Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan Persalinan Normal

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN PERSALINAN NORMAL

I. PENGERTIAN
Persalinan normal adalah proses kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi. Atau persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
( janin dan uri ), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain.(Rustam Mochtar, 1998)

II. SEBAB-SEBAB YANG MENIMBULKAN PERSALINAN


Penyebab persalinan belum diketahui dengan pasti, namun beberapa teori menghubungkan
dengan factor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
a. Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen. Fungsi
progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan konstraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero plasenter.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terletak ganglion servikale (Fleksus Frankenhausen).Bila ganglion ini di
geser dan di tekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul konstraksi uterus.

III. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


1. Lightening/Setting/Dropping yaitu kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida.
2. Perut kelihatan lebihmelebar, fundus uteri turun
3. Perasaan sering atau susah kencing karena tertekan olehbagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya konstraksi-konstraksi lemah dari uterus,
kadang-kadang disebut Fase Labor Pains
5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa berecampur darah
(bloody show)

IV. PATOFISIOLOGIS

Rsk Krskn PROGESTERON


Ptukaran gas Konstraksi Face Maker
Konstraksi dalam keluar
Hiperventilasi
Servik tertarik dan membuka
Pertukaran O2 b Distensi korpus uteri

Rangsangan saraf sensori Perub. CO


Hipoksia Janin
SSP

Rsk Gwt Janin Mediator Nyeri Metabolisme

Rasa Sakit
Panas
Koping indiv. tak efektif Gang. Rasa nyaman

Kebut. Tidak terpenuhi Keringat


Rsk cairan
ENERGI

Kelelahan

Persalinan dgn tind Rsk Partus lama/kasep Rsk Asfiksia


Rsk Infeksi Neonatus
Rsk ggn integritas kulit Anak Lahir

Rsk fisio stlh melahirkan Rsk Infeksi Maternal


Pe+an anggota keluarga
Nyeri akut b/d episiotomi
Trauma Jaringan
Ketakutan bgerak
Perdarahan Krisis situasi
Involusi tgnggu (Perub. Peran & T. Jwb)

ATONIA UTERI

V. TANDA-TANDA IN PARTU
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

IV. FISIOLOGIS PERSALINAN NORMAL

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :


1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keuarnya lender bercampur darah, servik mulai membuka
dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
Fase laten : Pembukaan servik brlangsung lambat, sampai pembukaan berangsung 2 jam, cepat
menjadi 9 cm.
Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1. periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2. periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam, cepat
menjadi 9 cm.
3. periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang
continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk
setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2. Kala II (pengeluaran janin )


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepaa janin telah turun dan
masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada oto-otot darsar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri
sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his,
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir, mengamati keadaan ibi terutama terhadap
bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat
dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

VII. ASUHAN KEPERAWATAN

KALA I- fase laten


Pengkajian
1. Integritas ego
Klien tampak senang atau cemas
2. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular : terjadi peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan
3. Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flak lendir.

Prioritas keperawatan :
1. Mungkin kesiapan emosi dan fiosik klien/ pasangan thd persalinan
2. Meningkatkan dan mempermudah kemajuan persalinan normal
3. Mendukung kemampuan koping klien / pasangan
4. Mencegah koplikasi mayernal / janin

Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap ansietas berhubungan dengan krisis situasi, kebeutuhan tidak terpenuhi
2. Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan, ketersediaan pilihan berhubungan dengan
kurang mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi
3. Risiko tinggi terhadap infeksi maternal berhubungan dengan pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal
4. Risiko tinggi terhadap kekuranggan voume cairan berhubungan dengan penurunan masukan
dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernapasan mulut
5. Risiko tinggi terhadap koping individu tak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
system pendukung
6. Risiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan hipoksia jaringan atau hiperkapnia
atau infeksi

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1
Orientasikan klien pada lingkungan, staf dan prosedur
Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan
Kaji tingkat dan penyebab ansietas
Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi
Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya

Diagnosa 2
Kaji persiapan,tingkat pengetahuan dan harapan klien
Beri informasi dan kemajuan persalinan normal
Demonstrasikan teknik pernapasan atau relaksasi dengfan tepat untuk setiap fase persalinan

Diagnosa 3
Pantau masukan dan haluaran
Pantau suhu setiap 4 jam / lebih sering bila suhu tinggi, pantau tanda vital, DJJ sesuai indikasi
Kaji produksi mucus dan turgor kulit
Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Pantau kadar hematokrit.

Diagnosa 4
Kaji latar belakang budaya klien
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik
Gunakan teknik aseptic saat pemeriksaan vagina
Lakukan perawatan perineal setelah eliminasi
Kaji sekresi vagina pantau tanda vital

Diagnosa 5
Lakukan maneuver Leopold untuk memantau posisi janin berbaring
Pantau DJJ secara manual
Catat kemajuan persalinan
Berikan perawatan perineal, ganti pembalut bila basah
Kolaborasi pemberian O2 melalui masker wajah, Bantu klien sesuai kebutuhan, siapkan untuk
intervensi bedah.

KALA I ( Fase aktif)


Pengkajian
1. Aktivitas istirahat : klien tampak kelelahan
2. Integritas Ego
Klien tampak serius dan tampak terhanyut dalam proses persalinan ketakutan teentang
kemampuan mengendalikan pernapasan
3. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2.5-5 menit dan berakhir 30-40 detik
4. Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi verteks
5. Seksualitas
Dilatasi servik dari 4-8 cm (1,5 cm/ jam pada multipara dan 1,2 cm/ jam pada primi para)
Prioritas Keperawatan
1. meningkatkan dan memudahkan kemajuan normal dari persalinan
2. mendukung kemampuan koping klien / pasangan
3. meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin

Diagnosa & Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut b/d dilatasi jaringan atau hipoksia
Intervensi :
Kaji derajat ketidaknyamanan secara verbal dan nonverbal
Bantu penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi
Bantu tindakan kenyamanan spt. Gosok punggung, kaki
Anjurkan pasien berkemih 1-2 jam
Berikan informasi tentang keterseduaan analgesic
Dukung keputusan klien menggunakan obat-obatan/tidak

2. Perubahan eliminasi urine b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
Intervensi :
Palpasi diatas simpisis pubis
Catat dan bandingkan masukan dan haluaran
Anjurkan upaya berkemih, sedikitnya 1-2 jam
Posisikan klien tegak dan cucurkan air hangat diatas perineum
Ukur suhu dan nadi, kaji adanya peningkatan
Kaji kekeringan kulit dan membrane mukosa

3. Resiko tinggi terhadap koping individu tak efektif b/d krisis situasi
Intervensi :
Tentukan pemahaman dan harapan terhadap proses persalinan
Anjurkan mengungkapkan perasaan
Beri anjuran kuat thd mekanisme koping positif dan Bantu relaksasi

4. Resiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan motilitas gastric
Intervensi :
pantau aktifitas uterus secara manual
lakukan tirah baring saat persalinan menjadi intensif
Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian
Tempatkan klien pada posisi tegak, miring kekiri
Berikan perawatan perineal selama 4 jam
Pantau suhu dan nadi
Kolaborasi pemberian antibiotik (IV)

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplai O2 dan aliran darah
Intervensi :
Kaji adanya kondisi yang menurunkan sirkulasi utera plasenta
Pantau DJJ dengan segera bila pecah ketuban
Intruksikan untuk tirah baring bila presentasi tidak masuk pelvis
Pantau turunnya janin pada jalan lahir
Kaji perubahan DJJ selama kontraksi

KALA I Fase Deselerasi


A.Pengkajian
1. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg, nadi meningkat
2. Integritas ego
Perilaku peka, mengalami kesulitan mempertahankan kontrol memerlukan pengingat tentang
pernapasan
3. Makan/cairan
Mual/muntah dapat terjadi
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi uterus kuat, terjadi setiap 2-3 menit. Ketidaknyamanan hebat pada masa area abdomen
dan sakral klien sangat gelisah karena nyeri dan ketakutan, memar kaki dapat terjadi.
5. Keamanan
Irama jantung janin dapat terdengar tepat diatas simpisis pubis
6. Seksualitas
Di atas servik 8-10 cm, tampilan darah dalam jumlah berlebihan

Prioritas Keperawatan :
1. Meningkatkan kesejahteraan janin dan maternal
2. Memberi dukungan fisik kepada maternal
B.Diagnosa dan Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b/d tekanan mekanik dari bagian presentasi
Intervensi :
Kaji tingkat kenyamanan
Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
Berikan lingkungan yang tenang
Pantau dilatasi servik
Anjurkan klien untuk berkemih
Pantau tanda vital dan DJJ

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d penurunan aliran darah vena
Intervensi :
Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi
Perhatikan ada dan luasnya edema
Catat masukan parenteral dan oral dan haluaran
Pantau tanda vital

3. Resiko tinggi terhadap kehilangan volume cairan b/d kehilangan cairan/hemoragi berlebihan.
Intervesi :
Pantau tekanan darah dan nadi setiap 15 menit
Kaji tingkat ansietas klien
Ukur suhu tiap 4 jam
Catat masukan dan haluaran
Ukur jumlah dan karakter embisis
Lepaskan pakaian yang berlebihan
Kaji jumlah dan lokasi edem, kadar hematokrit dan perubahan perilaku
Kolaborasi pemberian cairan IV

4. Keletihan b/d ketidaknyamanan atau nyeri ditandai dengan pengungkapan kemampuan


berkonsentrasi terganggu, emosi labil, perubahan kemampuan koping
Intervensi :
Kaji derajat keletihan
Sediakan lingkungan yang redup dan tidak membingungkan klien
Pertahankan supaya klien tetap mendapatkan informasi tentang kemajuan persalinan.

KALA II (Pengeluaran)
A.Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Melaporkan kelelahan
Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/teknik relaksasi
Lingkaran hitam dibawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg

3. Integritas ego
Dapat merasa kehilangan kontrol/sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Dapat merintih/menangis selama kontraksi
Melaporkan rasa terbakar/meregang pada perineum
Kaki dapat gemetar selama upaya pendorong
Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 2 menit
6. Pernapasan
Peningkatan frewkuensi pernapasan
7. Seksualitas
Servik dilatasi penuh(10 cm)
Peningkatan perdarahan pervagina
Membran mungkin ruptur, bila masih utuh
Peningkatan pengeuaran cairan amnion selama kontraksi

B.Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi ditandai dengan pengungkapan,
perilaku distraksi (gelisah), wajah menahan nyeri
Intervensi :
Identifikasi derajat ketidaknyamanan
Berikan tanda/tindakan kenyamanan seperti perawatan kulit, mulut, perineal dan alat-alat tenun
yang kering
Bantu klien memilih posisi optimal untuk mengedan
Pantau tanda vital ibu dan DJJ
Kolaborasi pemasangan kateter dan anastesi
2. Perubahan curah jantung b/d fluktuasi pada aliran balik vena ditandai dengan variasi tekanan
darah, perubahan frekuensi nadi, penurunan haluaran urine, bradikardia janin.
Intervensi :
Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5-15 menit
Anjurkan klien untuk inhalasi dan ekhalasi selama upaya mengeda
Pantau DJJ setiap kontraksi
Anjurkan klien/pasangan memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pola interaksi hipertonik
Intervensi :
Bantu klien dan pasangan pada posisi tepat
Bantu klie sesuai kebutuhan
Kolaborasi episiotomi garis tengah natau medio lateral
Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih dan kateterisasi

KALA III : Pengeluaran Plasenta


A. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat.
Klien tampak senang dan keletihan.
2. Sirkulasi.
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat.
Hipotensi akibat analgesik dan anastesi.
Nadi melambat.
3. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 300 ml.
4. Nyeri atau ketidaknyamanan.
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Seksualitas.
Darah berwarna hitam dari vagina terjadi pada saat plasenta lepas.
Tali pusat mamanjang pada muara vagina.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan.

1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang pembatasan
masukan oral , muntah.
Intervensi :
Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi.
Kaji tanda vital setelah pemberian oksitosin.

Palpasi uterus.
Kaji tanda dan gejala shock.
Massase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

2. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama persalinan.
Intervensi :
Palpasi fundus uteri dan massase dengan perlahan.
Kaji irama pernafasan.

Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan anti septic.
Kaji perilaku klien dan perubahan system saraf pusat.
Dapatkan sample darah tali pusat , kirim ke laboratorium untuk menentukan golongan
darah bayi.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadi transisi
( perubahan anggota keluarga ).
Intervensi :
Fasilitasi interaksi antara klien atau pasangan dengan bayi baru lahir.
Beri klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi.

Diskusi proses normal dari persalinan tahap III.


Diskusikan rutinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama.

4. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan setelah melahirkan ditandai dengan
penggunaan pengungkapan , perubahan tonus otot dan gelisah.
Intervensi :
Bantu penggunaan teknik pernafasan .
Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.

Ganti pakaian dan linen basah.


Berikan selimut penghangat .
Kolaborasi perbaikan episiotomi.

KALA IV
A. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3. Integritas ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Hemoroid, kandung kemih teraba diatas simpisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anaestesia spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, misalnya oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung
kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah terletak setinggi umbilikus, perineum bebas dari
kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Perubahan ikatan proses keluarg b/d transisi/peningkatan anggota leluarga


Intervensi :
Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh bayi
Anjurkan ayah untuk menggendong bayi
Observasi dan catat interaksi bayi
Anjurkan dan Bantu pemberian asi, tergantung pada pilihan klien

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri dari mekanisme
homeostatic missal : efek HKK
Intervensi:
Tempatkan klien pada posisi rekumben
Kaji hal yang memperberat kejadian intraportal

Perhatikan jenis jenis persalinan dan anastesi, kehilangan darah pada persalinan
Kaji TD dan nadi setiap 15 menit
Dengan perlahan masase fundus bila lunak
Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lokea

3. Nyeri akut b/d efek hormone, trauma mekanis/edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
Intervensi :
Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan
Beri informasi yang tepat tentang perawatan selama periode pasca partum

Inspeksi perbaikan episiotomi atau luka


Lakukan tindakan kenyamanan
Anjurkan penggunan teknik relaksasi
Beri analgesik sesuai kebutuhan
Just another WordPress.com site
Beranda
About

jurnal primary care

leaflet

laporan pendahuluan nifas


Maret 9, 2011

oleh nieeana

A. Pengertian
1. Periode post partum (puerperium) atau juga sering disebut masa nifas adalah masa sejak ibu
melahirkan bayi (bayi lahir) sampai 6 minggu (42 hari) kemudian. Kadang juga disebut masa
trimester IV (Piliteri, 1998).
2. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan wktu sekitar 6 minggu (Farrer, 2001).

3. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada
keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002).

B. Tujuan Perawatan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga


berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.


1. C. Perubahan Fisiologis

Selama masa nifas ibu akan mengalami beberapa perubahan dalam tubuhnya, yaitu:

1. 1. Retrogresif

Yaitu perubahan sistem reproduksi (involusi/pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan


sebelum hamil) dan sistemik.

1. Uterus

Pada kala tiga TFU setinggi umbilikus dan beratnya 1000 gram. Selama 7-10 hari pertama
mengalami involusi dengan cepat. Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen,
setelah 6 minggu ukuran seperti sebelum hamil setinggi 8 cm dengan berat 50 gram. Involusi
disebabkan oleh:

1) Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terus-menerus sehingga terjadi kompresi
pembuluh darah yang menyebabkan anemia setempat dan akhirnya menjadi iskemia.

2) Otolisis

Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tinggal jaringan fibro-elastik.

3) Atrofi

Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen kemudian mengalami atrofi akibat
penghentian produksi estrogen.

1. Lokia

Yaitu pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Jenisnya:

1) Rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang, berwarna merah, terutama lendir dan darah.

2) Sanguinolenta berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah.

3) Serosa (hari 4-8) jumlah berkurang dan berwarna merah muda.

4) Alba (8-14) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.

1. Serviks

Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan, setelah 6 mingu serviks
menutup.

1. Vulva dan vagina


Dalam beberapa hari setelah persalian dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu kembali dalam
keadaan tidak hamil, rugae berangasur-angsur muncul kembali dan labia lebih menonjol. Himen
mengalami ruptur dan yang tersisa hanya kulit (karunkulae mirtiformis).

1. Perineum

Pada post natal hari ke-5 sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya.

1. Payudara

Menjadi lebih besar, lebih kencang, mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan
status hormonal serta dimulainya laktasi.

1. Traktus urinarius

Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Terdapat spasme spingter dan edema leher buli-buli.
Urin dalam jumlah besar dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum. Ureter akan kembali
normal dalam waktu 6 mingu.

1. Sistem Gastrointestinal

Diperlukannya waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Asupan makanan berkurang,
gerak tubuh berkurang, usus bagian bawah sering kosong.

1. Sistem Kardiovaskuler

Jumlah sel darah merah dan Hb kembali normal setelah hari ke-5.

1. Hormonal

1) Prolaktin: diproduksi hipofise anterior untuk memproduksi ASI, meningkat saat putting
dirangsang oleh penghisapan bayi, menyebabkan amenorea.

2) Oksitosin: merangsang kontraksi myoepitel sehingga terjadi ejeksi dan ASI keluar,
menyebabkan kontraksi uterus yang membantu involusi dan mencegah perdarahan post partum.

1. 2. Progresif

Berupa laktasi (pembentukan air susu ibu) dan kembalinya menstruasi.

Pembentukan ASI dipacu oleh hormon prolaktin (dihambat oleh estrogen yang dihasilkan
plasenta). Dimulai pada hari 3-4 post partum dengan hormon oksitosin yang berperan dalam
ejakulasinya.

D. Komplikasi
1. Perdarahan.
2. Infeksi.

3. Gangguan psikologis: depresi.

4. Gangguan involusi uterus.

E. Manajemen pada Pasien Masa Nifas Normal


Tindakan
Deskripsi dan Keterangan
Kebersihan diri Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut


setidaknya 2 kali dalam sehari.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada


ibu menghindari menyentuh daerah luka.
Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.

Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara


perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur

Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi


ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi
dan dirinya.
Latihan Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.

Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.

Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan


pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
Gizi Ibu menyusui harus:

C Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari.


C Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.

C Minum sedikitnya 3 liter/hari.

C Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum.

C Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A


kepada bayinya melalui ASI.
Perawatan Menjaga payudara tetap bersih dan kering
payudara
Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.

Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.

Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.

Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 6


jam.

Apabila payudara bengkak lakukan:

C Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit

C Urut payudara (seperti Breast Care).

C Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.

C Susukan bayi setiap 2 3 jam sekali.

C Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

C Payudara dikeringkan.
Hubungan Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1-2 jarinya ke dalam vagina
atau rumah tanpa rasa nyeri.
tangga
Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
Keluarga KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan tentang
Berencana
KB adalah sebagai berikut:

C Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan


efektifitasnya.

C Kelebihan dan keuntungan KB

C Efek samping

C Bagaimana memakai metode yang benar

C Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

1. Frekuensi Kunjungan pada Masa Nifas

Kjgn Waktu
Tujuan
1 6-8 jam post Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
partum
Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila
perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga.


bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Membina hubungan antara ibu dan bayinya.

Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.


2 6 hari post Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi,
partum fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan


abnormal.

Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup


istirahat.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post partum

4 6 minggu Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada


post partum ibu maupun pada bayinya.

Menberikan konseling untuk KB.

G. Tindakan Pada Bayi Persalinan Normal


Tindakan
Deskripsi dan Keterangan
Kebersihan Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari.

Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai tali
pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.

Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air
dan sabun serta kering dengan baik.
Menyusui Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama.

Bayi disusui ASI selama 4 bulan.

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.


Tidur Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

Ujung tali pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.

Mencuci sekitar tali pusat setiap hari

Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.

Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas


kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
mengeluarkan cairan.
Imunisasi Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio oral dan
Hepatitis B.
H. Asuhan Keperawatan
1. 1. Pengkajian
1. Pengkajian Fisik

1) Riwayat kesehatan sebelumnya

2) Tanda-tanda Vital

3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management engorgement,


kondisi putting, pengeluaran ASI.

4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.

5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.

6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.

7) Rektum: hemoroid, dll.

8) Aktivitas sehari-hari.

1. Pengkajian Psikologis

1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.

2) Spesifik: depresi postpartum.

3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pada Ibu

1) Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

2) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.

3) Gangguan pola tidur b.d. Kelemahan.

4) Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan diri, makan, toileting b.d. Kelelahan postpartum.

5) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d Kurangnya pegetahuan


tentang kebutuhan nutrisi postpartum.

6) Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
7) Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang
penanganan postpartum.

8) PK: Perdarahan.

b. Pada Bayi

1) Menyusui tidak efektif b.d. Lemahnya refleks menghisap bayi.

2) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Imaturitas imun.

3) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. Obstruksi jalan nafas.

4) Hipotermi b.d. Imaturitas hipotalamus.

5) PK: Distress pernapasan

1. 3. Rencana Keperawatan

Terlampir

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta

http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions

NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Tridasa. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai