Laporan Pendahuluan Peritonitis
Laporan Pendahuluan Peritonitis
PERITONITIS
I. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut
Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh
iritasi kimiawi atau invasi bakteri
(http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/peritonitis.html
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan
vaskularisasi dan aliran limpa.
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga
perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam.
http://bedah46.blogspot.com/2009/02/peritonitis.html.
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus ; para metritis yang
meluas ke peritoneum ; salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum ;atau langsung sewaktu
tindakan perabdominal.
(Mochtar, Rustam Prof.Dr.1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta: EGC)
Peritonitis adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di
dalam uterus langsung mencapai peritoneum.
(Prawirohardjo, Sarwono.2002.ILMU KEBIDANAN.Jakarta: Tridasa printer)
II. Klasifikasi
(http://medlinux.blogspot.com/2007/09/peritonitis.html)
III. Etiologi
Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan
penyulitnya misalnya perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus
abdominalis. Ileus obstruktif dan perdarahan oleh karena perforasi organ berongga karena
trauma abdomen
1. Infeksi bakteri
o Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
o Appendisitis yang meradang dan perforasi
o Tukak peptik (lambung / dudenum)
o Tukak thypoid
o Tukan disentri amuba / colitis
o Tukak pada tumor
o Salpingitis
o Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran
pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama
adalah streptokokus atau pnemokokus.
IV. Patofisiologi
(http://homegarden.feedfury.com/content/40426481-askep-peritonitis.html)
V. Tanda dan Gejala
peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan
nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama
makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan
infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi selain itu perut kembung dan nyeri. Muka penderita mula
mula yang merah menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.. Nyeri abdomen yang
hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi.
Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar
untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada
wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic
inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada
penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma
cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dnegan
paraplegia dan penderita geriatric.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang meningkat
dan asidosis metabolik.
Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein (lebih dari 3
gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. Biopsi
peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang
khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat.
b.Pemeriksaan X-Ray
Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis; usus halus dan usus besar
berdilatasi. Udara bebas dapat terlihat pada kasus-kasus perforasi.
(http://medlinux.blogspot.com/2007/09/peritonitis.html)
VII. Penatalaksanaan
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena yang
berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti elektrolit dan kehilangan
protein. Lakukan nasogastric suction melalui hidung ke dalam usus untuk
mengurangi tekanan dalam usus.
3. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
I. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu: anak ke, umur anak,
tempat lahir, penolong, jenis persalinan, BBL, PB, JK, keadaan saat lahir,
keadaan nifas, keadaan sekarang
Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
B. Data Obyektif
Dalam langkah ini, data subjektif dan data objektif yang sudah di kaji
kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis. Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis
peritonitis
Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa dan atau masalah yang di
tuntut untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan
akibat dari masalah /diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila kemungkinan di lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
IV. Merumuskan Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Tindakan Kolaborasi dan
Rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,.
Tindakan segera bisa merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga
merupakan hasil kolaborasi dengan profesi lain.
V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi
klien saat di beri asuhan.
VI. Pelaksanaan Asuhan Sesuai Dengan Perencanaan Secara Efisien
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di
rencanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan
segera, support, kolaborasi, bimbingan, konseling, pemeriksaan dan follow up.
VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien telah
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien
dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa
yang harus di lakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.