Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN DESKRIPTIF

Ketidakefektifan Program Revitalisasi Pasar Bulu Semarang Terhadap Aktivitas Kegiatan


Perdagangan Didalamnya

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


pada Mata Kuliah Metodologi Riset Semester Lima
yang diampu oleh Prof. Dr.Ir.Bambang Setioko, M.Eng.

Disusun Oleh :
Rezha Surya Pratama
21020115120030

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

1
I. Gambaran Obyek Penelitian

Data gedung
Lokasi : Jl. Mgr Soegiyopronoto, Barusari, Semarang Sel., Kota
Semarang, Jawa Tengah 50245
Luas Tanah : 13.733 m2
Luas Bangunan : 6.146 m2
Jumlah Lantai : 3 Lantai + 1 Semi Basement
Fungsi Gedung : Pusat pertokoan, pusat perdanganan, dan parkir
Arsitek : Ir. Herman Thomas

Peta Lokasi

Pasar Bulu didirikan pada tahun 1930 dan menempati sebuah tanah lapang,
yang berada di wilayah administrasi pemerintah Kelurahan Barusari Kecamatan
Semarang Selatan Kota Semarang, dengan luas lahan 1092 m2, pada dekade 60-an
Pasar Bulu dibangun dan diperluas lagi dan hingga sekarang ini memiliki luas lahan
13.733 m2 . Sedangkan batas-batas wilayah Pasar Bulu adalah :

2
a. Sisi timur berbatasan dengan Jl. H.O.S. Cokroaminoto
b. Sisi barat berbatasan dengan Jl. Suyudono
c. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. M.G.R. Sugiopranoto
d. Sebelah selatan berbatasan dengan JL. Jayengan

Lahan seluas lebih dari 13 ribu m2 tersebut, tidak semuanya dijadikan sebagai
tempat/lokasi berdagang, hanya 6.146 m2 dari keseluruhan luas lahan yang
merupakan lahan produktif4 . Sedangkan sisanya (lahan seluas 7.587 m2 )
merupakan lahan yang tidak produktif.

Pasar Bulu memiliki sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan di


dalamnya, antara lain:

a. Tempat berjualan :
1) Kios dengan kapasitas maksimal 183 pedagang dengan luas
area 2.150 m2
2) Los dengan kapasitas maksimal 340 pedagang dengan luas
area 3.294 m2 .
3) Dasaran Terbuka dengan kapasitas maksimal 351 pedagang
dengan luas area 702 m2
b. Tempat Beribadah : 1 unit Musholla
c. Bank / koperasi : 2 unit
d. MCK : 3 Unit
e. Bak Sampah : 4 Unit
f. Area Parkir : 400 m2
g. Saluran pembuangan : 120 m2
h. Jalan / lorong dalam pasar : 1212m2

Sebagai data dari gambaran objek, pengelola pasar Bulu mengklasifikasikan


pengelompokan pedagannya berdasarkan dua hal, antara lain: menurut tempat jenis
usaha, dan menurut jenis usaha.

a. Menurut jenis tempat usaha :


1) Kelompok pedagang kios : sebanyak 123 pedagang
2) Kelompok pedagang los : sebanyak 311 pedagang
3) Kelompok pedagang dasaran terbuka : sebanyak 249
pedagang

b. Menurut jenis usaha :


1) Kelontong
2) Konveksi
3) Tekstil
4) Beras/bumbon/sembako
5) Barang pecah belah
6) Daging
7) Produk konsumsi

3
8) Sayur mayur
9) Buah
10) Ikan
11) Roti/makanan
12) Warung makan
13) Jamu/obat
14) Kerajinan tangan
15) Dan lain lain.

gambar 1 foto pasar bulu, Semarang. (Sumber : google.com)

gambar 2 situasi luar pasar bulu, Semarang (sumber : Jateng.tribunnews.com)

4
II. Sejarah Pembangunan Pasar Bulu, Semarang

Pasar Bulu merupakan salah satu pasar tradisional lama di Kota Semarang
yang telah berdiri sejak tahun 1939, dan diarsiteki oleh Ir. Herman Thomas Karsten,
seorang insinyur arsitek lulusan Technische Hoogeschool di Delft negara Belanda
(arsitek yang juga mendesain Gereja Blenduk, Lawang Sewu, dan beberapa
bangunan di kawasan Kota Lama). Bangunan ini menghabiskan waktu 1 tahun dalam
penyelesaiannya. Karsten menggunakan struktur konstruksi yang dinamakan struktur
jamur (mushroom), yaitu bagian atasnya berbentuk segi delapan. Untuk mengatasi
masalah penghawaan dan pencahayaan Ia membuat bukaan (pintu, jendela maupun
lubang ventilasi) yang lebarnya sama dengan jarak antar travenya, juga ada bentuk
unik pada sisi atas kolom, berbentuk seperti corong yang berfungsi menadahkan air
dari atap menuju ke bawah (berfungsi sebagai talang air).

Kondisi Pasar Bulu lama yang kumuh, semrawut, tidak teratur, padat
pedagang, banyaknya pedagang di emperan dan di lokasi parkir yang sempit, serta
struktur fisik pasar yang sudah tidak layak dan terbuka menjadi tempat berteduhnya
pengemis dan gelandangan, menjadikan Pasar Bulu kurang menarik bagi konsumen
dan tidak layak untuk mengakomodasi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
dagang di pasar tersebut. Selain itu, tumbuhnya pasar kontemporer yang sudah
modern di sekitar pasar Bulu, menuntut untuk Pasar Bulu dijadikan tempat yang
bersih, nyaman, dan aman untuk sarana fasilitas perdagangan dan pertokoan. Untuk
itu pada awal tahun 2012 diadakan revitalisasi terhadap Pasar Bulu, Semarang.
.
Dan setelah direvitalisasi, fasilitas yang terdapat di Pasar Bulu antara lain :
eskalator, lift barang, kios, los, dasaran terbuka (pancaan), tempat penitipan anak /
pos kesehatan, pos ukur ulang, pos keamanan, kantor pasar, gudang, sarana parkir
memadai untuk 150 mobil, 300 sepeda motor, mushola, kamar mandi WC, sarana
loading barang, sarana hydrant, pompa drinage, CCTV, runing text harga, landscape
penghijauan, dan sebagainya.

gambar 3 foto 1 pasar bulu sebelum revitalisasi


(sumber : http://semarangkota.com/04/pasar-bulu-semarang-riwayatmu-kini/)

5
gambar 4 foto 2 pasar bulu sebelum revitalisasi
(sumber : http://semarangkota.com/04/pasar-bulu-semarang-riwayatmu-kini/)

gambar 5 foto Pasar Bulu Semarang setelah revitalisasi (sumber : jateng.tribunnews.com)

III. Maksud dan Tujuan Pembangunan Pasar Bulu Semarang

Menurut pemahaman undang-undang nomor 7 tahun 2014, pasar bertujuan


untuk membantu memperlancar penjualan hasil produksi dan memudahkan
memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan serta membantu menyediakan segala
macam barang dan jasa. Dan maksud serta tujuan pemerintah untuk membangun
pasar rakyat adalah untuk membantu konsumen (masyarakat) memperoleh barang

6
untuk kebutuhan hidup, selain itu untuk menyediakan kebutuhan masyarakat dan
melancarkan ekonomi dari sebuah kota. Dengan hadirnya pasar bulu sebagai salah
satu dari pasar rakyat modern, menjadikan wadah untuk kebutuhan tiap tiap individu
masyarakat kota Semarang. Sehingga kebutuhan akan barang bahkan jasa bisa di
dapatkan salah satunya dari pasar bulu. Selain bertujuan menjadikan sebagai wadah,
pasar bulu juga bertujuan untuk menghidupkan perekonomian warga Semarang,
sebagai tempat berputarnya uang dan barang, tentu masyarakat akan terbantu
dengan perekonomian mandirinya, dan tidak terpaku pada bantuan pemerintah.
Tujuan dan maksud lain dari dibangunnya pasar bulu ini adalah sebagai tempat
aktivitas sosial di sekitar lingkungannya.

gambar 6 maksud dan tujuan dibangunnya pasar rakyat untuk menyokong perekonomian masyarakat
(sumber : google.com)

IV. Fungsi Pasar Bulu Semarang

Fungsi pasar sesuai dengan undang-undang nomor 7 tahun 2014 adalah


sebagai sarana distribusi dan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari
produsen ke konsumen. Pasar juga berfungsi mempertemukan penjual dan pembeli.
Selain itu fungsi pasar juga sebagai sarana promosi yang menjadi tempat
memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang atau jasa pada konsumen.
Pasar Bulu Semarang berfungsi sebagai penyalur produk barang, dan jasa dari
sebuah perusahaan ke masyarakat. Selain itu, pasar bulu juga berfungsi sebagai
penunjang perekonomian masyarakat kota Semarang, berfungsi sebagai fasilitas
publik yang mewadahi aktivitas sosial, dan perekonomian, dan berfungsi untuk
mempertemukan antara penjual dan pembeli.

7
V. Peran Pasar Bulu Semarang Terhadap Lingkungan Sekitar

Perkembangan Pasar Bulu sebagai salah satu pasar tradisional di kota


Semarang, namun manajemennbya belum dikelola dengan baik, penyediaan sarana
dan prasarana antar lantai dianggap kurang, sehingga masyarakat merasa enggan
untuk mengunjungi lantai lantai atas, akibatnya pedagang yang memiliki los atau kios
di lantai atas sebagiannya merasa rugi dan memilih untuk berjualan di luar bangunan.

Pasar Bulu mempunyai faktor penyebab terjadinya perubahan pemanfaatan


ruang luar di Jl.Suyudono Semarang, terutama pada jalur pejalan kaki dan badan jalan
yang digunakan oleh para pedagang untuk berjualan. Hal ini menyebabkan terjadinya
kekumuhan di lokasi tersebut serta mengganggu pengguna jalan yang lain
(pengendara mobil, pejalan kaki, dan lain-lain). (Murwani,2007)

Adapula peran Pasar Bulu Semarang adalah sebagai salah satu dari pasar
rakyat modern penyokong kegiatan sosial, dan perekonomian masyarakat kota
Semarang.

VI. Permasalahan Pasar Bulu Semarang

Menurut Nelson (1958) dalam tesis Murwani (2007) karakter pilihan lokasi
usaha dari aspek konsumen (pembeli) agar transaksi perdagangan merupakan hasil
pilihan pembeli terhadap faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas
perdagangan yang ada, antara lain : a. Ketersediaan barang dagangan. b.
Keuntungan harga unit retail, standard, harga kompetitif, dampak promosi, penjualan
khusus c. Kenyamanan tempat penjualan. d. Kemudahan aksesibilitas menuju retail.

Teori Nelson tersebut yang akan digunakan untuk menguji sampaimanakah


efektifitas revitalisasi Pasar Bulu Semarang terhadap kegiatan perdagangan
didalamnya.

1) Ketersediaan Barang Dagangan


Dalam mempersiapkan pasar rakyat yang moderen pemerintah sudah
menyediakan reetail retail di dalam Pasar Bulu, berupa los, maupun kios.
Sehingga penjual memiliki tempat atau lapak untuk berjualan. Artinya, faktor
ketersediaan barang dagangan pada Pasar Bulu terpenuhi.

8
gambar 7 faktor ketersediaan barang dagangan (sumber : google.com)

2) Keuntungan Pembelian
Karena lokasi berjualan yang bersebelahan, menyebabkan kios satu
dengan yang lainnya menawarkan beberapa keuntungan tersendiri kepada
konsumennya, selain keuntungan karena letaknya berdekataan, harga barang
yang dijual pun cenderung bersaing, bisa lebih murah atau sama tetapi
mendapatkan hadiah tertentu atau sebagainya.

gambar 8 keuntungan pembelian (sumber : google.com)

3) Kenyamanan tempat Penjualan


Dalam revitalisasinya tentu sudah mempertimbangkan kenyamanan
konsumen dan penjual, mulai dari penambahan beberapa fasilitas yang salah
satunya adalah eskalator, serta kenyamanan di kiosnya.

9
gambar 10 faktor kenyamanan, kenyamanan visual pada kios
(sumber : google.com)

gambar 9 faktor kenyamanan, penambahan fasilitas berupa eskalator


(sumber : google.com)

4) Kemudahan Aksesibilitas
Kemudahan akses juga merupakan salah satu faktor penting dari pemilihan
lokasi usaha perdagangan, bagaimana kemudahan untuk menuju lokasi kios, Pasar
Bulu saat ini sudah memiliki fasilitas tangga maupun eskalator sebagai utilitas
transportasi vertikal untuk menghubungkan unit unit retail di setiap lantai. Namun
faktanya, eskalator yang menjadi penghubung serta kemudahan mengakses lantai

10
atas justru hanya diaktifkan pada pukul 02.00 pagi hingga pukul 09.00 pagi saja,
alasan pengelola pasar adalah karena pasar biasanya hanya ramai pada pagi hari
saja, sejak jam 2 pagi hingga jam 9 pagi, sehingga selepas jam 9 pagi eskalator sudah
dimatikan, pengelola mengaku bila setiap saat eskalator dinyalakan maka tagihan
perbulannya akan membengkak.

gambar 11 faktor kemudahan, fasilitas eskalator tidak setiap saat diaktifkan (sumber : google.com)

gambar diatas adalah contoh bagaimana seseorang harus berjalan melewati


eskalator yang mati setelah lewat jam 9 pagi. Hal inilah yang menjadikan pembeli
merasa tidak mudah dan tidak nyaman untuk menjangkau lantai atas, akibat dari hal
tersebut, kios kios di lantai atas tidak laku, dan para penjual merasa rugi sehingga
memilih untuk berjualan diluar bangunan supaya mudah nutuk bertemu langsung
dengan pembeli.

11
gambar 12 permasalahan para pedagang yang memilih berjualan diluar bangunan (sumber : google.com)

VII. Kesimpulan
Berdasarkan teori Nelson tentang pemilihan lokasi usaha dari aspek
konsumen, ada dua faktor yang tidak terpenuhi yaitu: faktor kemudahan dan faktor
kenyamanan. Karena fakta bahwa selepas pukul 9 pagi eskalator dinonaktifkan,
menyebabkan pengunjung tidak mudah, tidak nyaman, dan enggan untuk mengakses
ke lantai atas menyebabkan kios di lantai atas justru tidak laku. Sehingga para
pedagang justu berjualan di luar bangunan agar lebih mudah bertemu dengan
konsumen. Walaupun Pasar Bulu sudah direvitalisasi, ternyata masih ada
permasalahan terkait aktivitas sosial dan perekonomian di dalamnya, dengan
demikian revitalisasi Pasar Bulu Semarang belum cukup efektif.

12
VIII. SUMBER REFERENSI

Murwani, N. R. (2007). Nelson, 1958, dalam Kumpulan Teori-Teori Pegembangan Wilayah Kota. tesis,
53.

Murwani, N. R. (2007). PERUBAHAN FUNGSI KORIDOR JALAN SUYUDONO. Tesis, 141.

IX. LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK

13
KELOMPOK: 12
Kegiatan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Keterangan
17/03/16 18/03/1 19/03/1 20/03/1 21/03/1
Penentua 6 6 6 6
NIM n Obyek Pengum Analisa Kesimp Penyus
dan - ulan unan
NamaMhs Lokus pulan Laporan
Penelitian Data
512001 Nimas
2 Nurafifah
512001 PormantiPar
7 agor
512002 Elgin
2 Valiant
512002 Jihan
3 Hafiz
512002 Diana
4 Kusumanin
g

Masalah

14
Gedung ini sebenernya ingin mengadopsi gedung ramah lingkungan dengan
menggunakan dinding kaca untuk menutupi beberapa bagian agar sianr matahari
dapat masuk. Namun penggunaan material kaca terlalu transparan yang
mengakibatkan cahaya yang masuk terlalu banyak. Kondisi tersebut membuat
ruangan menjadi panas sehingga ac akan bekerja secara terus menerus utnuk
mendinginkan ruangan, imbasnya listrik akan menjadi boros.dan akhirnya menjadi
tidak ramah lingkungan.

15

Anda mungkin juga menyukai