BUDI ISTANA,.SST.,M.Eng
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK MESIN B1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU (UMRI)
1. TEMBAGA
SIFAT-SIFAT TEMBAGA
a) Sifat fisik
1. Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning seperti pada gambar
dan keras bila tidak murni.
2. Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran
tipis dan kawat.
3. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
4. Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C
5. Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3
2. TITANIUM
Sifat-Sifat Titanium
Titanium murni merupakan logam putih yang sangat bercahaya. Ia memiliki berat jenis
rendah, kekuatan yang bagus, mudah dibentuk dan memiliki resistansi korosi yang baik. Jika
logam ini tidak mengandung oksigen, ia bersifat ductile. Titanium merupakan satu-satunya logam
yang terbakar dalam nitrogen dan udara. Titanium juga memiliki resistansi terhadap asam sulfur
dan asam hidroklorida yang larut, kebanyakan asam organik lainnya, gas klor dan solusi klorida.
Titanium murni diketahui dapat menjadi radioaktif setelah dibombardir dengan deuterons.
Radiasi yang dihasilkan adalah positrons dan sinar gamma. Ketika sinar gamma ini direaksikan
dengan oksigen, dan ketika mencapai suhu 550 C (1022 F) , sinar tersebut bereaksi dengan
klorin. Sinar ini kemudian bereaksi dengan halogen yang lain dan menyerap hidrogen.
Logam ini dimorphic. Bentuk alfa heksagonal berubah menjadi bentuk beta kubus secara
perlahan-lahan pada suhu 8800C. Logam titanium tidak bereaksi dengan fisiologi tubuh manusia
(physiologically inert). Titanium oksida murni memiliki indeks refraksi yang tinggi dengan
dispersi optik yang lebih tinggi daripada berlian.
a) Sifat Fisik
Titanium bersifat paramagnetik (lemah tertarik dengan magnet) dan memiliki
konduktivitas listrik dan konduktivitas termal yang cukup rendah.
3. ALUMUNIUM
a) Sifat Fisik Aluminium
Table , menunjukan sifat fisik aluminium
Nama, Simbol, dan Nomor Aluminium, Al, 13
Sifat Fisik
Wujud Padat
Massa jenis 2,70 gram/cm3
Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm3
Titik lebur 933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF
Titik didih 2792 K, 2519 oC, 4566 oF
Kalor jenis (25 oC) 24,2 J/mol K
o
Resistansi listrik (20 C) 28.2 n m
Konduktivitas termal (300 K) 237 W/m K
Pemuaian termal (25 oC) 23.1 m/m K
Modulus Young 70 Gpa
Modulus geser 26 Gpa
Poisson ratio 0,35
Kekerasan skala Mohs 2,75
Kekerasan skala Vickers 167 Mpa
Kekerasan skala Brinnel 245 Mpa
Kekuatan tensil
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan pengujian tensil.
Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada kurva tegangan-regangan hasil
pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan
yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap
kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat rendah,
yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi,
aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan berbagai
perlakuan termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).
Kekerasan
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang mencegah
terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu
bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan
sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah
metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel, sehingga
dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang
membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan
termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada
temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan seberapa
jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian
tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan
mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir
tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan skala
yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika
dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang
awal bahan yang diujikan.
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki ductility yang
bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya memiliki ductility yang lebih
rendah dari pada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta
hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium
murni.
4. SENG
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifatdiamagnetik. Walau
demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Sengsedikit kurang padat daripada besi
dan berstruktur kristal heksagonal.Lehto 1968, Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu,
namun menjadi dapat ditempaantara 100 sampai dengan 150 C. Di atas 210 C, logam ini kembali
menjadi rapuhdan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga
mampumenghantarkan listrik.
Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 C) dan tidik didih (900
C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam-logam transisi selain raksadan kadmium.Terdapat banyak sekali aloi yang
mengandung seng. Salah satu contohnya adalahkuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam
lainnya yang juga diketahui dapatmembentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut,
emas, besi, timbal,raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan natrium. Walaupun
sengmaupun zirkonium tidak bersifat feromagnetik, aloi ZrZn2 memperlihatkanferomagnetisme di
bawah suhu 35 K
a) Sifat Fisik