakarta.

Junaidi, M. 20G5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor


Teh Indonesia. Skripsi. Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi. Fakultas
Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.
Kadarsan, W. Halimah. 1995. Keuangan Pertanian dan Penbiayaan Perusahaan
Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kottler, Philips. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I.
Prenhallindo. Jakarta.

Lirnbong dan Sitorus (1985). Pengantar Tataniaga Pertanian. Balian Kuliah


Jurusan Ilrnu-llrnu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakulas Pertanian.
lnstitut P2rtanian Bogor.
LiPsei, R. E., P. N. Courant, D. D. Purvis dan P.O. Steined. 1995. Pengantar
hlikro Ekonomi Binarupa Aksara. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Prastiwi. 1999. Analisis Produksi Teh dan Penentuan Saat Optimum


Pemangkasan Tanaman Teh. Skripsi. Jurusan Ilrnu-llrnu Sosial
Ekonorni Pertanian. Fakultas Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.

Rajagukguk, R. 1998. Analisis Pendapatan Usaha Tani dan Pemasaran Pisang


Segar (Studi Kasus di Desa Cangkareng, Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilrnu-llmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. lnstitut Pertanian
Bogor.

Setyarnidjaja, D. 2001. Teh (Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen). Penerbit


Kanisius. Yogyakarta.

Soekartawi. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Press. Jakarta.

.. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta

Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. PT Pustaka LP3ES. Jakarta

Suryana, R. N. dan Rina Oktavianti. 1994. Kajian Sistern Pemasaran dan Ekspor
Teh.

Unit Penyu!uhzn Perkebunan (UPP) Sukanagara. 2003. Data Statistik Petani


Binaan PPBPR Kecamatan Sukanagara. Cianjur.

Wharton, C. R. 1963. The Rule of Farmer Education in Agriculrural Growth.


Faculty of Agriculture. University of Malaya. Kualalurnpur.

Winda, 0. 2001. Analisis Usaha Tani Pengolahan Jamur Jiram Putih (Pleurotus
Ostreoatus) pada Koperasi Petani dan Pengusaha Jarnur Supa Fajar
mas di Bogor. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Luas Tanah Sawah dan Luas Lahan Darat di Kabupaten Cianjur

I
No Kecamatan Luas Tanah (Ha)
I

Sumber: Oinas Pertanian Kabl~patenCianjur. 2004


Lampiran 2 . Perkembangan Produksi dan Harga Teh Perkebunan Rakyat Kecamatan Sukanagara
(2002-2003)

,,-
Januari, 2002

Maret, 2002 Agustus. 2002


Sample Pioduksi Harga Sample
Tanam Tanam
93194 4430 93/94 5530
94195 4820 550 94195 5380
95196 7200 600 5940 650
96197
07mn
",."W
7
5000
_..",
477"
800
cnn
--"
96/97
0710R
I
"
5800
-".-
en<" ---
650
CE.n

Total I 401 262201 2900 Total 421 286601 3250


Rata2lHa I 655.51 500 Rata21Ha 0.41 682 3809521 650

Apri1.2002 September. 2002


Th Sample Produksi Harga
Tanam (Ha) (Kg) (RP)
mi9d I RI AARnl 600

Oktober, 2002
November. 2002

Uesember. ZOO2 ...",, -""-


Th Sample Produksi Harga
Tanam (Ha) (Kg) (RP)
93194
... I Ql .".-
7G7111 cnn
-""
94195 11 8260 600
95196
96197
10 6715 -- 600
12 9809 600
97198 14 8109 600
Total 56 40463 3000
Rata21Ha 11.2 722,553571 600

.... -..,....
Th Sample Produksi Harga
Tanam (Ha) (Kg) (RP)
93194 I 6.61 26721 550
"..."
Qdm9 CI
" ,.."
177~1 GZn
"<"

95/96 5.8 2023 550


96/97 7.5 2788 550
97/98 10.5 4198 550
Total 36.4 13457 2750
RataiMa 7.28 369.697802 550
,

Februari. 2003

Maret. 2003 Agustus, 2003


November. 2003

Oklober, 2003 Oesember. 2003


Th Sample Produksi Harga Th Sample Produksi Harga
Tanam (Ha; (Kg) (RP) Tanam (Ha) (Kg) (RP)
91196 I 4 A'i7dl 'inn1 1011~4 I CI 61 n771f Rzn

96/97 5012 600 96/97 9258 650


97198 6090 600 97/98 10884 650
Total 36 28648 2850 Total 63.5 46830 3275
Rata21Ha 7.2 795 777778 570 Rata21Ha 12 7 737 480315 fiss
Larnpiran 3. Daftar Produksi Rata-Rata. Harga Rata-Rata, dan Penerirnaan Rata-Rata Petani
Teh Perkebunan Rakyat Kecarnatan Sukanagara, 2002-2003
Tahun 2002

Tahun 2002

Desernber 737.481 6551 483049,4


JUMLAH I 7247.851 73951 4500548,3
Jumlah rata-rata I 603.98751 616,251 375 045.69
Laiiipiraii 4. Data Isian Unit Pe~~golahan
Hasil I Pabrik di Kecanlatno Sukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PT. Lamteh
- Nama Pengusaha : H. Lukman Hasan sale11
- Nama Pabrik :
- Alamat Desa : Ciguha Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SL': Sukanagara

I1 Jenis Unit Pengolahan yang dinliliki :

A I . Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek / Semi mekanis

B Unit mesin yang dimiliki terdiri :


I . Pelayuan : 15 Unit dgn kapasitas 2s ton I Unit
2. Roller/jakson : 6 Unit dgn kapasitas 03 ton I Jam
3. Pengering Awal - Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer : I Unit dgn kapasitas Todjam
5. Ball Tea - Unit dgn kapasitas Ton/jam
6. Mesin Sortasi : 6 Unit dgn kapasitas Todjam

C Sumber Listrik
- PLN : I300 Wan 1 Unit UI penerangan
-Diesel : 612 KVA 3 Unit

111 Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 2C Ton pucukhari dgn hari kerja 25 Hari/bulan
Kapasitas Terpakai : 10 Tor, puculdhari dgn hari kerja 25 Harihulan

1V Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri : 7 Tonhari ( 70 % )
- Dari teh rakyat 3 Tonhari ( 3 0 % )

V Hasil Produksi dan Pemasaran


A. Produksi teh yang dihasilkan
Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder ....................% - BP ....... 2,57 .......% BCW
- Chun Mee ....................% - PF .......5,86........% BOP
- Peko Super ................... .% - D 1 .......3,53........% BOPF
- Peko ....................% - D 2 .......4,36 ........ % BT
-Tulang ....................% - D 3 .......4,83 ........% BOP il
- Bubuk ....................% - Fan ...................... % PF 11
- Jabrugan ....................% - D 4 ...................... % BT 11
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkan) BOHEA
Biaya Eoduksi rata-rata :Rp70G/kg PLUFP
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang :........................%
- Mitm Bisnis tetap : ........................%
- Kontrak Jangka Panjang :........................ %
- Jual Bebas :.........100.........%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 10.500 I Kg teh kering

Catatan: Isi yang benar


Pencacah
(Nana Suparna / N I P : 080 051 847)
Data lsian Unit Pengolahan Hasil I Pabrik di Kecaliiata~iSukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan :
- Nama Pengusaha : Ujang Jamaras
- Nama Pabrik :
- Alanat Desa : Gunung Sari Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

I1 Jeni: Unit Pengolahan yeng dimiliki :

A I. Teh i-litam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek I Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
1. Pelayuan : 1 Unit dgn kapasitas 1.5 ton / Unit
2. Rollerljakson - Unit dgn kapasitas ton 1Jam
3. Pengering Awal : 2 Unit dgn kapasitas 0,4 tonoam
4. Rotary dryer - Unit dgn kapasitas Ton/jam
5. Ball Tea - Unit dgn kapasitas Tonoam
6. Mesin Sortasi : 1 Unit dgn kapasitas 0,5 Tonoam

C Sumber Listrik
- PLPI : 5.3 KVA 1 Unit
-Diesel : 300 KVA 2 Unit

111 Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 23 Ton pucuWhari dgn hari kerja 25 Harihulan
Kapasitas Terpakai : 6 Ton pucuWhari dgn hari kerja 25 Hari.blulan

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebull sendiri : 0 Tontli~ri( YO)
- Dari teh rakyat : 6 Tonhari ( I00 % )

V Hasil Produksi dan Pemasaran

A. Prodsksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
-Gun Powder ...................% - BP .......................% BOP 15,96%
- Chun Mee ....................% - PF ....... 15,99....... % BOPF 19,64 %
- Teko Super ................... .% - D I .......13,32....... % FF-2 16,59 %
. Peko .................... % - D 2 .......06,59 .......3.b B8L 4,47 %
-Tulang ....................% - D 3 ....... 04.93 .......%
- Bubuk ................... .% - Fan ....................... %
- Jabrugan ....................% - D 4 .......02,5 1 .......%
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkan)
Siaya Produksi rata-rata : Rp 850 / k g
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang : ....................... .%
- Mitra Bisnis tetap : ......... 50 ...........%
- Konhak Jangka Panjang ........................ ?A
- Jual Bebas :.........50 ...........%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 10.900 / K g teh kering
Catatan: Isi yang benar
<
Pencacah
(Nana Suparna 1 NIP : 080 051 847)
Data lsian Unit Pengolallan Hasil I Pabrik di Kecamatan Sukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PWCV BUDI J A Y A
- Nama Pengusaha : Benardi
- Nama Pabrik :
- Alamat Desa : Sukajembar Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

Jenis Unit Pengolahan yang dimiliki :

I. Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek I Semi mekanis
Unit mesin yang dimiliki terdiri :
I. Pelayuan : 4 Unit dgn kapasitas ton 1 Unit
2. Rollerljakson : 2 Unit dgn kapasitas ton I Jam
3. Pengering Awal : 2 Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer Unit dgn kapasitas Tonljam
5. Ball Tea : 4 Unit dgn kapasitas Tonljam
6. Mesin Sortasi - Unit dgn kapasitas Tonljam

Sumber Listrik
- PLN KV A I Unit
-Diesel KVA Unit

Kapasitas Olah
Kapasitas Terpasang : 7 Ton pucukihari dgn hari kerja 25 Harihulan
Kapasitas Terpakai : 4 Ton pucukihari dgn hari kerja 25 Harifaulan

Sumber puci~kditampung:
- Dari kebun sendiri : 0 Tonhari ( %)
- Dari teh rakyat : 4 Ton/hari( 1 0 0 % )

Hasil Produksi dan Pemasaran

Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder ....................% - BP ....................... %
- Chun Mee .................... % - PF .......................
%
- Peko Super ................... .% -D I ....................... %
- Peko ....................% -D2 ....................... VO
-Tulang .................... % -D3 ....................... %
- Bubuk ....................% - Fan ....................... %
- Jabrugan ....... 100.......% - D 4 ......................%
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkan)
Blaya Produksi rata-ratz : Rp 900 1 kg
Pemasaran Hasil
- Melalui lelang :........................ %
- Mitra Eiisnis tetap :..................... .Y6
- Kontrak Jangka Panjang : ........................ %
- Jual Bebas : ....................... .%
- Harga Jual Kata-Rata : Rp 9.500 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 1 847)
Data lsiar~Ur~itPengolal~arlI-lasil I Pabrik di Kecan~ntar~
Sukaoagara

UPP: SUKANAGARA
I 1denti:as:

- Nama Perusahaan : I'T SUGESTI


- Nama Pengusaha : Oyeng S
- Nama Pabrik
- Alamat D e ~ a: Gunung Sari Kab. : Ciailjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

II Jenis Unit Pengolahan yang dimiliki :

A I . Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek 1 Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
1. Pelayuan : I Unit dgn kapasitas 0,7 ton /jam
2. Roller/jakson : 2 Unit dgn kapasitas I ton /jam
3. Pengering Awal : - Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer : I Unit dgn kapasitas 0,s Tonljam
5. Ball Tea : 4 Unit dgn kapasitas 0.15 Tonljam
6. Mesin Sortasi : 1 Unit dgn kapasitas 0,5 Tonljam

C Sumber Listrik
- PLN : 41 KVA I Unit
-Diesel : 60 KVA I Unit

Ill Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 10 Ton pucukhari dgn hari kerja 25 Haribulan
Kapasitas Terpakai : 8 Ton pucuWhari dgn hari kerja 25 Harilbulan

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri : I Tonihari ( 12,s % )
- Dari teh rakyat : 7 Tonihari ( 87,5 % )

V Hasil Produksi dan Peinasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder .................... % - BP .......................%
- Chun Mee ....................% - PF ....................... %
- Peko Super ................... .% - D I ....................... %
- Peko ........5 ..........% - D 2 .......................%
-Tulang ........2 ..........% - D 3 .......................%
- Bubuk ........13.......?h - Fan .......................%
- Jabrugan ........ 80 ........% - D 4 .......................%
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkan)
B i ~ y aProduksi ram-rata : ~p 500i kg
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang :........................%
- Mitra Bisnis tetap :...................... .%
- Kontrak Jangka Panjang :........................ %
- Jual Bebas : .......... 100........
%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 9.900 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 1 847)
Data lsian Unit I'engolallan Hasill Pabrik di Kecamatarl Sukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV DAUN MAS
- Nama Pengusaha : Yuyung
- Nama Pabrik : Pengglahan Ten Hijau
- Alamat Desa : Ciguha Kab. : Cianjur
IKec : Sukanagara Wilayah SIJ: Sukanagara

II Jenis Unit Pengolal~anyang dimiliki :

A I. Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejekl Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
I . Pelayuan : I Unit dgn kapasitas 0.2 ton /jam
2. Roller/jakson : I Unit dgn kapasitas 0.4 ton / Jam
3. Pengering Awal - Unit dgn kapasitas todjam
4. Rotary dryer Unit dgn kapasitas Tonljam
5. Ball Tea : 2 Unit dgn kapasitas 0.5 Todjam
6. Mesin Sortas1 Unit dgn kapasitas Tontjam

C Sumber Listrik
- PLN KV A Unit
-Diesel : 15,5 KVA I Unit

Ill Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 2 Ton pucukhari dgn hari kerja Harilbulan
Kapasitas Tcrpakai : 2 Ton pucuwhari dgn hari kerja Harifaolan

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri : 1 Tonhari ( 50 %)
- Dari teh rakyat : I Tonihari ( 50 %)

V Ha?il Produksi dan Pemasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder ....................% - BP ....................... %
- Chun Mee ....................% - PF .......................%
- Peko Supcr ....................% - D 1 ...................... .%
- Peko ....................% - D 2 ....................... %
-Tulang ....................% - D 3 .................... .%
- Bubuk ....................% . Fan .......................%
- Jabrugan ........100 ......% - D 4 ......................%
(1Lainnya sebutkaa) (Lainnya sebutkan)
Biaya Produksi rata-rata : Rp 950 1 kg
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang : ........................%
- Mitra Bisnis tetap :........................ Yo
- Kontrak Jangka Panjang :........................%
- Juai Bebas : ........ 100..........%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 11.000 :Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna 1 NIP : 080 05 1 847)
Data lsian Unit Pengolailan Hasil I Pabrik di Kecao~atasSukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : Sinar tlarapan
- Nama Pengusaha : Afidin
- Nama Pabrik :
- Alama: Desa : Jayagiri Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

I1 Jenis lJnit Pengolahan yang dimiliki :

A I. Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek I Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
I. Pelayuan : I Unit dgn kapasitas ton /jam
2. Rollerljakson : I Unit dgn kapasitas ton I Jam
3. Pengering Awal : 1 Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer Unit dgn kapasitas Tonljam
5. Ball Tea Unit dgn kapasitas Tonljam
6. Mesin Sonasi Unit dgn kapasitas Tonljam
7. Rifil : 2
C Sumber Listrik
- PLN KVA Unit
-Diesel : 15.5 KVA I Unit

111 Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 2 Ton pucuklhari dgn hari kerja
Kapasitas Terpakai : 1.5 Ton pucuklhari dgn hari kerjn

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri : 0.5 Tonlhari ( 33 % )
- Dari teh rakyat : I Tonhari ( 67 % )

V Hasi! Produksi dan Pemassran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
-Gun Powder .................... % . BP ....................... %
- Chun Mee .................... % - PF .......................
%
- Peko Super .................... % -D 1 .......................
%
- Peko .................... % - D 2 ....................... %
-Tulang .................... % - D 3 ....................... %
- Bubuk ....................% - Fan .......................%
- Jabrugan ........100......% - D 4 .......................%
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkanj
Biaya Produksi rata-rata : Rp 950 I kg
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang
- Mitra Bisnis tetap
- Kontrak Jangka Panjang :....................... .%
- Jual Bebas : ........ 100..........%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 10.700 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna 1 N I P : 080 051 847)
Data Isian Unit Pengolalian Hasil I Pabrik di Kecamatan Sulmnagara

UPP: SUKANAGARA
1 Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV TAMIANG SAPU UTAMA
- Nama Pengusaha : H Wildan D Adiwijaya
- Nama Pabrik : RAMAYANA
- Alamat Dess : Slndacgsar~ Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

II Jenis Unit Pengolahan yang dimiliki :

A I . Teh Hitam a. ortodox


h. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyaW LPG


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek 1 Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
1. Pelayuan : 2 Unit dgn kapasitas 0.5 ton /jam
2. Rollerljakson : 4 Unit dgn kapasitas 0.5 ton I Jam
3. Fengering Awal Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer : 5 Unit dgn kapasitas 0.5 Tonljam
5. Ball Tea : 3 Unit dgn kapasitas 0.25 Tonljam
6. Mesin Sortasi : 5 Unit dgn kapasitas 0.2 Tonljam

C Sumber Listrik
- PLN KVA Unit
-Diesel : 70+50 KVA 2 [Jnit

111 Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 10 Ton pucukihari dgn hari kerje Harihulan
Kapasitas Terpakai : 5 Ton pucu!Uhari dgrr hari kerja Harihulan

[V Sumber pucuk dirampung:


- Dari kebun sendiri : I Tonlhari ( 20 % )
- Dari teh rakyat : 4 Tonhari ( 80 % )

V Hasil Produksi dan Pemasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Tell Hitan1
-Gun Powder ....................% - BP ....................... %
- Chun Mee ....................% . PF ....................... %
- Peko Super ....................% - D 1 .......................%
- Peko ....................% - D 2 .......................%
-Tulang ....................% - D 3 ....................... %
- Bubuk ....................% - Fan ....................... %
- Jabrugan ........100 ......% - D 4 .......................%
(ILainnya sebutkan) (Lainnya sebutkan)
Biaya Produksi rata-rata : Rp 800 /kg
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang : ........................ %
- Mitra Bisnis tetap : ........................%
- Kontrak Jangka Panjang : ..................... ...%
- Jual Bebas : ....................... .%
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 10.150 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 l 847)
Data lsian Unit Pengolallan Hasil I Pabrik di Kecamalan Sukanagard
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PT Sinar Ciguha Mulya
- Nama Pengusaha : Ir. Agus Taufik
- Nama Pabrik : KPT Sinar Ciguha Mulya
- Alamat Desa : Ciguha Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayeh SU: Sukanagarn

11 Jenis Unit Pengolahan yan:: dimiliki :

A 1. Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan ballan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek / Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
I . Pclayuan : 2 Unit dgn kapasitas 200 Kg /jam
2. Rollerljakson : 3 Unit dgn kapasitas ton I Jam
3. Pengering Awal : I Unit dgn kapasitas tonljam
4. Rotary dryer : 7 Unit dgn kapasitas Tonljam
5. Ball Tea : I Unit dgn kapasitas Tonljam
6. Mesin Sortasi : 2 Unit dgn kapasitas Tonljam

C Sumber Listrik
- PLN . - KVA Unit
-Diesel : 60 KVA 2 Unit

Ill Kapasitas Clah


~apasitasTerpasang : 10 Ton pucuk hari dsn hari kerja 25 Harilbulan
Kapasitcls Terpakai 3 'l'on pucukhari dgn hari kcrja 25 Harihulan

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri : 1.5 Tonhari ( 50 % )
- Dari teh rakyat : 1.5 Tonhari ( 50 % )

V Hasil Produksi dan Pemasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitarn
- Gun Powder ........ 1 ............% - BP ....................... %
- Chun Mee ....... .3............% - PF .......................%
- Peko Super ....... .3............O h - D I ....................... %
- Peko --
................... % - D 2 .......................%
-Tulang ........ 4 ............YO - D 3 .......................%
- Bubuk ....... .6............% . Fan ....................... 0/(1
- Jabrugan ....................
.. % - D 4 ....................... %
-KRI 63 Yo (Lainnya sebutkan)
. KR2 20 Yo
Biaya Produksi rata-rata
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang : .......................%
- Mitra Bisnis tetap :......... 100.........%
- Kontrak Jangka Panjang :........................%
- Jual Bebas :........................%
- Hargd jual Rata-Rata : Rp 9.850 / K g teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 1 847)
Data Isiall Unit Pengolalla~~
Hasil 1 Pabrili di Kccamatan Sukanagara

UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV GATRA TAN1 MANDlRl
- Nama Pengusaha : lr. H. Muhammad Harisun
- Nama Pabrik :
- Alamat Dcsa . Sukakarya Kdb. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

II Jenis Unit Pengolallan yang dimiliki :

A I . Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejek I Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
I . Pelayuan : I Unit dgn kapasitas 0.4 ton /jam
2. Roller/jakson : 3 Unit dgn kapasitas 0.3 ton l Jam
3. Pengering Awal : I Unit dgn kapasitas 0.3 todjam
4. Rotary dryer : 3 Unit dgn kapasitas 0.3 tonljam
5. Ball Tea : 3 Unit dgn kapasitas 0.3 tonljam
6. Mesin Sortasi Unit dgn kapasitas todjam

C Sumber Listrik
- PLN : 66 KVA I Unit
-Diesel KVA Unit

Ill Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 5 Ton pucuklhari dgn hari kerja 25 Harilbulan
Kapasitas Terpakai .. -
? Tcn pucuk'hari dgn heri kerja 25 Harihlan

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kebun sendiri Tonhari ( %)
- Dari teh rakyat : 3 Tonhari ( I00 % )

V Hasil Produksi dan Pemasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder ................... .% . BP ....................... %
- Chun Mee ....................% . PF .......................%
- Peko Super ....................% - D 1 .......................%
- Peko ....................% -D2 ....................... %
-Tulang ....................% - D 3 .......................%
- Bubuk ....................% . Fan .......................%
- Jabrugan .... 100.......... % - D 4 .......................%
(ILainnya sebutkail) (Lainnya setutkan)
Biaya Produksi rata-rata : Rp 850
B Pemasaran Hasil
- Melalui lelang
- Mitra Bisnis tetap
- Konhak Jangka Panjang :........................%
- Jual Bebas : ....100..............%
- Harga Jual Rata-Rata :Rp 1 1.600 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 1 847)
Data lsian Unit Pe~lgolahanHasill Pabrik di Kecarr~atanSukanagara

UP?: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV CAMEL1 VlRGASARl
- Nama Pengusaha : Zulkifli tlusein
- Nsma Pnbrik :
- A!amat Desa : Gunung %ri Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara

I1 Jenis Unit Pengolahar? yar~gdimiliki :

A I . Teh Hitam a. ortodox


b. CTC

2. Teh Hijau a. Mesin dengan bahan bakar minyak


b. Mesin dengan bahan kayu bakar
c. Kejekl Semi mekanis
B Unit mesin yang dimiliki terdiri :
1. Pelayuan : 1 Unit dgn kapasitas 0.4 ton ljam
2. Rollerljakson : 3 Unit dgn kapasitas 0.3 ton 1Jam
3. Pengering Awai : I Unit dgn kapasitas 0.25 tonijam
4. Rotary dryer : 3 Unit dgn kapasitas 0.22 tonljam
5. Ball Tea : 3 Unit dgn kapasitas 0.21 rodjam
6. Mesin Sortasi : I Unit dgn kapasitas 2 tonljam

C Sumber Listrik
- PLN : 66 KVA I Unit
-Diesel : 80 KVA I Unit

Ill Kapasitas Olah


Kapasitas Terpasang : 2.5 Ton pucuklhari dgn hdri kerja 4 Haribulan
Kapasitas Terpakai : 2.5 Ton pucukhzri dgr, hari ikerja ? Naribular.

IV Sumber pucuk ditampung:


- Dari kehun sendiri : I Tonhari ( 40 % )
- Dari teh rakyat : 1.5 Tonihari ( 60 % )

V Hasil Prodsksi dan Pemasaran

A. Produksi teh yang dihasilkan


Teh Hijau Teh Hitam
- Gun Powder ............3,s .....% - B P ....................... %
- Chun Mee ............ 4,s .....% - P F ....................... %
- Peko Super ............ 30 .......% - D I ....................... %
- Peko ............20 ......."% - D 2 ....................... %
-Tulang ..............4 .......% - U 3 ....................... %
- Bubuk ..............8 .......% -Fan ....................... YO
- Jabrugan ............ 30 .......% - D 4 ....................... %
(1Lainnya sebutkan) (Lainnya eebutkan)
Biaya Froduksi rata-rata : Rp 900 1 Kg
E Pemasaran Hasil
- Melalui lelang : ........................ %
- Mitra Bisnis tetap : .......100 ...........%
- Kontrak Jangka Panjang : ...................... ..%
- Jual Bebas : .................... ..?A
- Harga Jual Rata-Rata : Rp 1 1.100 1 Kg teh kering
Catatan: Isi yang benar
Pencacah
(Nana Suparna / NIP : 080 05 1 847)
lampiran 5. Kuesioner Petani Sample

Tgl/Bln/Thn :

a. Nama

b. Umur

c. Pendidikan
d. Anggota keluarga
Jumlah istri
Jurnlah anak
e. Pengalaman usahatani
f. Status kepemilikan lahan
g. Luasan lahan
h. Luas tanaman teh
i. Tanaman tambahan
j. Luas tanaman tambahan
k. Sumber pendapatan ljtama
I. Pendapatan tambahan
2. Komponen Biaya Pengolahan Tanaman Teh
1 3. Komponen Penerimaan Usahatani Teh
1. Jumlah pemetikan dalam 1 bulan

2. Volume teh dalam setiap pemetikan

3. Volume teh dalam satu bulan

4. Harga teh /kg

5. Volume penjualan teh dalam setiap bulan :

1 3. Komponen Saluran Pernasaran


I
1. Kernana menjual hasil panen serta apa alasan memilih jalur
pemasaran tersebut 2

2. Adakah jalur pemasaran yang lebih baik (dari sisi harga) daripada
jalur pemasaran yang sudah dijalani seiama ini ?

3. Jika ada, kenapa tidak memilih jalur tersebut ?

4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pemasaran selama ini?


KuesiofieiPedagang Pengumpul

1 . Berapa kilogram volume teh yang diterirna dari petani dalarn


sebulan?

2. Petani mana saja yrlng menjadi rnitra tetap dalarn pemenuhan


volume teh yang dibutuhkan?

3. Ke pabrik pengolahan mana teh tersebut dijual ? berapa tingkat


harga penjualannyo ?

4. Apa saja yang menjadi olosan dalam memilih pabrik tertentu ?

5. Siapakah yang rnenentukan harga jual antara pedagang


pengurnpcrl dengan petani don antara pedagang pengurnpul
dengan pabrik ?

6. Apakah harga yang diterirna petani sudah cukup proporsional ?


apa alasannya ?

7. Adakah yang menjadi pesaing ?

8. Jika ado, strategi apa yong diterapkan urituk menghadapi


pesaing tersebut ?

9. Biaya apa saja yang dikeluarkan dalam kegiatan pemasaran


selama ini? Mahon dirinci !
Pertanyoan tarnbahan untuk TPIH

1. Berapa orang anggota kelornpok tani seluruhnya ?

2. Apakah ado petani ycng tidak rnernenuhi kewajiba~nyadalarn


rnengernbalikan kredit ke UPP ?

3. Jika ado, apa alasannya ?

4. Sejauh rnana tata tertib kelornpok tani diierapkan ?

5. Apakah ado anggota kelornpok tani yang menjual hasil


panennya ke luar TPH ?

6. Jika ado, ker~apa?

7. Apakah TPH sudah berfungsi secara baik ? jelaskan !

8. Apa yang rnenjadi haraprln TPH agar perkebun~nteh rakyat di


Sukanagara ini rnarnpu rnensejahterakan petaninya ?
Lampiran 6. Peta ~ i l a j a hKecamatqn Sukanagara, Kabupaten Cianjur
.,

Anda mungkin juga menyukai