Anda di halaman 1dari 48

KODE ETIK

RUMAH SAKIT SYARIAH


Oleh : Dr. dr. Sagiran
Sp.B.,M.Kes
Bahasa : Kata etik (atau etika) berasal dari
kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat/
kebiasaan yang baik.

ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,


tentang hak dan kewajiban moral, nilai yang
mengenai yang benar dan salah yang dianut
masyarakat
Martin (1993) the discipline which
can act as the performance index or
reference for our control system

Ilmu yang membahas perbuatan baik


dan perbuatan buruk manusia sejauh
yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia
........etika merupakan kajian
mengenai moralitas - refleksi
terhadap moral secara
sistematik dan hati-hati dan
analisis terhadap keputusan
moral dan
perilaku.......(Williams, 2005
Sagiran, Panduan Etika
Medis).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Departemen P dan K, 1988), ETIKA dijelaskan
dengan memuat tiga arti sebagai berikut :
1.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak.
3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan/ masyarakat
TERTULIS

SISTEMATIS

Ditetapkan oleh
Kode etik yaitu suatu pola asosiasi /
aturan, tata cara, tanda, organisasi
pedoman etis berperilaku profesi
ketika melakukan suatu
kegiatan / suatu pekerjaan.berfungsi sebagai alat untuk
menghakimi dan melindungi
Sanksi Pelanggaran Kode
Etik

1. Sanksi moral
Pelanggaran kode etik tidak
2. Sanksi dikeluarkan diadili oleh pengadilan, sebab
dari organisasi melanggar kode etik tidak
selalu berarti melanggar hukum.
KODE ETIK
RUMAH
SAKIT
STARIAH
Standar Syariah
Manajemen Organisasi (SSMO) 1.1.8

Standar BE
LU
Rumah sakit menetapkan pedoman tentangAkode M
etik rumah sakit syariah
DA
Maksud & Tujuan
Rumah sakit memiliki rangkaian nilai-nilai dan norma-norma
Islam untuk dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan rumah sakit syariah.
Kode Etik Rumah Sakit Syariah disusun oleh MUKISI sebagai
asosiasi rumah sakit Islam, khususnya oleh para anggota
Dewan Pengawas Syariah yang telah mendapatkan sertifikasi
dari DSN-MUI, kemudian implementasinya dimasing-masing
rumah sakit disusun oleh Komite Syariah rumah sakit yang
bersangkutan.
KODERSI PEDERSSY
KODERSI PEDERSSY
BAB I BAB I
Kewajiban Umum Rumah Sakit Kewajiban Umum Rumah Sakit Syariah
Pasal 1 Pasal 1
Rumah sakit harus mentaati Kode Etik Rumah sakit syariah harus mentaati Pedoman
Rumah Sakit Indonesia (KODERSI). Etik Rumah Sakit Syariah (PEDERSSY) RS
Pasal 2 Nur Hidayah
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta Pasal 2
Rumah sakit syariah harus dapat mengawasi
bertanggung jawab terhadap semua kejadian
serta bertanggung jawab terhadap semua
di rumah sakit. kejadian di rumah sakit.
Pasal 3 Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan Rumah sakit syariah harus mengutamakan
pelayanan yang baik dan bermutu secara pelayanan yang baik, bermutu, dan
berkesinambungan serta tidak mendahulukan memperhatikan nilai-nilai Islam secara
urusan biaya. berkesinambungan serta tidak mendahulukan
Pasal 4 urusan biaya.
Rumah sakit harus memelihara semua Pasal 4
Rumah sakit syariah harus memelihara semua
catatan/arsip baik medik maupun non medik
catatan/arsip baik medik maupun non medik
secara baik. secara baik sebagai amanah.
Pasal 5 Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan Rumah sakit syariah harus mengikuti
dunia perumahsakitan. perkembangan dunia perumahsakitan syariah.
KODERSI PEDERSSY
BAB II BAB II
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Kewajiban Rumah Sakit Syariah Terhadap
Masyarakat dan Lingkungan Masyarakat dan Lingkungan
Pasal 6 Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka Rumah sakit syariah harus jujur dan terbuka,
terhadap saran dan kritik masyarakat dan peka terhadap saran dan kritik masyarakat dan
berusaha agar pelayanannya menjangkau di berusaha agar pelayanannya bernilai dakwah
luar rumah sakit. menjangkau di luar rumah sakit.
Pasal 7 Pasal 7
Rumah sakit harus senantiasa Rumah sakit syariah harus senantiasa
menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada menyesuaikan pada nilai-nilai syariah kebijakan
harapan dan kebutuhan masyarakat pelayanannya pada harapan dan kebutuhan
setempat. masyarakat setempat.
Pasal 8 Pasal 8
Rumah sakit dalam menjalankan Rumah Sakit syariah dalam menjalankan
operasionalnya bertanggung jawab terhadap operasionalnya bertanggung jawab terhadap
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan agar tidak terjadi pencemaran dan
yang merugikan masyarakat. pelanggaran norma-norma syariah yang
merugikan masyarakat.
KODERSI PEDERSSY
BAB III BAB III
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Kewajiban Rumah Sakit Syariah Terhadap Pasien
Pasien Pasal 9
Pasal 9 Rumah sakit syariah harus amanah dalam
Rumah sakit harus mengindahkan mengindahkan hak-hak Pasal
asasi pasien.
10
hak-hak asasi pasien. Rumah sakit syariah harus memberikan penjelasan apa
Pasal 10 yang diderita pasien, dan tindakan apa yang hendak
Rumah sakit harus memberikan dilakukan dan menjelaskan hikmah dibalik sakit.
penjelasan apa yang diderita Pasal 11
pasien, dan tindakan apa yang Rumah sakit syariah harus meminta persetujuan pasien
hendak dilakukan. (informed consent) sebelum melakukan tindakan medik
Pasal 11 dan mengajak bertawakal pada takdir Allah.
Rumah sakit harus meminta Pasal 12
persetujuan pasien (informed Rumah sakit syariah berkewajiban melindungi pasien
consent) sebelum melakukan dari penyalahgunaan teknologi kedokteran dan tata cara
tindakan medik. pengobatan yang bertentangan dengan syariah.
Pasal 12 Pasal 13
Rumah sakit berkewajiban Rumah sakit syariah dalam menjalankan pelayanan
melindungi pasien dari terhadap pasien yang tidak mampu, harus memfasilitasi
penyalahgunaan teknologi sistem angsuran dan akses informasi lembaga zakat,
kedokteran. infaq, dan sedekah (ZIS).
KODERSI PEDERSSY

BAB IV
BAB IV Kewajiban Rumah Sakit Syariah Terhadap
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Pimpinan, Staf, dan Karyawan
Staf, dan Karyawan Pasal 14
Pasal 13 Rumah sakit syariah harus menjamin agar
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa
staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi mematuhi etika profesi masing-masing sesuai
etika profesi masing-masing. dengan prinsip-prinsip syariah.
Pasal 14 Pasal 15
Rumah sakit harus mengadakan seleksi Rumah sakit syariah harus mengadakan
tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan
lainnya berdasarkan nilai, norma, dan standar tenaga lainnya berdasarkan nilai-nilai islam,
ketenagaan. norma-norma syariah, dan standar
Pasal 15 ketenagaan.
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi Pasal 16
serta hubungan yang baik antara seluruh Rumah sakit syariah harus menjamin agar
tenaga di rumah sakit dapat koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga di rumah sakit dapat
terpelihara.
terpelihara dengan prinsip tabayun dan
taawun.
BAB IV PEDERSSY
Pasal 17
KODERSI
Rumah sakit syariah harus memberi
kesempatan kepada seluruh tenaga
rumah sakit untuk meningkatkan dan
Pasal 16
menambah ilmu pengetahuan serta
Rumah sakit harus memberi
keterampilannya baik bidang yang
kesempatan kepada seluruh tenaga
menyangkut profesi maupun agama.
rumah sakit untuk meningkatkan dan
Pasal 18
menambah ilmu pengetahuan serta
Rumah sakit syariah harus
keterampilannya.
mengawasi agar penyelenggaraan
Pasal 17
pelayanan dilakukan berdasarkan
Rumah sakit harus mengawasi agar
standar profesi dan nilai-nilai syariah
penyelenggaraan pelayanan dilakukan
yang berlaku.
berdasarkan standar profesi yang
Pasal 19
berlaku.
Rumah sakit syariah berkewajiban
Pasal 18
memberi kesejahteraan kepada
Rumah sakit berkewajiban memberi
karyawan dan menjaga keselamatan
kesejahteraan kepada karyawan dan
kerja sesuai dengan peraturan dan
menjaga keselamatan kerja sesuai
nilai-nilai syariah yang berlaku.
dengan peraturan yang berlaku.
KODERSI PEDERSSY

BAB V
BAB V
Hubungan Rumah Sakit
Hubungan Rumah Sakit Syariah Dengan
Dengan Lembaga Terkait
Lembaga Terkait
Pasal 20
Pasal 19
Rumah sakit syariah harus memelihara
Rumah sakit harus
hubungan yang baik dengan pemilik
memelihara hubungan yang
berdasarkan nilai-nilai, prinsip-prinsip
baik dengan pemilik
syariah, dan etika yang berlaku di
berdasarkan nilai-nilai, dan
masyarakat Indonesia.
etika yang berlaku di
masyarakat Indonesia.
Pasal 21
Pasal 20
Rumah sakit syariah harus memelihara
Rumah sakit harus
hubungan yang baik, fastabiqul khairat
memelihara hubungan yang
(berlomba-lomba dalam kebaikan) antar
baik antara rumah sakit dan
rumah sakit dan menghindarkan persaingan
menghindarkan persaingan
yang tidak sehat.
yang tidak sehat.
.
.
Rumah sakit
ru

KODERSI PEDERSSY
Pasal 22
Rumah sakit syariah harus menggalang
kerjasama yang baik di bidang kesehatan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dengan instansi atau badan lain yang
bergerak di bidang kesehatan.
BAB V (lanjutan) Pasal 23
Rumah sakit syariah harus berusaha
membantu kegiatan pendidikan tenaga
Pasal 21 kesehatan dan penelitian dalam bidang
Rumah sakit harus menggalang ilmu pengetahuan dan teknologi
kerjasama yang baik dengan kedokteran dan kesehatan Islam.
instansi atau badan lain yang Pasal 24
bergerak di bidang kesehatan. Rumah sakit syariah dalam menjalankan
operasional pengadaan barang,
Pasal 22 pengelolaan aset, bekerja sama dengan
Rumah sakit harus berusaha pihak ketiga yang dilakukan dengan
membantu kegiatan pendidikan prinsip-prinsip syariah
tenaga kesehatan dan penelitian
dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran dan
kesehatan.
PEDERSSY
BAB VI
Kewajiban Rumah Sakit Syariah dalam Menegakkan
KODERSI
Etika Klinis
Pasal 25
Rumah sakit syariah dalam melakukan pelayanan
pada pasien harus mendasarkan pada kaidah fiqiyah
yang ditetapkan oleh lembaga agama (Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Majelis Tarjih PP

? Muhammadiyah, Bahtsul Masail Nahdatul Ulama, dll).

Rumah sakit
Pasal 26
syariah menghormati keputusan
lembaga-lembaga fatwa dalam hal masalah yang
menyangkut etika klinis: hak untuk hidup dan mati
(euthanasia), transplantasi organ, masalah aborsi,
masalah reproduksi bioteknologi, masalah pasien
HIV AIDS, dan uji coba klinis untuk pasien.
KODERSI PEDERSSY
BAB VII
BAB VI Lain-lain
Lain-lain Pasal 27
Pasal 23 Rumah sakit syariah dalam melakukan
Rumah sakit harus dalam melakukan promosi promosi pemasaran harus bersifat informatif,
pemasaran harus bersifat informatif, tidak tidak komparatif, berpijak pada dasar yang
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, nyata, tidak berlebihan, dan sesuai dengan
tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik akad dan prinsip syariah.
Rumah Sakit Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam
Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI PEDERSSY ini merupakan nilai-nilai etik yang
ini merupakan nilai-nilai etik yang identik identik dengan nilai-nilai akhlak atau moral,
dengan nilai-nilai akhlak atau moral, yang dan prinsip-prinsip atau dasar-dasar syariah
mutlak diperlukan guna melandasi dan yang mutlak diperlukan guna melandasi dan
menunjang berlakunya nilai-nilai atau kaidah- menunjang berlakunya nilai-nilai atau kaidah-
kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan,
seperti perundang-undangan, hukum dan seperti perundang-undangan, hukum dan
sebagainya, guna tercapainya pemberian sebagainya, guna tercapainya pemberian
pelayanan kesehatan oleh rumahsakit yang pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, yang
baik, bermutu dan profesional. baik, bermutu dan profesional.
PENJELASAN
KEWAJIBAN UMUM RUMAH SAKIT SYARIAH
Pasal 1
Rumah sakit harus mentaati Pedoman Etik Rumah Sakit Syariah (PEDERSSY)
Rumah Sakit Nur Hidayah.

1. Pedoman Etik Rumah Sakit (PEDERSSY) Rumah Sakit Nur Hidayah merupakan kumpulan
peraturan etika rumah sakit yang digunakan sebagai tolok ukur perilaku ideal/optimal dan
penahan godaan penyimpangan kode etik yang telah ditetapkan di rumah sakit.

2. Rumah sakit memberlakukan kode etik terkait etik klinis, etik manajerial, etika profesi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan standar syariah

3. Standar etik tersebut harus dilaksanakan oleh setiap tenaga di lingkungan rumah sakit sesuai
prrofesi masing-masing.
Dan selanjutnya.........
Pasal 8
Rumah Sakit syariah dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab terhadap
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran dan pelanggaran norma-norma syariah yang
merugikan masyarakat.
1. Sistem pengelolaan dan pembuangan limbah medis dijalankan sesuai dengan kaidah dan norma-
norma syariah untuk menjamin kebersihan lingkungan dan keamanan dari bahaya dan risiko

2. Rumah sakit melakukan pengelolaan limbah sebelum dibuang ke lingkungan sesuai dengan
peraturan yang berlaku atau bekerja sama dengan pihak ketiga apabila rumah sakit tidak dapat
melakukan pengelolaan limbah tertentu secara mandiri

3. Rumah sakit melakukan pengukuran dan pemeriksaan baku mutu limbah secara periodik untuk
memastikan limbah yang dihasilkan memenuhi standar yang dipersayaratkan sehingga tidak
mencemari lingkungan dan segera mengambil tindak lanjut apabila ditemukan penyimpangan dari
pengelolaan limbah

4. Rumah sakit mendokumentasikan kegiatan pengelolaan limbah dan melaporkan hasil pengelolaan
limbah kepada pihak-pihak yang membutuhkan
Pasal 12
Rumah sakit syariah berkewajiban melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi
kedokteran dan tata cara pengobatan yang bertentangan dengan syariah.

1.Rumah sakit syariah melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi meliputi reproduksi
buatan, genetika, informatika kesehatan serta teknologi perbaikan kehidupan dan teknologi
untuk memperpanjang kehidupan
2.Pasien mendapatkan tata cara pengobatan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3.Rumah sakit melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi kedokteran dan tata cara
pengobatan yang bertentangan dengan syariah dengan cara melakukan kajian dan menyetujui
sebelum pelayanan yang direncanakan akan digunakan dalam asuhan pasien yang dianggap
masih dalam tahap uji coba
4.Rumah sakit menggunakan rekomendasi dari berbagai organisasi profesi dan sumber lain yang
berwenang untuk menentukan peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan dalam pelayanan
5.Rumah sakit menyediakan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan dengan prinsip
efisien dan diutamakan obat-obatan yang sudah tersertifikasi halal. Penyediaan obat yang tidak
halal hanyalah dalam keadaan darurat termasuk karena ketiadaan obat pengganti yang halal
6.Penggunaan obat-obatan yang tidak halal dilakukan setelah pemberian edukasi yang adekuat
kepada pasien dan atau keluarganya dan setelah pasien dan atau keluarganya
menandatangani informed consent penggunaan obat yang tidak halal
Pasal 13
Rumah sakit syariah dalam menjalankan pelayanan terhadap pasien yang tidak mampu, harus
memfasilitasi sistem angsuran dan akses informasi lembaga zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).

1.Rumah sakit syariah dalam kepedulian terhadap pasien tidak mampu


membayar baik yang masih hidup maupun telah meninggal dan tidak
memiliki kemampuan membayar harus memfasilitasi sistem angsuran dan
akses informasi lembaga zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dan mekanisme
pengelolaan pasien yang tidak mampu membayar dilaksanakan atas
rekomendasi dari Komite Syariah.
2.Rumah sakit melayani pasien yang tidak mampu membayar melalui
kebijakan piutang kepada pasien
3.Piutang perorangan dapat diberikan melalui mekanisme pemberian potongan
biaya, kelonggaran waktu/penangguhan pembayaran/angsuran, sampai
penghapusan dengan cara kerja sama dengan ZIS (Zakat Infak Sodaqoh)
dari rumah sakit atau rekanan sebagian atau keseluruhan apabila ada
pernyataan tidak mampu dari pihak pasien dan keluarga besarnya
4.Penghapusan piutang instansi dapat dilakukan dengan indikasi terjadi
kepailitan pada instansi yang bersangkutan yang dinyatakan berdasarkan
hasil audit akuntan publik atau audit internal atau dengan ketentuan lain
yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
HUBUNGAN RUMAH SAKIT SYARIAH DENGAN LEMBAGA TERKAIT
Pasal 20
Rumah sakit syariah harus memelihara hubungan yang baik dengan pemilik berdasarkan
nilai-nilai, prinsip-prinsip syariah, dan etika yang berlaku di masyarakat Indonesia.

1.Rumah sakit merupakan institusi yang rawan terjadi konflik antara pemilik, pengelola dan staf

2.Rumah sakit harus meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan cara menjelaskan peran
dan fungsi pemilik, pengelola dan staf rumah sakit sehingga konflik yang akan muncul bagi para
pihak yang menyelenggarakan rumah sakit dapat dihindari

3.Pemilik dan pengelola rumah sakit menyusun peraturan internal rumah sakit (Hospital Bylaws)
sebagai acuan yang jelas bagi pemilik, pengelola dan staf untuk menjalankan fungsi dan perannya
masing-masing sehingga tujuan penyelenggaraan rumah sakit dapat tercapai
Pasal 21
Rumah sakit syariah harus memelihara hubungan yang baik, fastabiqul
khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) antar rumah sakit dan
menghindarkan persaingan yang tidak sehat.

1.Rumah sakit melaksanakan kerja sama dengan institusi kesehatan lain (rumah sakit,
klinik dan lain-lain) atas dasar saling memberi manfaat bagi semua pihak terutama
pelayanan pasien

2.Kesepakatan kerja sama dapat merupakan kerja sama rujukan fasilitas dan teknologi,
rujukan pengetahuan serta kerja sama pengadaan obat dan alat kesehatan

3.Teknis kerja sama, hak dan kewajiban, tugas serta wewenang masing-masing pihak
diwujudkan dalam perjanjian kerja sama yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit
Pasal 22
Rumah sakit syariah harus menggalang kerjasama yang baik di bidang kesehatan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dengan instansi atau badan lain yang bergerak di bidang
kesehatan.

1. Kerja sama di bidang kesehatan disetujui oleh pihak-pihak yang menyelenggarakan


kerjasama di bidang-bidang yang disepakati kedua belah pihak dan tidak ada riswah
(pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar atau untuk menguatkan dan
memenangkan yang salah, maupun untuk menarik simpati orang lain)

2.Rumah sakit bekerja sama dengan institusi lain baik yang bergerak di bidang kesehatan
maupun non kesehatan seperti institusi pendidikan atas dasar saling memberi manfaat yang
baik

3.Kesepakatan kerja sama dapat merupakan kerja sama rujukan fasilitas dan teknologi,
rujukan pengetahuan serta kerja sama pengadaan obat dan alat kesehatan

4.Teknis kerja sama, hak dan kewajiban, tugas serta wewenang masing-masing pihak
diwujudkan dalam perjanjian kerja sama yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
Pasal 23
Rumah sakit syariah harus berusaha membantu kegiatan pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran dan kesehatan Islam.

1.Rumah sakit dapat menerima kerja sama dengan institusi pendidikan atas dasar saling
memberi manfaat baik sebagai lahan praktek dan penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran dan kesehatan Islam maupun sebagai penyuplai calon tenaga kerja

2.Kesepakatan kerja sama dapat merupakan kerja sama rujukan fasilitas dan teknologi, rujukan
pengetahuan serta kerja sama pengadaan obat dan alat kesehatan

3.Teknis kerja sama, hak dan kewajiban, tugas serta wewenang masing-masing pihak
diwujudkan dalam perjanjian kerja sama yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
Pasal 24
Rumah sakit syariah dalam menjalankan operasional pengadaan barang, pengelolaan aset,
bekerja sama dengan pihak ketiga yang dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah.

1. Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah pihak di luar rumah sakit yang melakukan kerja sama
dengan rumah sakit

2. Kegiatan pengadaan barang dan atau pengelolaan aset di rumah sakit diselenggarakan secara
langsung/mandiri atau bekerja sama dengan pihak lain atau rekanan

3. Pengelolaan oleh pihak lain atau rekanan dilakukan melalui mekanisme kontrak kerja atau melalui
perjanjian lain.

4. Rumah sakit menunjuk pihak lain atau rekanan sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya dalam
kurun waktu sesuai perjanjian yang disepakati

5. Rumah sakit bertanggung jawab terhadap kontrak kerja yang disepakati dan dituangkan secara
tertulis melalui perjanian kontrak kerja sama.

6. Teknis kerja sama, hak dan kewajiban, tugas serta wewenang masing-masing pihak diwujudkan
dalam perjanjian kerja sama yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT SYARIAH DALAM MENEGAKKAN ETIKA KLINIS

Pasal 25
Rumah sakit syariah dalam melakukan pelayanan pada pasien harus mendasarkan pada
kaidah fiqiyah yang ditetapkan oleh lembaga agama (Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis
Tarjih PP Muhammadiyah, Bahtsul Masail Nahdatul Ulama, dll).
1. Rumah sakit syariah dalam memberikan pelayanan pada pasien harus sesuai dengan prinsip fikih (Qawaid Al
Fiqhiyyat) yang meliputi lima prinsip utama yaitu kehendak (qashd), kepastian (al yaqiin), bahaya (dharar),
kesulitan (masyaqqat) dan kebiasaan (urf). Setiap bagian aturan hukum atau rumusannya umumnya berasal
dari al qiyaas atau diambil dari Al Quran, sunnah atau tulisan ahli hukum dan prinsip tujuan yang menyatakan
nilai dibalik tujuan itu. Manusia tidak diwajibkan melakukan sesuatu diluar kapasitasnya. Kebutuhan yang
mendesak (dharuurat) memperbolehkan apa yang dilarang.

2. Pelayanan pada pasien harus mendasarkan pada ketentuan yang berlaku dan perlu diketahui oleh semua
pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat menyesuaikan dengan hak dan
kewajiban dengan mendasarkan pada kaidah fiqiyah, yaitu pada niat, keyakinan, kesulitan, bahaya, dan
kebiasaan yang ditetapkan oleh lembaga agama (Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Tarjih PP
Muhammadiyah, Bahtsul Masail Nahdatul Ulama, dll).
Pasal 26
Rumah sakit syariah menghormati keputusan lembaga-lembaga fatwa dalam hal masalah yang
menyangkut etika klinis: hak untuk hidup dan mati (euthanasia), transplantasi organ, masalah
aborsi, masalah reproduksi bioteknologi, masalah pasien HIV AIDS, dan uji coba klinis untuk
pasien.
1. Rumah sakit wajib mengerti/memahami siklus dan mutu kehidupan manusia mulai dari pembuahan dan
atau saat kehidupan diawali, proses alamiah kehidupan berlangsung sampai dengan
menjelang/saat/sesudah kematian manusia dengan tujuan untuk menghormati, melindungi dan memelihara
hidup makhluk insani.

2. Konsekuensi dari sikap menghormati kehidupan makhluk insani adalah bahwa setiap tindakan yang
dilakukan di rumah sakit yang melemahkan atau menghentikan atau tidak berupaya mempertahankan
suatu kehidupan manusia tanpa alasan yang dapat dibenarkan dianggap sebagai tindakan yang tidak etis

3. Etik klinis yang dibahas antara lain :


Keluarga Berencana (KB),Sectio Secaria (SC), Inseminasi Buatan, (ProkreasiSel Punca/Stem Cell,
Bayi Tabung, Alternatif In Vitro Fertilization (IVF), Klonasi, Bantuan Hidup (Life Support), Euthanasia,
Aborsi, Pemilihan gender dan mengubah gender, Donasi/Transplantasi Organ, Merubah fitrah,
Imunisasi, Uji Coba Klinis Untuk Pasien, Hukuman Mati, Kebiri, Masalah pasien HIV/AIDS (Human
Immunodeciency Virus/Acqure Immune Deficiency Syndrome).
Keluarga Berencana
Dalam al-Quran banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu
kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa ayat 9:


Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir
terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.

Fatwa MUI pada tahun 2012 menyatakan bahwa vasectomi hukumnya


haram kecuali :
Untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat
Tidak menimbulkan kemandulan permanen
Ada jaminan dapat dilakukan rekanalisasi yang dapat mengembalikan
fungsi reproduksi seperti semula
Tidak menimbulkan bahaya (madarat) bagi yang bersangkutan
Tidak dimasukkan ke dalam program dan metode kontrasepsi mantap
Bayi Tabung / Inseminasi buatan

Fatwa MUI tanggal 13 Juni 1979 tentang bayi tabung/inseminasi buatan memfatwakan sebagai
berikut :

1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang sah hukumnya mubah
(boleh) sebab hal ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.

2.Bayi tabung dari pasangan suami istri dengan titipan rahim istri yang lain (misalnya dari istri
kedua dititipkan pada istri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az zari ah
sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah
warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu
yang mengandung kemudian melahirkannya dan sebaliknya)

3.Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd Az zari ah sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal
warisan

4.Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami istri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis
diluar pernikahan yang sah (zina) dan berdasarkan kaidah Sadd az zari ah yaitu untuk
menghidarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Klonasi
Fatwa Munas VI MUI Nomor 3/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 29 Juli
2000/27 Rabiul Akhir 1421 H tentang kloning memfatwakan :
1.Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimana pun yang berakibat
pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram
2.Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)
sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan atau untuk menghindarkan
kemudaratan (hal-hal negatif)
3.Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau
mengijinkan eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia
4.Mewajibkan kepada semua pihak terutama para ulama untuk senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi kloning meneliti peristilahan dan
permasalahannya serta menyelenggarakan kajian-kajian ilmuah untuk
menjelaskan hukumnya
5.Menjelaskan kepada semua pihak terutama ulama dan umara untuk
mendorong pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah
yang menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa
genetika pada selain bidang kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah
6.Mewaajibkan kepada semua pihak terutama ulama dan umara untuk
segera merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen di
bidang biologi untuk dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang memerlukan
Memilih/mengubah gender

Fatwa MUI dalam Musyawarah Nasional II tahun 1980 di Jakarta tanggal 1 Juni 1980 M/12
Rajab 1400 H tentang operasi perubahan/penyempurnaan kelamin memfatwakan sebagai
berikut :

1. Merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram
karena bertentangan dengan Al Qur an surat An Nisa ayat 19 dan bertentangan pula
dengan jiwa syara . Ayat Al Qur an yang dimaksud adalah : ....Mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak . (QS An
Nisa :10)

2.Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis
kelamin semula sebelum dirubah

3.Seorang khuntsa (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan kelaki-
lakiannya. Demikian pula sebaliknya dan hukumnya menjadi positif (laki-laki).
Euthanasia

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin mengatakan bahwa
MUI telah lama mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dilakukannya tindakan
Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat).

"Euthanasia, menurut fatwa kita tidak diperkenankan, karena itu kan melakukan
pembunuhan," kata KH MA`ruf Amin di Jakarta, Jumat. Euthanasia dalam keadaan aktif
maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa MUI, tidak diperkenankan karena berarti
melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain.

Lebih lanjut, KH Ma`ruf Amin mengatakan, euthanasia boleh dilakukan dalam kondisi
pasif yang sangat khusus. Kondisi pasif tersebut, dimana seseorang yang tergantung
oleh alat penunjang kehidupan tetapi ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh orang
lain atau pasien lain yang memiliki tingkat peluang hidupnya lebih besar, dan pasien
tersebut keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Kebiri

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sampai sekarang belum mengeluarkan


fatwa halal atau haram terkait penerapan hukuman kebiri terhadap
pelaku kejahatan seksual di negara ini.

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanuddin AF


menilai hukuman berat layak diberikan kepada para pelaku kejahatan
seksual terhadap anak-anak. MUI pun mendukung pemerintah untuk
mengeluarkan hukuman kebiri. "Hukuman kebiri layak bagi mereka para
pelaku kejahatan seksual karena sudah meresahkan saat ini," kata
Hasanuddin saat dihubungi.
LAIN-LAIN
Pasal 27
Rumah sakit syariah dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan,
dan sesuai dengan akad dan prinsip syariah.
Rumah sakit memberlakukan etika promosi rumah sakit yaitu :
Asas khusus:
Harus selalu tetap mencerminkan jati diri rumah sakit sebagai institusi yang memiliki tanggung jawab
sosial
Penampilan tenaga profesi seperti dokter, ahli farmasi, tenaga medis dan paramedis lain atau atribut
atribut profesinya tidak boleh digunakan untuk mengiklankan jasa pelayanan kesehatan / rumah
sakit dan alat kesehatan
Menghargai hak-hak pasien sebagai pelanggan
Asas umum
Promosi harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
Promosi tidak boleh menyinggung perasaan dan merendahkan martabat negara, agama, tata susila,
adat, budaya, suku dan golongan
Promosi harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat
Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggung jawab sosial
Promosi harus bersifat : informatif, edukatif, preskriptif, preparatif
Semoga Muktamar MUKISI 2016 bisa
menetapkan Kode Etik RS Syariah yang
dapat dijadikan acuan bersama
SEKI

Anda mungkin juga menyukai