2. Pemeriksaan Fisik
- Didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah
supra simpisis akibat retensi cairan. Urine yang selalu menetes tanpa
disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.
- Massa medial yang tampak diatas simpisis pubis dari kandung kemih yang
terdistensi
- Pembesaran prostat pada pemberiksaan rektal digital
- Colok dubur (digital rectal examination)
Pada colok dubur di perhatikan : 1) tonus sfingter ani/refleks bulbo-
kaveernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik, 2)
mukosa rektum, dan 3) keadaan prostat antara lain: kemungkinan adanya
nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostat.
Colok dubur menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dam tidak di dapatkan nodul dan
mungkin diantara lobus prostat tidak simetris
3. Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi (USG)
- Sistouretroskopi
Sistouretroskopi menentukan intervensi pembedahan terbaik dan
menunjukkan pembesaran prostat, perubahan dinding kandung kemih,
kalkuli, dan pembesaran kandung kemih..
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
BPH
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Retensi urin berhubungan dengan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Pengkajian lanjutan (ongoing assessment)
- Penyumbatan diharapkan pasien mampu berkemih dalam - Kaji eleminasi urin; tanyakan mengenai gejala obstruktif, meliputi keraguan BAK,
- Dekompesasi otot detrusor jumlah yang cukup tanpa adanya distensi kesulitan memulai BAK, adanya tetes-tetes urin di akhir BAK, ketegangan saat akan
Kehilangan tonus kandung kemih kandung kemih yang terpalpasi. BAK, pancaran urin lemah / mengecil, dan gejala iritatif seperti sering BAK, urgensi
untuk berkontraksi secara adekuat Menunjukkan residu pasca berkemih BAK, dan nocturia.
kurang dari 50 ml, dengan tidak adanya - Kaji riwayat infeksi saluran kemih.
menetes atau aliran berlebih. - Kaji adanya nyeri atau ketidaknyamanan.
- Kaji mengenai pengonsumsian obat bebas (over-the-counter drugs).
- Perkusi dan palpasi abdomen untuk mengetahui distensi kandung kemih.
- Kaji residual urin setelah BAK. Kaji intake output, catat jumlah dan frekuensi BAK.
- Kaji adanya hematuria.
- Monitor hasil lab; BUN, kreatinin, dan elektrolit.
- Lihat kembali hasil temuan x-ray atau ultrasound.
Kolaborasi
- Pasang kateter dan rekatkan pada drainage yang lurus sesuai indikasi.
- Berikan medikasi sesuai indikasi misalnya : opioid, seperti meperidin, antibakterial
seperti methenamin,hipurat antispasmodik dan sedatif kandung kemih seperti
flavoksat dan olsibutinin.
3 Risiko kekurangan volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Pengkajian berlanjut
berhubungan dengan perdarahan diharapkan klien mampu memperrtahankn - Monitor adanya penurunan tekanan darah, tekanan darah ortostatik, dan peningkatan
post-operasi (pemasangan irigasi) hidrasi adekuat yang di buktikan dengan denyut jantung.
tanda-tanda vital stabil, nadi perifer dapat - Monitor intake output.
dipalpasi, pengisian kapiler yang baik, dan - Monitor bersihan BUN dan kreatinin.
membran mukosa lembab. - Monitor jumlah dan beratnya hematuri serta bekuan pada urin.
- Monitor hemoglobin dan hematokrit.
Menurunnya Hb dan Ht mengindikasikan kehilangan darah secara signifikan, hal
tersebut berkontribusi pada status masalah cairan.
Intervensi mandiri
- Anjurkan peningkatan asupan oral berdasarkan kebutuhan individu
- Pantau tekanan darah dan nadi, evaluasi pengisian kapiler dan membran mukosa oral
- Meningkatkan tirah baring dengan kepala ditinggikan
Intervensi Terapeutik
- Mengkolaborasi dengan dokter dalam memberikan intake oral sesuai kebutuhan
pasien. Pemasukan cairan IV mungkin diperlukan.
- Pantau kadar elektrolit, terutama natrium
Beri cairan intravena (IV) : salin hipertonik sesuai kebutuhan
4 Ansietas berhubungan dengan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Mamdiri
- Perubahan pada status kesehatan diharapkan klien tampak relaks, - Membina hubungan saling percaya dengan klien dan orang terdekatnya
- Ancaman terhadap konsep diri mengungkapkan pengetahuan yang akurat - Beri informasi tentang prosdur dan pemeriksaan spefisik serta apa yang di harapkan
Ancaman terhadap fungsi peran, tentang situasi, menunjukkan tentang setelahnya, seperti kateter, urine berdarah, dan iritasi kandung kemih. Sadari
misalnya kekawatiran mengenai perasaan yang tepat dan penurunan / seberapa banyak informasi yang ingin klien ketahui
kemampuan seksual pengurangan rasa takut, melaporkan - Pertahankan perilaku faktual dalam melakukan prosedur dan mengatasi klien.
ansietas berkurang hingga ke tingkat yang Lindungi privasi klien
dapat ditangani - Beri penguatan kembali tentang informasi yang sebelumnya telah di berikan kepada
klien
5 Defisiensi pengetahuan yang Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Penyuluhan : proses penyakit
berhubungan dengan : diharapkan pengetahaun : proses penyakit Mandiri
- Kurang terpajan atau mengingat - Mengungkapkan pemahaman tentang - Anjurkan verbalisasi ketakutan, perasaan, dan kekhawatiran
kembali, salah menafsirkan informasi proses penyakit, prognosis, dan komplikasi - Beri informasi bahwa kondisi ini tidak ditularkan secara seksual
Ketidakfamilieran dengan sumber potensial - Anjurkan menghindari makanan pedas, kopi, alkohol, mengendarai mobil dalam
informasi - Mengidentifikasi hubungan tanda dan waktu lama / perjalanan jauh dan asupan cairan yang cepat
gejala dengan proses penyakit Kaji ulang tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis seperti urine keruh dan
- Memulai perubahan gaya hidup atau bau. Penurunan haluaran urine, ketidakmampuan untuk berkemih dan adanya demam
perilaku yang di perlukan atau menggigil
FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB
BATU GINJAL (UROLITHIASIS)
NAMA :
NPM :
NO Kompetensi Elemen Kompetensi Tgl Paraf Paraf Paraf
Pencapaian Mahasiswa Preseptor Preseptor
Klinik Akademik
1 Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada A. Pengkajian
klien dengan batu saluran kemih (Urolithiasis) 1. Wawancara: Biodata meliputi: Nama, Umur, Jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi, status
JENIS BATU perkawinan, agama, tanggal masuk Rumah Sakit
Calsium, oxalate, struvit, asamurat, cysteine dan a. Riwayat Kesehatan lalu:
xanthine. Pernah menderita infeksi saluran kemih
Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi (susu, keju,
MEDIKASI kacangpolong, kacang tanah, coklat)
Analgesik narkotik (morfin sulfas) Sering mengkonsumsi makanan tinggi purin (ikan, ayam,
untuk spasme ureter. daging, jeroan)
NSAID (Indometasin) untuk kolik Sering mengkonsumsi makanan tinggi oksalat (bayam,
ginjal akut. seledri, kopi, teh, vitamin D)
Mempunyai penyakit asam urat
TERAPI Bekerja di lingkungan panas
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Pemakaian kateter jangka panjang
lithotripsy) Dehidrasi kronik, asupan cairan buruk, imobilitas
Nefrolitotomi perkutan Riwayat batu sebelumnya
Uterolitotomi
pielolitotomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Nyeri pada batu ginjal : nyeri panggul yang hebat, rasa
lebih tumpul dan sifatnya konstan pada sudut
costovertebral.
Nyeri pada batu ureter : nyeri hebat sifatnya intermitten
menyebar kebagian suprapubik, lipat paha, dan genital
eksterna.
Batu yang terletak disebelah distal ureter : nyeri yang
dirasakan oleh pasien saat kencing atau sering kencing.
Gejala khas batu buli-buli : gejela iritasi seperti nyeri
kencing, perasaan tidak enak pada saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti dan lancar kembali. Nyeri pada
saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.
Mual, muntah dan diare
Oliguria (kencing sedikit< 400 ml/hari)
Disuria (nyeri saat kencing)
Kulit pucat, dingin dan lembab
Hematuria.
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Batu ginjal, penyakit ginjal, hipertensi, gout, isk kronis
atau penyakit herediter seperti asidosis tubulus ginjal,
hiperoksaluria.
2. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi :adakah oedem pada eksremitas, abdomen
simetris/tidak.
b) Palpasi : nyeri pada daerah abdomen kuadran I & II,
daerah simpisis pubis dan orifisium uretra.
c) Perkusi :nyeri pada daerah coste vertebra dan simfisis
pubis.
d) Auskultasi : daerah abdomen untuk mendeteksi arteri
renal stenosis dgn adanya abdominal bruit.
3. Pemeriksaan diagnostic:
Ultrasonografi : Menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi
batu
Radiografi : Dapat menujukkan ukuran, bentuk dan posisi,
membedakan klasifikasi batu
Intra vena pyelografi (IVP) : memberikan konfirmasi cepat
urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal/ panggul.
Mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan
ureter menunjukkan batu dan efek obstruksi.
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah
Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, sistin mungkin meningkat
BUN/ kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi/ rendah
pada urine) terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/ nekrosis
Kultur urine dilakukan bila adanya tanda-tanda infeksi dan
peningkatan leukosit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
UROLITIASIS
KOLABORASI
Beri medikasi sesuai indikasi misalnya : analgetik termasuk narkotika.
Antispasmodic seperti plafoksat dan osibutinin, penyekat saluran kalsium
seperti nipedipin dan penyekat adrenergic alfa seperti tamsulosin ketahanan
kateter ketika digunakan.
Hematologi
1) Kreatinin serum lebih dari 4 mg/dL
2) BUN/Blood (20-50 mg/dL mengindikasikan kerusakan ginjal berat, lebih
dari 100 menunjukan kerusakan ginjal berat, lebih dari 200 gejala uremia)
, Ph darah dan Hb menurun, CO2 rendah, kadar bikarbonat rendah.
3) Osmolalitas (kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1).
4) Kalium (hipo/hyperkalemia).
5) Natrium (hyponatremia).
6) Fosfat (hiperfosfatemia).
7) Kalsium (hypokalsemia).
8) Klorida (hypokloremia).
Radiologi
1) Pielografi intravena/IVP (ada batu atau mengetahui adanya masalah lain)
2) Ultrasonografi ginjal (ukuran ginjal tampak mengecil, korteks yang
menipis, adanya hydronefrosis, batu ginjal, massa, dan kista).
3) Renogram (kurva renogram abnormal).
4) Biopsi ginjal (mengetahui keganasan)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (GAGAL GINJAL KRONIK)
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Paraf
1. Kelebihan volume cairan Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan kelebihan Mempertahankan 1. Kaji adanya tanda-tanda penurunan volume cairan (peningkatan TD, takikardi, Tacipnea,
intake cairan, kelebihan intake keseimbangan cairan Edema, penurunan BB, Ortopnea, distensi vena jugularis).
sodium, ketidakstabilan tubuh. 2. Auskultasi adanya bunyi crackles.
mekanisme regulasi. 3. Kaji jumlah edema perifer dengan cara palpasi bagian bawah dari tibia, tumit dan juga bagian
belakang.
4. Nilai kepatuhan pasien dengan pembatasan diet dan cairan dirumah.
5. Dudukan pasien apabila mengeluh sesak nafas.
6. Anjurkan pasien untuk meninggikan kakinya saat duduk.
7. Instruksikan pasien mengenai pembatasan cairan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
8. Observasi output urin/24 jam
9. Instrusikan pasien mengenai pembatasan protein (0,6-0,8gr/kgBB/hari atau 40 g/hari) dan
garam (3 gr/hari)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antihypertensi.
2. Lakukan therapy dialysis sesuai indikasi.
2. Resiko Penurunan Curah Tujuan : Mandiri
Jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital terutama TD dan HR.
gangguan regulasi keperawatan selama. 2. Kaji suhu kulit dan nadi perifer.
hemodinamik. gangguan regulasi 3. Monitor adanya distritmia.
hemodinamik teratasi. 4. Auskultasi bunyi jantung untuk mencari adanya gesekan perikardium atau redaman suara
jantung kaji apakah ada hypotensi dan distensi vena jugularis.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Berikan terapi oxygen sesuai kebutuhan.
3. Resiko tinggi gangguan Tujuan : Mandiri
integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya neuropathy perifer (kram, kesemutan, baal, detak jantung meningkat, perut
dengan Uremia. keperawtan selama. kembung dll)
gangguan integritas kulit 2. Kaji adanya pruritus.
teratasi 3. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar jika terdapat edema.
4. Informsikan pasien tentang faktor penting dalam integritas kulit: nutrisi, gerakan, kebersihan,
dan kesadaran awal akan kerusakan kulit.
5. Informasikan kepada pasien pentingnya untuk tidak menggaruk kulit
6. Menjaga kuku tangan agar tetap pendek.
Kolaborasi
1. Berikan obat anti pruritus sesuai indikasi (antihistamine).
4 Ganguan nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan Mandiri
kebutuhan tubuh berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor asupan makanan dan nutrisi serta episode muntah (makan ketika mual berkurang)
dengan anoreksia,mual, muntah kebutuhan nutrisi pasien 2. Timbang berat badan berkala (1 minggu)
terpenuhi 3. Bantu perawatan mulut sebelum makan dan sebelum tidur
4. Berikan makanan porsi kecil dan berikan snack diantara makan
5. Anjurkan pasien makan dalam jumlah sedikit tapi sering
Kolaborasi
1. Atur konsultasi dengan dietisien (diet CKD)
- Cairan disesuaikan dengan jumlah urin/hari
- Kebutuhan kalori : 30-35 kalori/KgBB
- Kalium dibatasi bila urin kurang dari 400 ml/24 jam atau kadar kalium darah lebih dari
5,5 mEq/l
2. Monitor status dengan melihat nilai lab ( albumin serum, dan bun)
3. Berikan nutrisi parenteral sesuai program
4. Berikan therapi antiemetrik 30 hingga 60 menit sesudah makan.
5 Nyeri (Post op) berhubungan Setelah dilakukan tindakan Mandiri
dengan inkontinuitas jaringan keperawatan, diharapkan 1. Observasi keluhan dan skala nyeri klien secara kompeherensif (lokasi, durasi,frekwensi,
masalah nyeri teratasi kualitas,intensitas, dan faktor presipitasi)
2. Ajarkan atau berikan upaya kenyamanan (manajemen nyeri) seperti kompres hangat, perubahan
posisi, masase punggung, tekhnik relaksasi (tarik nafas dalam)
3. Bantu klien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan nyeri dengan berikan lingkungan yang
nyaman, pengalihan melalui televisi, radio dan interaksi dengan pengunjung.
Kolaborasi
1. Berikan obat analgesik sesuai dengan indikasi
6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen energy :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktifitas
ketidakseimbangan suplai dan klien dapat 2. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
pemakaian oksigen menunjukkan toleransi 3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya
terhadap aktifitas 4. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber energy yang adekuat
5. Observasi respon jantung paru terhadap aktifitas
6. Batasi stimulus lingkungan misalnya membatasi pengunjung
7. Hindari aktifitas selama istirahat
8. Bantu klien dan keluarga untuk menuntukan tujuan aktivitas yang realistis
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang berarti