KONJUNGTIVITIS ALERGIKA
Disusun Oleh :
Kelompok Tutorial : 07
Kasus : B1
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
TA 2010/2011
STATUS PASIEN
A. Anamnesis
I. Identitas pasien
Nama : Tn K
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Petani
Riwayat keluhan yang sama (+) berulang setiap kali masa panen padi
datang.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menserita keluhan yang sama.
B. Pemeriksaan Fisik
I. Status generalisata
Vital sign :
NO PEMERIKSAAN OD OS
1 Vusis jauh 6/6 6/6
2 Proyeksi sinar + +
3 Proyeksi warna + +
B. Pemeriksaan
No Pemeriksaan OD OS
1 Sekitar mata
Supercilia dan cilia Simetris Simetris
distribusi distribusi merata
merata
2 Palpebra
Gerakan Normal Normal
Margo sup dan inf edema ringan edema ringan
3 Bola mata
Gerakan N N
4 Konjungtiva
K pelpebra sup et inf Hiperemi (+) Hiperemi (+)
K forniks Hiperemi (+) Hiperemi (+)
K Bulbi Hiperemi (+) Hiperemi (+)
5 Sklera
Warna Putih Putih
6 Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Arcus senilis Ada Ada
Uji florensi Tdl Tdl
7 Iris Dbn Dbn
8 Pupil Dbn Dbn
9 Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Warna Gelap Gelap
Shadow tes (-) (-)
10 Tekanan bola mata 17 mmhg 15 mmhg
PEMBAHASAN
GEJALA
iv. Gatal
Rasa gatal yang dikeluhkan pada pasien adalah efek dari proses
reaksi hipersensitivitas yang terjadi dimana terjadi pelepasan
mediator berupa histamin oleh sel mast yang Selanjutnya dalam 60
menit akan terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan mediator-
mediator yang dapat menyebabkan chemosis dan rasa gatal di
konjungtiva. (Sidarta, 2010)
v. Sekret yang jernih
b. Analisis RPD
c. Analisis RPK
Pada kasus ini tidak ada riwayat kebiasaan dari pola hidup dan
lingkungan yang bermakna yang membantu mendiagnosis penyakit
yang diderita Os saat ini.
e. Analisis pemeriksaan
A. FARMAKOLOGI
Pada kasus pasien Tn.K ini mempunyai keluhan mata merah di kedua
matanya yang diertai air mata yang banyak, mata bengkak dan sangat
gatal. Serta terdapat kotoran tetapi berwarna bening atau jernih. Namun
ketajaman mata masih baik Dari manifestasi yang telah dikemukakan di
atas bahwa pasien Tn. K ini menderita konjungtivitis alergika. Menurut
departemen kesehatan republik indonesia derektorat jendral pengawasan
obat dan makanan, terdapat bermacam- macam bentuk sediaan obat mata
yang digunakan untuk mata yaitu :
1. Obat tetes mata. Bila digunakan dalam bentuk tetes mata, obat
akan masuk kedalam bola mata mungkin melalui kornea. Tetapi
efek sistemik yang umumnya tidak diharapkan, dapat pula timbul
dari penyerapan ke dalam sirkulasi melalui pembuluh darah
konjungtiva atau malalui mukosa nasal setelah kelebihan obat
mengalir melalui saluran air mata. Biasanya pengggunaan obat
tetes mata di perlukan untuk tingkat efisiensi penggunaan
pemakaiannya yang praktis digunakan.
2. Salep mata sering digunakan pada konjungtiva atas dan bawah
untuk blefaritis. Salep ini juga digunakan pada kantung
konjungtiva untuk kondisi lain. Khususnya yang membutuhkan
kerja obat yang lebih lama. Biasanya lebih efektif dibanding obat
tetes mata, namun tidak efisien dalam penggunaannya.
3. Lotion mata, sedian ini biasanya larutan untuk irigasi kantung
konjungtiva. Obat-obat ini bekerja secara mekanis membilas keluar
iritan atau benda asing sebagai tindakan pertolongan pertama.
Biasanya diberikan larutan natrium klorida steril 0,9%. Pada
keadaan darurat cukup diberi air kran segar (bukan air yang
disimpan).
B. JENIS OBAT
Untuk penatalaksanaan konjungtivitis alergi dapat diberikan obat-obat
seperti kortikosteroid, antiinflamasi non-steroid (AINS), vasokonstriktor,
antihistamin, dan stabilisator sel mast. Bartlett et al. (2008)
1. Golongan antihistamin
a. Indikasi
Indikasi pemberian kortikosteroid topical adalah penyakit radang
segmen depan bola mata. Beberapa antara lainnya adalah
konjungtivitis alergika, uveitis, episkleritis, skleritis , fliktenulosis,
keratitis pungtata superfisial, konjungtivitis vernal.
b. Penggunaan dosis
b. antiinflamasi steroid
Efeknya dalam peradangan adalah:
Efek sampingnya :
Edukasi :
1. Obat tetes mata dalam wadah pakai ulang untuk penggunaan
dirumah tidak boleh digunakan lebih lama dari 4 minggu setelah
dibuka.
Cara pemakaian tetes mata yang benar menurut pedoman penulisan
resep WHO yaitu ;
Cuci tangan.
Jangan menyentuh lubang penetes.
Tengadahkan kepala, tarik kelopak mata ke bawah agar
terbentuk cekungan.
Dekatkan alat penetes sedekat mungkin kecekungan mata
tanpa menyentuh mata dan menyentuh tutupnya.
Teteskan obat sebanyak yang dianjurkan dalam cekungan.
Pejamkan kira-kira 2 menit.
Bersihkan cairan yang kelebihan dengan tissue.
Jika menggunakan lebih dari 1 obat tetes mata tunggu
sedikitnya 5 menitsebelum meneteskan obat mata
selanjutnya.
Obat tetes mata mungkin menimbulkan rasa terbakar, tetapi
hal ini hanya akan berlangsung beberapa menit, jika terasa
lebih lama kunjungi dokter atau apoteker.
2. Menghindarkan penyebab pencetus penyakit.
3. Kompes dingin untuk menghilangkan edemnya.
V. PEMBAHASAN PROGNOSIS DAN KOMPLIKASINYA
a. PROGNOSIS
Mata kita sangat rentan dan dapat terkena berbagai penyakit dengan
berbagai kondisi, beberapa diantaranya bisa bersifat primer sedang yang
lain bersifat sekunder yang mana akibat dari kelainan pada sistem organ
tubuh kita. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi
lebih awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila hal tersebut dapat segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan
membahayakan. Namun bila penyakit radang mata ini tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan
menimbulkan komplikasi.
Pada konjungtivitis alergi, prognosis pasien masih
menguntungkan. Kondisi ini umumnya akan segera hilang tetapi mungkin
terulang kembali. (Emedicine, 2010)
b. KOMPLIKASI
Komplikasi pada konjungtivitis alergi sangat jarang terjadi. Namun
penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi berupa ulkus kornea atau keratoconus.
(Emedicine, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Liesegang T.J., Deutsch T.A., Grand M.G., Basic and clinical science course,
Intraocular inflammation and uveitis Section 9 : The Foundation of the
American Academy of Ophthalmology. San Francisco, 2004: 72.
http://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview
Vaughan, D.G., Asbury, T., 2010. General Ophthalmology (17th ed.). Brahm, U.
2008 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.