Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuasaan dan
petunjuk-Nya dalam menyelesaikan tugas ini dengan Tema PSIKOLOGI KLINIS DAN KONSELING dengan
Judul BAHAYA ANOREXIA NERVOSA BAGI KESEHATAN DAN PSIKIS
Selanjutnya salawat beriringkan salam penulis persembahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari akan kurangnya pengetahuan, pengalaman serta keterbatasan lainnya baik dari segi
isi, pembahasan, dan susunan rangkaian kalimat-kalimatnya. Oleh karena itu, dengan berbesar hati
penulis mengharapkan dan menghargai kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun untuk
menyempurnakan tulisan ini. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita mohon ampun, semoga selalu
memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
psikologi klinis dan konseling menjadi hal yang kurang di perhatikan manusia pada umumnya dan wanita
remaja pada khususnya, sehingga membuat peran remaja wanita di dalam interaksi sosial semakin
mundur, salah satunya di sebabkan oleh Anorexia Nervosa atau Gangguan makan dan Bulimia.
Hal ini sangat tidak di perdulikan oleh wanita remaja pada khususnya, makalah ini akan membahas
penjelasan psikologi klinis yang nantinya akan berkaitan dengan Anorexia Nervosa dan Bulimia serta
penjelasan konseling yang bisa di jadikan terapi bagi wanita remaja pada khususnya dan manusia pada
umumnya.
B. Tujuan
Memahami ilmu psikologi klinis dan konseling
Penerapan konseling bagi remaja
Menerapkan pentingnya psikologi klinis
Menyelesaikan tugas makalah Psikologi Umum
C. Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan Psikologi klinis sebagai kebutuhan ?
Apakah yang menjadi prinsip-prinsip psikologi klinis ?
Bagaimana hubungan konseling dalam kehidupan sehari-hari ?
Apa yang membuat remaja sekarang kurang berpartisipasi dalam masyarakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI KLINIS
Asesmen klinis adalah proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi
masalah social dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun kapabilitasnya. Sebagai
prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti
menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibaynya, defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada
pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan
kecenderungan positifnya, serta intervensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi
kebutuhan klien.
Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan menyediakan landasan
ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori pemfungsian dan disfungsi manusia.
Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber
sumber penyakit melalui gejala-gejala sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam
kelompok jenis gangguan yang baku atau telah dibakukan.
Terdapat banyak kemungkinan sasaran atau target yang diusahakan dalam membuat asesmen klinis.
Psikolog klinis dapat memusatkan perhatian terhadap:
1. disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran,
emosi, atau tindakannya. Dalam kasus-kasus lain, bisa jadi mereka memusatkan perhatian untuk
menemukan
2. kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi,
dan melukiskan
3. kepribadian subyek.
Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu klien atau pasien
menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya. Kendall dan Norton Ford berpendapat
bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani
masalah-masalah dan mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. Psikolog klinis menggunakan
pengetahuannya mengenai pemfungsian manusia dan system-sistem sosial dalam kombinasi dengan
hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu perubahan klien ke arah yang lebih baik.
Istilah intervensi khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umumnya terapi menampilkan empat
gambaran kegiatan, yaitu:
1. membangun hubungan murni antara terapis dan klien,
2. membantu klien melakukan eksplorasi diri dengan cara-cara psikologis,
3. terapis dan klien bekerja sama memecahkan masalah psikologis klien,
4. terapis membangun sikap dan mengajarkan ketarmpilan kepada klien.
KONSELING
A. Pengertian Konseling
Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan
sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Konseling sebagai cabang
ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik
sejalan dengan konsep yang dikembangakn dalam lingkup profesinya.
Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi,
bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika
dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah
mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology).
Dalam buku Psikologi Konseling oleh Latipun pada tahun 2006, kata konseling (counseling) berasal dari
kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya bersama atau bicara bersama.
Pengertian berbicara bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor (counselor)
dengan seseorang atau beberapa klien (Counselee). Dengan demikian counselium berarti, people
coming together to again an understanding of problem that beset them were evident, yang ditulis oleh
Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An Introduction to The Counseling Profession.
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan
hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien.
Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan
koseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya.
Ahli lain, Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka
menegaskan konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa (1978)
dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan rumusan sebelumnya,
mengemukakan dengan singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional
berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan
pemecahan masalah.
B. Konseling Menurut Steffler dan Grant
Meskipun bukan bermaksud merangkum berbagai pengertian yang dikemukakan oleh banyak ahli,
Stefflre dan Grant menyusun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Menurut Stefflre
dan Grant, terdapat empat hal yang mereka tekankan, yaitu:
1. Konseling Sebagai Proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan
waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu
pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa
kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
2. Koseling Sebagai Hubungan Spesifik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling
harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling
membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan
secara positif tanpa syarat, dan empati.
3. Konseling adalah Membantu Klien
Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu tetap memberikan kepercayaan pada
klien dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud
mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya.
4. Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari
perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya
membuat know about tetapi juga how to sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir
konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut
aktualisasi diri.
Anorexia Nervosa
Gangguan makan yang umumnya ditemui pada remaja putri adalah anoreksia atau istilah kerennya
dikenal dengan anorexia nervosa. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan
melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. Penderita anoreksia sadar
bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa
berakibat naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat
mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa
'penuh' atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh
yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian si
penderita. Bayangkan saja, kalau mereka terus menerus menahan diri untuk tidak makan, darimana
mereka memperoleh energi untuk hidup.
Bulimia
Jika penderita anoreksia mati-matian untuk menahan rasa lapar dan berupaya sekeras mungkin untuk
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar sehingga bisa tahan 'hidup' hanya dengan
makan 2-3 sendok nasi per-hari, maka tidak demikian halnya dengan bulimia. Pada dasarnya, tujuan
akhir dari penderita bulimia dan anoreksia adalah sama, yaitu ingin mempertahankan bentuk tubuhnya
selangsing (sekurus) mungkin namun cara mereka yang berbeda. Penderita bulimia cenderung senang
mengkonsumsi makanan yang mereka sukai. Mereka makan berlebihan untuk memuasakan keinginan
mereka namun selanjutnya mereka memuntahkannya kembali hingga tidak ada makanan yang tersisa.
Dengan demikian mereka terhindar jadi gemuk melainkan tetap menjadi kurus tanpa perlu menahan
keinginan mereka untuk makan. Dapat dibayangkan jika seseorang terus menerus memuntahkan
makanan yang mereka konsumsi, darimana mereka mendapatkan kalori untuk beraktivitas. Tubuhpun
menjadi lemas, sulit untuk berpikir dan akhirnya tidak ada lagi energi yang dapat digunakan untuk
mempertahankan dirinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi Klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk menentukan kapasitas dan karakteristik
tingkah laku individu dengan menggunakan metode-metode pengukuran assessment, analisa dan
observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar dapat diperoleh saran dan rekomendasi untuk membantu
penyesuaian diri individu secara tepat.
Konseling merupakan proses yang membutuhkan waktu, baik di dalam hubungan sosial atau luas
maupun dalam hubungan yang spesifik, psikolog bukan membantu klien menemukan jalan keluar
terhadap suatu masalah tetapi psikolog menuntun klien memecahkan masalahnya sendiri agar
mencapai tujuan hidup yang baik.
Anorexia Nervosa atau Gangguan makan dan Bulimia dapat di kurangi atau di hilangkan dengan
konsultasi ataupun terapi, baik itu dengan psikolog atau dengan lingkungan.
REFERENSI
http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis.asp
www.ilmukesehatan.com/artikel/-kasus-psikologi-klinis.html
http://bayu96ekonomos.wordpress.com/anda-tertarik/artikel-kesehatan/
http://www.lpsp3.com/shoppingcart.php