Refarat Abses Hepar
Refarat Abses Hepar
Abses Hepar
Pembimbing:
disusun Oleh:
030.04.171
PENDAHULUAN
Abses hat adalah bentuk infeksi pada hat yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestnal yang ditandai dengan
adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hat. Abses hat
merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang sepert di
Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tnggi biasanya berhubungan dengan sanitasi yang
buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi
menyebabkan bertambahnya kasus abses hat di daerah perkotaan.
Secara umum abses hat dibagi menjadi 2 yaitu abses hat amebik dan abses hat
piogenik di mana kasus abses hat amebik lebih sering terjadi dibanding abses hat piogenik.
Abses hat amebik biasanya disebabkan oleh infeksi Entamoeba hystolitica sedangkan abses
hat piogenik disebabkan oleh infeksi Enterobacteriaceae, Streptococci, Klebsiella, Candida,
Salmonella, dan golongan lainnya. Abses hat sering tmbul sebagai komplikasi dari
peradangan akut saluran empedu. Abses hat piogenik merupakan kasus yang relatf jarang,
pertama kali ditemukan oleh Hipppocrates (400SM) dan dipublikasikan pertama kali oleh
Bright pada tahun 1936.
Hampir 10% penduduk dunia terutama penduduk dunia berkembang pernah terinfeksi
Entamoeba histolytica tetapi 10% saja dari yang terinfeksi menunjukkan gejala. Insidensi
penyakit ini berkisar sekitar 5-15 pasien pertahun. Individu yang mudah terinfeksi adalah
penduduk di daerah endemik ataupun wisatawan yang ke daerah endemik di mana laki laki
lebih sering terkena dibanding perempuan dengan rasio 3:1 hingga 22:1 dan umur tersering
pada dekade empat.
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh pasien dengan amebiasis hat adalah berupa nyeri
perut kanan atas, demam, hepatomegali dengan nyeri tekan atau nyeri spontan atau disertai
dengan gejala komplikasi. Gejala yang menyertai adalah anoreksia, mual muntah, berat
badan menurun, batuk, ikterus ringan sampai sedang dan berak darah. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan anemia ringan sampai sedang.
1. Facies diaphragmatka
2. Facies visceralis (inferior)
1. Facies diaphragmatika
2. Facies viseralis
Pendarahan
Perdarahan arterial dilakukan oleh arteri hepatka yang bercabang menjadi kiri dan
kanan dalam porta hepats (berbentuk Y). Cabang kanan melintas di posterior duktus
hepats dan di hepar menjadi segmen anterior dan posterior. Cabang kiri menjadi medial
dan lateral. Arteri hepatka merupakan cabang dari truncus coeliacus (berasal dari aorta
abdminalis) dan memberikan pasokan darah sebanyak 20 % darah ke hepar.
Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestnal dibawa menuju ke hepar oleh vena
porta hepats cabang kiri dan kanan. Vena ini mengandung darah yang berisi produk-
produk digestf dan dimetabolisme hepar. Cabang dari vena ini berjalan diantara lobulus
dan berakhir di sinusoid. Darah meninggalkan hepar melalui vena sentralis dari setap
lobulus yang mengalir melalui vena hepatka. Fileplebits atau radang pada vena porta
dapat menyebabkan abses pada hepar dikarenakan aliran vena porta ke hepar.
Persarafan
nervus simpatkus : dari ganglion seliakus, berjalan bersama pembuluh darah pada
lig. hepatogastrika dan masuk porta hepats
nervus vagus : dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepats menyusuri kurvatura
minor gaster dalam omentum.
Drainase limfatik
Aliran limfatk hepar menuju nodus yang terletak pada porta hepats (nodus
hepatkus). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga menerima aliran limfe dari vesika
fellea. Dari nodus hepatkus, limpe dialirkan (sesuai perjalanan arteri) ke nodus
retropylorikus dan nodus seliakus.
Struktur
Hat mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Fungsi utama hat adalah
pembentukkan dan ekskresi empedu. Hat mengekskresikan empedu sebanyak 1 liter per
hari ke dalam usus halus. Garam empedu, lesitn, dan kolesterol merupakan komponen
terbesar (90%) cairan empedu, sisanya (10%) adalah bilirubin, asam lemak dan garam
empedu. Empedu yang dihasilkan ini sangat berguna bagi percernaan terutama untuk
menetralisir racun terutama obat-obatan dan bahan bernitrogen sepert amonia. Bilirubin
merupakan hasil akhir metabolisme dan walaupun secara fisiologis tdak berperan aktf,
tetapi pentng sebagai indikator penyakit hat dan saluran empedu, karena bilirubin dapat
memberi warna pada jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
Sirkulasi vena porta yang memberikan suplai darah 75% dari seluruh asupan asinus
memegang peranan pentng dalam fisiologi hat, terutama dalam hal metabolisme
karbohidrat, protein dan asam lemak. Hasil metabolisme monosakarida dari usus halus
diubah menjadi glikogen dan disimpan di hat (glikogenesis). Dari pasokan glikogen ini
diubah menjadi glukosa secara spontan ke darah (glikogenolisis) untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan untuk menghasilkan
tenaga dan sisanya diubah menjadi glikogen (yang disimpan dalam otot) atau lemak (yang
disimpan dalam jaringan subkutan). Pada zona-zona hepatosit yang oksigenasinya lebih baik,
kemampuan glukoneogenesis dan sintesis glutaton lebih baik dibandingkan zona lainnya.
Fungsi hat dalam metabolisme protein adalah mengasilkan protein plasma berupa albumin,
protrombin, fibrinogen, dan faktor bekuan lainnya. Fungsi hat dalam metabolisme lemak
adalah menghasilkan lipoprotein dan kolesterol, fosfolipid dan asam asetoasetat.
Hat merupakan komponen sentral sistem imun. Sel kupffler yang merupakan 15%
massa hat dan 80% dari total populasi fagosit tubuh, merupakan sel yang sangat pentng
dalam menanggulangi antgen yang berasal dari luar tubuh dan mempresentasikan antgen
tersebut kepada limfosit.
BAB III
PEMBAHASAN
Etiologi
Abses hat dapat disebabkan infeksi dapat berasal dari sistem porta dan hematogen
melalui arteri hepatka. Infeksi yang berasal dari abdomen dapat mencapai hat melalui
embolisasi melalui vena porta. Infeksi intraabdomen ini biasanya berasal dari appendisits,
divertkulits, inflammatory bowel disease dan pylephlebits. Sementara itu infeksi secara
hematogen biasanya disebabkan oleh bakteremia dari endokardits, sepsis urinarius, dan
intravenous drug abuse.
Amubiasis invasif dapat disebabkan perdarahan usus besar, perforasi, dan pembentukan
fistula. Bila terjadi perforasi biasanya dari daerah sekum infeksi amuba invasif pada tempat-
tempat yang jauh meliput paru, otak dan terutama hepar. Abses pada hepar diduga berasal
dari invasi sistem vena porta, pembuluh limfe mesenterium, atau penjalaran melalui
intraperitoneal. Dalam parenkim hepar terbentuk tempat-tempat mikroskopis terutama
terjadi trombosis, sitolisis, dan pencairan, suatu proses yang disebut hepatts amuba. Bila
tempat-tempat tersebut bergabung maka terjadilah abses amuba.
Dilaporkan 21-30% dari abses hepar berasal dari penyakit biliaris yaitu obstruksi
ekstrahepatk, kolangits, koledolitasis, tumor jinak atau ganas biliaris. Anastomosis
anterobiliaris (choledochoduodenostomy atau choledochojejunostomy) juga dilaporkan
sebagai penyebab abses hepar di samping komplikasi biliaris dan transplantasi hat.
Trauma tumpul dan nekrosis hat yang berasal dari vascular injury selama laparaskopi
cholecystectomy juga merupakan penyebab abses hepar.
Patogenesis
Patogenesis amebiasis hat belum dapat diketahui secara past. Ada beberapa
mekanisme sepert faktor investasi parasit yang menghasilkan toksin, malnutrisi, faktor
resistensi parasit, berubah-ubahnya antgen permukaan dan penurunan imunitas cell
mediated. Secara kasar, mekanisme terjadinya amebiasis didahului dengan penempelan E.
Histolytica pada mukus usus, diikut oleh perusakan sawar intestnal, lisis sel epitel intestnal
serta sel radang disebabkan oleh endotoksin E. histolytica kemudian penyebaran amoeba ke
hat melalui vena porta.
Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi
granulumatosa. Lesi membesar bersatu dan granuloma digant dengan jaringan nekrotk
yang dikelilingi kapsul tpis sepert jaringan fibrosa. Hal ini memakan waktu berbulan-bulan
setelah kejadian amebiasis intestnal. Secara patologis, amebiasis hat ini berukuran kecil
sampai besar yang isinya berupa bahan nekrotk sepert keju berwarna merah kecoklatan,
kehijauan, kekuningan atau keabuan. Shaikh et al (1989) mendapatkan abses tunggal 85%, 2
abses 6% dan abses multpel 8%. Umumnya lokasinya pada lobus kanan 87%-87,5% karena
di situ terdapat banyak pembuluh darah portal. Secara mikroskopik di bagian tengah
didapatkan bahan nekrotk dan fibrinous, sedangkan di perifer tampak bentuk ameboid
dengan sitoplasma bergranul serta int kecil. Jaringan sekitarnya edematous dengan infiltrasi
limfosit dan proliferasi ringan sel kupffer dengan tdak ditemukan sel PMN. Lesi amebiasis
hat tdak disertai pembentukan jaringan parut karena tdak terbentuknya jaringan fibrosis.
Hat adalah organ yang paling sering terjadinya abses. Abses hat dapat berbentuk
soliter atau multpel. Oleh karena peredaran darah hepar yang sedemikian rupa, maka hal ini
memungkinkan terinfeksinya hat oleh karena paparan bakteri yang berulang, tetapi dengan
adanya sel Kuppfer yang membatasi sinusoid hat akan menghindari terinfeksinya hat oleh
bakteri tersebut. Adanya penyakit sistem biliaris sehingga terjadi obstruksi aliran empedu
akan menyebabkan terjadinya proliferasi bakteri Sel kupffler dalam sinusoid hat dapat
menghancurkan bakteri-bakteri tersebut akan tetapi proses multpel terjadi pada abses.
Lobus kanan hat lebih sering terkena abses dibandingkan dengan lobus kiri. Hal ini
berdasarkan anatomi hat di mana lobus kanan lobus kanan menerima darah dari arteri
mesenterika superior dan vena porta, sedangkan lobus kiri menerima darah dari arteri
mesenterika inferior dan aliran limfatk.
Penyakit traktus biliaris adalah penyebab utama dari abses hat piogenik. Obstruksi
pada traktus biliaris sepert penyakit batu empedu, striktura empedu, penyakit obstruktf
congenital ataupun menyebabkan adanya proliferasi bakteri. Adanya tekanan dan distensi
kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena porta dan arteri hepatka sehingga akan
terbentuk formasi abses fileplebits. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara
hematogen sehingga terjadi bakterimia sistemik.
Penetrasi akibat luka tusuk akan menyebabkan inokulasi pada parenkim hat
sehingga terjadi abses hat piogenik. Sementara itu trauma tumpul menyebabkan nekrosis
hat, perdarahan intrahepatk dan kebocoran saluran empedu sehingga terjadi kerusakan
dari kanalukuli. Kerusakan kanalukuli menyebabkan masuknya bakteri ke hat dan terjadi
pertumbuhan bakteri dengan proses supurasi disertai pembentukan pus. Abses hat yang
disebabkan oleh trauma biasanya soliter.
Infeksi pada organ porta dapat menyebabkan septk tromboplebits lokal yang
mengarah pada abses hat. Septk emboli akan dilepaskan ke sistem porta, masuk ke sinusoid
hat, dan menjadi nidus bagi formasi mikroabses. Mikroabses ini biasanya multpel tapi
dapat juga soliter. Mikroabses juga dapat berasal secara hematogen dari proses bakterimia
sepert endokardits dan pyelonephrits.
Abses hat piogenik dilaporkan sebagai infeksi sekunder dari abses hat amebic,
hydatd cystc cavites, dan tumor hat. Selain itu dapat juga disebabkan oleh proses
transplantasi hat, embolisasi arteri hepatka pada perawatan karsinoma hepatoseluler dan
penghancuran benda asing dari dalam tubuh.
Struktur dari abses amuba hepar terdiri dari cairan di dalam, dinding dalam, dan
kapsul jaringan penyangga. Secara klasik cairan abses menyerupai anchovy paste ,
berwarna coklat kemerahan sebagai akibat jaringan hepar dan sel darah merah yang
dicerna. Abses mungkin saja berisi cairan hijau atau kuning. Tidak sepert abses bakterial,
cairan abses amuba steril dan tdak berbau. Evaluasi cairan abses untuk penghitungan sel
dan enzimatk secara umum tdak membantu dalam mendiagnosis abses amuba. Dinding
dari abses adalah lapisan dari jaringan nekrotk hepar dan tropozoit yang ada. Biopsi dari
jaringan ini sering memperkuat diagnosis dari manifestasi abses amuba hepar. Pada abses
lama kapsul jaringan penyangga dibentuk oleh perkembangan fibroblas. Pada abses
piogenik, leukosit dan sel-sel inflamasi tdak didapatkan pada kapsul dari abses amuba
hepar.
Manifestasi Klinis
Demam atau panas tnggi merupakan manifestasi klinis yang paling utama, anoreksia,
malaise, batuk disertai rasa sakit pada diafragma, anemia, hepatomegali teraba sebesar 3
jari sampai 6 jari di bawah arcus-costa, ikterus terdapat pada 25 % kasus dan biasanya
berhubungan dengan penyebabnya yaitu penyakit traktus biliaris, abses biasanya multpel,
massa di hipokondrium atau epigastrium, efusi pleura, atelektasis, fluktuasi pada hepar, dan
tanda-tanda peritonits.
Diagnosis
Pada beberapa pasien kadang sudah dapat terlihat abses hepar secara inspeksi
dikarenakan abses telah menembus kulit sehingga terlihat dari luar. Terdapat nyeri tekan
pada kuadran kanan atas abdomen, selain itu didapatkan hepatomegali yang teraba sebesar
tga jari sampai enam jari arcus-costarum.
Pemeriksaan lain-lain sepert foto toraks dan foto polos abdomen digunakan untuk
mendeteksi kelainan atau komplikasi yang ditmbulkan oleh amebiasis hat. Diagnosa past
adalah melalui USG dan CT Scan yang sensitvitasnya sekitar 85-95%.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium yang diperiksa adalah darah rutn yaitu kadar Hb
darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan percobaan fungsi hat, termasuk
kadar bilirubin total, total protein dan kadar albumin dan glubulin dalam darah. Banyak
penderita abses hepar tdak mengalami perubahan bermakna pada tes laboratoriumnya.
Pada penderita akut anemia tdak terlalu tampak tetapi menunjukkan leukositosis yang
bermakna sementara penderita abses hepar kronis justru sebaliknya.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tnggi dengan
pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase,
peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum
dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hat
yang disebabkan abses hat.
Abnormalitas tes fungsi hat lebih jarang terjadi dan lebih ringan pada abses hat
amebik dibanding abses hat piogenik. Hiperbilirubinemia didapatkan hanya pada 10 %
penderita abses hepar. Karena pada abses hepar amebik terjadi proses destruksi parenkim
hat, maka PPT (plasma protrombin tme) meningkat.
Serologis
Pemeriksaan penunjang
USG memiliki sensitvitas yang sama dengan CT scan dalam mengidentfikasi abses
hepar. Rendahnya biaya dan sifat non-radiasi membuat USG menjadi pilihan untuk
mendiagnosis abses hepar. Abses hepar amebik biasanya besar dan multpel. Menurut
Middlemiss (I964) gambaran radiologis dari abses hat adalah sebagai berikut :
CT scan:
Hipoekoik
Massa oval dengan batas tegas
Non-homogen
USG:
1. Bentuk bulat atau oval
2. Tidak ada gema dinding yang berart
3. Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hat normal.
4. Bersentuhan dengan kapsul hat
5. Peninggian sonik distal (distal enhancement)
Komplikasi
Komplikasi abses hat amoeba umumnya berupa perforasi abses ke berbagai rongga
tubuh dan ke kulit. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke pleura dan perikard. Insidens
perforasi ke rongga pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura yang besar dan luas yang
memperlihatkan cairan coklat pada aspirasi. Perforasi dapat berlanjut ke paru sampai ke
bronkus sehingga didapat sputum yang berwarna khas coklat. Perforasi ke perikard
menyebabkan efusi perikard dan tamponade jantung.
Penatalaksanaan
Emetn, dehidroemetn, dan klorokuin berguna pada abses amuba hepar yang
mengalami komplikasi atau bila pengobatan dengan metronidazol gagal. Emetn dan
dehidroemetn diberikan secara intramuskular. Emetn memiliki "therapeutic range" yang
sempit. Dapat terjadi proaritmia, efek kardiotoksik yang diakibatkan akumulasi dosis obat.
Penderita yang mendapat obat ini harus trah baring dan dilakukan pemantauan vital sign
secara teratur. Emetn dan dehidroemetn diindikasikan terutama untuk penderita yang
mengalami komplikasi paru, karena biasanya keadaan umumnya buruk dan memerlukan
terapi "multidrug" untuk mempercepat perbaikan gejala klinis. Kombinasi klorokuin dan
emetn dapat menyembuhkan 90% penderita amubiasis ekstrakolon yang resisten.
Aspirasi Selain diberi antbiotka, terapi abses juga dilakukan dengan aspirasi. Dalam hal ini,
aspirasi berguna untuk mengurangi gejala-gejala penekanan dan menyingkirkan adanya
infeksi bakteri sekunder. Aspirasi juga mengurangi risiko ruptur pada abses yang volumenya
lebih dari 250 ml, atau lesi yang disertai rasa nyeri hebat dan elevasi diafragma. Aspirasi juga
bermanfaat bila terapi dengan metronidazol merupakan kontraindikasi sepert pada
kehamilan. Aspirasi bisa dilakukan secara buta, tetapi sebaiknya dilakukan dengan tuntunan
ultrasonografi sehingga dapat mencapai ssaran yang tepat. Aspirasi dapat dilakukan secara
berulang-ulang secara tertutup atau dilanjutkan dengan pemasangan kateter penyalir. Pada
semua tndakan harus diperhatkan prosedur aseptk dan antseptk untuk mencegah infeksi
sekunder.
Drainase Perkutan
Operasi
Abses multpel
Infeksi polimikrobakteri
Immunocompromise dissease
Hepatektomi
Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hat yang terkena abses.
Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal atau multpel, lobus kanan atau kiri, juga
pada pasien dengan penyakit saluran empedu. Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas
daerah hat yang terkena abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hat.
Prognosis
Prognosa abses hat tergantung dari investasi parasit, daya tahan host, derajat dari
infeksi, ada tdaknya infeksi sekunder, komplikasi yang terjadi, dan terapi yang diberikan
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika
hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab bakterial organisme multpel, tdak
dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleura atau
adanya penyakit lain.
Kesimpulan
Abses hat merupakan infeksi pada hat yang disebabkan bakteri, jamur, maupun
nekrosis steril yang dapat masuk melalui kandung kemih yang terinfeksi dan infeksi dalam
perut lainnya. Abses hat dibedakan menjadi 2 yaitu abses hat amebik dan abses hat
piogenik. Adapun gejala-gejala yang sering tmbul diantaranya demam tnggi, nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen, hepatomegali, ikterus. Diagnosis yang di pakai sama sepert
penyakit lain yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan laboratorium. Terapi yang
diberikan adalah antbiotka spektrum luas, aspirasi cairan abses, drainase, laparatomi dan
hepatektomi. Abses hepar dapat disembuhkan bila ditangani dengan cara yang tepat dalam
waktu yang secepatnya, oleh karenanya sangatlah pentng untuk dapat mendiagnosanya
sedini mungkin.
Ilustrasi Kasus
Laki - laki 50 tahun, Islam, Suku Sasak, mengeluh nyeri perut kanan atas sejak 3
minggu sebelum masuk rumah sakit, memberat sejak 1 minggu sebelum MRS. Nyeri
dirasakan terus menerus, berkurang bila penderita membungkuk. Panas badan sumer-sumer
tmbul bersamaan dengan keluhan nyeri perut. Penderita mengeluh mual namun tdak
muntah. Makan dan minum berkurang bila dibandingkan saat penderita sehat. Buang air
besar dan buang air kecil dalam batas normal. Karena keluhan tersebut, penderita berobat
ke dokter Spesialis Penyakit Dalam. Dikatakan menderita abses liver dan BPH. Selanjutnya
penderita dirujuk ke Rumah Sakit Umum Mataram.
Dari pemeriksaaan fisik didapatkan kesadaran kompos ments, keadaan umum
sedang. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20x/menit, suhu axilla
36oC. Pada mata tdak didapatkan anemia dan ikterus. Telinga, hidung, tenggorakan dalam
batas normal. Pemeriksaan leher dalam batas normal. Dari pemeriksaan jantung didapatkan
suara jantung 1 dan 2 tunggal, teratur, tdak didapatkan murmur. Pada pemeriksaan paru
didapatkan suara nafas vesikuler kanan dan kiri tdak didapatkan rhonki ataupun wheezing.
Pada pemeriksaan abdomen tdak didapatkan distensi, bising usus normal. Hat teraba
membesar 3 jari bawah arcus costae dan 3 jari bawah prosessus xiphoideus, tepi tumpul,
fluktuatf, didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok. Limpa tdak teraba, perkusi traube space
tmpani. Ekstremitas tdak didapatkan kelainan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung leukosit 7,3 x 103/mm3,
hitung eritrosit 3,67 x 106/mm3, hemoglobin 10,1 g%, hematokrit 32,1%, MCV 87,5 fL, MCH
27,5 pg, MCHC 31,5 g/dL, trombosit 265 x 103/mm3. Ureum darah 14 mg%, kreatnin serum
0,5 mg%. Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen menunjukkan gambaran abses
hat dengan diameter 8,6 x 7,8 cm. Penderita didiagnosis dengan abses hat lalu dilakukan
penatalaksanaan dengan cara melakukan pungsi abses secara terpadu. Pungsi abses
pertama didapatkan sebanyak 150 cc, cairan berwarna coklat kehijauan. Pungsi kedua
dilakukan dua hari kemudian sebanyak 100 cc, cairan warna coklat kehijauan. Dilakukan
kultur pus setap dilakukan pungsi, tdak didapatkan adanya kuman. Penderita didiagnosis
akhir dengan abses hat amuba.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006 ;
462 463
2. Sjamsuhidaja,R & deJong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran. 2004