Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu pengetahuan dibidang kesehatan, obat merupakan komponen yang

vital bagi kesembuhan pasien. Pengelolaan obat yang baik oleh Instalasi Farmasi

mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit

atau di puskesmas, oleh karena itu pengelolaan, penyimpanan dan perbekalan obat

yang kurang efisien akan berpengaruh terhadap peran puskesmas secara keseluruhan.

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,

membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Bahan obat juga

digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit pada manusia. Banyak obat yang

beredar juga memerlukan pengaturan akan golongan obat sehingga produsen dan

konsumen bisa memilah jenis dan keperluan obat sesuai dengan yang diinginkan.

Berdasarkan Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang wajib daftar

mengenai penggolongan obat adalah untuk meningkatkan keamanan dan ketetapan

penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas

terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika dan narkotika.

1
Penyimpanan obat di puskesmas adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara

menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman (tidak

hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia (Depkes. 2004 : 16 ). Kegiatan

penyimpanan merupakan mata rantai yang penting dalam proses pengelolaan obat.

Upaya-upaya yang dilakukan pada seluruh rangkaian pengelolaan obat akan sia-sia

kalau penyimpanan obat tidak dilaksanakan dengan baik sehingga perlu suatu sistem

agar obat bisa sampai ke pasien dengan mutu yang masih terjamin keamananya .

Perbekalan kesehatan juga menjadi suatu hal yang penting yang dapat

menghimpun berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan mutu

obat yang bisa mendukung tercapainya kesehatan masyarakat. Perbekalan kesehatan

bertujuan agar tersedianya obat yang memiliki keamanan, mutu, manfaat, serta

terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya pembangunan

sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan juga bertujuan untuk memelihara sekaligus meningkatkan

kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakanya disebut sarana

kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau

upaya kesehatan rujukan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana

kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan,

penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan.

2
Salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan adalah

puskesmas.

Karna hal itulah perlu dilakukanya penelitian mengenai bagaimana mengevaluasi

sistem penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas masbagik pada

tahun 2016. Sehingga masyarakat yang berada di daerah tersebut bisa mendapatkan

pelayanan serta obat yang memiliki kualitas, kuantitas dan mutu yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah sejauh mana tingkat penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di

puskesmas Masbagik pada tahun 2016

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui sistem penyimpanan dan perbekalan obat di puskesmas

masbagik tahun 2016

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengidentifikasi penyimpanan obat sesuai pedoman penyimpanan obat

dan perbekalan kesehatan di gudang obat Puskesmas Masbagik tahun

2015

Untuk mengidentifikasi seberapa besar tingkat perbekalan kesehatan untuk

masyarakat di puskesmas masbagik tahun 2016

3
Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi

Dapat memberi masukan bagi pihak puskesmas pentingnya penyimpanan

obat yang baik dan perbekalan kesehatan untuk masyarakat

Dapat memberi masukan bagi pihak puskemas pentingnya kualitas,

keamanan, manfaat dan harga obat yang dikonsumsi masyarakat

1.4.2 Bagi Masyarakat

Dapat memberi masukan bagaimana manfaat obat bagi kesehatan

Memberi informasi pada masyarakat bagaimana menyimpan obat yang

baik dan benar

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai referensi untuk mengetahui bagaimana cara penyimpanan obat

yang baik

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis terhadap pentingnya

penyimpanan dan perbekalan obat yang aman untuk jangka panjang

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Pemahaman mengenai Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu penilaian secara sistematis untuk menentukan atau

menilai kegunaan dan keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu

dari suatu program. Hal yang paling penting dalam melakukan suatu evaluasi

adalah harus memiliki tujuan evaluasi yang jelas. Evaluasi dirancang untuk

memberikan nilai pada suatu intervensi dengan mengumpulkan informasi yang

valid dan reliable terhadap intervensi tersebut yang dilakukan secara sistematis

(Ovretveit, 1998).

Evaluasi terhadap suatu intervensi yang diberikan baru dapat dilakukan jika

suatu intervensi tersebut telah berjalan dalam cukup waktu. Untuk melakukan

evaluasi terhadap kebijakan yang baru diambil dapat dilakukan dalam waktu yang

cukup lama untuk mengetahui outcome atau dampak yang ditimbulkan. Semakin

strategis dan semakin terstrukturnya suatu kebijakan maka semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk mengetahui outcome atau dampak dari kebijakan tersebut.

Namun jika ingin mengetahui bagaimana proses dan pelaksanaan dari suatu

kebijakan yang sifatnya lebih teknis maka dapat dilakukan dalam waktu yang lebih

5
singkat, misalnya 2 tahun setelah kebijakan tersebut diimplementasikan (Ervina,

2008).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 2005).

2.2Konsep Pengertian Obat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia obat memiliki pengertian sebagai bahan

yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan

seseorang dari penyakit. Secara garis besar pengertian obat tersebut hanya penjelasan

yang spesifik mengenai obat yaitu hanya berfungsi dalam proses penyembuhan

penyakit. Namun sebenarnya obat dapat digunakan untuk mencegah penyakit,

meningkatkan kekebalan tubuh dan juga dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu

penyakit (Bahfen, 2006).

Keterbatasan informasi masyarakat akan obat sangat erat kaitannya dengan

ketidak tahuan akan pengenalan, penggunaan dan pemanfaatan obat terutama bagi

mereka yang ingin memakai obat generik. Informasi obat, antara lain mengenai khasiat,

indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, peringatan-peringatan

penggunaan suatu obat, serta harga obat, Juga perlu sebagai informasi mengenai pilihan

obat yang tepat bagi konsumen (Widodo, 2004).

6
Untuk meningkatkan penggunaan obat generik di sektor pemerintah,

Departemen Kesehatan (Depkes) menetapkan pedoman umum pengadaan obat

untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Pada prinsipnya pengadaan obat untuk

pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas seperti berikut: mutu obat terjamin,

memenuhi kriteria, khasiat, keamanan dan keabsahan obat serta mempunyai izin

edar (nomor registrasi), menerapkan konsepsi obat esensial dan dilaksanakan

melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang mempunyai izin dari Depkes yang

masih berlaku Kepmenkes RI No: 679/MENKES/SK/V/2005). Dalam bidang

peresepan obat, pemerintah dalam hal ini Depkes juga mengeluarkan peraturan

yang mewajibkan dokter di rumah sakit pemerintah menulis resep obat generik

(Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989), tetapi pelaksanaannya tidak berjalan

sesuai harapan. Revitalisasi permenkes ini menjadi salah satu program 100 hari

Menteri Kesehatan RI Kabinet Indonesia Bersatu II (Kompas, 2009).

Menurut Anief (2003), obat dibedakan atas 7 golongan yaitu:

a. Obat tradisional yaitu obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan,

mineral dan sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang

usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.

b. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk serbuk,

cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama

teknis sesuai dengan F.I (Farmakope Indonesia) atau buku lain.

7
c. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si

pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik

yang memproduksinya.

d. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak

berkhasiat misalnya lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau komponen lain

yang belum dikenal sehingga khasiat dan keamanannya.

e. Obat esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, prifilaksi terapi dan

rehabilitasi.

f. Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar Obat

Esensial Nasional) dan mutunya terjamin karena produksi sesuai dengan

persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji ulang oleh Pusat

Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.

g. Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter

oleh apoteker di apotek.

2.3Konsep Sarana Kesehatan

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara

8
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di wilayah kerja.

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang

menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),

promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan

jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai

tutup usia (Effendi, 2009).

2.4Tinjauan Penyimpanan Obat

Gudang obat Puskesmas merupakan salah satu sarana yang perlu diperhatikan

dalam upaya penyimpanan obat. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan

dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat

yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu

obat. Oleh karena itu, gudang obat sebagai sarana penyimpanan sebaiknya

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2007).

Dari suatu penelitian di Gudang Instalasi Farmasi RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit I diketahui kondisi penyimpanan system penyimpanan obat tidak

9
sesuai dengan standar, yaitu penggolongan obat tidak berdasarkan kelas terapi atau

khasiat obat. Hal tersebut dikarenakan tidak semua petugas gudang memiliki latar

belakang pendidikan kefarmasian (Sheina, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Johanna,2014) didapat hasil penelitian

bahwa penyimpanan obat pada gudang farmasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya

telah sesuai dan pencatatan stok obat serta mutu obat sangat sesuai dengan

peraturan DepKes RI 2007, yang ditunjukan dengan nilai rata-rata parameter

penilaian sebesar 3,10.

2.5Tinjauan Perbekalan Kesehatan

Obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu subsistem dari Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) yang bertujuan agar tersedia obat dan perbekalan

kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat. Obat

merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan, untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Obat sudah merupakan kebutuhan masyarakat, maka

persepsi masyarakat tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat

setelah berkunjung ke Puskesmas (Depkes, 2007).

Dari penelitian (Rukmini dan Zainul, 2011) didapat bahwa perbekalan obat

pada Puskesmas di Indonesia berdasarkan geografi dan topografi sudah diatas 90%,

10
kecuali Puskesmas pada daerah sangat terpencil yaitu 89,7%. Berdasarkan

komponen fasilitas gudang obat Puskesmas di Indonesia, fasilitas penjamin

stabilisasi obat dan fasilitas pencatatan menunjukkan ketersediaan yang lebih baik

dibandingkan dengan fasilitas pendukung gudang obat. Fasilitas catatan keluar

masuk obat tahun 2010, perbekalan kesehatan yang paling tinggi dan paling rendah

adalah fasilitas pendukung berupa lemari narkotika atau psikotropik. Ketersediaan

sarana tersebut semakin rendah pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.

Dari penelitian yang di lakukan oleh (Rini,2009) menunjukkan bahwa

ketersediaan obat generik di puskesmas sudah baik berkisar antara 84,89% sampai

100 % dengan rata-rata 95,45%, di RSUD dan Apotek sangat bervariasi berkisar

antara 11,29% sampai 95,65% dengan rata-rata 51,44 % dan 1,97% sampai 66,67 %

dengan rata-rata 18,73% untuk apotek.

Tinjauan tentang sarana penyimpanan obat di gudang Puskesmas

a) Unit pengelola gudang obat

1. Sarana Gudang :

a. Luas bangunan : minimal 3m x 4m

b. Bentuk bangunan : persegi empat

c. Denah pembagian ruangan : terlampir

d. Spesifikasi :

11
Lantai : Terbuat dari tegel, kramik, kayu dan bahan lain yang

cukup kuat dan mudah diperoleh secara local.

Dinding : Terbuat dari tegel, keramik, kayu dan bahan lain yang

kuat dan mudah diperoleh secara local

Atap : Terbuat dari genteng, seng (diberi plafon), rumbia,

ilalang atau ijuk atau bahan lain yang mudah diperoleh secara lokal.

Atap tidak boleh bocor

Jendela : Terbuat dari kayu atau metal dan atau campuran

keduanya, bahan lain yang mudah diperoleh secara local. Ukuran 0.6m

x 1m

Pintu : Terbuat dari kayu atau besi atau campuran keduanaya.

Ukuran 0.8m x 2m. Dilengkapi gembok.

Penyinaran : Cukup memadai tidak terlalu terang maupun gelap.

Ventilasi : Ada saluran udara yang memadai dengan ukuran 1m x

0.4m, minimal 2 unit.

2. Sarana penyimpanan dan distribusi :

a. Lemari

Jumlah : 1 buah

Jenis : Lemari obat

12
Spesifikasi : Terbuat dari kayu, metal dan atau gabungan keduanya

atau bahan lain yang cukup kuat dengan ukuran panjang 90 cm x

lebar 50 cm x tinggi 200 cm.

a. Rak

Jumlah : 3-4 dan atau sesuai dengan kebutuhan

Jenis : Rak obat

Spesifikasi : Tinggi 2.5 m, lebar 75 cm dan panjang 2 m, bahan

terbuat dari kayu, metal dan atau campuran keduanya. Atau bahan

lain yang diperoleh secara local.

b. Pengaturan udara

Jumlah : 1 buah

Jenis : Window-split, kipas angina

Spesifikasi : Kapasitas 0.5-1 PK. Daya 900 watt.

3. Sarana kantor / administrasi :

a. Mebeulair

Jumlah : Meja (1 buah), kursi (1 buah), kursi tunggu (1 buah)

Spesifikasi : Terbuat dari kayu atau bahan yang kuat dan tahan

lama.

Ukuran : Meja biro dan kursi

13
Bahan : Terbuat dari atau bahan lain yang kuat dan tahan

lama.

b. Komputer dan Printer

Jumlah : Minimal masing-masing 1 buah.

Jenis : Destop, laser.

Spesifikasi :

Komputer : Pentium IV, dengan memori 5 MB

Printer : Laser.

4. Sarana pengamanan :

a. Alarm

Jumlah : 1 unit

Jenis : Sensor magnetic

Spesifikasi : Sensor magnetic

b. Pemadam kebakaran

Jumlah : 2 buah

Jenis : Tabung

Spesifikasi : CO2 dan deterjen berisi 5 kg

c. Tralis

Jumlah : Disesuaikan dengan bentuk bangunan termasuk pintu,

jendela dan plafon.

14
Jenis : Harmonika

Spesifikasi : Terbuat dari bahan besi 12 mm.

5. Tenaga :

a. Teknis

Jumlah : 1 orang

Pendidikan : Asisten apoteker

b. Administrasi

Jumlah : 1 orang

Pendidikan : SMA, SMEA, atau lainya

b) Sub unit pelayanan

1. Luas ruangan : minimal 3 m x 4 m, dinding terbuat dari keramik atau bahan

lain yang mudah dibersihkan bila debu menempel

2. Saran penyimpanan :

Lemari : Jumlah 1 buah

Spesifikasi : Kayu dan metal

3. Peralatan peracikan :

Lumpang dan alu : minimal 2 buah

Spatel / sudip : 2 buah

Baki / wadah : 1 buah

Kertas pembungkus atau perkamen : sesuai kebutuhan

15
Kantung plastik : sesuai kebutuhan

Etiket : sesuai kebutuhan

Lap serbet : sesuai kebutuhan

4. Tenaga : jumlah 1

Latar belakang pendidikan : asisten apoteker

16
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konsep

Perangkat Proses Pemeliharaan

Obat Pelayanan
mutu obat sesuai

Tenaga pelaksana Penyimpanan dengan prosedur


Sarana obat dan
yang tepat
Perbekalan
Prosedur
kesehatan

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan antara proses pelayanan dengan

pemeliharaan mutu obat sesuai prosedur

3.2 Definisi operasional

1. Penyimpanan obat

Penyimpanan obat adalah proses penyimpanan untuk memelihara mutu obat.

2. Perbekalan kesehatan

Perbekalan kesehatan adalah mutu obat yang sesuai prosedur di jadikan

perbekalan kesehatan

17
3. Pemeliharaan mutu obat

Pemeliharaan mutu obat sesuai prosedur dipengaruhi oleh proses

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan

Tabel 3.1 Kode variable, definisi operasional, cara ukur, alat ukur, Hasil ukur dan

skala ukur penelitian

Variabel/karakteristik Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Skala


operasional ukur ukur
Penyimpanan Obat proses Penelusuran Checklist 1.Ya Nominal
penyimpanan melalui rekam 2.Tidak
untuk memelihara medis puskesmas
mutu obat masbagik
Perbekalan kesehatan mutu obat yang Penelusuran Checklist 1.Ya Nominal
sesuai prosedur di melalui rekam 2.Tidak
jadikan medis puskesmas
perbekalan masbagik
kesehatan

Pemeliharaan mutu mutu obat Penelusuran Checklist 1.Ya Nominal


obat sesuai dengan dipengaruhi oleh melalui rekam 2.Tidak
prosedur yang tepat proses medis puskesmas
penyimpanan obat masbagik
dan perbekalan
kesehatan

18
3.3 Hipotesis

1. Hipotesis kerja/alternatif (Ha)

Ada hubungan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan terhadap

pemeliharaan mutu obat sesuai dengan prosedur yang tepat

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak hubungan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan terhadap

pemeliharaan mutu obat sesuai dengan prosedur yang tepat

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain

deskritif. Menurut Bogdan, Taylor dan Moleong (2000). Penelitian kualitatif

merupakan jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan objek yang akan di amati. Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif tujuanya adalah untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang sistem penyimpanan obat

dan perbekalan kesehatan di puskesmas Masbagik. Pengamatan yang dilakukakan

pada penelitian ini merupakan pengamatan langsung pada sistem yang sedang

berjalan disertai wawancara mendalam dengan para pekerja yang terlibat dalam

pelaksanaan sistem penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas

Masbagik.

20
4.2 Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2016 pada

Puskesmas dengan metode purposive sampling dimana sampel yang dipilih yang

harus memenuhi kriteria dari penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan populasi

adalah semua obat dan peralatan kesehatan yang disimpan di gudang Puskesmas

Masbagik Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB) .

4.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara antara

lain :

Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala dan petugas Puskesmas Masbagik

untuk memperoleh data mengenai sistem penyimpanan obat dan perbekalan

kesehatan dengan menggunakan pedoman wawancara

Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui sistem penyimpanan obat dan

perbekalan kesehatan di Puskesmas Masbagik. Observasi yang akan

dilakukan berupa pengamatan terhadap kecukupan jumlah petugas pelaksan

penyimpanan dan perbekalan kesehatan di Puskesmas serta kesesuaian tugas

yang dilaksanakan sehari-hari dengan yang tertera pada dokumen instruksi

21
kerja, disiplin petugas apakah petugas mengerjakan pekerjaanya sesuai

dengan SOP yang berlaku serta jam dating dan jam pulang petugas,

ketersediaan formulir/dokumen pencatatan dan pelaporan, ketersediaan

prosedur penyimpanan obat, serta pengamatan terhadap ketersediaan sarana

dan prasarana yang menunjang proses penyimpanan obat dan perbekalan

kesehatan. Proses Observasi yaitu berkaitan terhadap sistem penyimpanan

obat dan perbekalan kesehatan Puskesmas Masbagik

Pengecekan Dokumen

Pengecekan dokumen dilakukan untuk melihat apakah prosedur

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Masbagik telah

sesuai dengan pedoman puskesmas atau sesuai standar SOP dalam

pelaksanaan untuk menjaga mutu dan kualitas dalam penyimpanan obat

4.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti yang melakukan wawancara secara langsung

kepada petugas puskesmas, selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung

pada kegiatan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan . Instrumen yang

digunakan pada penelitian ini antara lain wawancara, pengecekan dokumen dan

melakukan observasi langsung terhadap kegiatan penelitian. Wawancara,

pengecekan dokumen dan observasi mengacu kepada pedoman pengelolaan

22
perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang disusun oleh Dirtjen Bina Farmasi

dan Alat Kesehatan tahun 2010 dan beberapa referensi terkait sistem

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Pengolahan Data

Pada penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 variabel yaitu variable

input seperti (SDM, dokumen, prosedur, sarana), variable proses seperti

(penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan), variabel output seperti (obat

yang disimpan sesuai dengan prosedur yang berlaku) .

Data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara dan pengecekan

dokumen kemudian diolah dengan cara membandingkan dan menyesuaikan

dengan pedoman yang dibuat oleh Dirjend Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan tahun 2010. Kemudian hasilnya akan dibuat kedalam bentuk

uraian singkat dan table kemudian dilakukan analisis data.

4.5.2 Analisis Data

Analisis data yang dilakuakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan analisis kualitatif seperti yang diungkapkan oleh (Milles and

Huberman, 1992) yang terdiri dari :

23
Reduksi Data

Data-data pada variabel input seperti (SDM, dokumen, prosedur,

sarana), variable proses seperti (penyimpanan obat dan perbekalan

kesehatan), variabel output seperti (obat yang disimpan sesuai dengan

prosedur yang berlaku), kemudian dipilih sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Data-data yang tidak penting dan tidak berkaitan dengan

kebutuhan penelitian dihilangkan dan tidak dilakukan analisis lebih

lanjut sementara data-data yang penting kemudian diolah dan dianalisis

lebih lanjut.

Penyajian Data

Data-data pada variabel input seperti (SDM, dokumen, prosedur,

sarana), variable proses seperti (penyimpanan obat dan perbekalan

kesehatan), variabel output seperti (obat yang disimpan sesuai dengan

prosedur yang berlaku) yang sudah direduksi kemudian dibuat dalam

bentuk uraian singkat.

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dengan mendeskripsikan berbagai

unsur pada variabel penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan mulai

dari input seperti (SDM, dokumen, prosedur, sarana), variable proses

seperti (penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan), variabel output

24
seperti (obat yang disimpan sesuai dengan prosedur yang berlaku) secara

umum kemudian akan memaknai hasil dari penelitian yang akan

didapat. Pemaknaan hasil penelitian didasari pada kesesuaianya dengan

pedoman yang di buat oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

tentang penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan tahun 2010.

Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan didapatkan setelah

peneliti melakukan proses pengolahan data dan analisis data yaitu

dengan mengaitkan antara hasil yang didapat dari penelitian yang

dilakukan dengan membandingkan berbagai teori dan referensi yang

berkaitan atau sesuai dengan penelitian yang dilakukan atau telah sesuai

dengan pedoman peraturan yang dibuat oleh Dirjen Bina Farmasi dan

Alat Kesehatan sehingga bisa ditarik suatu kesimpulan sesuai dengan

tujuan dan harapan dari penelitian .

4.6 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Masbagik Lombok Timur Nusa

Tenggara Barat (NTB) di jalan Raya Labuhan Lombok dan dilaksanakan pada

bulan Januari sampai Maret 2016.

25
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret

No Uraian Kegiatan 2016 2016 2016

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Proposal

dan Studi Pustaka

2 Observasi dan

Penelitian

3 Pengolahan dan

penyusunan Data

26
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004 Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.

Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2007 Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 917 /Menkes/Per/X/1993

Tentang Penggolongan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

1993

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No: 679/MENKES/SK/V/2005)

tentang Pengadaan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 085/Menkes/Per/I/1989

Tentang Peresepan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989

Miles, Mathew B., and huberman A. Maichel. 1992. Analisi Data Kualitatif ; Buku

Sumber Tentang Metode-metode Baru (Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi),

Jakarta: UI-Press.

Ovretveit, J and Buckingham. 1998 Evaluating health interventions, Open University.

321

27
Sheina, Baby. Jurnal Penyimpanan Obat di Gudang Instalasi Farmasi RSU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit I, Vol.4, No.1 Januari 2010

Notoatmojo S, 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Halaman 99

28

Anda mungkin juga menyukai