Anda di halaman 1dari 4

TEORI ABRAHAM MASLOW

MOTIVASI : TEORI HIRARKI KEBUTUHAN


Abraham Maslow dilahirkan di New York pada tahun 1908 dan meninggal tahun 1970.
Abraham Maslow mengembangkan model Hierarki Kebutuhan (1950) dan teori Hierarki
Kebutuhan yang sampai saat ini tetap digunakan dalam memahami motivasi manusia, pelatihan
manajemen, dan pengembangan pribadi. Dalam teorinya, kebutuhan mempunyai tingkat yang
berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi
mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai
berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan,
harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan.
Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi. Ketika
kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi
tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku manusia (Ranupandojo & Husnan, 1995:
181; Goble, 1987: 71-72 dalam Lianto, 2011).
Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan
mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-
galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar
ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu
yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-
kebutuhan ini (Winardi, 2002: 14 dalam Lianto, 2011).
b. Kebutuhan Rasa Aman
Segera setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow
sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam
kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan
kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan
suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan, maka ia akan menjadi
cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan
keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan tidak diharapkan (Goble, 1987: 73 dalam Lianto, 2011).
c. Kebutuhan Sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi
motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya,
orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anakanak. Ia haus
akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan
berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini
bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia
pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting.
Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan,
tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu (Goble, 1987: 74 dalam Lianto, 2011).
d. Kebutuhan akan Harga Diri
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa kasus yang
patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian diri yang mantap, mempunyai
dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri.
Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara
internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan
kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain,
prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau
nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian
ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan
rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik.
Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa
ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa
ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan
akan hal-hal itu telah terpuaskan (Maslow, 1984: 76-77 dalam Lianto, 2011).
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan
manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut Maslow
sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin
menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan
penghargaan terpuaskan secara memadai (Goble, 1987: 77 dalam Lianto, 2011).
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi
Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak
prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan
tentang perlunya jembatan antara kemampuan manajerial secara ekonomis dengan
kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa
melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian
perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terusmenerus
mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada
dipahami, memberi daripada menerima.
Di dalam Hierarki kebutuhan Maslow bila individu telah dapat memenuhi kebutuhan
pertama, kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, yaitu kebutuhan mendapatkan rasa aman. Setelah kebutuhan mendapatkan rasa aman,
maka kebutuhan berafiliasi dan bersosialisasi dengan orang lain sebagai anggota masyarakat
yang mendominasi dibandingkan kebutuhan lainnya. Ketika kebutuhan ini terpenuhi maka
kebutuhan harga diri mempunyai kekuatan yang dominan di antara kebutuhankebutuhan lainnya.
Ketika kebutuhan akan harga diri ini telah terpenuhi, maka kebutuhan aktualisasi diri menduduki
tingkat yang paling penting. Kebutuhan aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan untuk
mengoptimalkan potensi diri, suatu keinginan untuk menjadi apa yang dirasakan oleh individu
karena mempunyai potensi mencapainya. Menurut Maslow bahwa hierarki kebutuhan ini
merupakan suatu pola yang tipikal dan bisa dilaksanakan pada hampir setiap waktu
(Thoha,2001:199 dalam Anastasia, 2010). Pemenuhan kebutuhan yang satu akan menimbulkan
kebutuhan yang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Adakalanya
seseorang untuk mencapai kebutuhan aktualisasi diri harus melewati pemenuhan kebutuhan
mulai dari fisik, terus merangkak keaktualisasi diri. Sebaliknya ada orang lain yang tidak
memerlukan waktu yang lama dalam satu tingkat, tahu-tahu sudah berada pada tingkat
kebutuhan aktualisasi diri.

Contoh dalam Kebidanan :


Dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan di Desa, Pemerintah
membangun Polindes yang dikelola oleh Bidan Desa. Dalam mengajak masyarakat untuk
memanfaatkan Polindes tersebut sebaiknya Bidan dapat memulainya dengan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka dari yang paling rendah hingga yang tertinggi sesuai dengan teori
Abraham Maslow. Dimulai dari memenuhi kebutuhan fisiologis contohnya sarana dan prasarana
Polindes yang bersih dan nyaman, kemudian kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
akan harga diri serta kebutuhan aktualisasi diri. Jika konsep tersebut diaplikasikan maka
kebutuhan-kebutuhan klien dan pasien dapat terpenuhi atau terpuaskan. Ketika satu tingkat
kebutuhan telah terpenuhi maka ia akan termotivasi untuk mencari kepuasan pada tingkat
kebutuhan selanjutnya. Dengan demikian masyarakat khususnya ibu hamil akan termotivasi
untuk datang ke Polindes. Sehingga diharapkan hal ini dapat menurunkan AKI dan AKB.

Daftar Pustaka :

Mendari, A. 2010. Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Mahasiswa

Lianto. 2011. Aktualisasi Teori Hierarki Kebutuhan Abraham H. Maslow bagi Peningkatan
Kinerja Individu dalam Organisasi. Jurnal Ilmiah MABIS. Vol.2 No.1

Anda mungkin juga menyukai