Anda di halaman 1dari 32

2.

1 PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan
prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta
(kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki.
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan
manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi
keuangan perusahaan.
Bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat
merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan.
Perencanaan kedepan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang
sudah sesuai dengan yang diinginkan dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang
sudah diperolehnya.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode
dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat. Kesalahan
dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak
dicapai. Kemudian, hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga
diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya.

2.2 TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan
mengukur antara pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan. Analisis laporan keuangan juga
dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalnya tiga tahun).
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis
antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai
kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.
Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik harta,
kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;

1
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai.

2.3 KEPENTINGAN PARA PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN


Mengacu pada pendapat Munawir dan IAI, pihak pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Pemakai Internal
a. Pemilik perusahaan
Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan
kepada orang lain seperti perseroan, karena dengan laporan tersebut pemilik
perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin
perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya dinilai dengan laba yang
diperoleh perusahaan. Selain itu, laporan keuangan diperlukan oleh pemilik
perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai
kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa
menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham
yang dimilikinya.
b. Manager atau pimpinan perusahaan
Bagi manajemen, laporan keuangan merupakan alat pertanggung-jawabkan kepada
para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Dengan
mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru, maka manajemen
dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan
menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat. Disamping itu, laporan
keuangan akan dapat digunakan oleh manager untuk (1) mengukur tingkat biaya dari
berbagai kegiatan perusahaan; (2) untuk mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, baik
proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan; (3) untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-

2
tiap individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab; dan (4) untuk
menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
c. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
2. Pemakai Eksternal
a. Investor
Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan atau menjual investasi pada perusahaan yang bersangkutan.
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
c. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan,
atau tergantung pada perusahaan.
d. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
e. Masyarakat
Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

3
2.4 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
Analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua model, yaitu :
pertama, analisis horizontal atau analisis dinamis dan kedua, analisis vertikal atau analisis statis.
Dalam analisis horizontal yang dibandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode,
sedangkan analisis vertikal adalah jika kita hanya membandingkan satu pos dengan pos yang lain
dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis horizontal jika dibandingkan
dengan analisis vertikal. Dalam analisis horizontal, kita akan tahu terjadinya perubahan-
perubahan terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode lain.
Dari hasil analisis perbandingan laporan keuangan, dapat diketahui sifat dan tendensi
perubahan yang terjadi. Kemudian, hasil analisis ini dapat ditunjuk dalam bentuk :
1. Jumlah dalam rupiah;
2. Jumlah penurunan dalam rupiah;
3. Jumlah kenaikan dalam rupiah;
4. Perbandingan dalam persentase;
5. Perbandingan dalam bentuk rasio.
Agar analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan baik, maka perlu
dibuatkan kolom-kolom. Tujuannya adalah agar lebih mudah untuk melihat dan membandingkan
satu sama lainnya. Bentuk kolom-kolom dalam analisis perbandingan secara horizontal dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Berikut ini merupakan salah satu contoh analisis perbandingan
secara horizontal.

Tabel 1 : Neraca Perbandingan Per 31 Desember 2006 dan 2007


PT RAY IBRAHIM, Tbk
NERACA PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2006 dan 2007 (dalam jutaan)

Periode Naik/Turun
Pos-pos dalam Neraca Tahun 2006 Tahun 2007 Rupiah % Rasio
Aktiva Lancar
Kas 250 350 100 40,0 1,40
Giro 175 200 25 14,3 1,14
Surat-surat berharga 140 50 (90) (64,3) 0,35
Piutang 350 250 (100) (28,6) 0,71

4
Sediaan 125 150 25 20,0 1,20
Total aktiva lancar 1.040 1.000 (40) 3,9 0,96
Aktiva Tetap
Tanah 3.000 4.200 1.200 40,0 1,40
Mesin 2.500 3.500 1.000 40,0 1,40
Kendaraan 1.500 1.000 (500) (33,3) 0,66
Akumulasi penyusutan (400) (450) (50) 12,5 1,13
Total aktiva tetap 6.600 8.250 1.650 25,5 1,25
Aktiva lainnya
Total aktiva lainnya 360 250 (110) (25,0) 0,69
Total aktiva 8.000 9.500 1.500 18,8 1,18
Utang lancar
Utang bank 550 250 (300) (54,6) 0,45
Utang dagang 100 200 100 100,0 2,00
Utang wesel 100 - (100) (100,0) -
Utang lainnya 50 100 50 100,0 2,00
Total utang lancar 800 550 (250) (31,3) 0,68
Utang jangka panjang
Utang bank 3 tahun 2.750 1.950 (800) (29,0) 0,71
Utang obligasi 2.000 1.450 (550) (27,5) 0,72
Utang hipotek - 1.550 1.550 100,0 -
Total utang jangka panjang 4.750 4.950 200 (0,4) 1,04
Ekuitas
Modal setor 2.000 2.500 500 25,0 1,25
Cadangan laba 450 1.500 1.050 233,0 3,33
Total ekuitas 2.450 4.000 1.550 63,3 1,63
Total pasiva 8.000 9.500 1.500 18,8 1,18

Berikut ini adalah salah satu perubahan yang terjadi di masing-masing sisi dalam pos-pos
neraca:
1. Sisi aktiva lancar: kas terjadi kenaikan sebesar Rp100,00 atau sekitar 40%, yaitu
peningkatan dari tahun 2006 sebesar Rp250,00 menjadi Rp350,00 pada tahun 2007.
2. Sisi aktiva tetap: terjadi peningkatan pada tanah sebesar Rp1.200,00 atau sekitar 40%
dari tahun 2006 sebesar Rp3.000,00 menjadi Rp4.200 pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena adanya pembelian tanah untuk keperluan perusahaan.
3. Sisi passiva lancar: utang bank menurun sebesar Rp300,00 atau sekitar 54,6% dari
tahun 2006 sebesar Rp550,00 menjadi Rp250,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya pelunasan terhadap utang bank yang telah jatuh tempo.

5
4. Sisi utang jangka panjang: utang obligasi menurun sebesar Rp550,00 atau sekitar
27,5% dari tahun 2006 sebesar Rp2.000,00 menjadi Rp1.450,00 pada tahun 2007. Hal
ini disebabkan karena adanya pelepasan obligasi (dijual)
5. Sisi ekuitas: modal setor meningkat sebesar Rp500,00 atau sekitar 25% dari tahun
2006 sebesar Rp2.000,00 menjadi Rp2.500,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan
karena adanya tambahan modal dari penjualan saham.

Tabel 2 : Laba Rugi Perbandingan Per 31 Desember 2006 dan 2007


PT RAY IBRAHIM, Tbk
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2006 dan 2007 (dalam ribuan)

Komponen laporan laba Tahun 2006 Tahun 2007 Naik (Turun) Dalam %
rugi
Total penjualan 8.500.000 9.900.000 1.400.000 16,5
Harga pokok penjualan 6.250.000 7.350.000 1.100.000 17,6
Laba kotor 2.250.000 2.550.000 300.000 13,3
Biaya operasi

6
Biaya umum & administrasi 1.000.000 1.100.000 100.000 10
Biaya penjualan 50.000 75.000 25.000 50
Biaya lainnya 15.000 20.000 5.000 33,3
Total biaya operasi 1.065.000 1.195.000 130.000 12,2
Laba kotor operasi 1.185.000 1.355.000 170.000 14,4
Penyusutan 400.000 450.000 50.000 12,5
Pendapatan bersih operasi 785.000 905.000 120.000 15,3
Pendapatan lainnya 165.000 175.000 10.000 6
EBIT 950.000 1.080.000 230.000 24,2
Biaya bunga
Bunga bank 200.000 150.000 (50.000) (25)
Bunga obligasi 50.000 30.000 (20.000) (40)
Total biaya bunga 250.000 180.000 (70.000) (28)
EBT 700.000 900.000 300.000 42,9
Pajak 20%
EAIT 120.000 180.000 60.000 50
Earning per share 580.000 720.000 240.000 50

Berikut ini adalah salah satu perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi:
1. Penjualan meningkat Rp1.400.000,00 atau sebesar 16,5% dari tahun 2006 sebesar
Rp8.500.000,00 menjadi Rp9.900.000 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan barang yang dijual dan laku di pasaran
2. Penyusutan meningkat Rp50.000,00 atau sebesar 12,5% dari tahun 2006 sebesar
Rp400.000,00 menjadi Rp450.000,00 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan aktiva tetap

2.5 ANALISIS COMMON-SIZE


Analisis common-size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan
laba rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba rugi) atau dari
total aktiva (untuk neraca). Cara semacam ini memudahkan pembacaan data-data keuangan
untuk beberapa periode (untuk menjadi trendstrend). Berikut ini contoh analisis common-size
laba rugi dengan menggunakan laporan laba rugi berikut ini:
Tabel 3 : Laporan Laba Rugi PT ABC

Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1

7
Penjualan 16.405 15.296 15.747
Harga Pokok Penjualan (10.492 ) (9.717) (10.152)
5.913 5.579 5.595
Biaya Penjualan, Umum, dan
Administrasi (4.129) (3.815) (3.743)
Laba operasional 1.784 1.764 1.852
Penyesuaian: Pendapatan dari
anak perusahaan dan pendapatan
luar biasa (311) (265) (573)
Laba sebelum pajak dan bunga 1.473 1.499 1.279
Bunga (303) (307) (300)
Laba sebelum pajak 1.170 1.192 979
Pajak Penghasilan (368) (385) (371)
Laba Bersih 802 807 608

Berikut ini common-size untuk laporan laba rugi dengan menggunakan laporan laba rugi
diatas:

Tabel 4 : Analisis Common-Size Laporan Laba Rugi PT ABC


Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1

Penjualan 100,0 100,0 100,0


Harga Pokok Penjualan (64,0) (63,5) (64,5)
Margin Kotor 36,0 36,5 35,5
Biaya Penjualan, Umum, dan
Administrasi (25,2) (24,9) (23,8)
Laba operasional 10,9 11,5 11,8
Penyesuaian: Pendapatan dari anak
perusahaan dan pendapatan luar
biasa (1,9) (1,7) (3,6)

8
Laba sebelum pajak dan bunga 9,0 9,8 8,1
Bunga (1,8) (2,0) (1,9)
Laba sebelum pajak 7,1 7,8 6,2
Pajak Penghasilan (2,2) (2,5) (2,4)
Laba Bersih 4,9 5,3 3,9

Tabel 5 : Analisis Common-Size Laporan Laba Rugi Industri

Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1

Penjualan 100,0 100,0 100,0


Harga Pokok Penjualan (71,1) (72,0) (72,1)
Margin Kotor 28,9 28,0 27,9
Biaya Penjualan, Umum, dan
Administrasi (22,1) (20,8) (20,9)
Laba sebelum pajak dan bunga 6,8 7,2 7,0
Bunga (1,9) (1,6) (1,2)
Laba sebelum pajak 4,9 5,6 5,8
Pajak Penghasilan (1,8) (2,0) (2,4)
Laba Bersih 3,1 3,6 3,4

Common-size perusahaan (PT ABC) diatas dibandingkan dengan common-size dari


industri. Dari tabel common-size di atas bisa dilihat bahwa perusahaan mempunyai Harga Pokok
Penjualan yang lebih rendah dibandingkan dengan HPP industri. Tetapi biaya administrasi dan
umum perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang sama untuk industri. Hasilnya,
perusahaan mempunyai laba sebelum pajak dan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
industri. Laba bersih perusahaan yang menjadi pengukur marjin bersih, lebih baik dibandingkan
dengan industri.
Common-size untuk neraca dapat disusun dengan cara yang sama, yaitu menyusun setiap
rekening menjadi proporsi dari total aset. Berikut ini common-size untuk perusahaan ABC dan
perbandingannya dengan common-size industri, dengan menggunakan neraca berikut ini.

9
Tabel 6 : Neraca PT ABC untuk Beberapa Periode
Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1
Aktiva Lancar
Kas dan Surat Berharga 408 670 112
Piutang Dagang 4.353 4.233 4.536
Persediaan 2.623 2.201 2.350
Biaya dibayar di muka 155 142 132
Total Aktiva Lancar 7.539 7.246 7.130
Aktiva Jangka Panjang (Tetap)
Bangunan dan Peralatan 4.791 4.463 4.256
Kurangi: Akumulasi Depresiasi 1.554 1.429 1.346
Bangunan dan Peralatan (bersih) 3.237 3.034 2.910

10
Aktiva Lainnya 1.922 1.974 1.694
Total Aktiva 12.698 12.254 11.734

Hutang dan Modal Saham


Hutang Lancar
Hutang Dagang 708 646 525
Hutang Jangka Pendek 1.452 1.000 955
Rekening akrual dan lainnya 1.240 1.139 1.206
Total Hutang lancar 3.400 2.785 2.686

Hutang Jangka Panjang


Hutang Jangka Panjang 2.566 2.863 2.395
Hutang Sewa 189 201 213
Hutang Pajak 1.124 1.346 1.375
Hutang Lainnya 1.066 1.102 898
Total Hutang Jangka Panjang 4.945 5.512 4.881

Modal Saham
Modal Preferen, 1 juta lembar 704 38 -
Saham biasa, nilai per Rp1.500 juta
lembar diotorisasi 60 61 69
Agio Saham 805 801 891
Laba yang ditahan 2.784 3.057 3.207
Total Modal Saham 4.353 3.957 4.167
Total Hutang dan Modal Saham 12.698 12.254 11.734

Tabel 7 : Common-Size Neraca PT ABC


Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1
Aktiva Lancar
Kas dan Surat Berharga 3,2 5,5 1,0
Piutang Dagang 34,3 34,5 38,7
Persediaan 20,7 18,0 20,0
Biaya dibayar di muka 1,2 1,2 1,1
Total Aktiva Lancar 59,4 59,1 60,8
Aktiva Jangka Panjang (Tetap)
Bangunan dan Peralatan (bersih) 25,5 24,8 24,8
Aktiva Lainnya 15,1 16,1 14,4
Total Aktiva 100,0 100,0 100,0

11
Hutang dan Modal Saham
Hutang Lancar
Hutang Dagang 5,6 5,3 4,5
Hutang Jangka Pendek 11,4 8,2 8,1
Rekening akrual dan lainnya 9,8 9,3 10,3
Total Hutang lancar 26,8 22,7 22,9

Hutang Jangka Panjang


Hutang Jangka Panjang dan Sewa 21,7 25,0 22,2
Pajak ditunda dan hutang lainnya 17,2 20,0 19,4
Modal Saham 34,3 32,3 35,5
Total Hutang dan Modal Saham 100,0 100,0 100,0

Tabel 8 : Common-Size Neraca Industri


Tahun 3 Tahun 2 Tahun 1
Aktiva Lancar
Kas dan Surat Berharga 1,9 4,7 3,4
Piutang Dagang 17,2 16,2 15,1
Persediaan 35,9 32,0 37,1
Biaya dibayar di muka 1,3 1,5 0,5
Total Aktiva Lancar 56,3 54,4 56,1
Aktiva Jangka Panjang (Tetap)
Bangunan dan Peralatan (bersih) 31,8 32,5 38,1
Aktiva Lainnya 11,9 13,1 5,8
Total Aktiva 100,0 100,0 100,0

12
Hutang dan Modal Saham
Hutang Lancar
Hutang Dagang 14,8 14,7 22,0
Hutang Jangka Pendek 2,9 0,2 0,4
Rekening akrual dan lainnya 11,4 10,7 5,4
Total Hutang lancar 29,1 25,6 27,8

Hutang Jangka Panjang


Hutang Jangka Panjang dan Sewa 30,8 27,9 23,7
Pajak ditunda dan hutang lainnya 6,3 5,9 6,6
Modal Saham 33,8 40,6 41,9
Total Hutang dan Modal Saham 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan common-size neraca diatas nampak bahwa perusahaan mempunyai aktiva


lancar yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan industri. Perusahaan mempunyai aktiva
tetap yang lebih sedikit dibandingkan dengan industri. Hutang lancar perusahaan lebih sedikit
dibandingkan dengan industri, demikian juga dengan hutang jangka panjangnya. Hutang pajak
untuk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan untuk industri.

2.6 ANALISIS TREND


Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya
dinyatakan dalam persentasi tertentu. Dalam analisis trend perbandingan analisis dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis horizontal atau dinamis. Data yang digunakan adalah data tahunan
atau periode yang digunakan biasanya hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan
karena jika lebih dari tiga periode, akan mengalami kesulitan untuk menganalisisnya.
Jika data yang digunakan lebih dari dua atau tiga periode, metode yang digunakan adalah
angka indeks. Dengan menggunakan angka indeks akan dapat diketahui kecenderungan atau
trend atau arah dari posisi keuangan, apakah meningkat, menurun, atau tetap. Hasil analisis trend
biasanya dihitung dalam persentase.
Data keuangan yang akan digunakan untuk mengadakan analisis trend dengan persentase
adalah data yang paling awal. Kemudian, data tersebut dibandingkan dengan data selanjutnya.
Artinya data paling awal dianggap sebagai tahun dasar awal perhitungan. Data awal tahun yang
akan dianalisis dianggap data normal di antara tahun yang akan dianalisis.

13
Tabel 9 : Neraca Perbandingan Per 31 Desember 2003 2006
PT RAY IBRAHIM, Tbk
NERACA PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2003 dan 2006

Tahun Tahun Tahun Tahun Trend% Trend% Trend%


Pos-pos dalam neraca
2003 2004 2005 2006 2004 2005 2006
Aktiva lancar
Kas 100 140 150 80 140 150 80
Piutang 540 680 500 540 126 93 100
Sediaan 420 560 800 1000 133 191 240
Total aktiva lancar 1060 1380 1450 1620 130 137 153
Total aktiva tetap 1940 2020 2200 2580 104 113 133
Total aktiva 3000 3400 3650 4200 113 122 140
Utang jangka pendek 500 530 570 600 106 114 120
Utang jangka panjang 250 250 250 250 100 100 100
Total utang 750 780 820 850 104 109 113
Ekuitas
Modal setor 2000 2250 2250 2250 133 113 113
Cadangan laba 250 370 580 1100 148 232 440
Total ekuitas 2250 2620 2830 3350 116 126 149
Total pasiva 3000 3400 3650 4200 113 122 140

Dalam analisis trend harus ditentukan tahun dasar sebagai pembanding. Baru kemudian
dicarikan angka indeksnya. Rumus untuk mencari angka indeks adalah sebagai berikut :

Tahun pembanding
Angka indeks = x 100%
Tahun dasar
Sebagai contoh dari neraca diatas, yaitu tahun dasar adalah kas tahun 2003 sebesar
Rp100,00 dan kas tahun 2004 adalah Rp140,00 maka, angka indeks adalah :
Rp140,00
Angka indeks = x 100% = 140%
Rp100,00

14
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut :
1. Uang kas yang ada pada tahun 2004 sebersar 140% dari kas yang ada pada tahun
2003.
2. Uang kas akhir tahun 2004 naik sebesar 40% jika dibandingkan dengan uang kas
akhir tahun 2003.
3. Uang kas akhir tahun 2004 berjumlah 40% lebih besar dari uang kas akhir tahun
2003.
Demikian pula dengan piutang, di mana piutang pada akhir tahun 2004 sebesar Rp680,00
maka :
Rp680,00
Angka indeks = x 100% = 126%
Rp540,00
1. Piutang akhir tahun 2004 hanya sebesar 126% dari piutang akhir tahun 2003.
2. Piutang akhir tahun 2004 naik sebesar 26% jika dibandingkan dengan piutang akhir
tahun 2003.
3. Piutang akhir tahun 2004 berjumlah 26% lebih besar dari piutang akhir tahun 2003.
Pada dasarnya perhitungan angka indeks untuk laporan laba rugi tidak berbeda dengan
perhitungan di neraca.

Tabel 10 : Laporan Laba Rugi Perbandingan Per 31 Desember 2003 2006


PT RAY IBRAHIM, Tbk
LAPORAN LABA RUGI PERBANDINGAN
Per 31 Desember 2003 dan 2006

Tahun Tahun Tahun Tahun Trend% Trend% Trend%


Pos-pos laba rugi
2003 2004 2005 2006 2004 2005 2006
Penjualan 2600 2850 3000 3400 110 115 131
HPP 1200 1350 1400 1600 113 117 133
Laba kotor 1400 1500 1600 1800 107 114 129
Biaya Operasi
Biaya penjualan 500 530 550 570 106 110 114

15
Biaya umum 260 270 270 280 104 104 108
Total biaya operasi 760 800 820 850 105 108 112
Laba bersih operasi 440 700 780 950 159 177 216

Penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp2850,00 sedangkan penjualan tahun 2003
adalah Rp2600,00 maka :

Rp2850,00
Angka indeks = x 100% = 110% (dibulatkan)
Rp2600,00
1. Penjualan akhir tahun 2004 sebesar 110% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan penjualan
akhir tahun 2003.
3. Penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 10% lebih besar dari penjualan akhir tahun
2003.
Biaya penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp530,00 sedangkan biaya penjualan
tahun 2003 adalah Rp500,00 maka :
Rp530,00
Angka indeks = x 100% = 106%
Rp500,00
1. Biaya penjualan akhir tahun 2004 sebesar 106% dari biaya penjualan tahun 2003.
2. Biaya penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 6% jika dibandingkan dengan biaya
penjualan akhir tahun 2003.
3. Biaya penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 6% lebih besar dari biaya penjualan
akhir tahun 2003.
Untuk laba bersih pada akhir tahun 2004 sebesar Rp700,00 sedangkan penjualan tahun
2003 adalah Rp440,00 maka :
Rp700,00
Angka indeks = x 100% = 160% (dibulatkan)
Rp440,00
1. Laba bersih akhir tahun 2004 sebesar 160% dari laba bersih tahun 2003.

16
2. Laba bersih akhir tahun 2004 naik sebesar 60% jika dibandingkan dengan laba bersih
akhir tahun 2003.
3. Laba bersih akhir tahun 2004 berjumlah 60% lebih besar dari laba bersih akhir tahun
2003.

2.7 ANALISIS RASIO


Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-
angka didalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca. Dengan cara rasio semacam itu
diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang.
Misalkan dua perusahaan mempunyai aktiva lancar yang berbeda, Rp 10juta untuk
perusahaan A dan Rp 5juta untuk perusahaan B. Secara sepintas nampak bahwa perusahaan A
lebih likuid karena mempunyai kas yang lebih tinggi. Tetapi kalau perusahaan tersebut
mempunyai hutang semacam ini, perusahaan A 10juta, sedangkan perusahaan B 2,5juta,
likuiditas kedua perusahaan tersebut akan berlainan. Perusahaan A mempunyai aktiva lancar Rp
10juta, tetapi harus menanggung hutang lancar Rp 10juta, sedangkan perusahaan B mempunyai
aktiva lancar Rp 5juta, tetapi hanya menanggung hutang setengahnya yaitu Rp 2,5juta. Rasio-
rasio keuangan menghilangkan pengaruh ukuran dan membuat ukuran bukan dalam angka
absolut, tetapi dalam angka relatif seperti contoh tersebut.
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan kedalam lima macam kategori, yaitu:
(1) Rasio Likuiditas : rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya,
(2) Rasio Aktivitas : rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan
melihat tingkat aktivitas aset,
(3) Rasio Solvabilitas : rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka panjangnya,
(4) Rasio Profitabilitas : rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas),
(5) Rasio Pasar : rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan.
Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa yang
mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap
perusahaan pada masa-masa mendatang.

17
2.7.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancar (hutang dalam hal
ini merupakan kewajiban perusahaan). Meskipun rasio ini tidak bicara masalah
solvabilitas (kewajiban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan
rasio solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan.dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering
digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio). Rasio solvabilitas penting
karena mencakup total hutang (termasuk kewajiban jangka pendek, atau rasio likuiditas).
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Berikut ini perhitungan rasio lancar untuk
perusahaan ABC.
Aktiva Lancar 7.539
Rasio lancar = = = 2,2
Hutang Lancar 3.400
Interpretasi dari rasio diatas : setiap Rp 1 hutang dijamin oleh Rp 2,2 aktiva
lancar. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisal pada angka 2, meskipun tidak
ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah
menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak
baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return
yang lebih rendah dibandungkan dengan aktiva tetap.
Dari ketiga komponen aktiva lancar (Kas, piutang, dan persediaan), persediaan
biasanya dianggap merupakan aset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan
semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu
yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai
persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai perolehan/cost, sedangkan
apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai jual yang secara umum
lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan. Dengan alasan di atas, persediaan
dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio quick. Berikut ini perhitungan
rasio quick.
Aktiva Lancar Persediaan 7.539 2.623
Rasio quick = = = 1,4

18
Hutang Lancar 3.400
Interpretasi dari hasil diatas : setiap Rp 1 hutang dijamin oleh Rp 1,4 aktiva lancar
diluar persediaan. Sama seperti rasio lancar, angka yang terlalu tinggi untuk persediaan
menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkan angka yang terlalu kecil
menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi.
2.7.2 Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada
tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Empat rasio aktivitas adalah : (1) Rata-
rata umur piutang, (2) Perputaran persediaan, (3) Perputaran aktiva tetap, dan (4)
Perputaran total aktiva.
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi
piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin
besar dana yang tertanam pada piutang. Rata-rata umur piutang bisa dihitung melalui dua
tahap yaitu dengan menghitung perputaran piutang dan kemudian menghitung rata-rata
umur piutang.
Penjualan
Perputaran Piutang =
Piutang
Rata-rata umur piutang = 365 / Perputaran Piutang
Untuk perusahaan ABC, rata-rata umur piutang bisa dihitung sebagai berikut :
16.405
Perputaran Piutang = = 3,77 kali
4.353
Rata-rata umur piutang = 365 / 3,76
= 96,8 hari
Alternatif lain adalah rumus yang lebih singkat :
Piutang Dagang 4.353
Rata-rata umur piutang = =
Penjualan / 365 16.405 / 365
4.353
= = 96,8 hari
44,95
Dari perhitungan diatas, piutang dalam setahun berputar 3,76 kali dan diperlukan
waktu 96,8 hari dari piutang menjadi kas. Jika tersedia informasi penjualan kredit, angka
penjualan yang dipakai diatas sebaiknya angka penjualan kredit. Untuk melihat baik

19
tidaknya angka tersebut, perusahaan bisa membandingkan dengan angka industri atau
membandingkan dengan kebijakan kredit perusahaan.
Misalnya perusahaan mempunyai kebijakan kredit sebagai berikut 2/10-n/60,
maka angka diatas (96,8 hari) lebih besar dibandingkan angka target yaitu 60 hari.
Perusahaan harus lebih memperhatikan kebijakan pengumpulan kreditnya. Angka rata-
rata piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan tidak kembalinya piutang
yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi
kebijakan piutang yang terlalu ketat, dan ini akan menurunkan penjualan dari yang
seharusnya bisa dimanfaatkan.
Rasio aktivitas yang kedua adalah rasio perputaran persediaan. Berikut ini
perhitungan rasio aktivitas persediaan.
Harga Pokok Penjualan (HPP)
Perputaran Persediaan =
Persediaan
Rata-rata umur Persediaan = 365 / Perputaran Persediaan
Rata-rata umur persediaan bisa dihitung langsung sebagai berikut :
Persediaan
Rata-rata umur Persediaan =
HPP / 365
Alternatif lain adalah dengan menggunakan rata-rata persediaan. Rata-rata
persediaan bisa dihitung sebagai berikut :
(Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2
Untuk perusahaan ABC, perputaran persediaan bisa dihitung sebagai berikut :
10.492
Perputaran Persediaan = = 4,0 kali
2.623
Dalam satu tahun persediaan berputar empat kali, dan kalau dihitung lamanya
umur persediaan (yang berarti lamanya dana tertanam pada persediaan), maka umur
tersebut bisa dihitung sebagai berikut :
Rata-rata umur Persediaan = 365 / 4 = 91,25 hari
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan
berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan.
Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen
seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

20
Perputaran aktiva tetap bisa dihitung dengan cara formula dibawah ini :
Penjualan 16.405
Perputaran Aktiva Tetap = =
Aktiva Tetap 3,237
= 5,1 kali
= 5,1 kali dalam setahun
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh
mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakinefektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total
aktiva. Rasio menggunakan formula sebagai berikut :
Penjualan 16.405
Perputaran Total Aktiva = = = 1,29 = 1,3
Total Aktiva 12.698
Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi
biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus
membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya
(investasi).
2.7.3 Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total
hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka
panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada
beberapa macam rasio yang bisa dihitung : rasio total hutang terhadap total aset, rasio
hutang modal saham, rasio Times Interest Earned, rasio fixed charges coverage.
Total Hutang
Rasio total hutang terhadap total aset =
Total Aset
Untuk perusahaan ABC, rasio diatas bisa dihitung sebagai berikut :
3.400 + 4.945
Rasio total hutang terhadap total aset =
12.698
8.345
= = 0,66
12.698
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang
tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang

21
tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas Modal
Saham (Return On Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan
menurun, rentabilitas modal aham (ROE) akan menurun cepat. Risiko perusahaan dengan
financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula. Perusahaan ABC menggunakan
dana dari kreditur 66% dari total dananya, yang berarti cukup besar. Rasio diatas juga
bisa diinterpretasikan sebagai berikut : setiap Rp 0,66 hutang perusahaan dijamin oleh Rp
1 aset perusahaan.
Rasio lainnya adalah Times Interest Earned yang dihitung sebagai berikut :
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
TIE =
Bunga
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba
sebelum bunga pajak, atau rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan
pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan
situasi yang aman, meskipun barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya
penggunaan hutang (penggunaan financial leverage) perusahaan. Sebaliknya, rasio yang
rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen.
Untuk perusahaan ABC, rasio TIE bisa dihitung sebagai berikut :
1.473
TIE = = 4,9
303
Interpretasi rasio diatas sebagai berikut : perusahaan mempunyai laba sebelum
bunga dan pajak yang besarnya 4,9 kali beban bunga.
TIE mengukur kemampuan perusahaan membayar beban tetap bunga, rasio lain
akan menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk biaya
sewa. Rasio ini dinamakan fixed charge coverage. Berikut ini formula perhitungan rasio
tersebut.

EBIT + Biaya Sewa


Fixed Charge Coverage =
Bunga + Biaya Sewa
Rasio diatas memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi
sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang (debt capacity)
perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga.

22
Misalkan biaya sewa untuk perusahaan ABC adalah 452 (di laporan laba-rugi
Tabel 4.1, biaya sewa masuk kedalam biaya penjualan, umum, dan administrasi). Untuk
perusahaan ABC, rasio fixed charge coverage bisa dihitung sebagai berikut :
1.473 + 452 1.925
Fixed Charge Coverage = = = 2,5
303 + 452 755
Perusahaan ABC mempunyai laba sebelum bunga, pajak, dan sewa yang besarnya
2,5 kali total beban tetap (sewa dan bunga) perusahaan.
2.7.4 Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga
rasio yang sering dibicarakan, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan
return on equity (ROE).
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada
periode tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut :

Laba bersih
Profit margin =
Penjualan
Untuk perusahaan ABC, profit margin bisa dihitung sebagai berikut :
802
Profit margin = = 0,049 atau 4,9%
16.405
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahan menghasilkan laba
yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu
tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Total Asset (ROA). Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
yang tertentu. ROA juga sering disebut ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa
dihitung sebagai berikut :
Laba bersih
ROA =
Total aset

23
Untuk perusahaan ABC, rasio ROA bisa dihitung sebagai berikut :
802
ROA = = 0,063 atau 6,3%
12.698
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi
manajemen.
Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Equity (ROE). Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa
dihitung sebagai berikut :

Laba bersih
ROE =
Modal saham
Untuk perusahaan ABC, rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut :
802
ROE = = 0,1842 atau 18,42%
4.353
Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini
tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu
rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi
oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.
2.7.5 Rasio Pasar
Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga relatif terhadap nilai
buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon
investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada
beberapa rasio yang bisa dihitung : PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan
pembayaran dividen (dividens payout).
PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya. PER bisa dihitung sebagai
berikut :
Harga pasar perlembar
PER =
Earning perlembar
Misalkan untuk perusahaan ABC, harga pasar saham perlembar adalah Rp 66,875,
Earning per-share (EPS atau earning per-lembar saham) adalah 6,83. EPS dihitung
sebagai laba setelah pajak dibagi jumlah saham yang beredar. PER perusahaan ABC bisa
dihitung sebagai berikut :
66,875

24
PER = = 10,5 kali
6,38
Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik)
mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai
pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang
terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik
lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil.
Rasio yang lain adalah dividend yield yang dihitung sebagai berikut :
Dividen per lembar
Dividend Yield =
Harga pasar saham per lembar
Misalkan untuk perusahaan ABC, dari EPS sebesar Rp 6,38, sebesar Rp 2,25
dibayarkan ke pemegang saham sebagai dividen. Dividen pay-out ratio berarti 0,35
(2,25 / 6,38) atau 35%. Dividend yield bisa dihitung sebagai berikut :
2,25
Dividend Yield = = 0,034 atau 3,4%
66,8
Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan
sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Bagian return yang lain adalah
capital gain, yang diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli.
Apabila selisih negatif yang terjadi, maka terjadi capital loss. Biasanya perusahaan yang
mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang
rendah, karena dividen sebagaian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena
harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividen yield akan
menjadi kecil. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang
rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian mempunyai dividend
yield yang tinggi pula.
Rasio yang terakhir adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout rasio).
Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Rasio pembayaran dividen dihitung sebagai berikut :
Dividen per lembar
Rasio pembayaran dividen =
Earning per lembar
Untuk perusahaan ABC, rasio pembayaran dividen bisa dihitung sebagai berikut :
2,25
Rasio pembayaran dividen = = 0,353 atau 35,3%

25
6,38
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai
rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya, perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen
merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.
2.8 ANALISIS DU PONT
Du Pont mengembangkan analisis yang memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan
aset (asset utilization). Analisis ini menghubungkan tiga macam rasio sekaligus yaitu ROA,
profit margin, dan perputaran aktiva. ROA bisa dipecahkan sebagai berikut :
ROA = Profit margin x Perputaran Aktiva
ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva. Untuk menaikkan ROA,
suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran
aktiva, dengan menaikkan perputaran aktiva dan mempertahankan profit margin, atau dengan
cara menaikkan keduanya. Untuk perusahaan ABC, perincian ROA bisa dilihat sebagai berikut :
6,31% = 4,89% x 1,29
ROA perusahaan hampir sama dibandingkan ROA industri (tahun 1, 2 lebih kecil,
sedangkan tahun ketiga lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri). Profit margin perusahaan
juga hampir sama dengan profit margin industri. Tetapi perputaran aktiva perusahaan masih lebih
rendah dibandingkan dengan perputaran aktiva industri. Untuk itu perputaran aktiva perusahaan
yang berarti pemanfaatan aset, harus lebih ditingkatkan lagi.
Analisis Du Pont bisa dikembangkan lagi dengan memasukkan unsur penggunaan
financial leverage. Berikut ini skema analisis Du Pont dengan memasukkan penggunaan hutang.

Profit Margin
4,89%
ROA
6,31%
Perputaran Total 26
Aktiva 1,29
Rasio Total Hutang Rasio Modal Saham ROE
1 0,657
ke total aset ke total aset 0,343 18,4%
Return On Equity seperti dalam gambar diatas bisa dilihat persamaan berikut :
Return On Total Asset
ROE =
(1 Total hutang/Total Aset)
= 6,31% / (1 - 0,657)
= 18,4%

Dari formula diatas, terlihat bahwa untuk menaikkan ROE, suatu perusahaan mempunyai
beberapa alternatif, seperti :
(1) Menaikkan ROA, yang bisa dilakukan dengan cara menaikkan profit margin atau
menaikkan perputaran aktiva, atau keduanya sambil mempertahankan tingkat hutang,
(2) Menaikkan financial leverage, yang berarti menaikkan hutang. Dengan naiknya hutang,
pembagi dalam persamaan diatas (denominator) akan menjadi lebih kecil, dan dengan
demikian ROE akan lebih besar sambil mempertahankan tingkat ROA,
(3) Menaikkan ROA dan hutang secara bersamaan.

2.9 ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA


Dalam praktiknya dana yang dimiliki oleh perusahaan, baik dana pinjaman maupun
modal sendiri, dapat digunakan untuk dua hal. Pertama, digunakan untuk keperluan investasi.
Artinya dana ini digunakan untuk membeli atau membiayai aktiva tetap dan bersifat jangka
panjang yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Kedua, dana digunakan untuk membiayai
modal kerja yaitu, modal yang digunakan untuk pembiayaan jangka pendek.
Pengertian modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan
operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar
atau aktiva jangka pendek. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja merupakan analisis
yang berhubungan dengan sumber-sumber dana dan penggunaan dana yang berkaitan dengan

27
modal kerja perusahaan. Artinya dari mana saja perusahaan memperoleh dana guna membiayai
kegiatannya. Kemudian dana yang sudah diperoleh tersebut digunakan untuk aktivitas apa saja.
Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva
dan kenaikan passiva. Beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan yaitu: hasil operasi
perusahaan; keuntungan penjualan surat-surat berharga; penjualan saham; penjualan aktiva tetap;
penjualan obligasi; memperoleh pinjaman; dana hibah; dan sumber lainnya.
Penggunaan modal kerja akan dapat memengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri.
Seorang manajer dituntut untuk menggunakan modal kerja secara tepat sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai perusahaan. Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari
kenaikan aktiva dan menurunnya passiva. Secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal
kerja biasa dilakukan untuk perusahaan untuk:
1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan
3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga
4. Pembentukan dana
5. Pembelian aktiva tetap
6. Pembayaran utang jangka panjang
7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar
8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi
9. Penggunaan lainnya
Perolehan modal kerja dari sumber yang telah dipilih serta penggunaan modal kerja yang
telah dilakukan selama operasi perusahaan perlu dibuatkan laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajer keuangan. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
menggambarkan bagaimana perputaran modal kerja selama periode tertentu. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen dalam mengelola modal kerjanya. Dalam laporan penggunaan
dan sumber modal kerja akan terlihat perubahan modal kerja yang dimiliki perusahaan. Laporan
perubahan modal kerja disebut juga dengan statement of fund atau statement of financial
changes. Dalam praktiknya laporan perubahaan modal kerja menggambarkan:
1. Posisi modal kerja per periode
2. Perubahan modal kerja
3. Komposisi modal kerja
4. Jumlah modal kerja yang berasal dari penjualan sajam
5. Jumlah modal kerja yang berasal dari utang jangka panjang
6. Jumlah modal kerja yang digunakan untuk aktiva tetap
7. Jumlah aktiva tetap yang telah dijual
8. Lainnya

28
Untuk membuat laporan perubahan modal kerja, berikut ini disajikan contoh
perbandingan neraca PT Ray Ibrahim, Tbk.

29
Tabel 11 : Neraca Perbandingan Per 31 Desember 2005 dan 2006
PT Ray Ibrahim, Tbk
Neraca Perbandingan
Per 31 Desember 2005 dan 2006 (dalam jutaan rupiah)
Pos-pos dalam Neraca Periode Naik/Turun
Tahun 2005 Tahun 2006 Naik Turun
Aktiva Lancar
Kas 250 350 100
Surat- surat berharga 140 50 90
Piutang 350 250 100
Sediaan 125 150 25
Total Aktiva Lancar 865 800 65
Aktiva Tetap
Tanah 735 735
Mesin 2.500 3.790 1.290
Kendaraan 1.500 1.500
Akumulasi Penyusutan (400) (925) 500
Total Aktiva Tetap 4.335 5.100 2.790
Total Aktiva 5.200 5.900 2.730
Utang Lancar
Utang Bank 550 200 350
Utang Dagang 100 200 100
Utang Wesel 100 50 50
Total Utang Lancar 750 450 300
Utang Jangka Panjang
Utang Hipotek 2.000 1.450 550
Total Utang Jangka Panjang 2.000 1.450 550
Ekuitas
Modal setor 2.000 2.500 500
Laba Ditahan 450 1.500 1.050
Total Ekuitas 2.450 4.000 1.550
Total Passiva 5.200 5.900 2.730

Secara ringkas laporan perubahan modal kerja dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:

30
Periode Modal Kerja
Komponen
Tahun 2005 Tahun 2006 Naik Turun
Kas 250 350 100
Surat- surat berharga 140 50 90
Piutang 350 250 100
Sediaan 125 150 25 25
Utang Bank 550 200 350
Utang Dagang 100 200 100
Utang Wesel 100 50 50
525 315
Kenaikan Modal Kerja 210
525 525

Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan sumber modal kerja dan penggunaan modal kerja
dijelaskan berikut ini:
Sumber modal kerja
1. Hasil Operasi
- Laba Rp 1.050
- Penyusutan Rp 500
Rp 1.550
2. Penjualan saham Rp 500
Jumlah modal kerja Rp 2.050
Penggunaan modal kerja
1. Pembelian mesin Rp 1.290
2. Pembayaran utang hipotek Rp 550
Rp 1.840
Kenaikan modal kerja bersih Rp 210
=======

DAFTAR PUSTAKA

31
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Keempat. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajamen YKPN

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Rajawali Pers

Munawir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

32

Anda mungkin juga menyukai