Anda di halaman 1dari 22

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 23 (2) : 165-186 (2015)

Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap


Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dalam
Pencegahan ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar

Application Of Family-Centered Nursing Model On The


Execution Of Family Health Care In Preventing Acute
Respiratory Tract Infection Of Under 5 Years Children
In The Working Area Of Simpang Tiga Public Health
Center Aceh Besar District

Vitria Erlinda
Nursing Academy Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh

KATA KUNCI Family-Centered Nursing; Tugas Kesehatan Keluarga; ISPA


KEYWORDS Family-Centered Nursing; Family Health Task; Caring of
Children With ARI

ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan


salah satu masalah kesehatan di dunia. Hal ini dibuktikan
dengan masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena
ISPA, terutama pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun.
Penerapan model pemberdayaan berbasis keluarga : family-
centered nursing merupakan intervensi keperawatan yang
mendukung pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam
pencegahan ISPA. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan, agar keluarga
dapat mencegah terjadinya ISPA pada balita. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
family-centered nursing terhadap pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dalam pencegahan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif, desain penelitian menggunakan metode
pre-eksperimental design dengan rancangan one group pre and
posttest design without control group. Responden dalam
penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita yang
mengalami ISPA dan berobat ke Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Aceh Besar pada bulan Oktober sampai November
2014 yang berjumlah 33 keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan ada perubahan signifikan dalam kemampuan
keluarga untuk mengenal masalah ISPA sebelum dan sesudah
penerapan family centered nursing dengan nilai (p 0,00); ada

165
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
perubahan yang signifikan dalam pengambilan keputusan
tindakan sebelum dan sesudah penerapan family centered
nursing dengan nilai (p 0,00); ada perubahan yang signifikan
dalam merawat anggota keluarga yang sakit sebelum dan
sesudah penerapan family centered nursing dengan nilai (p
0,00), ada perubahan yang signifikan dalam memodifikasi
lingkungan sebelum dan sesudah penerapan family centered
nursing dengan nilai (p 0,001) dan ada perubahan yang
signifikan dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan sebelum dan
sesudah penerapan family centered nursing dengan nilai (p
0,00). Penerapan family centered nursing dapat mempengaruhi
kemandirian keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga dalam pencegahan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar.

ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the health problems


in the world. This is evidenced by the high morbidity and
mortality due to respiratory infections, especially in infants and
children under five years. The application of the model-based
empowerment family : family-centered nursing is one of the
nursing interventions that facilitates the task of the family in the
prevention of respiratory health. The ability of the family to
carry out the duties of family health is necessary, so that the
family can prevent the recurrence of respiratory infection in
infants. The purpose of this study was to determine the effect of
the implementation of family - centered nursing on task in the
prevention of respiratory health in Simpang Tiga public health
area of Aceh Besar District. A quantitative research with pre-
experimental design approach employing one group pre and
posttest without control group design was adopted. Respondents
in this study were all families who have children aged 1-5 years
suffering from respiratory infection and went to the Simpang
Tiga Public health center Aceh Besar District from October to
November 2014, involving 33 families. Paired t-test with a
significance level of p value < 0.05 was used for data analysis to
observe changes before and after the implementation of family-
centered nunrsing. The results showed significant changes (P <
0.05) in the familys ability to recognize problem, significant
changes (P < 0.00) in their independence in making decision on
appropriate health measures, significant changes (0.00) in giving
care to the sick family member, significant changes (P < 0.001)
in modifying environment to create a more healthy home &
significant changes (P <0.00) in referring family to public health
facilities. The implementation of family-centered nursing may
affect the independence of the family in carrying out family
health task in the prevention of ARI in children in Simpang Tiga
public health area of Aceh Besar District.

166
VITRIA ERLINDA

Penyakit Infeksi Saluran sebanyak 3 sampai 6 kali pertahun.


Pernafasan Akut (ISPA) merupakan Sebesar 78% balita yang berkunjung ke
salah satu masalah kesehatan di dunia. pelayanan kesehatan adalah akibat
Hal ini dibuktikan dengan masih ISPA (WHO, 2012).
tingginya angka kesakitan dan Di Indonesia, ISPA sering disebut
kematian karena ISPA dimana angka sebagai pembunuh utama.
kematian balita 44 per 1000 kelahiran Diperkirakan kematian akibat ISPA
hidup (DepKes RI, 2008). angka khususnya peneumonia mencapai 5
kematian balita di atas 40 per 1000 kasus diantara 1000 balita. Ini berarti
kelahiran hidup adalah 15%-20% ISPA mengakibatkan 150.000 balita
pertahun pada golongan usia balita meninggal tiap tahunnya atau 12.500
(Depkes RI, 2010). Kematian akibat korban per bulan atau 416 kasus per
penyakit ISPA pada balita mencapai hari atau 17 per jam atau seorang bayi
12,4 juta di seluruh dunia, dimana dua tiap 5 menit (Depkes RI, 2004).
pertiganya adalah bayi, yaitu golongan Berdasarkan laporan Riset Kesehatan
umur 0-1 tahun dan 15%-20% pada Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Infeksi
golongan usia balita (WHO, 2007). Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih
World Health Organization (WHO) merupakan masalah kesehatan yang
memperkirakan insidens Infeksi penting di Indonesia karena
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menyebabkan kematian yang cukup
menurut kelompok umur balita tinggi dengan proporsi 3,8% untuk
diperkirakan 0,29 episode per anak/ penyebab kematian di semua umur,
tahun dinegara berkembang dan 0,05 sementara prevalensi nasional ISPA
episode per anak/ tahun di negara sebesar 25,5 %, dimana angka kesakitan
maju. Ini menunjukan bahwa terdapat (morbiditas) ISPA pada bayi 2,2%,
156 juta episode baru di dunia per pada balita 3% sedangkan angka
tahun dimana 151 juta episode (96,7%) kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%
terjadi di negara berkembang. Kasus dan balita 15,5% (Depkes RI, 2010).
terbanyak di India (43 juta), Cina (21 Kematian balita akibat ISPA di
juta) dan Pakistan (10 juta) dan Indonesia mengalami peningkatan
Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing- sebesar 20.6% dari tahun 2010 hingga
masing 6 juta episode (WHO, 2007). tahun 2011 yaitu 18.2% menjadi 38.8%.
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Penyakit ISPA menempati urutan
Akut (ISPA) merupakan penyakit yang pertama pada daftar 10 penyakit
sering terjadi pada anak. Jumlah kasus terbanyak kunjungan pasien ke rumah
ISPA di masyarakat diperkirakan sakit Kondisi ini makin mempersulit
sebanyak 10% dari populasi (Depkes Indonesia untuk mencapai target The
RI, 2009). Millenium Development Goals (MDGs)
Dari semua kasus yang terjadi di pada akhir tahun 2015. Target
masyarakat, 7-13% kasus berat dan pencapaian poin ke-4 MDGs
memerlukan perawatan rumah sakit. (mengurangi kematian anak) adalah
Episode batuk pilek pada balita yang menurunkan angka kematian balita 2/3
menderita ISPA di Indonesia dari tahun 1990-2015.
diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali
Correspondence:
pertahun, berarti seorang balita rata- Vitria Erlinda,Nursing Academy Kesdam Iskandar Muda,
rata mendapat serangan batuk pilek Banda Aceh,Email: erlinda.vitria@yahoo.com

167
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
Berdasarkan data dari Dinas melalui peningkatan surveilans,
Kesehatan Provinsi Aceh, prevalensi advokasi dan kemitraann. Selain itu
Infeksi Saluran Pernapasan Akut juga mengembangkan pendekatan
(ISPA) pada tahun 2008 sebesar 63,78% MTBS (Manajemen Terpadu Balita
dan pada tahun 2009 sebesar 70,36%. Sakit), vaksinasi dan strategi
Sedangkan pada tahun 2013 ditemukan manajemen kasus.
47.528 kasus. ISPA merupakan Berbagai upaya pemberian
penyakit peringkat pertama terbanyak pengobatan bagi penderita di
dari 10 jenis penyakit menular (Profil puskesmas dan penyuluhan telah
Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, 2013). dilakukan. Namun kenyataannya
Hal ini menunjukkan bahwa angka tingkat kejadian ISPA masih tetap
kejadian ISPA di daerah ini semakin tinggi. Target yang ditentukan oleh
meningkat. Data ini menunjukkan pemerintah belum terealisasi secara
bahwa angka kejadian ISPA di Provinsi maksimal tetapi belum terselenggara
Aceh cukup tinggi. secara menyeluruh, terpadu, dan
Menurut hasil Riskesdas tahun berkesinambungan. Dalam
2007 ISPA tersebar diseluruh Provinsi pelaksanaannya, program Pemberan-
Aceh dengan rentang prevalensi yang tasan Penyakit ISPA (P2 ISPA)
sangat bervariasi (11,7- 48,7%). memerlukan dukungan dari semua
Tingginya angka kejadian ISPA pada pihak dan peran aktif masyarakat,
balita juga terjadi di Kabupaten Aceh terutama pada keluarga. Peran aktif
Besar, dimana diketahui prevalensi keluarga dalam menangani ISPA
ISPA di Kabupaten Aceh besar di atas sangat penting, karena penyakit ISPA
30% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan merupakan penyakit yang sangat
rekapitulasi laporan bulanan sering terjadi dalam kehidupan
Puskesmas Simpang Tiga Kota Banda keluarga. Hal ini perlu mendapatkan
Aceh sepanjang tahun 2013 tercatat perhatian serius, karena biasanya
1069 kunjungan balita dengan ISPA keluarga menganggap ISPA pada balita
dan penyakit ISPA masih menduduki merupakan penyakit biasa yang sering
peringkat atas dari 10 penyakit timbul dan tidak berbahaya serta bisa
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas menghilang dengan sendirinya.
Simpang Tiga Banda Aceh dan Pemberdayaan keluarga dapat
mengalami peningkatan setiap dipandang sebagai suatu proses
tahunnya (Profil Kesehatan Puskesmas memandirikan klien dalam mengontrol
Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar, status kesehatannya. Pemberdayaan
2013). keluarga memiliki makna bagaimana
Pemerintah Indonesia telah secara keluarga memampukan dirinya sendiri
khusus mencanangkan Program dengan difasilitasi orang lain untuk
Pemberantasan ISPA (P2ISPA) yang meningkatkan atau mengontrol status
dimulai pada tahun 1984, bersamaan kesehatan keluarga dengan cara
dengan diawalinya pengendalian ISPA meningkatkan kesanggupan keluarga
di tingkat global oleh WHO. Sejak melakukan fungsi dan tugas perawatan
tahun 2007 pengendalian penyakit kesehatan keluarga. Namun demikian,
menular dan penyehatan lingkungan optimalisasi pendekatan pemberdaya-
dilakukan secara terpadu, menyeluruh an keluarga dapat tergatung dari
atau komprehensif berbasis wilayah adanya suatu model yang akan

168
VITRIA ERLINDA

dijadikan pedoman dan rujukan saat ISPA menggunakan model family-


melakukan pelayanan keperawatan. centered nursing.
Suatu model akan berdampak Penerapan model pemberdayaan
positif dan baik bila dikembangkan berbasis keluarga : family-centered
berdasarkan kebutuhan pemberi dan nursing merupakan teori keperawatan
pengguna pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan dengan
khususnya dalam hal ini adalah profesi pendekatan proses keperawatan
tenaga perawat anak dan keluarga.Hal dengan sistem keperawatan pendidik-
ini sesuai dengan konsep an kesehatan, coaching dan peer-
pemberdayaan dalam family-centered education. Merupakan salah satu
nursing yang menjelaskan bahwa intervensi keperawatan yang mendu-
keluarga memiliki hak dan kung pelaksanaan tugas kesehatan
kewenangan untuk merawat anak- keluarga dalam pencegahan kekam-
anaknya. Maka dari itu salah satu buhan ISPA yang meliputi mengenal
pendekatan pelayanan dalam masalah ISPA, memutuskan tindakan
keperawatan adalah berpusat pada yang tepat, merawat balita yang
keluarga (family- centereed nursing). mengalami ISPA, memodifikasi ling-
Mengacu pada Taylor, (2006) dan kungan dan memanfaatkan pelayanan
Pender dkk, (2001), salah satu teori kesehatan dalam penanganan ISPA.
keperawatan dapat diaplikasikan pada Kemampuan keluarga dalam
keluarga, yaitu family-centered nursing. melaksanakan tugas kesehatan
Friedman dkk, (2003) berpendapat keluarga sangat diperlukan, agar
bahwa family-centred nursing adalah keluarga dapat mencegah terjadinya
kemampuan perawat memberikan ISPA pada balita.
asuhan keperawatan keluarga, Hal di atas sejalan dengan hasil
sehingga memandirikan anggota penelitian yang dilakukan Sjattar, Elly,
keluarga agar tercapai peningkatan Burhanuddin, dan Siti (2011)
kesehatan seluruh anggota keluarganya membuktikan bahwa penerapan model
dan keluarga mampu mengatasi keluarga untuk keluarga yang
masalah kesehatan (family centered/ merupakan integrasi dari konsep
berorientasi pada keluarga) (Allender model dan teori keperawatan Self Care
dan Spradley, 2005). dan Family-Centered Nursing (SCFCN)
Penerapan family-centered nursing dengan cara edukasi suportif pada
dalam kontek ISPA pada agregat keluarga yang dilakukan sebanyak tiga
balita adalah dengan melihat kali pertemuan selama tiga minggu
kemandirian keluarga yang memiliki sangat berpengaruh terhadap
balita ISPA dalam penanganan ISPA kemandirian keluarga merawat
dengan memberi asuhan keperawatan anggota keluarga yang menderita
secara komprehensif, melakukan tuberkulosis yang ditandai adanya
pendidikan kesehatan pada pasien dan peningkatan pengetahuan dan
keluarganya. Pembinaan care giver yang kemandirian keluarga pada saat post
difokuskan pada peningkatan kesehat- test.
an seluruh anggota keluarga, sehingga Hal ini juga diperkuat oleh studi
tercapai kemandirian keluarga dalam kasus yang dilakukan oleh Bekti,
mengatasi masalah kesehatannya Yoyok, 2003 terhadap keluarga dengan
khususnya dalam pencegahan penyakit balita sulit makan. Dilakukan

169
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
penerapan familycentered nursing tua dalam komunikasi secara efektif
dengan menggunakan metode dengan remaja.
pendekatan asuhan keperawatan Hasil studi pendahuluan yang
keluarga meliputi tahapan pengkajian, dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli
perencanaan, pelaksanaaan, dan 2014 di Puskesmas Simpang Tiga
evaluasi meliputi strategi intervensi Banda Aceh, berdasarkan hasil pencata-
meliputi penerapan terapi modalitas tan dan pelaporan penemuan penderita
(food combining), terapi perilaku, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
konseling dan (coaching), pemberdaya- Akut) pada balita yang berkunjung ke
an masyarakat untuk mencapai Puskesmas Simpang Tiga dari bulan
kompetensi komunitas, membangun Januari sampai dengan bulan Desember
koalisi untuk mencapai tujuan yang tahun 2013 berjumlah 1069 kasus.
diinginkan dengan berbagai pihak Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang potensial. penanggung jawab P2 ISPA Puskesmas
Model ini juga dapat digunakan mengatakan kunjungan rata-rata balita
dalam membuat strategi implementasi dengan ISPA ke Puskesmas Simpang
seperti memberikan pendidikan pada Tiga Banda Aceh sekitar 80-90 tiap
keluarga pada area yang relevan dalam bulan. Hal ini menunjukkan bahwa
upaya promosi kesehatan seperti masih tingginya kekambuhan ISPA
pendidikan, komunikasi, manajemen pada balita.(Profil Kesehatan Puskes-
dan ketrampilan psikososial, mas Simpang Tiga Kabupaten Aceh
meningkatkan kualitas informasi Besar, 2013). Berdasarkan fenomena
program komunikasi dan pendidikan diatas peneliti tertarik untuk
ketrampilan memberikan latihan melakukan penelitian tentang
kepada keluarga dengan anak yang penerapan family-centered nursing
mengalami gangguan sulit makan. terhadap pelaksanaan tugas kesehatan
Selain itu, penelitian Sutanto keluarga dalam pencegahan ISPA pada
(2010) yang dilakukan pada 10 balita di wilayah kerja Puskesmas
keluarga, pemberian terapi keluarga Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar.
berupa pendidikan kesehatan,
pendampingan dan konseling dalam BAHAN DAN CARA KERJA
pengembangan keterampilan, serta
pengembangan keterampilan keluarga Penelitian ini merupakan
dalam berkomunikasi efektif terhadap penelitian kuantitatif, desain penelitian
peningkatan tingkat kemandirian menggunakan metode pre-eksperimental
keluarga dengan permasalahan design dengan rancangan one group pre
kesehatan reproduksi remaja. Teknik and posttest design without control group.
yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan penelitian yang dilakukan
adalah pemberian pendidikan hanya menggunakan satu kelompok
kesehatan (KIE: komunikasi, informasi, subyek, tanpa menggunakan kelompok
dan edukasi), coaching dan conseling kontrol. Peneliti dapat memilih variabel
dalam pengembangan dan keterampil- dan variabel dapat di kontrol secara
an hidup remaja (tanggung jawab, ketat sehingga validitas dapat terjamin.
kepercayaan diri, dan penolakan ajakan Namun terlihat kelemahannya ketika
pergaulan bebas secara asertif), dan digunakan dalam penelitian-penelitian
pengembangan keterampilan orang sosial, desain eksperimen yang
digunakan akan sulit mendapatkan

170
VITRIA ERLINDA

hasil yang akurat, karena banyak bivariat dalam penelitian yang akan
variabel luar yang berpengaruh dan dilakukan digunakan`untuk mengana-
sulit untuk mengontrolnya. Untuk lisis efektifitas penerapan model
mencari seberapa besar pengaruh pemberdayaan berbasis keluarga :
intervensi, maka sebaiknya family-centered nursing terhadap
membandingkan dengan kelompok pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
kontrol. Pengukuran variabel penelitian digunakan Uji Paired-test. Uji ini
dilakukan sebelum dan sesudah menguji perbedaan sebelum dan
intervensi. Pengaruh intervensi sesudah perlakukan (Santjaka, 2009).
penelitian didapatkan dari perbedaan
kedua hasil pengukuran (Saryono, HASIL
2011).
Penelitian yang dilakukan Karakteristik responden
meneliti bagaimana efektifitas Responden dalam penelitian ini
penerapan model pemberdayaan adalah seluruh keluarga yang memiliki
berbasis keluarga : family-centered balita yang mengalami ISPA dan berobat
nursing terhadap kemandirian ke Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten
keluarga terkait pelaksanaan tugas Aceh Besar yang berjumlah 33 keluarga.
kesehatan keluarga dalam pencegahan Pada karakteristik responden, terdapat
ISPA pada balita dengan tiga variabel yang diteliti yaitu variabel
membandingkan kemandirian keluarga umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan
terkait pelaksanaan tugas kesehatan ibu. Dari hasil tinjauan pustaka diketahui
keluarga sebelum intervensi dan bahwa variabel umur, tingkat
setelah dilakukan intervensi. pendidikan dan pekerjaan dapat
Populasi dalam penelitian ini mempengaruhi kemampuan ibu dalam
adalah seluruh keluarga yang perawatan ISPA (Depkes RI, 2004). Hasil
mempunyai anak yang menderita ISPA penelitian menunjukkan bahwa sebagian
pada bulan Juli sampai September 2014 besar umur responden antara 20-35
dan pernah berobat ke Puskesmas tahun sebanyak 63,64 %. Untuk tingkat
Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar pendidikan ibu menunjukkan bahwa
dengan masalah ISPA yang berjumlah persentase jumlah ibu yang memiliki
33 orang. Teknik pengambilan sampel tingkat pendidikan rendah, dalam hal ini
yang digunakan dalam penelitian ini hanya menempuh pendidikan sampai
adalah total sampling. Penelitian ini jenjang SMA lebih dominan yaitu 63,64
dilaksanakan di wilayah kerja % dibandingkan dengan jumlah ibu yang
puskesmas Simpang Tiga Kabupaten memiliki tingkat pendidikan tinggi
Aceh Besar. Penelitian dilakukan (jenjang diploma dan perguruan tinggi).
selama 1 (satu) bulan, terhitung pada Hasil penyajian data pada tabel 1 juga
bulan Oktober sampai November 2014. menunjukkan bahwa sebagian besar
Analisis yang dilakukan untuk responden tidak bekerja, hanya
mengetahui interaksi dua variabel. berprofesi sebagai ibu rumah tangga
Variabel yang dianalisis meliputi sebanyak 27 responden (81,82%).
variabel bebas dan terikat. Analisis

171
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Anak, Tingkat Pendidikan
dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2014

Karakteristik responden Jumlah (n) Persentase (%)


Umur Ibu :
< 20 tahun 7 21,21
20-35 tahun 21 63,64
> 35 tahun 5 15,15
Tingkat pendidikan :
SD 1 3,03
SMP 8 24,24
SMA 21 63,64
Diploma 2 6,06
PT 1 3,03
Pekerjaan :
Bekerja 6 18,18
Tidak Bekerja 27 81,82
Sumber : Data Primer 2014

Tabel 2. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Mengenal Masalah


ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Family-Centered Nursing Di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 3,33 1, 109
35,672 0,000
Post-test 33 8,06 0, 864
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 33 responden skor rata-rata


bahwa dari 33 responden skor rata-rata kemandirian keluarga dalam
kemandirian keluarga dalam mengenal mengambil keputusan untuk merawat
masalah ISPA sebelum penerapan ISPA sebelum penerapan model Family-
model Family-Centered Nursing sebesar Centered Nursing sebesar 2,48,
3,33, sedangkan kemandirian keluarga sedangkan kemandirian keluarga
dalam mengenal masalah ISPA dalam mengambil keputusan untuk
sesudah penerapan model Family- merawat ISPA sesudah penerapan
Centered Nursing sebesar 8,06. Nilai t model Family-Centered Nursing sebesar
hitung sebesar 35,672, t tabel (1,694) 4,76. Nilai t hitung sebesar 19,365 t
dan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05) tabel (1,694) dan nilai p value sebesar
sehingga dapat disimpulkan bahwa 0,000 (p<0,05) sehingga dapat
terdapat perbedaan tingkat disimpulkan bahwa ada perbedaan
kemandirian keluarga dalam mengenal tingkat kemandirian keluarga dalam
masalah ISPA sebelum dan sesudah mengambil keputusan untuk merawat
penerapan model Family-Centered ISPA sebelum dan sesudah penerapan
Nursing. Berdasarkan 3 tabel diketahui model Family-Centered Nursing.

172
VITRIA ERLINDA

Tabel 3. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Mengambil Keputusan


Dalam Perawatan ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Family-Centered
Nursing Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar Tahun
2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 2,48 0,619
19,365 0,000
Post-test 33 4,76 0,435
Sumber : Data Primer 2014

Tabel 4. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Memberikan


Perawatan ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Family- Centered Nursing Di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 3,88 0,857
20,164 0,000
Post-test 33 8,36 0,895
Sumber : Data Primer 2014

Tabel 5. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Memodifikasi


Lingkungan Dalam Pencegahan ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan Model
Family-Centered Nursing Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 2,21 0,650
14,824 0,000
Post-test 33 4,42 0,502
Sumber : Data Primer 2014

Tabel 6. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Memanfaatkan


Fasilitas Kesehatan Dalam Penanganan ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan
Model Family- Centered Nursing Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 2,45 0,506
22,684 0, 000
Post-test 33 4,88 0,331
Sumber : Data Primer 2014

173
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
Tabel 7. Uji Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga Dalam Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga Dalam Penanganan ISPA Sebelum dan Sesudah Penerapan
Model Family Centered- Nursing Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2014

Kategori N Mean SD t-hitung p-value


Pre-test 33 14,33 1,339
52,753 0,000
Post-test 33 30,39 1,936
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4 diketahui penerapan model Family-Centered


bahwa dari 33 responden skor rata-rata Nursing.
kemandirian keluarga dalam Berdasarkan tabel 6 diketahui
memberikan perawatan ISPA sebelum bahwa dari 33 responden skor rata-rata
penerapan model Family-Centered kemandirian keluarga dalam
Nursing sebesar 3,88, sedangkan memanfaatkan fasilitas kesehatan
kemandirian keluarga dalam membe- dalam penanganan ISPA sebelum
rikan perawatan ISPA sesudah penerapan model Family-Centered
penerapan model Family-Centered Nursing sebesar 2,45, sedangkan
Nursing sebesar 8,36. Nilai t hitung kemandirian keluarga dalam meman-
sebesar 20,164, t tabel (1,694) dan nilai p faatkan fasilitas kesehatan sesudah
value sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga penerapan model Family-Centered
dapat disimpulkan bahwa ada Nursing sebesar 4,88. Nilai t hitung
perbedaan tingkat kemandirian sebesar 22,684, t tabel (1,694) dan nilai p
keluarga dalam memberikan value sebesar 0,000 (p<0,05)) sehingga
perawatan ISPA sebelum dan sesudah dapat disimpulkan bahwa ada
penerapan model Family-Centered perbedaan tingkat kemandirian
Nursing. keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
Berdasarkan tabel 6 diketahui kesehatan sebelum dan sesudah
bahwa dari 33 responden skor rata-rata penerapan model Family -Centered
kemandirian keluarga dalam Nursing.
memodifikasi lingkungan dalam Berdasarkan tabel 7 diketahui
pencegahan ISPA sebelum penerapan bahwa dari 33 responden skor rata-rata
model Family-Centered Nursing sebesar kemandirian keluarga dalam pelak-
2,21, sedangkan kemandirian keluarga sanaan tugas kesehatan keluarga dalam
dalam memodifikasi lingkungan penanganan ISPA sebelum penerapan
sesudah penerapan model Family- model Family-Centered Nursing sebesar
Centered Nursing sebesar 4,42. Nilai t 14,33, sedangkan kemandirian keluarga
hitung sebesar 14,824, t tabel (1,694) dalam pelaksanaan tugas kesehatan
dan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05) keluarga dalam penanganan ISPA
sehingga dapat disimpulkan bahwa sesudah penerapan model Family-
ada perbedaan tingkat kemandirian Centered Nursing sebesar 30,39. Nilai t
keluarga dalam memodifikasi hitung sebesar 52,753, t tabel (1,694)
lingkungan sebelum dan sesudah dan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05))
sehingga dapat disimpulkan bahwa

174
VITRIA ERLINDA

ada perbedaan tingkat kemandirian individu untuk memilih atau


keluarga dalam pelaksanaan tugas memutuskan suatu hal.
kesehatan keluarga sebelum dan Hasil penelitian tersebut
sesudah penerapan model Family- diperkuat oleh penelitian yang
Centered Nursing. dilakukan Syahrani (2010) bahwa
tingkat pendidikan yang semakin
PEMBAHASAN tinggi akan berdampak pada
perkembangan kearah yang lebih baik,
Karakteristik Responden sehingga ibu yang memiliki tingkat
Berdasarkan tabel 1 diatas pendidikan tinggi akan lebih objektif
diketahui bahwa umur responden dan terbuka wawasannya dalam
paling banyak antara 20-35 tahun mengambil segala keputusan atau
(63,64%). Hasil penelitian ini sesuai tindakan yang diaplikasikan dengan
dengan yang diperoleh Erna (2010) perbuatan atau perilaku yang positif.
bahwa pada ibu-ibu yang mempunyai Sebaliknya tingkat pendidikan yang
balita yang mengalami ISPA rata-rata rendah akan menghambat perkem-
berumur 20-35 (dewasa muda). bangan sikap seseorang terhadap nilai
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa yang baru diperkenalkan, terutama
umur merupakan variabel yang dalam melaksanakan fungsi perawatan
digunakan sebagai mutlak atau kesehatan keluarga terhadap penca-
indikator fisiologis, dengan kata lain paian tugas perkembangan balita.
penggunaan fasilitas dan pelayanan Pendidikan ibu erat kaitannya
kesehatan akan digambarkan dengan dengan kesehatan keluarga. Ibu
umur, sehingga di asumsikan bahwa umumnya berperan dalam pemelihara-
umur yang semakin bertambah akan an kesehatan bayi dan balita. Segala
semakin sering menggunakan fasilitas upaya dilakukan agar buah hatinya
kesehatan dan menerima penjelasan tetap sehat. Oleh karena itu pendidikan
oleh tenaga kesehatan, sehingga dapat ibu sangat penting dalam pemeliharaan
meningkatkan kesehatan pada bayi dan kesehatan bayi dan balita (Purwanto,
anak balita yang terkena penyakit 2001). Ibu yang berpendidikan baik
ISPA. akan mempunyai wawasan yang cukup
Jadi ada kecenderungan pada dalam pemeliharaan kesehatan bayi
kelompok ibu yang memiliki umur dan anaknya.
lebih dewasa akan memiliki tindakan Hasil penyajian data pada tabel 1
perawatan yang lebih baik dari pada menunjukkan bahwa sebagian besar
kelompok ibu berusia belum dewasa responden tidak bekerja, hanya
dalam melakukan perawatan ISPA berprofesi sebagai ibu rumah tangga
pada anak balita di rumah (Afrida L, sebanyak 27 responden (81,82%).
2007). Hasil penyajian data pada tabel 1 Perempuan yang berstatus sebagai ibu
menunjukkan bahwa tingkat pendidik- rumah memiliki peran majemuk dalam
an responden sebagian besar memiliki keluarga, ditambah lagi jika memiliki
tingkat pendidikan SMA (63,64%). aktivitas lain diluar rumah seperti
Penelitian Pratiwi (2006) menjelaskan bekerja, walaupun bekerja diluar
bahwa semakin tinggi tingkat rumah wanita tidak lepas dari
pendidikan individu akan memberikan kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
pemahaman secara matang kepada Dalam hal ini dituntut taggung

175
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
jawabnya kepada suami, anak, dan 1. Kemandirian Keluarga dalam
anggota keluarga yang lain Mengenal Masalah ISPA
(Singarimbun, 1988). Bekerja dapat Mengenal masalah kesehatan
memperoleh banyak pengalaman dan kesehatan merupakan kebutuhan
dari pengalaman tersebut akan keluarga yang tidak boleh diabaikan
memperoleh pengetahuan baru dan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
terus berkembang. Sehingga orang tua tidak berarti. Orang tua perlu mengenal
balita yang tidak bekerja pada keadaan sehat dan perubahan-
umumnya sedikit memperoleh perubahan yang dialami anggota
pengalaman dan pengetahuan dalam keluarganya. Perubahan sekecil apapun
melaksanakan fungsi perawatan yang dialami anggota keluarga secara
kesehatan keluarga dalam pencapaian tidak langsung akan menjadi perhatian
tugas perkembangan balita Pekerjaan dari orang tua atau pengambil
bukan sumber kesenangan, tetapi keputusan dalam keluarga (Sakina
merupakan cara mencari nafkah 2012).
berulang dan penuh tantangan. Berdasarkan uji paired t-test
Bekerja dapat memperoleh terlihat bahwa pada nilai t hitung
banyak pengalaman dan dari sebesar 35,672, t tabel (1,694) dan nilai p
pengalaman tersebut akan memperoleh value sebesar 0,000 (<0,05) sehingga
pengetahuan baru dan terus dapat disimpulkan bahwa ada
berkembang. Sehingga orang perbedaan tingkat kemandirian
tua/pengasuh balita yang tidak bekerja keluarga dalam mengenal masalah
pada umumnya sedikit memperoleh ISPA sebelum dan sesudah penerapan
pengalaman dan pengetahuan dalam model Family-Centered Nursing. Hasil
melaksanakan tugas kesehatn keluarga penelitian ini sesuai dengan Teori
dalam perkembangan balita (Mubarak; Stimulus Organisme Respon (SOR)
dalam Diana, 2006). Kecenderungan menurut Hosland (1953) dan teori Kurt
situasi pekerjaan akan menimbulkan Lewin (1970) dalam Notoadmodjo
masalah kesehatan karena dengan (2007) menyebutkan bahwa perubahan
situasi kerja akan terjadi kesibukan pengetahuan pada dasarnya
dalam pekerjaan sehingga seseorang merupakan proses belajar. Proses
cenderung memilki waktu yang belajar akan menjadi efektif apabila
terbatas untuk merawat anggota stimulus yang diberikan sesuai dengan
keluarganya. (Notoatmodjo, 2003). kebutuhan peserta didik, dilakukan
Pekerjaan merupakan salah satu secara intensif dan berkala.
indikator kesejahteraaan keluarga. Dalam penelitian ini penerapan
Anak yang berasal dari keluarga model Family-Centered Nursing
dengan sosial ekonomi rendah diberikan 1 (satu) kali di balai
tentunya ttingkat penghasilan pertemuan berupa penyuluhan,
keluarganyapun rendah sehingga demonstrasi dan praktik langsung
ketersediaan makanan dan minuman keluarga dalam kelompok kecil
yang memenuhi standar gizi sehat akan didampingi oleh penanggung jawab
berkurang, karena daya beli rendah. ISPA, kemudian dilanjutkan dengan
Dan ini tentunya akan mempengaruhi kunjungan rumah mengobservasi
daya tahan tubuh.anak terhadap langsung bagaimana pengetahuan,
penyakit-penyakit. sikap dan tindakan keluarga dengan
anak yang mengalami ISPA, dilakukan

176
VITRIA ERLINDA

penguatan berupa bimbingan dan memperhatikan informasi yang


redemonstrasi ketrampilan keluarga diberikan. Berdasarkan data
dalam merawat anak yang mengalami karakteristik responden, dengan
ISPA. pendidikan responden sebagian besar
Hal ini juga sesuai dengan adalah pada tingkat pendidikan
penelitian Yustina, K (2010) menengah, yaitu memiliki tingkat
menunjukkan hasil ada perubahan pendidikan SMA, ternyata keluarga
pengetahuan setelah dilakukan mampu mengenal masalah ISPA
penguatan berupa bimbingan, setelah penerapan model Family-
dukungan pembinaan (Coaching Centered Nursing. Faktor lain yang
Support) yang berkelanjutan. berpengaruh adalah motivasi belajar
Jadi keluarga mengenal masalah yang tinggi, walaupun pendidikan
dengan meningkat pengetahuannya menegah namun mampu menerima
karena ada proses belajar mengajar informasi, partisipasi aktif dari
yang berkelanjutan dari mulai responden dengan bertanya pada saat
pemberian penyuluhan minggu penyuluhan dan praktik langsung,
pertama, dipantau dan didampingi sebagian besar keluarga sudah
sewaktu merawat anak ISPA dan memiliki pengetahuan tentang
diberikan penguatan. Menurut pengertian ISPA secara umum dan
Notoatmodjo (2007), pemilihan media mempunyai pengalaman cara
pembelajaran merupakan salah satu menangani bila anak mengalami ISPA
faktor yang berpengaruh terjadinya di rumah walau masih keliru.
perubahan pengetahuan setelah Status pekerjaan responden juga
pemberian pendidikan kesehatan mempengaruhi kemampuan keluarga
kepada masyarakat baik pada tingkat dalam mengenal masalah,
individu, keluarga, kelompok dan Notoadmodjo (2007) mengatakan
masyarakat. Media yang digunakan bahwa masyarakat yang sibuk dengan
dalam penelitian ini adalah lembar kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
balik dan booklet yang diberikan akan mempunyai waktu yang lebih
kepada keluarga setelah penyuluhan. sedikit dalam memperoleh informasi,
Melalui pemberian booklet ini hal ini sesuai dengan hasil data yang
diharapkan keluarga dapat membaca didapatkan yaitu sebagian besar
secara mandiri tentang cara perawatan responden adalah tidak bekerja, yaitu
anak yang mengalami ISPA sehingga 81, 8% atau sebagian besar responden
anak terhindar dari bahaya ISPA. merupakan ibu rumah tangga.
Perubahan tingkat pengetahuan Mengenal masalah ISPA pada balita
dalam mengenal masalah juga sesuai adalah sejauh mana keluarga dapat
dengan teori the Health Believe Model mengenal fakta-fakta dari masalah
dari Rosenstock dalam Glanz (1997) ISPA pada balita yang meliputi
dimana dalam promosi kesehatan yang pengertian, tanda dan gejala, penyebab
menekankan pada edukasi anggota dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga ditujukan pada konsekwensi keluarga terhadap masalah ISPA pada
kesehatan apabila keluarga tidak balita. Berdasarkan hasil penelitian
mengetahui dan tidak melakukan didapatkan data bahwa terjadi
tindakan pencegahan terhadap demam, peningkatan pengetahuan responden
maka keluarga didorong untuk dalam mengenal masalah ISPA,

177
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
dimana sebelum dilakukan rata-rata sehingga mampu memelihara serta
skor 3,33, sedangkan setelah dilakukan meningkatkan kesehatannya sendiri
intervensi skor rata rata 8,06. Mengenal (Maulana 2009), dapat menimbulkan
masalah kesehatan keluarga merupa- sikap positif yang mendukung
kan hal yang sangat penting, karena kesehatan dalam mengambil
kesehatan merupakan kebutuhan keputusan.
keluarga yang tidak dapat diabaikan Menurut Alport dalam
dan tanpa kesehatan seluruh kekuatan Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai
sumber daya dan dana keluarga habis. 3 komponen pokok yaitu kepercayaan
Keluarga perlu mengetahui perubahan- (keyakinan), ide dan konsep terhadap
perubahan yang terjadi pada setiap suatu obyek, kehidupan emosional atau
tahap perkembangan balita agar evaluasi terhadap suatu obyek dan
keluarga tahu apa yang harus keluarga kecenderungan untuk bertindak. Dasar
lakukan untuk mengatasi hal tersebut pembentukan sikap adalah pengetahu-
(Suprajitno, 2004). an. Pengetahuan yang baik akan akan
membentuk sikap yang baik pula. Pada
2. Kemandirian Keluarga Dalam penelitian ini terbukti bahwa keluarga
Mengambil Keputusan Untuk mampu mengenal masalah, juga
Perawatan ISPA memiliki kemampuan dalam
Memutuskan tindakan yang tepat mengambil sikap mengambil keputus-
bagi keluarga. Peran ini merupakan an yang tepat.
upaya keluarga yang utama untuk Berdasarkan hasil penelitian,
mencari pertolongan yang tepat sesuai diketahu nilai t hitung sebesar 19,365, t
dengan keadaan keluarga, dengan tabel (1,694) dan nilai p value sebesar
pertimbangan siapa diantara keluarga 0,000, ( = 0,05) sehingga dapat
yang mempunyai keputusan untuk disimpulkan bahwa ada perbedaan
memutuskan tindakan yang tepat tingkat kemandirian keluarga dalam
(Suprajitno 2004) dan salah satu tujuan mengambil keputusan sebelum dan
peran keperawatan dalam memberikan sesudah penerapan model Family
promosi kesehatan adalah Centered- Nursing. Hal ini dapat terjadi
meningkatkan kemampuan keluarga karena penerapan model Family-
dalam mengambil keputusan yang Centered Nursing telah meningkatkan
tepat dalam mengatasi masalah kemampuan dalam mengenal masalah,
kesehatan para anggotanya (Effendy sehingga pemahaman dan wawasan
2004). meningkat, menimbulkan sikap
Kemampuan keluarga dalam keluarga dalam mengambil keputusan
mengambil keputusan terhadap anak yang mendukung kesehatan,
yang demam berkaitan dengan meningkatkan koping yang konstruktif
kemampuan keluarga dalam mengerti dan mempertahankan nilai-nilai serta
sifat luasnya masalah, keluarga telah harga diri yang positif (Tamsuri, A,
mendapatkan informasi yang benar 2007).
terhadap tindakan dalam menangani Disamping itu menurut Sunaryo
masalah sehingga penerapan model (2004), sikap ini tidak dibawa sejak
Family-Centered Nursing mencakup lahir tetapi dapat dipelajari dan
pendidikan kesehatan yang bertujuan dibentuk berdasarkan pengalaman
memberdayakan masyarakat, yakni individu sepanjang perkembangan
upaya untuk membangkitkan daya

178
VITRIA ERLINDA

selama hidupnya. Hal ini yang dikarenakan keluarga telah mengenal


membuat persamaan pada kedua masalah, mengetahui keadaan
kelompok dikarenakan pengalaman penyakitnya, telah mengetahui sikap
keluarga dapat dengan mudah terhadap tindakan atau perkembangan
menjangkau fasilitas kesehatan yang perawatan yang dibutuhkan serta
tidak jauh dari rumah dan peran ibu mengetahui keberadaan fasilitas yang
sebagai mother instink, kepanikan dibutuhkan untuk perawatan.
dengan cepat harus segera memberikan Disamping itu adanya penerapan
tindakan tepat pada anaknya yang model Family-Centered Nursing berupa
mengalami ISPA. penyuluhan dan penguatan bimbingan
Mengambil keputusan kesehatan secara terus menerus dapat
keluarga merupakan sejauh mana meningkatkan tindakan responden, hal
keluarga mengerti mengenai sifat dan ini sesuai dengan pendapat Smeltzer &
luasnya masalah, apakah masalah Bare (2001) agar pasien dapat
dirasakan, menyerah terhadap masalah melaksanakan perawatan diri maka perlu
yang dihadapi, takut akan akibat dari dilakukan bimbingan yang terus
tindakan penyakit, mempunyai sikap menerus. Berdasarkan teori Orem, Self
negatif terhadap masalah kesehatan. Care Agency adalah kemampuan
Hasil penelitian diperoleh data seseorang untuk merawat dirinya
bahwa adanya peningkatan skor rata sendiri. Dalam konteks keluarga,
rata sebelum dan sesudah dilakukan kemampuan untuk merawat dirinya
intervensi. Dimana skor rata-rata sendiri dan anggota keluarga di
sebelum 2,48 , setelah dilakukan dalamnya ini dipengaruhi oleh basic
intervensi nilai skor rata rata menjadi conditioning factor. Yang termasuk dalam
4,76. Fungsi ini merupakan upaya basic conditioning factor adalah usia, tahap
keluarga yang utama untuk mencari perkembangan, sosiokultural, pendidik-
pertolongan yang tepat sesuai dengan an, sistem pelayanan ( alat-alat
keadaan keluarga, dengan pertimbang- diagnostik dan dukungan alat-alat
an siapa diantara keluarga yang pengobatan), faktor lingkungan dan
mempunyai kemampuan memutuskan sumber-sumber yang tersedia dan
untuk menentukan tindakan kesehatan adekuat termasuk status ekonomi
keluarga. Tindakan kesehatan yang (George, J.B. 1995) dikutip oleh (Kenney,
dilakukan oleh keluarga diharapkan J.W. 2009).
tepat agar masalah perkembangan Disamping itu perubahan perilaku
balita dapat teratasi (Suprajitno, 2004). dipengaruhi oleh faktor ekternal lain
yaitu menurut teori Green dalam
3. Kemandirian Keluarga Dalam Notoadmodjo (2007) adalah tradisi dan
Melakukan Perawatan ISPA kepercayaan. Dari hasil wawancara
Berdasarkan hasil uji uji paired t-test didapatkan dalam melakukan perawatan
terlihat bahwa nilai t hitung sebesar anak demam dengan diberikan ramuan
20,164, t tabel (1,694) dan nilai p value bawang merah-kencur ditambah minyak
sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat diusap pada badan anak yang demam
disimpulkan bahwa ada perbedaan serta dilakukan kompres dingin pada
tingkat kemandirian keluarga dalam dahi dan ketiak. Menurut Orem dalam
memberikan perawatan sebelum dan George, J.B., (1995), memberikan
sesudah penerapan model Family- bimbingan dan arahan serta
Centered Nursing. Hal ini terjadi

179
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
memfasilitasi kemampuan klien dapat sebelum dan sesudah penerapan model
memenuhi kebutuhan secara mandiri Family Centered- Nursing. Salah satu
pasien (dalam hal ini keluarga dengan usaha keluarga dalam mencegah
anak ISPA). Memberikan perawatan bagi terjadinya ISPA pada anak adalah
balita yang mengalami ISPA merupakan memberikan makanan yang bergizi dan
sejauh mana keluarga mengetahui memberikan imunisasi serta selalu
keadaan balita yang mengalami ISPA, menjaga kebersihan rumah dan
dan mengetahui sifat serta lingkungannya. Kemampuan keluarga
perkembangan perawatan yang dalam memodifikasi lingkungan tidak
dibutuhkan. Hasil penelitian diperoleh terlepas dari peningkatan pengetahuan
data bahwa terjadi peningkatan skor keluarga akan berbagai tindakan untuk
rata-rata sebelum intervensi 3,88, mencegah demam dan sikap dalam
sedangkan setelah intervensi skor rata- mengambil keputusan.
rata 8,36. Hal ini dikarenakan responden Memodifikasi lingkungan untuk
sudah tahu bagaimana cara merawat mencegah terjadinya ISPA adalah
balita yang mengalami ISPA. Tugas bagi sejauh mana keluarga mengetahui
keluarga yang anggota keluarganya sumber-sumber yang dimiliki, manfaat
(balita) mengalami gangguan ISPAperlu pemeliharaan lingkungan, mengetahui
memperoleh tindakan lanjutan atau pentingnya higine sanitasi dan
perawatan agar masalah yang lebih kekompakan antar anggota keluarga.
parah tidak terjadi. Perawatan dapat Hasil penelitian diperoleh data bahwa
dilakukan di institusi pelayanan sebagian besar responden sudah
kesehatan atau di rumah (Mubarak et al., mampu memodifikasi lingkungan
2009). dengan adanya peningkatan skor rata-
rata sebelum intervensi 2,21 menjadi
4. Kemandirian Keluarga Dalam 4.42 setelah intervensi dilakukan,
Memodifikasi Lingkungan dengan memodifikasi lingkungan
Ada pengaruh penerapan model dapat membantu dalam melakukan
Family Centered- Nursing terhadap perawatan pada balita untuk mencegah
tingkat kemandirian keluarga dalam terjadinya ISPA.
memodifikasi lingkungan di wilayah Ketidakmampuan keluarga dalam
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten memelihara lingkungan rumah bisa
Aceh Besar tahun 2013, hal ini mempengaruhi terjadinya ISPA pada
ditunjukkan dengan hasil uji paired t- balita dan pengembangan pribadi
test terlihat bahwa nilai t hitung sebesar anggota keluarga karena sumber-
14,824, t tabel (1, 694) dan nilai p value sumber keluarga tidak seimbang, tidak
sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat adanya tanggung jawab dan wewenang
disimpulkan bahwa ada perbedaan dari anggota keluarga, kurang dapat
tingkat kemandirian keluarga dalam melihat keuntungan dan manfaat dari
memodifikasi lingkungan sebelum dan pemeliharaan lingkungan terhadap
sesudah penerapan model Family perkembangan balita, ketidaktahuan
Centered- Nursing. tentang pentingnya kebersihan
Tugas kemandirian keluarga lingkungan, serta ketidakkompakan
dalam memodifikasi lingkungan atau keluarga Lingkungan yang nyaman
menciptakan suasana rumah yang dapat merangsang balita dalam
sehat berdasarkan hasil penelitian mencapai tahap perkembangannya
menunjukkan perubahan antara

180
VITRIA ERLINDA

(Ramlah, 2011). Lingkungan rumah kurang dimengerti oleh petugas


yang aman dan nyaman akan kesehatan. Pengalaman yang kurang
merangsang perkembangan balita menyenangkan dari keluarga ketika
dengan baik, dan hal ini menjadi berhadapan dengan petugas kesehatan
tanggung jawab keluarga untuk ketika berhadapan dengan petugas
menciptakan lingkungan yang kesehatan.
diharapkan dapat menghindari Keberadaan fasilitas kesehatan
terjadinya ISPA pada balita. diantaranya bidan, mantri dan dokter
dan langsung ke Puskesmas masih
5. Kemandirian keluarga Dalam mendominasi kepercayaan masyarakat
Mermanfaatkan Fasilitas Kesehatan dalam memilih tempat berobat,
Dalam Penanganan ISPA pengalaman yang baik terhadap
Berdasarkan uji paired t-test petugas kesehatan menjadikan
terlihat bahwa nilai t hitung sebesar masyarakat percaya terhadap
22,684, t tabel (1,694) dan nilai p value pelayanan kesehatan yang diberikan.
sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat Memanfaatkan fasilitas kesehatan
disimpulkan bahwa ada perbedaan untuk mengatasi ISPAyang dialami
tingkat kemandirian keluarga dalam balita merupakan kemampuan
merujuk ke fasilitas kesehatan sebelum keluarga dalam mengetahui apakah
dan sesudah penerapan model Family keberadaan fasilitas kesehatan, tingkat
Centered- Nursing. kepercayaan keluarga terhadap
Tugas kemandirian keluarga petugas kesehatan dan fasilitas
dalam kemampuan keluarga merujuk kesehatan tersebut terjangkau oleh
atau membawa anak demam ke keluarga. dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan menunjukkan hasil pelayanan kesehatan, dimana biasa
yaitu keluarga langsung membawa mengunjungi pelayanan kesehatan
anak ke petugas kesehatan jika demam yang biasa dikunjungi dan cenderung
tidak turun-turun dan memberikan yang paling dekat misalnya posyandu,
obat pada anak sesuai dosis anjuran puskesmas, maupun rumah sakit.
dari tenaga kesehatan. Hasil penelitian diperoleh data
Menggunakan pelayanan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rta
kesehatan, menurut Effendy (1998), sebelum intervensi 2,45 menjadi 4,88
untuk mengetahui kemampuan setelah dilakukan intervensi.
keluarga dalam memanfaatkan sarana Ketidakmampuan responden dalam
kesehatan perlu dikaji tentang 1) memanfaatkan fasilitas pelayanan
Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
kesehatan yang dapat dijangkau karena ketidaktahuan masyarakat
keluarga 2) Keuntungan dari adanya bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan itu
fasilitas kesehatan 3) Kepercayaan ada, tidak mampu memahami
keluarga terhadap fasilitas kesehatan keuntungan-keuntungan yang dapat
yang ada 4)Apakah fasilitas kesehatan diperoleh dari fasilitas-fasilitas
dapat terjangkau oleh keluarga.Tenaga kesehatan, kurang percayanya
kesehatan dapat menjadi hambatan terhadap petugas-petugas kesehatan,
dalam usaha keluarga dalam dan rehabilitasi yang akan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang mempengaruhi keuangan keluarga,
ada. Hambatan yang dapat muncul serta kurangnya sumber daya keluarga,
terutama komunikasi (bahasa) yang

181
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
seperti tenaga untuk menjaga anak dan SIMPULAN DAN SARAN
keuangan untuk biaya pengobatan.
Kemampuan keluarga dalam Simpulan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang Berdasarkan hasil peneiltian
ada di masyarakat terkait ISPAbalita diatas dapat disimpulkan ada
akan membantu keluarga dalam pengaruh yang signifikan penerapan
melakukan perawatan dan mengatasi model family centered nursing terhadap
secara cepat agar tidak terjadi akibat pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
yang lebih parah lagi. dalam pencegahan ISPA pada balita;
Balita yang mengalami ISPA terdapat perbedaan skor rata rata
sebaiknya dilakukan intervensi dan antara sebelum dan sesudah
rujukan dini. Tujuan intervensi dan diterapkan model family-centered
rujukan dini ISPA adalah untuk nursing dalam mengenal masalah ISPA,
menghindari terjadinya penyebaran mengambil keputusan, merawat balita
infeksi atau terjadinya pneumonia yang mengalami ISPA, memodifikasi
.empat rujukan yang dapat digunakan lingkungan dalam pencegahan ISPA
keluarga sebagai upaya perawatan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan
lanjutan adalah fasilitas pelayanan dalam penanganan ISPA pada balita.
kesehatan yang ada di lingkungan
sekitar masayarakat. Waktu yang Saran
paling tepat untuk melakukan Dari uraian diatas peneliti
intervensi dan rujukan dini menyarankan kepada pihak puskesmas
penyimpangan perkembangan anak untuk melalukan sosialisasi dan
adalah sesegera mungkin ketika usia evaluasi terhadap pelaksanaan family-
anak masih dibawah lima tahun (Dinas centered nursing dan tindak lanjutnya.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2010). Bagi perawat komunitas untuk
menoptimalkan kegiatan penyuluhan
6. Kemandirian keluarga Dalam tentang pentingnya pelaksanaan tugas
Pelaksanaan tugas Kesehatan Keluarga kesehatan keluarga untuk mencegah
Dari hasil penelitian dapat terjadinya ISPA pada balita. Sedangkan
disimpulkan bahwa penerapan model bagi keluarga dan masyarakat untuk
Family Centered- Nursing efektif meningkatkan pengetahuan dan
terhadap pelaksanaan tugas kesehatan keterampilan keluarga dalam
keluarga. Berdasarkan uji paired t-test pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
terlihat bahwa nilai t hitung sebesar dan meningkatkan kesadaran diri
52,753, t tabel (1,694) dan nilai p value masyarakat tentang pentingnya
sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat keterlibatan keluarga dalam menjaga
disimpulkan bahwa ada perbedaan agar balita tidak mengalami ISPA.
tingkat kemandirian keluarga dalam
merujuk ke fasilitas kesehatan sebelum
dan sesudah penerapan model Family-
Centered Nursing.

182
VITRIA ERLINDA

KEPUSTAKAAN Depkes RI 2004. Pedoman program


pemberantasan peneumonia pada
Afrida L 2007. Faktor-faktor yang balita. Direktorat jendral
berhubungan dengan kejadian pemberantasan penyakit menular dan
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan penyehatan lingkungan, pemukiman.
Akut (ISPA) pada bayi di wilayah Jakarta : Depkes RI.
kerja puskesmas Rantang Kec. Medan Depkes RI 2006. Pedoman nasional
Petisah Kota Medan tahun 2007. penanggulangan tuberkulosis. Cetakan
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat ke-2.
Universitas Sumatera Utara, Medan. Depkes RI 2007. Pedoman tatalaksana
Anggraini, Chotimah 2010. Penerapan pneumonia balita. Jakarta : Depkes RI.
metode peer education dalam Depkes RI 2007. Laporan Riset Kesehatan
meningkatkan pengetahuan tentang Dasar (Riskesdas) 2007 bidang
HIV/AIDS pada remaja SLTP negeri biomedis. Jakarta: Badan Litbangkes,
Karang Malang Kabupaten Sragen Depkes RI, 2007.
Tahun Ajaran 2009/2010. Universitas Depkes RI 2007. Riskesdas 2007. Badan
Negeri Semarang. Penelitian dan Pengembangan
Agustama 2005. Kajian Infeksi Saluran Kesehatan , Departemen Kesehatan RI.
Pernafasan Akut (ISPA) pada balita di Jakarta.
kota Medan dan Deli Serdang tahun Depkes RI 2008. Pedoman kegiatan perawat
2005. Tesis Program Magister kesehatan masyarakat di puskesmas.
Kesehatan Masyarakat Universitas Jakarta : Depkes RI.
Sumatera Utara, Medan. Depkes RI 2009. Laporan hasil Riset
Almatsier S 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nanggroe Aceh Darussalam tahun
Anonim 2002. Buku ajar ilmu kesehatan 2007. Badan Penelitian dan
anak, infeksi, dan penyakit tropis. pengembangan kesehatan ,
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Balai Departemen Kesehatan RI tahun 2009.
Penerbit Fakultas kedokteran Depkes RI 2010. Laporan Riset Kesehatan
Universitas Indonesia. Jakarta. Dasar (Riskesdas) 2010 Bidang
Afrida L 2007. Faktor-faktor yang Biomedis. Jakarta: Badan Litbangkes,
berhubungan dengan kejadian Depkes RI, 2010.
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Depkes RI 2010. Jumlah kasus pneumonia
Akut (ISPA) pada bayi di wilayah pada balita menurut Provimsi dan
kerja puskesmas Rantang Kec. Medan kelompok umur (
Petisah Kota Medan tahun 2007. http://www.depkes.go.id diakses
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat tanggal 25 Maret 2014 ).
Universitas Sumatera Utara, Medan. Depkes RI 2011. Profil data kesehatan
Basri 2010. Pengaruh pendidikan kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta:
terhadap tngkat kemandirian keluarga Kementerian Kesehatan Republik
merawat pasien TB Paru Program Indonesia.
DOTS Di Puskesmas Kasi-kasi Depkes RI 2012. Buletin jendela
Makasar. epidemiologi pneumonia balita.
Depkes RI 2000. Informasi tentang ISPA Jakarta : Depkes RI.
pada balita. Jakarta : Pusat Kesehatan Efendi F, Makhfudli 2009. Keperawatan
Masyarakat. Depkes RI. kesehatan komunitas dalam praktik
Depkes RI 2004. Pedoman pemberantasan dan teori keperawatan. Jakarta:
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Salemba Medika.
Akut untuk penanggulangan Friedman MM, Bowden VR, & Jones EG
pneumonia pada balita. Jakarta : 2003. Family nursing: research, theory,
Depkes RI.

183
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
and practice (5th ed). New Jersey. IVAC IVAC. Pneumonia Report Card.
Pearson education Inc.USA. USA: The Johns Hopkins University
Friedman MM, Bowden VR, & Jones EG Bloomberg School Of Public Health:
2010. Buku ajar keperawatan keluarga : 2010.
riset, teori, dan praktik (Ed 5). Jakarta : Kemenkes RI 2010. KMK Nomor 908 tahun
EGC. 2010 tentang pedoman
French SA 2003. Pricing on food choice. penyelenggaraan pelayanan
Journal of nutrition: 133:841S-843S. keperawatan keluarga.Kemenkes RI :
Grodner M, Long S, Walkingshaw BC 2000. Jakarta. http:depkes.go.id.
Foundation and clinical applications of Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor
nutrition : a nursing approach. Fourt 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
edition. St.Luis Missouri. Mosby.Inc. persyaratan kesehatan perumahan.
Glanz K, Rimer BK, & Lewis FM 2002. Jakarta : Depkes RI.
Health behavior and health education. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Theory, research and practice. San Kesehatan 2010. Pedoman
Fransisco: Wiley & Sons. penyelenggaraan pelayanan
Hanson, Shirley May Harmon, Gedaly- keperawatan keluarga. Jakarta:
Duff, Vivian, Kaakinen, Joanne Rowa Kementerian Kesehatan.
2005. Family health care Maggie davies and Wendy Macdowall
nursing.Theory, practice and 2006. Understanding public health:
research.Third edition.F.A DAVIS health promotion theory. England:
company.Philadelphia. London School of Hygiene & tropical
Harahap J 2004. Pengaruh peer education medicine. Available at :
terhadap pengetahuan dan sikap http://www.openup.co.uk (diakses
mahasiswa dalam menanggulangi 2013).
hiv/aids di universitas Sumatera National Institutes of Health. Theories of
Utara. Skripsi Fakultas Kesehatan Health Behavior. United States of
Masyarakat Universitas Sumatera America. Available at :
Utara, http://oc.nci.nih.gov (diakses 2013).
(online).(http://library.usu.ac.id/dow Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin
nload/fkm/fkm-juliandi.pdf, diakses K,Suproadi 2007. Promosi sebuah
20 Desember 2013). pengantar proses belajar mengajar
Hidayat 2005. Studi retrospektif kejadian dalam pendidikan: Graha Ilmu.
ISPApada balita di wilayah kerja Mukono 2000. Prinsip dasar kesehatan
puskesmas Tongkuno Kecamatan lingkungan. Surabaya : Universitas
Tongkuno Kabupaten Muna. Skripsi Airlangga.
STIK Avicenna yang tidak Muluki M 2003. Analisis faktor yang
dipublikasikan, Kendari. berhubungan dengan terjadinya
Hundak C dan Gallo MB 1997. penyakit iISPA di puskesmas Palanro
Keperawatan kritis pendekatan kecamatan Mallusetasi kabupaten
holistik. Volume Satu. Jakarta : EGC. Baru tahun 2002-2003. Thesis Program
Irfan 2005. Faktor-faktor resiko kejadian Pascasarjana FKM Universitas
ISPA pneumonia pada balita di Hasanuddin.
wilayah kerja puskesmas Wuna http://digilib.litbang.depkes.go.id.
Kecamatan Barangka Kabupaten Murti, Elly Swandewi, dkk 2006.
Muna. Skripsi STIK Avicenna yang Efektivitas promosi kesehatan.
tidak dipublikasikan, Kendari. Medley, Amy, Kennedy Caitlin , Oreilly,
Iswarini W 2006. Rumah sebagai tempat Sweat, Michael 2009. Effectiveness of
tinggal yang nyaman. Bandung: PT peer education interventions for HIV
Cipta Karya. prevention in developing countries: a

184
VITRIA ERLINDA

systematic review and meta-analysis, kesehatan .kementerian kesehatan RI


21(3):181-206:1990-2006. tahun 2010.
Nisma H 2008 . Pengaruh penyampaian Ruswanti I 2005. Faktor-faktor yang
pendidikan kesehatan reproduksi oleh mempengaruhi terjadinya ispa pada
kelompok sebaya (peer group) balita di kelurahan selokaton wilayah
terhadap pengetahuan kesehatan kerja Puskesmas Gondangrejo
reproduksi remaja di SMP negeri 2 Karanganyar. Universitas
Kasihan Bantul Yogyakarta. Skripsi Muhammadiyah Surakarta.
Program Studi Ilmu Keperawatan http://etd.library.ums.ac.id.
Universitas Muhammadiyah Saryono 2011. Metodologi penelitian
Yogyakarta, (online), keperawatan. Purwokerto: UPT
(http://fadlide.files.ac.id/2010/01/ka Percetakan dan Penerbitan Unsoed.
rya-tulis-ilmiah_nisma5.pdf, diakses Savitha MR, Nandeeshwara SB, Kumar
12 Maret 2014). PMJ, Ul-Haque F, & Raju CK 2007.
Notoatmodjo 2003. Pendidikan dan Modifiable risk factors for acute lower
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka respiratory tract infections. Indian
Cipta. jounal pediatrics, 74(5): 477-82.
Notoatmodjo, Soekidjo 2010. Metodologi Setiadi 2008. Konsep dan keperawatan
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Cipta. Solihi, Pudjiadi 2010. Ilmu gizi klinis pada
Parker, Deborah K 2005. Menumbuhkan anak, edisi keempat. Jakarta. Balai.
kemandirian dan harga diri anak. Penerbit Fakultas Kedokteran
Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Universitas Indonesia.
Pender, Murdaugh, Parson 2002. Health Stanhope M, & Lancaster J 2004.
promotion in nursing practice. Community and public health nursing
Fourthedition. Pearson Education, Inc. (6th ed.). Jakarta: Penerbit Buku
New Jersey. Kedokteran EGC.
Polit DF, & Beck CT 2006. Essential of Sudiharto 2005. Asuhan keperawatan
nursing research : methods appraisal keluarga dengan pendekatan
and utilization, sixt edition. Lippincott keperawatan transkultural. Jakarta :
Williams & Wilkins. EGC.
Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Besar Sugiyono 2010. Metode penelitian
Tahun 2013. Puskesmas Simpang kuantitatif, kualitatif, dan r & d.
Tiga. Bandung : Alfabeta.
Prabu 2009. Infeksi saluran pernafasan Sulistijani, Herlianty 2001. Menjaga
akut (ISPA). Terdapat pada : Kesehatan Bayi dan Balita.
http://www.putraprabu.wordpress.co Jakarta.Puspa.
m/ (diakses tanggal 31 Desember 2012 Sumirta IN 2008. Hubungan antara
pukul : 04.15). aktivitas fisik dengan depresi pada
Rahajoe N, dkk 2008. Buku ajar respirologi lansia di Panti Pelayanan Lanjut Usia
anak edisi pertama. Jakarta : Badan Wana Seraya Denpasar. Jurnal
penerbit IDAI. Ilmiah Keperawatan Vol. 2. No 1. Juni
Rahayu 2009. Promosi kesehatan: health 2009.
belief model (model kepercayaan Soemirat Juli 2004. Kesehatan Lingkungan.
kesehatan. Universitas Gadjah Mada :
http://smiqilover.blogspot.com/2009 Yokyakarta.
/12/promosi-kesehatan-health-belief- Suprajitno 2004. Asuhan keperawatan
model.html. Diakses pada tanggal 23 keluarga aplikasi dalam praktik. Jakarta :
April 2014). EGC.
Riskesdas 2007. Tabel Riskesdas 2007. Syahril 2006. Analisa kejadian pneumonia
Badan penelitian dan pengembangan dan faktor yang mempengaruhi serta

185
PENERAPAN MODEL FAMILY-CENTERED NURSING TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN
KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG
TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
cara penanggulangan kejadiannya Anton Widjaja. Penerbit Buku
pada anak balita pasca gempa bumi Kedoteran EGC. Jakarta.
dan gelombang tsunami di kota Banda WHO 2003. The Surf Report 1. Surveillance
Aceh tahun 2006. Tesis Program Pasca of Risk Factors related to
Sarjana Universitas Sumatera Utara. noncommunicable diseases: Current of
Medan. global data. Geneva: WHO. p.15.
Wahid Iqbal M 2007. Ilmu keperawatan WHO 2007. Pencegahan dan pengendalian
komunitas 2. Sagung, Seto. Jakarta. infeksi saluran pernapsan akut (ISPA)
Wahid Iqbal M, dkk 2007. Ilmu yang Cenderung menjadi epidemi dan
keperawatan komunitas. konsep dan pendemidi fasilitas pelayanan
aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. kesehatan. Diunduh dari
Wati PA 2010. Pengaruh metode http://www.who.int/csr/resources/p
pendidikan sebaya (peer education) ublications/WHO_CDS_EPR_2007_8b
dalam meningkatkan pengetahuan ahasa.pdf.
kader posyandu tentang kehamilan WHO 2008. Global action plan for
risiko tinggi. KTI tidak diterbitkan. prevention and control of Pneumonia.
Denpasar: Program Studi DIII Geneva: WHO.
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu WHO 2007. Indoor air pollution from solid
Kesehatan Bina Usada Bali. fuels and risk of low birth weight and
Williams & Wilkins, Stedman TL 2006. stillbirt. Geneva: World Health
Stedmans medical dictionary. 28th ed. Organization.
Philadelphia: Lippincott. Zhang W, Shen X, Bergman U, Wang Y,
World Health Organization 2003. Chen Y, Huang M, et al. Drug
Penanganan ISPA pada anak di rumah utilisation 90% (DU90%) profiles of
sakit kecil negara berkembang. antibiotics in five Chinese childrens
pedoman untuk dokter dan petugas hospitals. International Journal of
kesehatan senior. Alih Bahasa: C. Antimicrobial Agents. 2008; 32: 250
255.

186

Anda mungkin juga menyukai