Anda di halaman 1dari 17

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)


NAMA :
NPM :
Paraf Paraf
Tgl. Paraf
Kompetensi Elemen Kompetensi Preceptor Preceptor
tercapai mahasiswa
Lahan Institusi
PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit 1. Wawancara
hyperplasia prostat jinak - Penurunan kemampuan dan dorongan aliran urine
(BPH) - Pancaran urine terhenti-henti
- Hesitansi (keengganan) dan sering berkemih
- Nokturia, hematuria
- Dribbling, inkontinensia
- Retensi urine

2. Pemeriksaan Fisik
- Didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah
supra simpisis akibat retensi cairan. Urine yang selalu menetes tanpa
disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.
- Massa medial yang tampak diatas simpisis pubis dari kandung kemih yang
terdistensi
- Pembesaran prostat pada pemberiksaan rektal digital
- Colok dubur (digital rectal examination)
Pada colok dubur di perhatikan : 1) tonus sfingter ani/refleks bulbo-
kaveernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik, 2)
mukosa rektum, dan 3) keadaan prostat antara lain: kemungkinan adanya
nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostat.
Colok dubur menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dam tidak di dapatkan nodul dan
mungkin diantara lobus prostat tidak simetris
3. Pemeriksaan Penunjang

- Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi


atau inflamasi pada saluran kemih.

- Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang


mengenai saluran kemih bagian atas

- Gula darah untuk mengetahui kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli


neurogenik).
- Uroflowmetry
Merupakan pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran urin, menentukan
kecepatan dan kesempurnaan kandung kemih dalam mengosongkan urin dan
untuk mengevaluasi obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan
adanya hyperplasia prostat.

- Ultrasonografi (USG)

USG dapat dilakukan melalui trans abdominal maupun rektal didapatkan


kelainan pada buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah)

- Sistouretroskopi
Sistouretroskopi menentukan intervensi pembedahan terbaik dan
menunjukkan pembesaran prostat, perubahan dinding kandung kemih,
kalkuli, dan pembesaran kandung kemih..
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
BPH
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Retensi urin berhubungan dengan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Pengkajian lanjutan (ongoing assessment)
- Penyumbatan diharapkan pasien mampu berkemih dalam - Kaji eleminasi urin; tanyakan mengenai gejala obstruktif, meliputi keraguan BAK,
- Dekompesasi otot detrusor jumlah yang cukup tanpa adanya distensi kesulitan memulai BAK, adanya tetes-tetes urin di akhir BAK, ketegangan saat akan
Kehilangan tonus kandung kemih kandung kemih yang terpalpasi. BAK, pancaran urin lemah / mengecil, dan gejala iritatif seperti sering BAK, urgensi
untuk berkontraksi secara adekuat Menunjukkan residu pasca berkemih BAK, dan nocturia.
kurang dari 50 ml, dengan tidak adanya - Kaji riwayat infeksi saluran kemih.
menetes atau aliran berlebih. - Kaji adanya nyeri atau ketidaknyamanan.
- Kaji mengenai pengonsumsian obat bebas (over-the-counter drugs).
- Perkusi dan palpasi abdomen untuk mengetahui distensi kandung kemih.
- Kaji residual urin setelah BAK. Kaji intake output, catat jumlah dan frekuensi BAK.
- Kaji adanya hematuria.
- Monitor hasil lab; BUN, kreatinin, dan elektrolit.
- Lihat kembali hasil temuan x-ray atau ultrasound.

Intervensi Perawatan Retensi Urine


Mandiri
- Anjurkan klien berkemih 2 4 jam dan ketika merasakan dorongan berkemih
- Tanyakan klien tentang inkontenesi akibat adanya tekanan ketika bergerak, bersin,
batuk, tertawa, atau mengangkat benda
- Observasi aliran urine, catat ukuran dan warna urine
- Lakukan perkusi dan palpasi distensi kandung kemih
- Observasi intake dan output
Intervensi Terapeutik/ kolaborasi
- Mengkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat / terapi, misalnya : inhibitor
5- reduktase, seperti finasteride dan dutasteride, antibiotik dan antibakteri.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi obat untuk mengecilkan ukuran prostat dan
meningkatkan aliran urin.
- Anjurkan modifikasi gaya hidup terapeutik.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi antibiotik sesuai indikasi.
- Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti berikut : kadar nitrogen urea darah (BUN),
kreatinin (Cr) dan elektrolit, urinalisis dan kultur
- Pembedahan : pemasangan TURP (reseksi prostat transuretra). Terapi ini di
rekomendasikan pada pasien BPH : 1) yang tidak menunjukkan perbaikan setelah
terapai medikamentosa, 2) mengalami retensi urine, 3) infeksi kemih yang berulang,
4) hematuria, 5) gagal ginjal, 6) timbulnya batu atau obstruksi yang lain seperti :
penyempitan saluran kelenjar prostat

2 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Mandiri


iritasi mukosa; distensi kandung diharapkan nyeri hilang atau berkurang, - Kaji nyeri; catat lokasi, intensitas, karakteristik, dan durasi.
kemih, kolik ginjal, infeksi kemih, tampak rileks, dan mampu tidur istirahat - Berikan tindakan yang nyaman seperti gosokan punggung, membantu pasien ke
terapi radiasi ditandai dengan keluhan secara tepat posisi yang nyaman.
nyeri (spasme kendung kemih / - Ajarkan pasien teknik relaksasi dengan latihan nafas dalam.
rektum), fokus menurun, tonus otot - Anjurkan pasien untuk mandi duduk dan membasahi dengan air hangat pada
berkurang, meringis, adanya perineum.
pengalihan sikap, kurang istirahat. - Fiksasi selang drainage ke paha dan kateter ke abdomen, jika traksi tidak diperlukan.

Kolaborasi
- Pasang kateter dan rekatkan pada drainage yang lurus sesuai indikasi.
- Berikan medikasi sesuai indikasi misalnya : opioid, seperti meperidin, antibakterial
seperti methenamin,hipurat antispasmodik dan sedatif kandung kemih seperti
flavoksat dan olsibutinin.
3 Risiko kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Pengkajian berlanjut
berhubungan dengan perdarahan diharapkan klien mampu memperrtahankn - Monitor adanya penurunan tekanan darah, tekanan darah ortostatik, dan peningkatan
post-operasi (pemasangan irigasi) hidrasi adekuat yang di buktikan dengan denyut jantung.
tanda-tanda vital stabil, nadi perifer dapat - Monitor intake output.
dipalpasi, pengisian kapiler yang baik, dan - Monitor bersihan BUN dan kreatinin.
membran mukosa lembab. - Monitor jumlah dan beratnya hematuri serta bekuan pada urin.
- Monitor hemoglobin dan hematokrit.
Menurunnya Hb dan Ht mengindikasikan kehilangan darah secara signifikan, hal
tersebut berkontribusi pada status masalah cairan.
Intervensi mandiri
- Anjurkan peningkatan asupan oral berdasarkan kebutuhan individu
- Pantau tekanan darah dan nadi, evaluasi pengisian kapiler dan membran mukosa oral
- Meningkatkan tirah baring dengan kepala ditinggikan
Intervensi Terapeutik
- Mengkolaborasi dengan dokter dalam memberikan intake oral sesuai kebutuhan
pasien. Pemasukan cairan IV mungkin diperlukan.
- Pantau kadar elektrolit, terutama natrium
Beri cairan intravena (IV) : salin hipertonik sesuai kebutuhan
4 Ansietas berhubungan dengan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Mamdiri
- Perubahan pada status kesehatan diharapkan klien tampak relaks, - Membina hubungan saling percaya dengan klien dan orang terdekatnya
- Ancaman terhadap konsep diri mengungkapkan pengetahuan yang akurat - Beri informasi tentang prosdur dan pemeriksaan spefisik serta apa yang di harapkan
Ancaman terhadap fungsi peran, tentang situasi, menunjukkan tentang setelahnya, seperti kateter, urine berdarah, dan iritasi kandung kemih. Sadari
misalnya kekawatiran mengenai perasaan yang tepat dan penurunan / seberapa banyak informasi yang ingin klien ketahui
kemampuan seksual pengurangan rasa takut, melaporkan - Pertahankan perilaku faktual dalam melakukan prosedur dan mengatasi klien.
ansietas berkurang hingga ke tingkat yang Lindungi privasi klien
dapat ditangani - Beri penguatan kembali tentang informasi yang sebelumnya telah di berikan kepada
klien
5 Defisiensi pengetahuan yang Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Penyuluhan : proses penyakit
berhubungan dengan : diharapkan pengetahaun : proses penyakit Mandiri
- Kurang terpajan atau mengingat - Mengungkapkan pemahaman tentang - Anjurkan verbalisasi ketakutan, perasaan, dan kekhawatiran
kembali, salah menafsirkan informasi proses penyakit, prognosis, dan komplikasi - Beri informasi bahwa kondisi ini tidak ditularkan secara seksual
Ketidakfamilieran dengan sumber potensial - Anjurkan menghindari makanan pedas, kopi, alkohol, mengendarai mobil dalam
informasi - Mengidentifikasi hubungan tanda dan waktu lama / perjalanan jauh dan asupan cairan yang cepat
gejala dengan proses penyakit Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis seperti urine keruh dan
- Memulai perubahan gaya hidup atau bau. Penurunan haluaran urine, ketidakmampuan untuk berkemih dan adanya demam
perilaku yang di perlukan atau menggigil
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
BATU GINJAL (UROLITHIASIS)
NAMA :
NPM :
NO Kompetensi Elemen Kompetensi Tgl Paraf Paraf Paraf
Pencapaian Mahasiswa Preseptor Preseptor
Klinik Akademik
1 Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada A. Pengkajian
klien dengan batu saluran kemih (Urolithiasis) 1. Wawancara: Biodata meliputi: Nama, Umur, Jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi, status
JENIS BATU perkawinan, agama, tanggal masuk Rumah Sakit
Calsium, oxalate, struvit, asamurat, cysteine dan a. Riwayat Kesehatan lalu:
xanthine. Pernah menderita infeksi saluran kemih
Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi (susu, keju,
MEDIKASI kacangpolong, kacang tanah, coklat)
Analgesik narkotik (morfin sulfas) Sering mengkonsumsi makanan tinggi purin (ikan, ayam,
untuk spasme ureter. daging, jeroan)
NSAID (Indometasin) untuk kolik Sering mengkonsumsi makanan tinggi oksalat (bayam,
ginjal akut. seledri, kopi, teh, vitamin D)
Mempunyai penyakit asam urat
TERAPI Bekerja di lingkungan panas
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Pemakaian kateter jangka panjang
lithotripsy) Dehidrasi kronik, asupan cairan buruk, imobilitas
Nefrolitotomi perkutan Riwayat batu sebelumnya
Uterolitotomi
pielolitotomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Nyeri pada batu ginjal : nyeri panggul yang hebat, rasa
lebih tumpul dan sifatnya konstan pada sudut
costovertebral.
Nyeri pada batu ureter : nyeri hebat sifatnya intermitten
menyebar kebagian suprapubik, lipat paha, dan genital
eksterna.
Batu yang terletak disebelah distal ureter : nyeri yang
dirasakan oleh pasien saat kencing atau sering kencing.
Gejala khas batu buli-buli : gejela iritasi seperti nyeri
kencing, perasaan tidak enak pada saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti dan lancar kembali. Nyeri pada
saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.
Mual, muntah dan diare
Oliguria (kencing sedikit< 400 ml/hari)
Disuria (nyeri saat kencing)
Kulit pucat, dingin dan lembab
Hematuria.
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Batu ginjal, penyakit ginjal, hipertensi, gout, isk kronis
atau penyakit herediter seperti asidosis tubulus ginjal,
hiperoksaluria.
2. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi :adakah oedem pada eksremitas, abdomen
simetris/tidak.
b) Palpasi : nyeri pada daerah abdomen kuadran I & II,
daerah simpisis pubis dan orifisium uretra.
c) Perkusi :nyeri pada daerah coste vertebra dan simfisis
pubis.
d) Auskultasi : daerah abdomen untuk mendeteksi arteri
renal stenosis dgn adanya abdominal bruit.
3. Pemeriksaan diagnostic:
Ultrasonografi : Menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi
batu
Radiografi : Dapat menujukkan ukuran, bentuk dan posisi,
membedakan klasifikasi batu
Intra vena pyelografi (IVP) : memberikan konfirmasi cepat
urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal/ panggul.
Mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan
ureter menunjukkan batu dan efek obstruksi.
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah
Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, sistin mungkin meningkat
BUN/ kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi/ rendah
pada urine) terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/ nekrosis
Kultur urine dilakukan bila adanya tanda-tanda infeksi dan
peningkatan leukosit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
UROLITIASIS

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf


1. Nyeri b.d peningkatan frekuensi / Tujuan: Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
dorongan kontraksi ureteral, cedera keperawatan diharapkan nyeri Catat lokasi, lama, intensitas (skala nyeri 0-10) dan penyebaran nyeri.
jaringan sekunder adanya batu pada terkontrol Observasi TTV.
saluran kemih & spasme otot Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan tentang perubahan
kejadian / karakteristik nyeri
Bantu pasien mengatur posisi untuk mengurangi keluhan..
Ajarkan teknik relaksasi dengan napas dalam.
Beri kompres hangat ke punggung
Catat laporan peningkatan nyeri abdomen atau nyeri abdomen yang persisten.

KOLABORASI
Beri medikasi sesuai indikasi misalnya : analgetik termasuk narkotika.
Antispasmodic seperti plafoksat dan osibutinin, penyekat saluran kalsium
seperti nipedipin dan penyekat adrenergic alfa seperti tamsulosin ketahanan
kateter ketika digunakan.

2. Perubahan pola eliminasi urine : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan MANDIRI


Retensi urine berhubungan dengan keperawatan diharapkan aliran urin Observasi adanya distensi kandung kemih
adanya obstruksi pada saluran kemih lancar Monitor jumlah output urin dan pola berkemih, catat adanya oliguri atau anuria
Observasi adanya keluaran batu dari saluran kemih dan kirim ke laboratorium
untuk analisa.
3. Resiko tinggi deficit volume cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
b.d diuresis pasca obstruksi, mual/ keperawatan defisit volume cairan Monitor status cairan klien
muntah ( iritasi saraf abdominal & tidak terjadi Catat adanya muntah dan diare (observasi karateristik & frekuensi muntah &
pelvic umum dari ginjal/ kolik reteral) diare ).
Pantau Hb/Ht, elektrolit
Berikan edukasi pentingnya peningkatan pemasukan cairan (3 4 L/hari) bila
tidak ada kontra indikasi.
Dorong klien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/
berkeringat dan haus)
KOLABORASI
Pantau Hb/Ht dan elektrolit
Beri cairan intravena
Beri diit yang tepat, cairan jernih, dan makanan lunak sesuai toleransi
Beri medikasi , sesuai indikasi misalnya antiemetic ( seperti metoklopramid,
ondansentron, promatezin atau droperidol )
4 Kurangnya pengetahuan tentang diet Tujuan : Setelah diberikan informasi Ajarkan diit rendah purin (membatasi daging berlemak, ayam kalkun,
dan kebutuhan pengobatan pengetahuan klien & keluarga tumbuhan polong, gandum, alcohol)
bertambah mengenai diet dan Ajarkan Diit rendah kalsium (membatasi keju, sayur berdaun hijau, yogurt)
pengobatan Diit rendah oksalat (membatasi coklat, minuman yang mengandung caffeine,
bit, ayam)
Diit rendah kalsium/fosfat
Berikan edukasi tentang program terapi/ perubahan pola hidup.

5 Post Operasi: Tujuan : setelah dilakukan tindakan Awasi tanda vital,


Resiko infeksi berhubungan dengan keperawatan diharapkan tidak adanya Perhatikan demam ringan, menggigil, nadi, dan pernapasan cepat, gelisah,
Invasi kuman pada luka operasi tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi peka, disorientasi.
Berikan antibiotik sesuai indikasi
ik
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
CHRONIC KIDNEY DISEASE
NAMA :
NPM :
Tgl Paraf Paraf Paraf
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa Reseptor Reseptor
Klinik Akademik
1. Mampu melakukan Asuhan 1. Wawancara
Keperawatan Pada Pasien Biodata pasien meliputi nama, tanggal lahir, alamat, pendidikan terakhir, jenis
Gagal Ginjal Kronik / kelamin, pekerjaan, no. registrasi, status pernikahan, agama, serta tanggal masuk
CKD. rumah sakit.
a. Riwayat Penyakit Terdahulu/F.Resiko
Klasifikasi CKD DM tipe 1 dan 2, infeksi ginjal (Glomerulonefritis, pielonefritis (penyakit
(National Kidney infeksi ginjal), ISK), Hipertensi, Penyakit pembuluh darah besar, obstruksi
Foundation Classification ginjal, infeksi sistemik (lupus dan vaskulitis), Penyakit transpaltasi
of Chronic Kidney (glomerular), penyakit ginjal sistik. Pria lebih banyak dibanding wanita.
Disease, Black&Hawks, b. Riwayat Penyakit Keluarga
2005): CKD, DM, Hipertensi.
Stadium I : TD normal, c. Riwayat Penyakit Sekarang/Manifestasi klinis
hasil lab normal, GFR Usia (gejala biasanya dirasakan pada 40-50 tahun).
normal > 90ml/mt/1,73m2. Apakah nyeri pinggang? *adanya batu, nefritis
Hematuria (darah dlm urin), Proteinuria (Protein dlm urin), Poliuria
Stadium II : asimtomatik, (produksi urin banyak), Nokturia (keinginan BAK terus-menerus saat
HT (+), ada kelainan pada tidur), Oliguria (produksi urin sedikit), Dysuria (saat BAK terasa sakit).
hasil lab, GFR turun ringan Peningkatan BB
60-89 ml/mt/1,73m2.
Sindrom Uremik (mual, muntah, anoreksia, gatal seluruh tubuh, kulit
kering/bersisik (xerosis)).
Stadium III : asimtomatik
Kelelahan/keletihan.
(+), nilai Lab ada kelainan
Apakah sesak napas?
di beberapa sistem organ,
Apakah ada gangguan penyembuhan luka dan peningkatan infeksi? *jika
GFR turun sedang 30-59
terdapat DM
ml/mt/1,73m2.
Apakah adanya bengkak di ekstremitas?
Stadium IV : mulai tanda2 2. Pemeriksaan Fisik
CKD (kelelahan &nafsu a. Inspeksi
makan buruk), GFR turun Kulit (lesi, bersisik, pruritis, elastisitas menurun).
berat 15-29 ml/mt/1,73m2. Piting edema, Edema periorbital (daerah mata), Edema perifer.
Sianosis
Stadium V : sesak napas Distensi vena jugularis.
berat, Gagal Ginjal < 15 Ekstremitas (warna kulit, memar, tanda2 perdarahan, edema).
ml/mt/1,73m2. Abdomen (asites).
Status Neurologis
- Perubahan tingkat kesadaran (enselopati)
- Hilang ingatan.
- Stupor (rasa kantuk yang dalam, bisa dibangunkan dengan rangsang
nyeri).
b. Perkusi
Adanya pembesaran ginjal
Abdomen (batas hati, ada pembesaran atau tidak).
c. Palpasi
Edema periorbital.
Kelembaban kulit.
Edema di ekstremitas terutama bagian bawah.
Abdomen (palpasi 4 kuadran).
Nadi perifer ditangan dan kaki.
Palpasi ginjal untuk mengetahui adanya pembesaran ginjal.
d. Auskultasi
Paru-paru (kualitas bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan: ronkhi
kering, mengi, bunyi gesekan).
Bising usus (N: 5-30x/menit).
Ginjal (letakan stetoskop di sebelah kiri dan kanan umbilicus untuk
mendengarkan adanya bunyi bruit di arteri renalis).
3. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis.
1) GFR (menurun <15%).
- <60 mL/mt/1,73m2 selama >3 bulan
- <15 mL/mt/1,73m2 pada CKD stadium akhir
2) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria).
3) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
4) Berat jenis: < 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat.
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
6) Hematuria.
7) Konsentrasi natrium urin (lebih besar dari 40mEq/L).

Hematologi
1) Kreatinin serum lebih dari 4 mg/dL
2) BUN/Blood (20-50 mg/dL mengindikasikan kerusakan ginjal berat, lebih
dari 100 menunjukan kerusakan ginjal berat, lebih dari 200 gejala uremia)
, Ph darah dan Hb menurun, CO2 rendah, kadar bikarbonat rendah.
3) Osmolalitas (kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1).
4) Kalium (hipo/hyperkalemia).
5) Natrium (hyponatremia).
6) Fosfat (hiperfosfatemia).
7) Kalsium (hypokalsemia).
8) Klorida (hypokloremia).

Radiologi
1) Pielografi intravena/IVP (ada batu atau mengetahui adanya masalah lain)
2) Ultrasonografi ginjal (ukuran ginjal tampak mengecil, korteks yang
menipis, adanya hydronefrosis, batu ginjal, massa, dan kista).
3) Renogram (kurva renogram abnormal).
4) Biopsi ginjal (mengetahui keganasan)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (GAGAL GINJAL KRONIK)
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Paraf
1. Kelebihan volume cairan Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan kelebihan Mempertahankan 1. Kaji adanya tanda-tanda penurunan volume cairan (peningkatan TD, takikardi, Tacipnea,
intake cairan, kelebihan intake keseimbangan cairan Edema, penurunan BB, Ortopnea, distensi vena jugularis).
sodium, ketidakstabilan tubuh. 2. Auskultasi adanya bunyi crackles.
mekanisme regulasi. 3. Kaji jumlah edema perifer dengan cara palpasi bagian bawah dari tibia, tumit dan juga bagian
belakang.
4. Nilai kepatuhan pasien dengan pembatasan diet dan cairan dirumah.
5. Dudukan pasien apabila mengeluh sesak nafas.
6. Anjurkan pasien untuk meninggikan kakinya saat duduk.
7. Instruksikan pasien mengenai pembatasan cairan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
8. Observasi output urin/24 jam
9. Instrusikan pasien mengenai pembatasan protein (0,6-0,8gr/kgBB/hari atau 40 g/hari) dan
garam (3 gr/hari)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antihypertensi.
2. Lakukan therapy dialysis sesuai indikasi.
2. Resiko Penurunan Curah Tujuan : Mandiri
Jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital terutama TD dan HR.
gangguan regulasi keperawatan selama. 2. Kaji suhu kulit dan nadi perifer.
hemodinamik. gangguan regulasi 3. Monitor adanya distritmia.
hemodinamik teratasi. 4. Auskultasi bunyi jantung untuk mencari adanya gesekan perikardium atau redaman suara
jantung kaji apakah ada hypotensi dan distensi vena jugularis.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Berikan terapi oxygen sesuai kebutuhan.
3. Resiko tinggi gangguan Tujuan : Mandiri
integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya neuropathy perifer (kram, kesemutan, baal, detak jantung meningkat, perut
dengan Uremia. keperawtan selama. kembung dll)
gangguan integritas kulit 2. Kaji adanya pruritus.
teratasi 3. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar jika terdapat edema.
4. Informsikan pasien tentang faktor penting dalam integritas kulit: nutrisi, gerakan, kebersihan,
dan kesadaran awal akan kerusakan kulit.
5. Informasikan kepada pasien pentingnya untuk tidak menggaruk kulit
6. Menjaga kuku tangan agar tetap pendek.
Kolaborasi
1. Berikan obat anti pruritus sesuai indikasi (antihistamine).
4 Ganguan nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan Mandiri
kebutuhan tubuh berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor asupan makanan dan nutrisi serta episode muntah (makan ketika mual berkurang)
dengan anoreksia,mual, muntah kebutuhan nutrisi pasien 2. Timbang berat badan berkala (1 minggu)
terpenuhi 3. Bantu perawatan mulut sebelum makan dan sebelum tidur
4. Berikan makanan porsi kecil dan berikan snack diantara makan
5. Anjurkan pasien makan dalam jumlah sedikit tapi sering
Kolaborasi
1. Atur konsultasi dengan dietisien (diet CKD)
- Cairan disesuaikan dengan jumlah urin/hari
- Kebutuhan kalori : 30-35 kalori/KgBB
- Kalium dibatasi bila urin kurang dari 400 ml/24 jam atau kadar kalium darah lebih dari
5,5 mEq/l
2. Monitor status dengan melihat nilai lab ( albumin serum, dan bun)
3. Berikan nutrisi parenteral sesuai program
4. Berikan therapi antiemetrik 30 hingga 60 menit sesudah makan.
5 Nyeri (Post op) berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
dengan inkontinuitas jaringan keperawatan, diharapkan 1. Observasi keluhan dan skala nyeri klien secara kompeherensif (lokasi, durasi,frekwensi,
masalah nyeri teratasi kualitas,intensitas, dan faktor presipitasi)
2. Ajarkan atau berikan upaya kenyamanan (manajemen nyeri) seperti kompres hangat, perubahan
posisi, masase punggung, tekhnik relaksasi (tarik nafas dalam)
3. Bantu klien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan nyeri dengan berikan lingkungan yang
nyaman, pengalihan melalui televisi, radio dan interaksi dengan pengunjung.
Kolaborasi
1. Berikan obat analgesik sesuai dengan indikasi
6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen energy :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktifitas
ketidakseimbangan suplai dan klien dapat 2. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
pemakaian oksigen menunjukkan toleransi 3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya
terhadap aktifitas 4. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber energy yang adekuat
5. Observasi respon jantung paru terhadap aktifitas
6. Batasi stimulus lingkungan misalnya membatasi pengunjung
7. Hindari aktifitas selama istirahat
8. Bantu klien dan keluarga untuk menuntukan tujuan aktivitas yang realistis
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang berarti

7 Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan Mandiri :


dengan kateter/ invasif (CDL) tindakan keperawatan 1. Monitor suhu dan TTV minimal 4 jam
dan kerusakan fungsi imun menunjukkan tidak ada 2. Monitor tanda-tanda infeksi
tanda-tanda infeksi 3. Berikan kebersihan pernapasan yang baik termasuk perubahan posisi, batuk dan napas dalam
4. Batasi kunjungan dari orang yang jelas sakit
5. Perawatan luka insersi CDL
Kolaborasi :
1. Periksa kultur urine, cairan dialisis peritoneum dan drainase lain sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai