Oleh :
SKRlPSl
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
Oleh :
ALI AKBAR HUTZl
A14101549
Menyetujui,
L
osen Pembimbing
NIP. 131124019
Tanggal Lulus : / J 3 ~ g 8/ ~ ~ 7
PEIWYATAAN
tanggal 15 oktober 1977 di Bogor dari pasangan Endang Suherman (Alm) dall
SMA Negeri I Cipanas - Cianjur. Pada tahun 1998 penulis berhasil 1010s seleksi
ujian masuk diploma tiga Manajemen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (MAB-
IPB) dan selesai sarnpai dengan tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis
penulis juga kini menjadi bagian dari kepengurusan salah satu koperasi dan staff
Selarna ini para petani teh rakyat berada pada bargaining position yang
lernah, sehingga dalarn kancah persaingan dengan petani - petani besar seperti
Perkebunan Teh Milik Negara (PTPN) dan perkebunan besar swasta,
perkebunan teh rnilik rakyat berada pada kelornpok yang terrnarjinalkan. Berawal
penelitian walaupun penulis akui rnasih banyak kekurangan dalarn tulisan ini.
Segala ha1 yang penulis tuangkan dalarn skripsi ini sernoga dapat
yang telah rnendukung baik secara rnoril rnaupun rnateril sehingga tu!isan ini oisa
selesai. Adapun kritik dan saran ssngai penulis harapkan sebdgai bahan koreksi
sena bantuan dari sernua pihak. Pada kesernpatan ini penulis ingin
2. Orang tua, parnan dan bibi tersayang, terima kasih atas segala do'a,
3. Kakak dan keponakan, terirna kasih atas segala do'a dan rnotivasi yang
4. Anisa Agustina, lstriku tercinta yang selalu rnendo'akan dan setia untuk
tetap bersarna.
5. Bapak Lili, Bapak Yusuf, Bapak Faridh, Ibu Sri, Kang Dikdik, Ibu Yanti
6. Sernua pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
skripsi ini.
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR I
FIomor Halarnan
1.
-
Perkembangan Volume dan Nila~Ekspor Ten Indonesia
(1999 - 200.5) ....................................................................................... I
17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukan gara
Per Hektar per Bulan, 2003.................................................................. 60
18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan
Sukanagara per Bulan (2003) .............................................................. 61
Nomor Halarnan
1. K v ~ Biaya
a Variabel. Biaya Rata-Rata. dan Biaya Mzrjhal ...................... 24
Nomor Halaman
di dunia setelah i<enys, Srilanka, Cina dan India. Volume ekspor teh lndonesia
sejak tahun 1999 cenderung fluktuatif dengan volume rata-rata adalah sebesar
99.786.600 ton. Perkembaqgan volume dan nilai ekspor teh lndonesia sejak
tahun 1999 sarnpai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1
Nusantara (PTPN), (2) Perkebunan besar rnilik perusahaan swasta, dan (3) Areal
kecil-kecil, tetapi jurnlahnya banyak dan tanaman teh bukan rnerupakan usaha
utarna. Para petani juga rnenanarn tanarnan lain seperti kayu dan sayuran
pemerintah dan swasta telah didukung oleh teknologi dan teh merupakan
tanarnan utarna.
Jawa Barat rnerupakan salah sate sentra produksi teh di Indonesia. Luas
areal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari
hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003
Produsen teh di propinsi Jawa Barat juga terdiri dari PTPN, Swasta dan
petani teh rakyat. Berdasarkan luas arealnya, perkebunan teh rakyat menernpati
Perkembangan luas areal perkebunan teh rakyat di Propinsi Jawa Barat dapat
Tabel 2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di propinsi Jawa Barat (2001-
2003).
I I I I I
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)
peranan yang cukup penting bagi kegiatan perekonomian di propinsi Jawa Barat.
Akan tetapi, luasnya areal penanaman teh milik rakyat di propinsi Jawa Barat
tidak diikuti oleh tingginye nilai produksi teh di propinsi ini. Produksi teh menurut
kepernilikan di propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Produksi Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)
negara (PTPN) lebih besar daripada yang dihasilkan oleh perkebunan teh rakyat.
sebesar 0,95 persen dengan volume produksi seperti yang terdapat dalarn Tabel
3 dan luas areal seperti yang terdapat dalarn Tabel 2. Sedangkan produktivitas
teh perkebunan rnilik negara adalah sebesar 1.91 psrsen dan produktivitas teh
dilakukan oleh petani yang bersangkutan. Tingginya produksi teh yang dihasilkan
oleh perkebunan teh milik negara dikarenakan kegiatan produksi yang dilakukan
oleh perkebunan milik negara sudah baik, demikian halnya dengan kegiatan
ditilnjang oleh fasilitas pengolahan dalarn kebun. Sebaliknya, produksi teh yang
Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12
hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat
yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar. Berdasarkan status
kepernilikannya, luas areal perkebunan teh rnilik rakyat lebih besar jika
dibandingkan dengan perkebunan teh rnilik swasta rflaupun perkebunan teh rnilik
pernerintah. Akan tetapi, produksi teh yang dihasilkan oleh per'lebunan rnilik
sv~asta dan pernerintah. Luas areal dan produksi tanaman teh rnenurut
adalah Kecarnatan Sukanagara. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh
terbesar kedua setelah Kecamatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada
tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar
3.070 ton pada tahun yang sama. Luas areal perkebunan, produksi dan
Sukanagara rnenernpati uru!an keempat yaitu sebesar 0,861 ton per hektar pada
tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang
rendah dan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah
dilaksanakan sendiri oleh petani peserta beserta keluarganya. Untuk itu, sejak
awal petani diarahkan untuk kerjasama antar petani dalam satu wadah kelompok
tani. Pernbentukan kelornpok tani bukan saja dirnaksudkan sebagai wahana
proses belajar rnengajar tetapi juga sebagai kelornpok usaha bersama yang lebih
Barat yang dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993 juga rnelioatkan para
Pada tahun 2001, salah satu ketua kelornpok tani yang terdapat di Desa
Pada urnumnya petani memiliki motivasi berkebun yang tinggi. Hal ini
juga didukung oleh adanya pengalarnan dalarn berkebun. Akan tetapi pada sisi
lain, para petani berada pada posisi tawar (barqainnin~position) yang lernah
terutarna dalarn ha1 rnenentuksn harga. Dultungan yang relah diberikan oleh
rakyat. Akan tetapi hzl itu rnasil~belurn diikuti oleh peningkatan prcduktivitas dan
kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang
rnernbiarkan lahan tehnya begitu saja dan beralih ke uszha yang lain.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, rnaka perrnasalahan yang
Kecamatan Sukanagara?
i<ec?rnatan Sukanagara?
Kecarnatan Sukanagara.
daerah tersebut.
pihak yang terkait dengan usaha perkebunan rakyat khususnya yang terdapat di
rnengikuti perkuliahan.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Jawa Barat. Penelitian ini dibatasi hanya pada perkebunan teh rnilik rakyat yang
tidak sernua petani toh rakyat Sukanagara rnerlgikuti program PPBPR rnaka
spesifik. Demikian halnya dengan kelornpok tani, tidak sernua petani rnenjadi
Tahun tanarn tanarnan teh rakyat yang terdapat dalarn penelitian ini
berbeda-beda rnulai tahun 1993 sampai dengan 1998. Dengan dernikian analisis
terhadap produktivitas teh dilakukan pada setiap tanarnan teh dengan tahun
tanarn yang berbeda-beda. Analisis akan dilakukan secara urnurn (per tahun)
dan spesifik (per bulan) untuk rnengetahui kondisi umum produksi teh dan harga
pucuk teh yang terjadi selama periode tahun 2002 sarnpai dengan 2003.
tingkat harga teh yang berlaku pada saat penelitian ini dilakukan. Demikian
Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenali di Cina. Bahkar? sejak abad ke-4 telak
pada tahun 1610 M dan rnenjadi rninurnan populer di lnggris sejak 1664 M
(Ghani, 2002).
Tanaman teh rnasuk pertarna kali ke lndonesia pada tahun 1684, berupa
biji ten dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernarna Andreas Cleyer.
dan ditanam sebagai tanarnan hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang
pendeta bernarna F. Valentijn rnengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda
yang berasal dari Cina, turnbuh di Tarnan lstana Gubernur Jenderal Carnphuys,
di Jakarta.
Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanarn di Kebun
Raya Bogor, pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.
Tanarnan teh juga berhasil ditanarn dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa
lsidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk rnembuka landasan
bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut
terdzpat sekitar 180 hektar tanarnan teh dengan produksi sekitar 8000 kilogram
teh kering.
surut. Hal itu berkaitan dengan perkernbangan situasi pasar dunia rnaupun
dan lnggris yang selanjutnya dilakukan usaha rehabilitasi oleh pemerintah secara
bertahap.
1. Akar
Secara urnurn tanarn teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik
tanah, dan cukup sulit untuk dapat rnenernbus lapisan tanah. Kebanyakan perdu
2. Daun
Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daunnya
bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar
berarnbut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan
3. Bunga
Daun bunga (Pepal) berjurnlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus
berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan
atas. Putik berambut 3 sampai 5 helai. Hanya sekitar 2 persen dari seluruh
bunga pada sebuah pohon, berhasil rnernbentuk biji. Penyerbukan buatan
4. Buah
Buah yang rnasih muda rnemiliki warna hijau. Awalnya mengkilat, tetapi
semakin tua bertarnbah sorarn dan kasar. Bijinya berwarna coklat beruang tiga.
berkulit tipis disatu sisi dan datar di sisi lain. Biji rnengandung rninyak dengan
secara perkebunan. Hasil dari tanarnan teh ini berupa ranting muda dengan
daun-daunnya yang disebut pucuk. Dari pucuk inilah yang selanjutnya diolah
rnanjadi teh yang dipetik dengan selang 7 sampai 14 ha:i tergantung dari
Tanaman ini dapat turnbuh subur pada daerah-daerah dengan ketinggian 200
sampai 2030 meter di atas permukaan itidt. Di pegunungan Assarn, teh ditanam
pada ketinggian lebih dari 2000 m apl. Namun, perkebunan teh urnumnya
tumbuh subur di detaran renciah, tanarnan teh tidak akan menberikan hasil
dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman maka semakin tinggi
mutunya (Ghani, 2002). Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengarut~
= Curah hujan
Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh tanaman reh adalah 20013
sampai 2.500 milirneter, dengan jurnlah hujan pada rnusirn kemarau tidak kurang
dari 100 rnilirneter. Curah hujan yang kurang dari batas minimum tersebut akan
Suhu Udara
Suhu udara yang baik untuk tanarnan teh adalah berkisar 13OC - 25'C,
yang diikuti oleh cahaya rnatahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada
= Tinggi Ternpat
Ada korelasi kuat antara ;inggi ternpat (elevasf) dengan suhu. Sernakin
sarnpai 1.200 meter dari perrnukaan laut (dpl). Dengan dernikian daerah
penanarnan teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian ternpat
yaitu:
a. Daerah dataran rendah : 400 - 800 rn dpl dengan suhu rnencapai 23'C
sarnpai 24OC.
b. Daerah dataran sedang : 800 - 1.200 rn dpl dengan suhu rnencapai 21%
sarnpai 24OC
c. Daerah dataran tinggi : Di atas 1.2@0rn dpl dengan suhu rnencapai 18'C
sarnpai i 9 " ~
Perkebunan teh yang terletak di atas 1500 meter dpl sering rnengalami
kerusakan karena terjadinya ernbun beku (night frost) pada bulan kering di
musim kemarau. Untuk mengurangi intensitas rnatahari diperlukan tanaman
Sinar matahari
sangat membantu terhadap perturnbuhan tanarnan teh. Akan tetapi apabila suhu
= Angin
Pada umurnnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara
panas dan kering. Selain angin dapat mempengaruhi pada kelembaban, angin
2.3.2. Tanah
Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman leh adaiah
tanah yang cukup subur dengan bahan kandungan organik cukup, tidak
bercadas dan rnempunyai derajat keasarnan (pH) antara 4.5 sarnpai 6,O.
4,5 - 6,0.Tanah harus memiliki tiga unsur hara pentiny dalam tanah yaitu N: P
dan makro. Unsur hara mikro yang terkandung dalam abu daun teh adalah Fe,
Mn, 6,Zn serta CI. Adapun unsur hara rnakro yang terkandung adalah Kalium,
fosfor, kapur, magnesium, dan belerang. Baik unsur hara mikro rnaupun rnakro
terjangkit harna selarna dua tahun atau rnenggunakan anti harna Nernagon atau
akar rnernbusuk.
rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang terjangkit harna selarna dua tahun,
unsur hara.
berupa furnigasi tanah yang akan digunakan untuk rnengisi kantong plastikl
polibag dengan rnetil brornida (250 gl;n3) atau dengan Nernagon 60 EC. Gejala :
rnernbakarnya hingga habis. Gejala : terdapat lubang zntara batang dan daun.
(c) Harna perusak biji teh seperti kepik biji. Pengendaliannya dilakukan secara
(d) Harna perusak daun seperti ulat penggulung pucuk. Pengendalian harna ini
dilakukan dengan tiga cara yaitu : (i) Cara rnekanis, daun yang terserang dipetik
dan dibcang jauh atau dibaksr. (ii) Cara hayati, dengan cara rnelestarikan
beberapa rnusuh alarni ulat penggulung. (iii) Cara kirniawi, yaitu dengan
dilakukan dengan dua cara yaitu : (i) Kultur teknis berupa upaya pengendalian
lingkungan hidup atau iklirn kebun teh sehingga penyakit tidak berkernbang
petik atau rnenanarn klon teh yang tahan terhadap cacar. (ii) Cara kirniawi.
Cobox, Baycor 250 EC, Bitertanol 30% dan lain-lain. Gejala yang ditirnbulkan
pada tanarnan yang terserang terdapat bintik-bintik yang awalnya berukuran kecil
ternbus cahaya berdiarneter 0,25 rnrn. Selanjutnya tirnbul bercak dengan pusat
tidak bewarna dan dibatasi oleh cincin berwarna hijau, kernudian bercak
1. Teh Hitarn
proses ferrnentasi. Teh hitarn sendiri terdiri dari dira jenis yaitu teh Orthodox dan
Teh Orthodox adalah teh hitarn yang diolah rnelalui proses pelayuan sekitar
sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Sedangkan teh CTC (Cutting, Tearing, dan
Curling) adalah teh yang diolah rnelalui proses perajangan, penyobekan, dan
Teh hijau rnerupakan jenis teh yang diolah tanpa rnelalui proses ferrnentasi.
teh. Teh irii dikclornpokkan rnenjadi tiga jenis yaitu teh hijau (murni), teh oolong
Teh Hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan selarna sekitar
berbentuk teh jadi. Teh oolong adalah teh yang diolah rnelalui semi pelayuan
selama sekitar enam sampai sernbilan jam, selanjutnya diproses seperti teh
hijau. Sedangkan teh Gunga adalah jenis teh oolong yang diberi aroma tertentu
Berikut ini disajikan data rnengenai perbedaan karakteristik teh hijau dan teh
Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan
(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea taster)
indera penglihatan, penciuman, dati perasa. Parameter lain seperti kadar air dan
pernetikan. Jenis petikan juga disebut sistern petikan. Menurut Pusat Penelitian
1. Petikan halus, apabila pucuk teh yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
(p) dengan satu daun, atau pucuic burung (b) dengan satu daun muda
2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua,
atau tiga daun rnuda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+lm, b+3m.
3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan ernpat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun
dengan komposisi minimal 70 d/o pucdk medium, maksimal 10 % pucuk habus dan
20 % pucuk kasar.
rnemiliki perkernbangan baik dalam segi harga matipun dari segi pemasarannya,
Hasil-hasil penelitian terhadap komoditas teh yang telah dilakukan selarna ini
diketahui ada beberapa saluran tataniaga teh di wilayah penelitian, (a) saluran
dari petani rnelalui Unit Cisaha Perkebunan Teh (UUPT) dijual ke perusahaan inti,
(b) saluran dari petani plasma dengan rnelalui bandar di jual ke pabrik-pabrik
pengolah teh non inti dan (c) saluran dari petani yang tergabung dalarn suatu
teh hitam. Dari ketiga saluran keuntungan yang diperoleh petani masing-masing
adalah 78,4 rupiah, 79,l rupiah dan 85,l rupiah per kilogram pucuk teh. Secara
tataniaga teh hitarn lebih besar daripada margin keuntungan yang diperoleh
tersebut diketahi bahwa 40 persen teh di Indonesia diusahakan oleh rakyat baik
dengan sistsrn PIR maupun Non-PIR. Bila dilihat dari keragaan kebun,
perkebunan teh milik petani plasma (PIR) jauh lebih baik dibandingkan dengan
kebun milik petani tradisional. !ial ini disebabkan karena pengelolaan usahatani
pola PIE jauh lebih baik, baik dalam penggunaan tsknologi, sapiodi, tenaga kerja
rnaupun pasca panennya. Keadaan ini rnenghasilkan mutu pucuk teh yang lebih
baik. Rantai pernasaran teh clrkup psndek, hanya rnelibatkan tiga lembaga
pemasaran yaitu petani, psdagang pengurnpul tingkat desa dan pedagang besar
ekspor teh dipengaruhi oleh harga ekspor teh, nilai tukar, harga kopi, pendapatan
penduduk dan jumlah penduduk. Ada tiga usaha yang perlu diperhatikan dalam
rangka peningkatan ekspor teh yaitu perbaikan mutu teh, promosl yang lebih
dan Penentuan saat Optimum Pernangkasan Tanaman Teh (Studi Kasus Kebun
1. Produksi teh basah berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering. Hal
ini disebabkan kaiena pucuk teh merupakan bahan baku pada produksi
teh kering.
2. Kandungan air pada pucuk basah dan jenis petikan juga berpengaruh
3. Harga teh berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering pada a = 0,05
teh kering rata-rata yang lebih kecil. Keadaan ini disebabkan perusahaan
pengolahan seperti biaya listrik dan bahan bakar, karena pucuk teh tidak
tetap dilakukan.
akan berkurang.
Ganda (2004) rnelakukan penelitian untuk mengetahui optirnalisasi
produksi teh (Camelia sinensis L.) dengan studi kasus di pabrik pengolahan teh
dan tidak melakukan penjualan teh antar kebun seinduk dalam bentuk teh
faktor pernbatas utarna yaitu sumberdaya jam kerja rnesin DIBN I dan
melakukan penjualan antar kebun seinduk dalarn bentuk bahan baku teh
kerja pada bulan Januari, Mei dan Oktober tahun 2003. Upaya ini dibahas
pasca optimalitas 1.
perkebunan teh yang telah ada selarna ini. Kondisi usaha perkebunan seperti
perkebunan teh yang ada di Indonesia yaitu petani teh rakyat, pernerintah dan
swasta.
Herlina (2002) rnelakukan penelitian rnengenai Orientasi Nilai Kerja
garnbaran tentang tenaga kerja keluarga petani perkebunan teh yang berdarnpak
pada peritebgnan teh itu sendiri. Penelitian hanya dilakukan di satu desa yaitu
Sukajernbar.
penelitian rnengenai tanaman teh dan kondisi perkebunan teh sudah banyak
Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini bertambah, sektor lain
juga akan ikut bertambah. Baik buruknya kearlaan sektor ini akan berdampak
tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
sekumpulan orang. Dalam ha1 ini usahatani mencakup pengertian mulai dari
bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan keluarga sampai pada bentuk
produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan, dengan tujuan
pengadaan input, faktor pengadaan modal, faktor teknologi budidaya, faktor pola
saja, tetapi dapat juga diperoleh dari rnenjual unsur-unsur produksi, rnenyewakan
teknik budidaya yang rneliputi varietas yang digcnakan, pola tanarn, penyiangan
tenaga kerja
adalah modal. rvlodal dalam suatu usahatani digunakan untuk rnernbeli sarana
berupa uang tunai yang dirniliki petani atau uang pinjaman. Modal ini merupakan
unsur produksi yang diturunkan dari hasil perpaduan dari lahan dan tenaga kerja.
Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasjo irnbangan penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan (RIC rasio). RIC rasio rnenunjukan berapa penerimaan
yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses
produksi.
dari suaiu kegiatan usahatani dan keadaan yang akan datang dari suatu
Garnbar 1. K U N ~
Biaya Variabel, Biaye Rata-Pata dan Biaya Marjinal
keuntungan rnaksirnal yaitu biaya rnarjinal sarna dengan harga pasar, untuk
petani B hanya dapat rnenutupi oiaya variabelnya saja tetapi usahanya rnasih
bisa dilanjutkan atsu dipertahankan. Adapun untuk petani C tidak dapat rnenutupi
Dari Garnbar 2 dapat dijelaskan bahwa petani yang berada pada titik
harus rnernperluas ska!a usahznya, pettni yang berada pada titik skala 5 output
dan titik skala usaha 3 output Q3 melebihi ~errnintaanyang ada rnerupakan titik
Pada usahatani perkebilnan teh rakyat yang berskala kzci! dari segi
produksi rnisalnya hasil petik yang diperoleh untuk dijual belurn dapat rnenutupi
biaya bahan baku dan operasional yang diperllitungkar,, ditambah lagi teknologi
pengolahan pasca panen yang tidak dimiliki rnenempatkan petani rakyat berada
pada bargaining power yang lernah dalarn ha1 penentuan harga. Lain halnya
produksi dan kualitas hasil panen pun terjaga dengan baik. Selain itu teknologi
tertentu
nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga
sesuatu produk daiam satu periode produksi. Biaya usahatani meliputi biaya
untuk sarana produksi yang habis terpakai, sewa lahan, biaya alat-alat proc;uksi
Efisiensi usahatani dapat dilihat dari nilai RIC rasio dan B/C rasio. RIC
Menurut Mulyadi dalani Winda (2001) ukuran yang sering dipakai untuk
menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalan laba yang diperoleh oleh
perusahaan tersebut. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1)
faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memegang peranan penting
perusahaan beroperasi pada skala usaha yang rasional pada fungsi produksi.
3.3. Sistern Pemasaran
kornoditas dari produsen (farm gate) kepada konsumen akhir (Saefuddin, 1983).
kegiatzn yang produk!if karma dapat nlenghasilkan kegurtaan rempat, waktu dan
rnerupakan suatu tempat atau ruang lingkup dimaoa : (1) Kekuatan dari
permintaan dan penawaran dapat bekerja, (2) Menentultan atau merubah harga.
(3) Pernilikan sejurnlah barang atau jasa dapat dialihkan, dan (4) Kernungkinan
milik dan fisik dari hasil pertaniail dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan
bersifat produktif karena mernberi nilai tarnbah dari kegunaan suatu barang.
5) Faktor waktu.
Dengan dernikian pasar memiliki arti ekonomis yaitu adanya manfaat bagi
rnernberikan balas jasa yang seirnbang kepada sernua pihak yang terlibat yaitu
petani sebagai produsen, pedagang perantara dan konsurnen akhir serta marnpu
rnenyarnpaikan hasil usaha tani tersebut kepada konsurnen dengan biaya yang
Struktur Dasar berkaitan dengan dirnensi fisik yang terlibat seperti jurnlah
penjual dan pernbeli, kondisi dan diferensiasi produk serta kondisi rnasuk pasar.
Struktur pasar ideal yang dihadapi setiap pelaku usaha adalah pasar
persaingan sernpurna dirnana setiap orang bebas keluar rnasuk pasar tanpa ada
harnbatan yang besar dan setiap penjual rnaupun pernbeli rnengerti akan produk
yang dipasarkan. lnforrnasi pasar akan barzng yang dibutuhkan dapat dengan
Dr
Derived Demand
> Q
Garnbar 3. K U N ~
Pasar Persaingan Sempurna
Sumber: Lipsey, 1995
(demand) dan kurva penawaran (supp(y). Pada tingkat petani (farme0 harga
yang terjadi akibat adanya perpotongan antara kurva derived demand dan k u ~ a
supply yaitu sebesar harga di tingkat petani itu sendiri (price farmer). Baik petani
rnengetahui berapa perrnintaan, harga dan inforrnasi yang berkaitan produk ini.
Maka antar petani dan pengurnpul dapat langsung bertransaksi karena rnasin~.
Terjadi peningkatan harga pada tingkat pelaku pssar yang lebit? tingyi
seperti pada pedagang pengurnpul dan pedagang retail. Harga yang terjadi
pada tingkat tersebut rnerupakan perpotongan antar kurva perrnintaan retail dan
k u ~ derived
a supply. Selisih antar pedagang retail pada tingkat produksi sarna
sernpurna yaitu pasar persaingan tidak sernpurna, suatu kondisi dirnana petan~
lagi bisa ditentukan sepenuhnya oleh tingkat supply - demand seperti pada
pernbeli pada suatu saat dan kondisi tertentu. Hal itu berarti pernbeli rnernpunyai
kekuatan untuk rnenekan petani. Kondisl tersebut dapat terlihat pada garnbar 4
sistern agribisnis. Kegiatan ini terkait dengan penyarnpaian produk dari tangan
produsen ke pedagang pengurnpul yang daiarn ha1 ini belum rnenjadi konsurnen
akhir. Perarian petani pada urnurnnya hanya sampai pada saat produk dijual atau
hak rnilik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang
bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan
dan perorangan yang rnengarnbil alih hak, atau rnernbantu dalam pengalihan hak
atas barang atau jasa tertentu selarna barang atau jasa tersebut berpindah dari
konsurnen.
itu rnerupakan pola umum yang terjadi di Indonesia. Suatu daerah bisa saja
memiliki pola saluran pemasaran tersendiri yang berbeda dengan pola tersebut.
Tengkulak Pedagang
Pabrikl
besar I
Petani eksportir
Produsen
Koperasi IKUD
Pengecer Konsumen
- akhir
dan pabrik pada lokasi yang tepat dapat rnenekan biaya transportasi maupun
Agar tujuan tersebut bisa tercapai rnaka salah satu kegiatan yang harus
produksi agar barang-barang tersebut dapat diterima pada saat dan jumlah yang
tepat. Karena efisiensi dan efektivitas menjadi landasan gerak pelaku usaha
maka kegiatan penyaluran barang tersebut juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efisiensi kegiatan
distribusi tersebut adalah biaya. Oleh karena itu, persoalar pokok yang dihadapi
suatu jumlah barang atau orang dari sebuah lokasi ke pelbagai lokasi yang dituju
agar pengoperasian sistem efisien dalam ukuran waktu a:au biaya yang
minimum maupun laba atau manfaat maksimum untuk suatu masukan tertentu.
Bagi para petani rakyat, biaya distribusi seringkali menjadi faktor penting
yang menjadi pertimbangan dalam menjual hasil taninya. Di samping itu petani
tani yang diproduksinya. Di lain sisi, produk pertanian memiliki sifat perishable
perkebunan teh rakyat. Pucuk teh yang dihasilkan oleh petani teh rakyat dibeli
tidak sernua petani teh rakyat menjual pucuk tehnya secara langsung ke pabrik
lokasi perkebunan teh rnilik rakyat sangat mernbantu pe:ani dalarr: penjua!an
hasil pucuknya.
Fungsi dari pabrik pengolahan teh adalah rnengolah pucuk teh basah
menjadi teh kering yang selanjutnya akan diolah kernbali rnenjadi berbagai
macarn jenis teh yang siap dikonsurnsi. Perkebunan rnilik rakyat dan perkebunzn
besar milik swasta pada urnurnnya memiliki pabrik pengolahan teh. Teh yang
diolah berasal dari perkebunan teh yang dimiliki. Akan tetapi kedua pabrik
pengolahan teh tersebut jugs membeli Pucuk teh dari perkebunan rakyat untuk
bahkan rnejalin kemitraan dengan para petani ieh setempat. Hal ini dilakukan
I Analisis I
I
4 C
Analisis Saluran
Usahatani Pemasaran
tersebut rnerupakan salah satu sentra produksi tanarnan teh di propinsi Jawa
Barat. Pengurnpulan data ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2003.
Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini rneliputi data primer dan data
petani teh rakyat, pernilik pabrik pengolahan, dan petugas dinas terkait seperti
lernbaga atau instansi pernerintah yang terkait seperti Biro Pusat Statistik, Dinas
studi literatur.
Data prcduksi teh rakyat yang digunakan dalarn penelitian ini diperoieh
pengurnpulan hasil, jurnlah pahrik pengo!ahan teh yang rnasih beroperasi dan
jurnlah keseluiuhannya diperoleh dari wawancara dengan pihak UPP serta data
tanarnan sarnpingan yang biasa di tanarn, seita peodapatan asahatani tiap bulan
rnaka dilakukan wawancara dengan para petani yang terdapat pada lokasi
penelitian. Untuk rnernperoleh data rnengenai kelornpok tani dan gabungan
wawancara dengan ketha kelornpok tani sekaligus ketua Asosiasi Teh Indonesia
di Kecamatan Sukanagara.
1. Editing
Kegiatan editing ini rneliputi penulisan data dan inforrnasi yang diperoleh
2. Tabulasi
Kegiatan ini rneliputi kegiatan rnerurnuskan data dan inforrnasi yang diperoleh
data.
3. lnterpretasi
penelitian. Kegiatan ini juga bertujuan uniuk rnancdri arti yang lebih luas dari
Pendapatan usaha tani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas Diaya
tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah
sebagai biaya. Adapun kondisi yang terjadi di seluruh kegiatan pertanian teh
hanya atas dasar biaya tunai. Adapun pendapatan usaha dapat dirumuskan
Y = NP- B T - BD (I)
dengan total biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1986):
Dimana:
biaya tuvai dan biaya diperhitungkan (nilai input keluarga yang dipakai dalarn
besar dari satu, sernakin besar nilai R/C rasio rnaka sernakin besar pula
pertanian sangat bewariasi baik dalarn penyaluran satu jenis kornoditi rnaupun
Selisih harga di satu titik rantai pernasaran dengan harga di titik lainnya
diharapkan dapat diperoleh. Marjin ketlntungan atau disebut juga dengan rnarjin
Mi = Ci + Tri
Pi - Pi., = Ci + lT
Sehingga:
diterirna petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Dari farmers
share dapat terlihat apakah pemasaran tersebut memberikan balas jasa yang
Fs=(Pf/Pc)x100%
dirnana :
Barat, dengan jarak sekitar 65 Km dari lbu Kota Propinsi Jawa Barat (Bandung)
dan 120 Km dari lbu Kota Negara (Jakarta), dan terletak diantara 6 derajat 21
detik Lintang Selatan - 7 derajat 25 detik Lintang Selatan dan 106 derajat 42
tanah sawah 61.771 hektar dan luas lahan darat 288.377 hektar (Lampiran 1).
ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut dan terendah sekitar tujuh
Kabupaten adalah 60 Krn dan jarak wilayah ke lbu Kota Propinsi adalah 120 Krn.
Wilayah ini memiliki aksesibilitas jalan yang baik dan dapai dilalui dengan
kendaraan roda ernpat dari ibukota propinsi selama tiga jarti dan dua jam dari
ibukota kabupaten.
Selain tanarnaa teh, jenis tanarnan lain yang terdapat di wilayah ini
sarnping itu juga terdapat tanarnan palawija dan sayur-sayuran. Tanaman padi
yang terdzipat di daerah ini memiliki proporsi antara 0,2 sarnpai 3,6 persen dari
luas keseluruhan.
Jayagiri. Letak pusat kotanya tepat di pertigaan jalan Cianjur, Pagelaran dan
45.105 jiwa dengan jumlah perernpuan adalan 22.457 jiwa dan laki-laki adalah
pertanian, peternakan, dan perikanan. Dari sub sektor pertanian tersebut, sub
lahan, bekerja scbagai buruh tani yang dibayar harian. Larnanya jam kerja antara
lima sampai 6 jam yaitu rnulai pukul 7 pagi sarnpai dengan pukul 12 atau pukul 1
siang. Upah yang diterirna dari bekerja sebagai buruh tani berkisar antara
juga bekerja di perkebunan teh rnilik pernerintah atau swasta sebagai pernetik
teh yang letaknya tidak jauh dari wilayah ternpat tinggal rnereka. Di saniping
bekerja sebagai pernetik teh, tidak sedikit para wanita yang terdapat di wilayah
atau pasar pada urnurnnya lebih tertarik untuk berdagang di pasar atau beternak
daripada rnengusahakan kebun tehnya. Kebun teh yang dirniliki dikelola oleh
buruh tani mulai dari pemeliharaan kebun sampai dengan pengangkutan ke
Sukit, karena banyak yang membangun rumah di atas tanah yang sekaligus
menjadi lahar! garapan. Dalam luasan kecil antara satu rumah dengan rumah
yang lain juga terdapat tanaman teh. Bentuk perurnahan didorninasi oleh bentuk
rumah psnggung, walaupun dalarn jurnlah kecil ada yang sudah bentuk
sangat taat. Kegiatan keagamaan didukuny oleh beberapa rurnah ibadah dan
Sarnpai dengan tahun 2003 telah terdapat 108 bangunan rnesjid, 343
tersebar di ssluruh desa. Berikut in1 disajikan data mengenai sarana peribadatan
bahwa pendidikan berpengaruh besar dalarn cara berpikir, cara bersikap, dan
tahap paiing akhir dari pelajaran yang diperoleh seseorang melalui lernbaga
dan tidak sedikit rnasyarakatnya yapg sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) terdapat di Desa Ciguha, Desa Sukakarya dan
Desa Sukamekar. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Negeri baru ada di
pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Kendala lain yang umumnya dihadapi
dengan tahun 2003 telah terdapat delapan Madrasah Diniyah yang tersebar di
Desa Gunungsari. Madrasah lbtidaiyah terdapat di Desa Sukarame (3) dan Desa
Sukanagara.
dan jumlah penduduk terkecil terdapat pada kelompok umur 60 tahun ke atas
640,3 hektar yang tersebar di 10 Desa. Jenis tanah yang terdapat di wilayah
tahun dan rata-ratanya adalah 113 hari hujan per tahun. Bulan kering satu tahun
sama dengan tiga bulan (kurang dari 60 mrn). Curah hujan selarna lirna tahun
Curah hujan yang tinggi dan udara yang sangat dingin rnenyebabkan
wilayah ini kurang cocok untuk ditanarni padi dengan kualitas unggul rneskipun di
daerah ini juga terdapat areal persawahan yang cukup subur. Menurut
masyarakat, tanarnan padi unggul hanya baik pada fase pertumbuhan vegetatif,
tetapi kurang baik pada fase perturobuhan generatifnya. Setelah cukup umur.
sebagian besar bulir padi tidak berisi (gabuk). Oleh karena itu harnpir semua padi
yang ditanami adalah padi varietas lokal (dikenal dengan padi rebon) dengan
usia tanarn enam sarnpai dengan delapan bulan. Sistem usahatani padi belurn
Tabel 11. Data Curah Hujan Kecamatan Sukanagara dalam Satuan Milimeter
(1999 - 2003)
sangat cocok untuk ditanami tanarnan perkebunan seperti teh, kina dan kopi.
Akan tetapi yang menjadi tanaman unggulan adalah tanaman teh. Narnun selain
tanamar! teh, para petani juga menanam jenis tanarnan lainnya seperti talas dan
Tanarnan kayu yang telah ditebang senantiasa ditanam kembali untuk diperbaha
rui. Hasi! penjualan tanarnan kayu cukup dirasakan rnanfaatnya oleh petani
setempat sehingga dilakukan pergiliran tanarnan yang akan ditebang dan dijual.
BAB VI
HASlL DAN PEMBAHASAN
1.051 Kepala Keluarga (KK). Rata-rata setiap kepala keluarga merniliki kurang
lebih 0,6 hektar kebun teh. Luas perkebur~anteh meliputi 92 persen dari
keseluruhan luas lahan yang terdapat di daerah ini. Luasan ini sudah termasuk
dengan lahan perkebunar: teh yang dimiliki oleh pernerintah (PTPN VII) dan
Tanarnan ieh yang terdapat di lokasi penelitian yang berasal dari tahun tanam
sarnpai dengan 19%. Data tahun 2002 sampai dengari 2003 rnenunjukan bahwa
pada setiap tanaman teh rnulai tahun tanam 1992 sarnpai 1998, setiap bulannya
pemerintah terhadap usaha perkebunan teh rniiik rakyat. Proyek bantuan ini
dirnulai pada tahun 1992 dan dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan
Kesembilan desz tersebut yaitu : Cesa Gunung Sari, Desa Sukakarya, Desa
Sukanagara, Desa Ciguha dan Desa Jayagiri. Desa Sukararne pada saat itu
Perjailjian dibuat oleh kedua belah pihak yaitu petani dan lr. Ahmad S. Solihin
KB.73011072lPPBPR terdiri dari 14 pasal yang diperkuat oleh dua orang saksi
hibah dan dana pinjaman (kredit). Yang dimaksud dengan hibah adalah bantuan
yang diberikan secara cuma-cuma yang dimulai dari persiapan lahan sampai
(a) upah kerja persiapan lahan dan penanarnan. (b) pengadaan bahan tanaman
(bibit), bahan ajir, bahar~payar, dan tanaman penutup tanahltanaman sela, (c)
pengadaan alat-alat pertanian kecil untuk persiapan lahan dan penanaman, dan
biaya berupa pinjaman meliputi unsclr biaya : (a) upah kerja pemeliharaan kebun,
untul: bungs pinjaman sebesar 16 "/c harus sudah dibayai. mulai tahun ke satu.
tersebut. Sampai dengan tahun 2003, luas wilayah binaan PPBPR adalah
3.015,5 hektar dengan luas wilayah produktif 2.179,13 hektar. Produktivitas per
kelornpok tani terdiri dari 20 sarnpai 30 anggota kelornpok tani (kepala keluarga)
dan setiap kelornpok tani rnerniliki ketua kelornpok. Hingga tahun 2003, telah
terbatas hanya untuk petani yang menjadi binaan PPBPR. Luas wilayah
kelornpok tani sarnpai tahur: 2003 adalah 640,3 hektar dengan rata-rata
Tabel 13. Areal Tanarn dan Jurnlah Kepala Keluarga Peserta Petani Teh
Rakyat Unit Sukanagara, Tahun 2003
Kecarnatan Sukanagara juga banyak petani yang tidak tergabung dalarn proyek
sebagian besar dikelo!a oleh buruh tani yang rnerniliki kernarnpuan berkebun
tetapi tidak rnerniliki lahan sendiri. Pada tahun 2003, jurnlah buruh tani lepas
yang terdapat di wilayah ini adalah 7.532 orang atau 17,2 persen dari
Buruh tani urnurnnya bekerja rnulai dari pukul 8 pagi sarnpai dengan pukul 12
pernetikan dibedakan atas petikan halus, sedang, kasar dan burung. Petikan
halus yaitu dua daun dan satu pucuk (P+2) akan rneningkatkan rnutu teh yang
dihasilkan. Diperlukan waktu tiga hingga lirna tahun sebelurn perkebunan teh
kasar. Belum semua petani rnelakukan pemetikan dengan tipe p+3 atau p+2.
pernetikan pucsk tehnya karena rendahnya harga pucuk yacg berlaku pada saat
itu.
merupakan total nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jurnlah fisik
output dengan harga yang terjadi. Pengeluaran atau biaya adalah sernua
6.3.1. Penerirnaan
J Fe
b
Mar w Mei Ju
&la"
Jul 4" Sep Okl Nov ~ e s
I
Gambar 7. Perkembangan Produksi Pucuk Teh Rakyat Setiap Bulan (2002-2003).
tahun (2002-2003) adalah sehesar 675,84 dan 603,98 kilogram per hektar per
buan (Tabel 14). Data tersebut merupakan angka rata-rata dari data setiap bulan
Tabel 14. Produksi Rata-Rata, Harga Rata-Rata serta Penerimaan Kotor Rata-
rata Pucuk Teh Kecarnatan Sukanayara (2002-2903)
teh rakyat pada tahun 2003 lebih rendah dibandingkan dengan tahun
adalah :
obat-obatan.
2. Tingginya biaya produksi tidak diikuti oleh harga jual pucuk teh yang
sesuai.
(Gambar 8).
Harga pucuk teh sangat targantung dari kualitas pucuk teh yang
dihasilkan. Di samping itu, tahun tanarn yang berbeda dapat rnenyebabkan harga
jual yang berbeda. Dengan dernikian penting sekali bagi pzra petani teh untuk
jaa feb mar apr mei jun jul agr sep okt nov des
bulan
Dari Gambar 8. terlihat bahwa harga pucuk teh terendah terjadi pada
bulan Februari tahun 2002 dirnana harga pucuk teh per kilogram adalah kurang
dari Rp 400. Sedangkan harga pucuk teh tertinggi selama periode tahun 2002-
2003 adalah Rp 653. Haiga teisebut terjadi pada bulan Juli, Agustus, November
Harga pucuk teh yang rendah umurnnya tejadi pada bulan-bulan kering.
Harga rata-rata pucuk teh pada tahun 2002 adalah sabesar Rp 575.96.
Sedangkan harga rata-rata pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 616,25. Hal ini
berarti harga rata-rata pucuk teh pada tahun 2003 mengalami peningkatan
dengan harga jual produk. Penerimaan rata-rata petani teh rakyat di Kecarnatan
Sukanagara pada tahun 2002 adalah sebesar Rp 389.607 per bulan. Seciangkan
penerimaan rata-rata pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 375.045 per bulan.
Hal ini berarti penerimaan rata-rata usahatani teh rakyat mengalami penurunan.
6.3.2. Pengeluaran
perkebunan teh adalah : (1) Upah yang rneliputi upah pembersihan dan
pernupukan, dan (2) Sarana produksi pertanian yang meliputi pembelian pupuk
berbeda. Besarnya komoonen biaya yang dikeluarkan oleh para petani teh setiap
bulan disajikan pada Tabel 15. Harga yang digunakan adalah harga yang terjadi
Jumlah
Uraian Satuan Volume
Biaya Tunai
Tenaaa keria luar
Biaya Diperhitungkan
digunakan adalah lahan milik sendiri yang telah disertifikatkan. Kedua, tensga
Apabila dalarn satu rurnah terdspat kepala keluarga dan istri, biasanya
anak-anak mereka pergi keluar kota untuk bekerja, sekolah atau ke luar
negeri rnenjadi TKI. Kalaupun anak rnereka tidak keluar kota biasanya
Apabila istri sudah rneninggai dunia biasanya saiah satu oran$ dari anak
Suatu kondisi dirnana istri rneninggal dunia dan anak-anaknya tidak dapat
baik dari pihak istri atau suarni (kepala keluarga) biasanya rnernbantu
rnengelola.
Apabila kepala kelcarga yang rneninggal dunia, rnaka kebun teh biasanya
yang digunakan oleh petani yaitu Rp 1.050 per kilogram. Upah bersih tenaga
10.000 dirnulai pukul 08.00 sarnpai 12.00 wib. Sedangkan upah untuk perbletikan
Rp 200 per kilogram dan upah angkut sebesar Rp 53 per kilogram rnulai dari
itepada petani.
Berdasarkan Tabel 15. biaya tunai rata-rata petani teh rakyat Kecarnatan
Sukanagara per hektar per bulan ~intuktahun 2003 adalah sebesar Rp 351.883.
usahatani rnenjadi tinggi. Upah buruh tani yang terdiri dari pernbersihan,
adalah sebesar Rp 52.500 per bulan. Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh para
Biaya tunai
Biaya tunai yang terdiri dari biaya pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja
untuk perkebunan teh. Jurnlah ideal rnenurut Yusuf lskandar (Penyuluh dan
ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Kabupaten Cianjur) adalah Rp 198.335 per
tertentu. Petani rnenggunakan pestisida bila tanarnan teh sudah rnulai terlihat
adanya gejala serangan harna atau penyakit saja. Tetapi rata-rata petani teh
rakyat dalarn waktu tiga bulan rnenggunakan pestisida satu kali sebesar
Rp 29.000,-
areal perkebunan dari tanarnan pengganggu atau gulrna dilakukan setiap bulan
sekali. Gulrna seperti tanarnan liar, dan rurnput dapat rnengganggu terhadap
perturnbuhan tanarnan teh. Untuk pernbersihan dilakukan oleh 8 hari orang kerja
(HOK) dan 2 HOK lainnya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Sehingga biaya
tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 80.000 per bulan. Kegiatan ini terrnasuk
Pernupukan yang dilakukan sebanyak 1 kali dalarn tiga bulan ini rnernerlukan
Penirnbangan hasil petik dilakukan di kebun oleh pernilik kebun. Hasil petik yang
tanarnan teh dapat berkernbang hingga rnencapai ketinggian 14 meter atau lebih
yang dilakukan 3 tahun sekali harus dilakukan secara serernpak sesuai tahun
HOK.
= Biaya Diperhitungkan
kecarnatan sukanagara. Tenaga kerja keluarga yang biasanya terdiri dari dua
orang ini rnelakukan tugas pernbersihan dan pernupukan tanarnan. Tenaga kerja
tahun. Peralatan berdpa cangkul, arit, sprayer dan lain-lain akan habis rnasa
peralatan pedanian didasarkan pada harga yang berlaku saat penelitian dibagi
itu bernilai nol. Besarnya biaya rata-rata penyusutan peralatan adalah sebesar
~eranjang I I
3000 12 5 7.250
Barnbu
8 Parang 15.000 24 1 625
Jumlah 22.944
diperhitungkan dengan biaya tunai. Biaya total rata-rata per hektar yang
dikeluarkan oleh petani teh rakyat seperti terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukanagara
Per Hektar Per Bulan, 2003
Jurnlah Persentase
No Uraian
(RP) (%)
--
1 Biaya rata-rata tunai 351.883 88
Pada Tabel 17 terlihat bahwa biaya tunai rnerniliki jurnlah paling besar
sebesar Rp 49.610 atau 12 persen dari biaya rata-rata total sebesar Rp 401.493.
biaya yang harus ada saat itu dan akan habis pada saat itu juga lebih banyak
jalannya usahatani teh rakyat. Hal itu dikarenakan luas lahan yang digunskan
rata-rata usahatani teh rakyat Kecarnatan Sukanagara pada tahun 2002 adalah
sebesar Rp 389.607 per bulan dan pada tahun 2003 sebesar Rp 375.045 per
I
Volume
I
(RP
1
Tabel 18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecamatan
Sukanagara per bulan (2003).
Harga Jumlah
Har a R
375.045
Ket
RIC rasio terhadap biaya total yang didapatkan petani perkebunan teh
bahwa usahatani ini tidak layak untuk diteruskan. Sebab ha1 ini menunjukan
sebesar Rp 0,93.
RIC rasio terhadap biaya tunai sebesar 1,07 menunjukan bahwa setiap
sebesar Rp 1,07 dengan asumsi biaya diperhitungkan yang terdiri dari bisya
2. Saat pemetikan, teh yang dipetik tidak lagi mengikuti rurnus petik pucuk
bahkan lebih. Tindakan ini berpengaruh terhadap turunnya rnutu teh hasil
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) kelompok tani dan pabrik pengolahan teh.
(Garnbar 9).
, 1
Petani teh
I
160h=I
t
3 % = 24.375 ton
~ I +,
. ~ ~ ~
I
~
Struktur pasar pucuk teh yang terdapat di lokasi penelitian adalah struktur
banyak petani. Dernikian pula halnya dengan pasar yarig dihadapi oleh
yang seperti ini, tingkat harga yang terjadi ditentukan oleh pernbeli sehingga
rnenguntungkan pernbeli.
tersebut adalah:
rnenygunakan kendaraan pick up. Selain itu ada juga pedagang pengumpul yang
petani
Petani melakukan pemetikan selanjutnya ditimbang di kebun. Berat hasil
petik tersebut dikali Rp 200 per kilogram yang merupakan upah petik bagi
pekerja. Apabila lokasi kebun cukup jauh dari jalan besar maka pucuk t e i ~
tersebut dipikul dengan upah pikul Rp 50 per kilogram. Upah pikul tersebut
Sampai saat ini terdapat 15 pedagang pengumpul pucuk teh rakvat yang
yang berbeda-beda mulai dari 200 kg sampai dengan 2000 kg (2 ton) per hari
(Tabel 19).
Seperti yang terlihat pada Tabel 19., pedagang pengumpul yang terdapat
biasanya adalah yang paling dekat dengan lokasi pedagang pengurnpul. Akan
biasanya lebih rendah jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh
pabrik pengolahan teh. Akan tetapi, dengan rnenjual pucuk tehnya ke pedagang
pengurnpul maka petani rnernperoleh keuntungan berupa teknis dan non teknis.
Keuntungan teknis yaitu petani tidak perlu rnengantarkan hasil panennya sarnpai
angkut atau pikul Rp 50 per kilogram. Selain itu petani tidak perlu melakukan
survey dari pabrik ke pabrik untuk bernegosiasi dalarn rnenentukan harga jual
pucuk teh. Adapun keuntungan non teknisnya yaitu petani diberi keleluasaan
untuk mernperoleh pinjarnan uang untuk rnernbeli bahan saprotan dan untuk
hasil penjualan pucuk tehnya.Tidak jarang terdapat petani yang rnenjual pucuk
pucilk tehnya ke pabrik pengolahan ;eh. Petani yang rnertjual langsung ke pabrik
persen dari total produksi. Meskipun petani rnerniliki kebebasan untuk rnenjual
hasil panennya, akan tetapi pada urnurnnya pihak pabrik tidak rnenerirna pucuk
teh langsung dari petani, rnelainkan hanya dari pedagang pengurnpul atau TPH.
Alasannya karena pedagang pengumpul dan TPH marnpu mensupply dalam
kapasitas cukup besar. Alasan lain adalah karena adanya kesepakatan antara
pabrik dengan pedagang pengumpu! dan TPH untuk menerima pucuk teh hanya
dari rnereka. Selain itu pucuk teh yang diterima oleh pabrik biasanya tid3k
dibayar secara kontan. Biasanya lama tunggakan diatas satu bulan. Sehingga
dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan pabrik. Sampai saat ini
Tabel 20. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Pabrik Teh Hijau di Kecarnatan
Sukanagara, 2003
pengolahan juga berasal dari dua surnber yaitu teh milik sendiri dan teh milik
rakyat. Teh milik sendiri adalah teh yang ditanam oleh pemilik perkebunan teh
swasta. Disarnping mengolah teh rnilik sendiri, pabrik tersebut juga rnengolah ieh
rnilik rakyat yang dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan. Hal ini
permintaan pasar yang lebih besar daripada jumlah pucuk teh yang dirniliki.
harga yang terjadi antara pabrik pengolahan dengan petani tersebut dipengaruhi
oleh:
harga pucuk teh dari petani rakyat karena beberapa faktor tersebut. Sernentara
pucuk teh rnerupakan produk yang mudah rusak sehingga tidak bisa disirr~pan
tetapi dari sekian banyak kelornpok tani tersebut hanya satu kelornpok tani yang
masih berjaian yaitu Kelornpok Tani Karya Mukti di Desa Sukajernbar. Sehingga
pada tahun 2001 kelornpok tani ini perneh rnendapat penghargaan sebagai
kelornpok :ani terbaik se-Jawa Barat dalarn ha1 pengembalian kredit ke ADE
larnbat laun beberapa petani rnulai ada yang rnenjual tehnya ke pedagang
pengurnpul. Hal ini rnenjadikan volume teh yang dikurnpulkan oleh TPH rnenjadi
sedikit sehingga berpengaruh terhadap kekuatan tawar menawar harga dengan
pabrik.
menunjukan bahwa struktur pasar yang terjadi adalah struktur pasar oligopsoni.
(price taker). Meskipun petani rnerniliki kebebasan dalam rnenjual hasil panerxnya
kepada siapapun, akan tetapi pada kenyataannye banyak petani yang memiliki
keleluasaan untuk rnenjual hasil panennya kepada pihak lain. Petani seringkali
untuk rnenjual dan menentukan harga pucuk tehnya. Kondisi seperti itu akhirnya
merubah struktur yang dihadapi oleh petani menjadi struktiir pasar nonopsoni.
Pucuk teh yang dihasilkan petani teh rakyat bersifat hornogen. Asalkan
niemenuhi syarat petik yang dirninta oleh pihak pabrik, pucuk teh tidak dibedakan
ukuran maupun warnanya. Akan tetapi pada kondisi teitentu di saat pabrik
rnenjual hasil olahannya untuk pasar ekspor, pihak pabrik akan rnensortir dengan
cara analisis petikan dan analisis pucuk untuk rnenjaga kualitas teh yang
dihasilkan
= Analisis Petikan
pucuk atau rnerupakan rurnus petik yang dihasilkan dari pernetikan yang telah
sebanyak 1 kg
jenis e_ucuk.
Contoh, apabila dari sample diperoleh pengelornpokan sebagai berikut:
P+5
-- 0% b+4 - 0%
Jurnlah = 55% Jurniah = 45%
Total = 100 %
Dari contoh analisis tersebut diperoleh:
= Analisis Pucuk
tingkat kerusakannya. Dari seluruh hasil panen diambil 10 persen sebagai contoh
(sample) kemudian dilakukan pemisahan bagian yang tua dan yang muda,
Agar diperoleh teh dengan kualitas bermutu tinggi, maka dari analisis
pucuk ini diharapkan dapat diperoleh 70 % atau lebih bagian yang muda dengan
tingginya rnodal yang harus dikeluarkan oleh pesaing serta adanya hubungan
pendatang baru adalah modal investasi, bibit, dan saprotan karena berakhirnya
dikeluarkan untuk membeli secara tunai hasil panen dari petani meskipun pihak
pabrik mernbayar dalarn tempo, mernberikan pinjarnan (piutang) bagi petani,
serta kendaraan cperasional unruk rnengangkut pucuk teh dari petzni ke pabrik.
Selain itu pedagang pengumpul juga hams rnerniliki gudang untuk penyirnpanan
modal untuk pernbelian pucuk teh dari pedagang pengurnpul dalam kapasitas
sangat terbatas. Petani tidak rnengetahui harga yang diterirna oleh setiap
pengumpul dari setiap pabrik yang ada. Harga yang ieijadi dl tingkat pabrik dan
pengurnpul rnertita. Demikian juga denyan infcrrnasi jenis dar? kilalitas pucuk
yang diinginkan oleh pabrik tidak diketahui oleh petani terutarna petani yang
oleh konsilmen akhir dengan harga yang diteririia oleh petani teh rakyzt.
Penghitungan rnarjin pernasaran ini rneliputi biaya yang produksi , biaya angkut,
konversi antara teh basah dan teh kering dapat diukur dari perubahan berat
secara nyata, yaitu 4,5 kilogram teh basah rnenjadi 1 kilogram teh kering.
Dengan demikian perubahan berat dari teh basah menjadi teh kering ialah
sebesar 22,22 persen. Adapun harga rata-rata teh kering di tingkat petani adalah
sebesar Rp 10.530,- per kilogram. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 21
Tabel 21. Analisis Marjin Pemasaran Teh Perkebunan Rakyat per Kilogram di
Sukanagara, 2003
Petani
Uraian
i Jurnlah
J; ur 3
Persentase (%)
-
Biaya Produksi
Keuntungan
Harga Jual
Pedagang Pengumpul
Harga beli
Biaya
Keuntungan
Harga Jual
Pabrik Pengolahan
Harga beli
Biaya
Keuntungan
Harga Jual (pada konversi teh II
kering 22,22 %)
Jumlah:
Biaya
Keuntungan
pemasaran di setiap tingkatan. Analisis ini tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk
rnengetahui jalur pemasaran rnarla yang baik. Marjin pernasaran yang diperoleh
oleh jal~tr3 tidaklah berbeda dengan jalur 1. Akan tetapi TPH pada jalur 1
bantuan pinjarnan. Sehingga banyak petani yang rnulai beralih menjual pucuknya
karena petani bisa rnendapatkan harga jual sesuai yang diperoleh oleh
pedagacg pengurnpul atau TPH. Akan tetapi adanya harnbatan seperti yang
hanyalah 3 %,
Biaya pernasaran yang terdiri dari biaya transportasi, upah tenaga kerja,
dan lain-lain merupakan biaya yang dihitung mulai dari petani sampai pabrik
Biaya transportasi rata-rata sebesar Rp. 5,lper kilogram disaat pucuk teh
rnaka biaya yang dibebankan pada setiap kilogram teh adalah Rp 10.
Selanjutnya setelah mela!ui proses pengolahan pucuk teh oleh pihak pabrik, hasil
olahannya dijual kepada konsumen yang sudah menjadi pelanggannya. Dari total
biaya pemasaran biaya ini rnemiliki porsi sebesar 0,58 %. Biaya tenaga kerja
dan memiliki kontribusi sebesar 1,14 % dari biaya pemasaran yang ada. Biaya
pihak pabrik menjual teh tidak dalam pucuk namun sudah melalui proses olah
menjadi teh hijau atau merah. Pada umumnya pabrik pengolahan teh di
kecarnatan Sukanagara mengolah pucuk tehnya sampai rnenjadi teh hijau. Dari
13 pabrik pengolahan hanya satu pabrik yang melakukan pengolahan pucuk teh
hingga menjadi teh hitam yaitu pabrik PT Larnteh rnilik H. Lukman Hasan Saleh.
Secara terperinci petugas UPP telah melakukan pendataari terhadap pabrik yang
pemilik pabrik, jenis unit pengolahan yang dimiliki, kapasitas olah, sumber pucuk,
oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima petani adslah anaiisis farmer's
Semakin tinggi marjin pemasaran rnaka semakin rendah Sagian daii iiarga yang
antara harga yang diterima oleh petani dan harga yany diterirna oleh pedagang
perubahan bentuk rnelalui proses pengolahan rnenjadi teh hijau atau teh hitarn.
Dengan demikian selain akan diperoleh nilai yang terialu ekstrirn juga dianggap
Tabel 23. Farmer's Share Kornoditi Teh Rakyat di Kecarnatan Sukanagara. 2003
Bagian harga yang terbesar diterirna petani terdapat pada petani yang
25,69 % atialah petani yang menjual hasil panennya ke TPH atau ke pedagang
pengurnpull tengkulak.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rnaka kesirnp?llan dari
penelitian ini adalah :
1. Kondisi urnurn usahatani perkebunan teh rakyat yang terdapat di
tahun tanarn yang berbeda-beda yaitu dari tahun tanarn 1992 sarnpai
PPBPR.
produktivitas tanarnan.
diharapkan.
3. Ketua kelornpok tani haruslah orang yang cakap dan aktif untuk
pucuk teh. Selain itu ketua tani juga harus rnampu rnengkoordinir para
baik di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Herlina. 2002. Orientasi Nilai Keija Pemuda pada Keluarga Petani Perkebunan.
Skripsi. Jurusan Ilmu-llmu Sosial Ekonemi Pertanian. Fakultas
Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Press. Jakarta.
Suryana, R. N. dan Rina Oktavianti. 1994. Kajian Sistern Pemasaran dan Ekspor
Teh.
Winda, 0. 2001. Analisis Usaha Tani Pengolahan Jamur Jiram Putih (Pleurotus
Ostreoatus) pada Koperasi Petani dan Pengusaha Jarnur Supa Fajar
mas di Bogor. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. Luas Tanah Sawah dan Luas Lahan Darat di Kabupaten Cianjur
I
No Kecamatan Luas Tanah (Ha)
I
,,-
Januari, 2002
Oktober, 2002
November. 2002
.... -..,....
Th Sample Produksi Harga
Tanam (Ha) (Kg) (RP)
93194 I 6.61 26721 550
"..."
Qdm9 CI
" ,.."
177~1 GZn
"<"
Februari. 2003
Tahun 2002
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PT. Lamteh
- Nama Pengusaha : H. Lukman Hasan sale11
- Nama Pabrik :
- Alamat Desa : Ciguha Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SL': Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLN : I300 Wan 1 Unit UI penerangan
-Diesel : 612 KVA 3 Unit
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan :
- Nama Pengusaha : Ujang Jamaras
- Nama Pabrik :
- Alanat Desa : Gunung Sari Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLPI : 5.3 KVA 1 Unit
-Diesel : 300 KVA 2 Unit
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PWCV BUDI J A Y A
- Nama Pengusaha : Benardi
- Nama Pabrik :
- Alamat Desa : Sukajembar Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
Sumber Listrik
- PLN KV A I Unit
-Diesel KVA Unit
Kapasitas Olah
Kapasitas Terpasang : 7 Ton pucukihari dgn hari kerja 25 Harihulan
Kapasitas Terpakai : 4 Ton pucukihari dgn hari kerja 25 Harifaulan
Sumber puci~kditampung:
- Dari kebun sendiri : 0 Tonhari ( %)
- Dari teh rakyat : 4 Ton/hari( 1 0 0 % )
UPP: SUKANAGARA
I 1denti:as:
C Sumber Listrik
- PLN : 41 KVA I Unit
-Diesel : 60 KVA I Unit
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV DAUN MAS
- Nama Pengusaha : Yuyung
- Nama Pabrik : Pengglahan Ten Hijau
- Alamat Desa : Ciguha Kab. : Cianjur
IKec : Sukanagara Wilayah SIJ: Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLN KV A Unit
-Diesel : 15,5 KVA I Unit
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : Sinar tlarapan
- Nama Pengusaha : Afidin
- Nama Pabrik :
- Alama: Desa : Jayagiri Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
UPP: SUKANAGARA
1 Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV TAMIANG SAPU UTAMA
- Nama Pengusaha : H Wildan D Adiwijaya
- Nama Pabrik : RAMAYANA
- Alamat Dess : Slndacgsar~ Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLN KVA Unit
-Diesel : 70+50 KVA 2 [Jnit
C Sumber Listrik
- PLN . - KVA Unit
-Diesel : 60 KVA 2 Unit
UPP: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV GATRA TAN1 MANDlRl
- Nama Pengusaha : lr. H. Muhammad Harisun
- Nama Pabrik :
- Alamat Dcsa . Sukakarya Kdb. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLN : 66 KVA I Unit
-Diesel KVA Unit
UP?: SUKANAGARA
I Identitas:
- Nama Perusahaan : PTICV CAMEL1 VlRGASARl
- Nama Pengusaha : Zulkifli tlusein
- Nsma Pnbrik :
- A!amat Desa : Gunung %ri Kab. : Cianjur
Kec : Sukanagara Wilayah SU: Sukanagara
C Sumber Listrik
- PLN : 66 KVA I Unit
-Diesel : 80 KVA I Unit
Tgl/Bln/Thn :
a. Nama
b. Umur
c. Pendidikan
d. Anggota keluarga
Jumlah istri
Jurnlah anak
e. Pengalaman usahatani
f. Status kepemilikan lahan
g. Luasan lahan
h. Luas tanaman teh
i. Tanaman tambahan
j. Luas tanaman tambahan
k. Sumber pendapatan ljtama
I. Pendapatan tambahan
2. Komponen Biaya Pengolahan Tanaman Teh
1 3. Komponen Penerimaan Usahatani Teh
1. Jumlah pemetikan dalam 1 bulan
2. Adakah jalur pemasaran yang lebih baik (dari sisi harga) daripada
jalur pemasaran yang sudah dijalani seiama ini ?