Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SENAM RELAKSASI PROGRESIF

PADA MASYARAKAT DEWASA DAN LANSIA

DI RW 01 KELURAHAN CEMPAKA BARU KECAMATAN KEMAYORAN


JAKARTA PUSAT

Topik : Senam Relaksasi Progresif


Sasaran : Kader kesehatan dan di RW 01
Kelurahan Cempaka Baru Kecamatan Kemayoran
Penyaji : Tuti Sugiarti, S.Kep
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Januari 2018
Waktu : 15.00 - 15.30 WIB
Tempat : Kantor Sekretariat RW 01 Kelurahan Cempaka Baru

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan dan praktek senam relaksasi progresif selama 1 x 30 menit
diharapkan Kader RW 01 Kelurahan Cempaka Baru Kecamatan Kemayoran dapat
memahami dan mengerti tentang senam relaksasi progresif dan cara penatalaksanaannya.

B. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian senam relaksasi progresif
b. Mengetahui manfaat senam relaksasi progresif
c. Mengetahui langkah-langkah senam relaksasi progresif
d. Mampu memperagakan langkah-langkah senam relaksasi progresif

C. Media
LCD dan Laptop

D. Materi
Terlampir
E. Metode Evaluasi
Memberikan pertanyaan spontan kepada Kader di RW 01 Kelurahan Cempaka Baru.

F. Kegiatan Belajar Mengajar


No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Memberikan salam Menjawab Salam
2. Menyepakati kontrak
waktu dan tempat.

2. Pelaksanaan 8 menit Memberikan penyuluhan Mendengarkan


tentang: dengan penuh
1. Menjelaskan perhatian.
tentang pengertian
senam relaksasi Bertanya bila ada
progresif penjelasan yang
2. Menjelaskan kurang dimengerti
tentang manfaat
senam relaksasi Peserta ikut
progresif memperagakan
Menyebutkan senam relaksasi
tanda dan gejala progresif
hipertensi
3. Menjelaskan
tentang langkah-
langkah senam
relaksasi progresif
4. Memperagakan
langkah-langkah
senam relaksasi
progresif

3. Evaluasi 7 menit 1. Mengevaluasi materi Memberikan


yang diberikan jawaban sesuai
dengan memberikan pertanyaan.
pertanyaan spontan
2. Memberikan Menjawab Salam.
kesimpulan tentang
materi yang diberikan
3. Mengucapkan salam

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Diskusi dengan kelompok terkait kegiatan penyuluhan dan praktek senam
relaksasi progresif pada Kader di RW 01.
b. Membuat laporan pendahuluan, SAP, materi senam relaksasi progresif, serta
media dan dikonsulkan ke dosen pembimbing
c. Membuat jadwal kegiatan dan undangan.
d. Menetapkan tempat dan tujuan, sarana dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan.
e. Mengkonsulkan dan diskusi dengan dosen pembimbing.

2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa dapat menyampaikan materi penyuluhan dan praktek senam relaksasi
progresif dengan baik.
b. Kader di RW 01 Kelurahan Cempaka Baru sebanyak 70% aktif selama proses.
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
d. Kegiatan berlangsung dengan tertib dan lancar.

3. Evaluasi Hasil
a. Presentasi materi dapat dimengerti oleh Kader di RW 01 Kelurahan Cempaka
Baru mulai dari pengertian, manfaat dan langkah-langkah senam relaksasi
progresif sebanyak 80% peserta.
b. Diharapkan Kader di RW 01 Kelurahan Cempaka Baru dapat menunjukkan
peningkatan pengetahuan tentang senam relaksasi progresif dapat menyebutkan
10 dari 14 gerakan senam relaksasi progresif dan mempraktekkannya.
Terapi Relaksasi Otot Progresif

A. Terapi relaksasi otot progresif

Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan
bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran
dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik relaksasi otot progresif memusatkan
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan
relaks (Herodes, 2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi
yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-oto tertentu dan kemudian
relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi
mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot
tertentu. (Kustanti dan Widodo, 2008).
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri
seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal. Sedangkan Taylor
(2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi dalam kehidupan
individu dapat menjadi stressor yang bisa menyebabkan terjadinya stress dan kecemasan.
Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh
semua peristiwa yang dialami sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Respon individu bersifat unik dan membutuhkan pendekatan yang unik
pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai manajemen ansietas adalah
dengan progressive muscle relaxation yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20 ketika
Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku Progressive
Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun 1938. Jacobson
menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks.
Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat
otot-otot mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani &
Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan
dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan
perasaan relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara
progresif kelompok otot ini dilakukan secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002).
Pada latihan relaksasi ini perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang
dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi
tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita dapat
merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas
(Chalesworth & Nathan, 1996).
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan yang
merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan adanya
relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga
kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995). Terapi relaksasi merupakan sarana
psikoterapi efektif sejenis terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe
untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan otot-otot, syaraf yang bersumber pada
objek-objek tertentu (Goldfried dan Davidson, 1976 dalam Subandi, 2002).
Relaksasi otot progresif adalah proses menegangkan dan mengendurkan bagian otot
dalam tubuh sesuai urutan

B. Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif


Salah satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat. Sekitar 60%
klien mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas maupun permasalahan
lainnya yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang.
Kecemasan dapat berakibat pada munculnya emosi negative, baik terhadap permasalahan
tertentu maupun kegiatan sehari-hari seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat
menyebabkan gangguan tidur atau insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan
cara nonmedikasi yaitu dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf
normal (Alim, 2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot
progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan
untuk tidur (Susanti, 2009).
C. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari teknik ini
adalah untuk:
 Membuat tubuh menjadi santai yang dapat menurunkan tingkat hormon stres, tekanan
darah, nadi dan gula darah
 Mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan,
insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif

D. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1.Klien dewasa dan lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
2.Klien dewasa dan lansia yang sering mengalami stress.
3. Klien dewasa dan lansia yang mengalami kecemasan.
4. Klien dewasa dan lansia yang mengalami depresi.

E. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1. Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa
menggerakkan badannya.
2. Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).

F. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
relaksasi otot progresif.
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan
posisi berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
7. Terus-menerus memberikan instruksi.
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
G. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
Persiapan klien:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
pada klien;
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri;
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.
Prosedur
1. Menggenggam tangan sambil membuat suatu kepalan. Kepalan dibuat semakin
kuat, sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan
dilepaskan rasakan rileksnya selama 10 detik
2. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit

3. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua


kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi tegang.
Gambar :

4. Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa


hingga menyentuh kedua telinga.

Gambar:

5. Kerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput
6. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
7. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di
sekitar otot-otot rahang
8. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
Gambar :

9. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk


menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
10. Bawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk membenamkan dagu ke
dadanya
11. Angkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu
busungkan dada sehingga tampak seperti pada gambar 6. Kondisi tegang
dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks
12. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut.

Gambar:
13. Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi
kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas
14. Luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang

Gambar:

H. Kriteria Evaluasi
1. Klien tidak mengalami gangguan tidur (insomnia) dan tidak stress.
2. Kebutuhan dsasar klien terpenuhi.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kesimpulan
Ada 14 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres dan
kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah, punggung, perut, dada
dan kaki.
Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan akan
memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.

Saran
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 14 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan kemampuan.. Setiap
kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi yang memiliki
tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada saat melakukan penegangan
pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.
DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika.
Alim. 2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.
http//www.psikologizone.com/Langkah-Langkah-Relaksasi-Otot-Progresif, diakses tanggal
25 Nopember 2010.
Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I edisi
7. Jakarta : Salemba Medika
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

Anda mungkin juga menyukai