Anda di halaman 1dari 11

FORMAT KONTRAK BELAJAR KMB SISTEM PERKEMIHAN

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

Nama Mahasiswa :

MPM :

Paraf Paraf
Tgl Paraf
Preseptor Preseptor
No. Kompetensi Elemen Kompetensi Pencapaian Mahasiswa
Klinik Akademik
1. Mampu melakukan  Wawancara
asuhan keperawatan pada  Riwayat penyakit dahulu
pasien BPH. - DM, Hipertensi, riwayat penyakit saluran kencing
dan pembedahan.
Definisi  Riwayat penyakit menurun: Hipertensi, DM.
BPH adalah suatu kondisi  Riwayat penyakit sekarang
yang sering terjadi - Kapan mulai merasakan gejala sulit BAK?
sebagai hasil dari - Berapa lama gejala timbul?
pertumbuhan dan - Apakah terjadi peningkatan frekuensi berkemih?
pengendalian hormon - Apakah ada rasa urgensi atau darurat berkemih?
prostat. (Yuliana, 2011) - Apakah ada rasa tidak tuntas setelah berkemih?
- Apakah pancaran urin melemah?
Etiologi - Apakah terdapat tetes-tetes urin?
Bertambahnya usia, akan
terjadi perubahan  Pemeriksaan fisik
keseimbangan testosteron  Inspeksi
estrogen karena produksi - Lihat abdomen adanya hidronefrosis, pyelonefritis
testosteron menurun dan - Lihat penis dan uretra adanya stenose meatus, stritur
terjadi konversi uretra, batu uretra, karsinoma, fimosis
testosteron menjadi - Lihat skrotum adanya epididimis
estrogen pada jaringan  Perkusi
adiosa diperifer. Proses Ada atau tidaknya residual urin
pembesaran prostat  Palpasi
terjadi secara perlahan- - Massa padat dibawah abdomen (distensi kandung
lahan, efek perubahan kemih), nyeri tekan kandung kemih
juga terjadi perlahan- - Nyeri supra pubis, panggul atau punggumg
lahan. - Colok dubur (rectal touch) : konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan
Manifestasi klinis kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.
Tanda dan gejala BPH
berdasarkan kategori  Pemeriksaan Penunjang
keparahan, yaitu : Laboratorium
a. Ringan  Urinalisa : Warna kuning, coklat gelap, berdarah,
Asimtomatik, penampilan keruh, pH 7 atau lebih menunjukan infeksi.
kecepatan urinary  Kultur urin : menunjukan staphylococcus ureus,
puncak <10 mL/s, proteus,iclebisiells, pseudomonas atau eschencia coli.
volume urin residual  Sitologi urin : untuk mengesampingkan kanker kandung
setelah pengosongan kemih
>25-50 mL,  BUN/kreatinin meningkat
peningkatan BUN  Asam fosfat serum / antigen prostatic meningkat karena
dan kreatinin serum. pengaruh hormonal pada kaknker prostat.
b. Sedang  Leukosit > 11.000 mengindikasikan infeksi.
Semua tanda diatas
ditambah obstruktif  Diagnostik
penghilangan gejala  USG :Untuk memeriksa konsistensi, volume, besar prostat.
dam iritatif  IVP : Menunjukan perlambatan pengosongan kandung
penghilangan gejala kemih
(tanda dari detrusor  Pemeriksaan Panendoskop
yang tidak stabil). Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-buli.
c. Berat  Internasional Prostate Symtom Score (IPSS) untuk menilai
Semua yang diatas gejala BPH dan kualitas hidupnya.
ditambah satu atau Hasil IPSS
dua lebih kompikasi 1-7 = Ringan (mild)
BPH. 8-19 = Sedang (moderate)
20-35 = Berat (severe)
Derajat rectal toucher Jika <7 = Wacthful waiting (hanya diberi penjelasan)
BPH:  Uroflowmetry
1) Derajat I: Penonjolan
prostat, atas mudah Merupakan pemeriksaan sederhana untuk mencatat aliran
diraba. Beratnya ± urin, menentukan kecepatan dan kesempurnaan kandung
20gr, sisa volume kemih dalam mengosongkan urin dan untuk mengevaluasi
urin <50 ml. obstruksi. Penurunan kecepatan aliran menunjukkan
2) Derajat II: : adanya hyperplasia prostat.
Penonjolan prostat Hasil Uroflometri :
jelas, batas atas dapat 1. Flow rate >15 ml/detik = non obstruktif
dicapai. Beratnya 2. Flow rate 10-15 = border line
antara 20-40gr, sisa 3. Flow rate <10 = Obstruktif
volume urin <50-100  Ultrasonografi (USG) rectal
ml. Pemeriksaan USG rectal sering dilakukan untuk
3) Derajat III: Batas atas menentukan keganasan maupun kelainan lainnya dari
prostat tidak dapat kelenjar prostat. Caranya adalah dengan memasukkan
diraba. Beratnya > langsung probe USG ke dalam rectum dan melihat
40gr, sisa volume gambaran prostat di layar monitor.
urin >100 ml  Sistoskopi
Sistoskopi dilakukan untuk melihat keadaan uretra dan
kandung kemih dengan jalan memasukkan alat cystoscope
ke dalam uretra dan kandung kemih. Test ini dapat
menentukan ukuran kelenjar prostat dan dapat
mengidentifikasi lokasi dan tingkat obstruksinya.
 Pemeriksaan prostat spesifik antigen (PSA) dan prostat
acid phosphate (PAP). Tes ini dilakukan dengan cara
menentukan kadar PSA dalam darah, dan PAP pada
penderita BPH. Peningkatan kadar PSA menunjukkan
adanya perbesaran kelenjar prostat atau prostatitis dan juga
dapat menentukan perkiraan ukuran prostat. Kadar PSA
normal adalah <4ng/ml.
PSA 4 – 10 ng/ml = perbesaran ringan
PSA 10 – 20 ng/ml = perbesaran sedang
PSA 20 – 35 ng/ml = perbesaran berat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf


1. Pre operasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
Retensi urine (akut/kronik) selama 1 x 24 jam diharapkan masalah 1. Menganjurkan klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan
berhubungan dengan Obstruksi keperawatan teratasi. bila tiba-tiba dirasakan.
mekanik; pembesaran prostat. 2. Tanyakan klien tentang inkontinensia stres.
Masalah retensi urine teratasi 3. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan
Batasan karakteristik : kekuatan.
Subjektif 4. pantaui dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
- Disuria 5. Perkusi/palpasi area suprapubik
- Sensasi kandung kemih penuh 6. Pantau masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam
toleransi jantung, bila diindikasikan.
Objektif 7. Observasi tanda-tanda vital.
- Tidak ada haluaran urin
- Distensi kandung kemih Kolaborasi
- Urine menetes 1. Pemberian obat Antiposmadik (menghilangkan spasme
- Sering berkemih kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh
- Inkontinensia overflow kateter) sesuai indikasi.
- Residu urine
- Haluaran urin sering dan sedikit
atau tidak ada
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
Iritasi mukosa; distensi kandung selama 1 x 24 jam diharapkan masalah 1. Pantau karakterisktik nyeri dengan PQRST.
kemih, kolik ginjal; infeksi urinaria; keperawatan teratasi. 2. Plester selang drainase pada paha dan kateter pada
terapi radiasi. abdomen.
Masalah Nyeri teratasi 3. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Batasan karakteristik : 4. Bantu klien dalam melakukan posisi nyaman dan
Subjektif ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Melaporkan nyeri secara verbal
atau dengan isyarat (misal, Kolaborasi
menggunakan skala nyeri) 1. Pemberian obat penghilang rasa nyeri sesuai indikasi

Objektif
- Respon otonom (misal: perubahan
tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan, dilatasi pupil)
- Mengekspresikan perilaku (misal:
gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsangan, dan menghela
napas panjang)
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perilaku menjaga atau sikap
melindungi
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai).
3. Risiko tinggi terhadap kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
volume cairan berhubungan dengan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah 1. Pantau keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila
pasca obstruksi diuresis dari drainase keperawatan teratasi. diindikasikan.
cepat kandung kemih yang terlalu 2. Anjurkan peningkatan pemasukan oral.
distensi secara kronis. Kebutuhan volume cairan terpenuhi 3. Observasi tekanan darah & denyut jantung dengan
sering.
Batasan karakteristik : 4. Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Subjektif : - 5. Pantau elektrolit, khususnya natrium.
Objektif
- Kurang pengetahuan Kolaborasi
- Penyimpangan yang mempengaruhi 1. Pemberian cairan IV sesuai kebutuhan.
akses untuk pemasukan atau
absorpsi cairan (misal, imobilitas
fisik)
- Kehilangan yang berlebihan
melalui rute normal (misal,
berkemih).
- Usia ekstrem
- Berat badan ekstrem
- Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan (misal, status
hipermetabolik)
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Kehilangan cairan melalui rute
yang tidak normal (misal, slang
kateter menetap)
- Obat (misal, diuretik)
1. Post operasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
Nyeri akut berhubungan dengan insisi selama 1 x 24 jam diharapkan masalah 1. Pantau karakteristik nyeri dengan PQRST.
bedah, spasme kandung kemih, dan keperawatan teratasi. 2. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
retensi urine 3. Bantu klien dalam melakukan posisi nyaman dan
Maslah nyeri teratasi ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
Batasan karakteristik :
Subjektif Kolaborasi
- Melaporkan nyeri secara verbal 1. Pemberian obat penghilang rasa nyeri sesuai indikasi.
atau dengan isyarat (misal,
menggunakan skala nyeri)

Objektif
- Respon otonom (misal: perubahan
tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan, dilatasi pupil)
- Mengekspresikan perilaku (misal:
gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsangan, dan menghela
napas panjang)
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perilaku menjaga atau sikap
melindungi
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur atau tidak
menentu, dan menyeringai).
2. Perubahan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri
berhubungan dengan reseksi selama 3 x 24 jam diharapkan masalah 1. Pantau posisi kateter.
pembedahan dan irigasi kandung keperawatan teratasi. 2. Observasi warna, karakter dan aliran urine serta adanya
kemih. bekuan melalui kateter tiap 2 jam.
Masalah perubahan eliminasi urine 3. Catat jumlah irigan, haluaran urine dan kaji kandung
Batasan karakteristik : terpenuhi kemih terhadap retensi.
Subjektif : - 4. Kaji dengan sering lubang aliran keluar urine.

Objektif Kolaborasi
- Sering berkemih 1. Masukkan larutan irigasi melalui lubang terkecil dari
- Inkontinensia kateter. (sesuai indikasi)
- Nokturia
- retensi

3. Resiko infeksi yang berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri


dengan adanya kateter dikandung selama 3 x 24 jam diharapkan masalah 1. Observasi adanya tanda-tanda inflamasi dan
kemih dan insisi bedah. keperawatan teratasi. peningkatan suhu tubuh setiap 4 jam.
2. Pantau & catat karakter urine; laporkan bila keruh atau
Batasan karakteristik : Tidak terjadi infeksi bau busuk.
Subjektif : - 3. Bila ada kateter uretral, pertahankan sistem drainase
gravitasi tertutup.
Objektif 4. Gunakan teknik steril untuk kateterisasi intermiten
- Tanda-tanda inflamasi selama perawatan di rumah sakit.
- Leukosit meningkat 5. Pantau abdomen atau kandung kemih terhadap distensi.
6. Pantau dan laporkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih.
7. Gunakan teknik cuci tangan yang baik.
Kolaborasi
1. Pemeriksaan laboratorium (H2TL) bila diindikasikan.
Sumber :
Black, joyce. 2014. Keperawatan Medikal Bedah buku 2. Singapura : Elsevier
Diagnosis keperawatan: diagnosisNANDA-I intervensi NIC, hasil NOC, diahlibahasakan oleh Judith M dkk. 2016. Jakarta: EGC
Lemone, Priscilla., et al. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta : EGC
Lesmana, Laurentius. 2015. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta : Internal Publishing
Yuliana elin, dkk. Iso Farmakoterapi. 2011. Jakarta : EGC
HASIL LABORATORIUM PADA BPH

A. Nilai Normal Ureum dan Kreatinin


Nilai Normal Kreatinin :
Pria : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Wanita : 0.5 – 1.5 (mg/dl)

Nilai Normal Ureum


Pria : 15 – 40 (mg/dl)
Wanita : 15 – 40 (mg/dl)

B. Bun (Blood Urea Nitrogen)


BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang
normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Dewasa 5-25 mg/dl
Anak 5-20 mg/dl
Bayi 5-15 mg/dl

C. Natrium (Na)
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit
ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk
mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls
saraf.

Nilai normal dalam serum :


Dewasa 135-145 mEq/L
Anak 135-145 mEq/L
Bayi 134-150 mEq/L

Nilai normal dalam urin :


40 – 220 mEq/L/24 jam
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah
garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi
yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh).Peningkatan Na terjadi pada pasien
diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi,gagal
hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat
golongan laksansia (obat pencahar).
Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi,
dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.

D. Kalium (K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh
darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam
wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal :
Dewasa 3,5 – 5,0 mEq/L
Anak 3,6 – 5,8 mEq/L
Bayi 3,6 – 5,8 mEq/L

Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan


obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dan Iain-Iain.Penurunan
kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah, pengeluaran
lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.Makanan yang
mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dan Iain-Iain.
Pathway BPH

Anda mungkin juga menyukai