Ta 2 Paper
Ta 2 Paper
1) Pengertian Pendapatan :
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011:231), pendapatan yaitu penghasilan yang
timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Definisi tersebut memberikan
pengertian yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas.
Menurut FASB yang dikutip oleh Smith Skousen (2001:27) pendapatan diakui sebagai
arus masuk atau peningkatan aktiva lain sebuah entitas atau penetapan utangnya (atau
kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang atau produksi barang yang
menyumbangkan pelayanan atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok
atau operasi sentral yang sedang berlangsung dari suatu aktivitas.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
merupakan arus kas masuk/ penghasilan yang diterima oleh perusahaan yang timbul dari
aktivitas perusahaan berupa pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau
pelaksanaan kegiatan lainya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
berlangsung.
4) Pengertian Beban :
Istilah beban juga merupakan konsep arus, yang menggambarkan perubahan yang tidak
menguntungkan dalam sumber daya perusahaan. Tetapi tidak semua perubahan yang tidak
menguntungkan itu termasuk beban. Definisinya yang lebih tepat, beban adalah penggunaan
atau pemakaian barang dan jasa di dalam proses mendapatkan pendapatan. Beban merupakan
habisnya (expirations) jasa faktor yang berkaitan langsung atau pun tidak langsung dengan
pembuatan dan penjualan produk perusahaan.
5) Pengakuan Beban :
Pengakuan biaya tidak di bedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut
masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus di penuhi agar
penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat di akui dan masalah saat
pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai
bahwa kriteria pengakuan telah di penuhi. Tidak seperti pendapatan atau untung, biaya dan
rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, kriteria
pengakuan tidak di bedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya
(rugi) adalah kapan penurunan nilai aset dapat di katakan telah terjadi atau kapan biaya
(rugi) telah timbul sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat di akui.
6) Pengukuran Beban :
1. Harga perolehan historis
Cost historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk
memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas dasar cost historis, dapat digunakan untuk jenis
aktiva seperti gedung, peralatan dan sebagainya.
Metode konvensional untuk mengukur beban adalah harga perolehan historis bagi
perusahaan. alasan utama untuk menganut harga perolehan historis adalah karena biaya
historis diasumsikan dapat diverifikasi karena menggambarkan pengeluaran tunai
perusahaan. tetapi, biaya historis juga dianggap menunjukkan nilai tukar barang dan jasa
pada waktu diperoleh perusahaan. ciri esensial dari argumentasi ini adalah bahwa
manajemen menganggap nilai barang dan jasa setidak-tidaknya sebesar harga perolehan,
kalau tidak maka barang dan jasa itu tidak akan dibeli.
2. Harga Berlaku
Cost masukan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus
dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam
kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
Karena pendapatan biasanya diukur berdasarkan harga yang sedang berlaku (current
price) untuk produk, maka seringkali dikatakan bahwa beban yang ditandingkan terhadap
pendapatan ini harus juga diukur berdasarkan harga berlaku dari barang atau jasa yang
digunakan atau dihabiskan. Laba yang berasal dari transaksi penjualan adalah kelebihan
uang kas atau hak yang diterima atas jumlah sumber daya yang digunakan.
7) Pengakuan Keuntungan :
Saat pengakuan keuntungan sama dengan pengakuan pendapatan kecuali bahwa
umumnya para akuntan berpegang lebih erat pada konsep realisasi. Artinya keuntungan
umumnya tidak diakui sampai pertukaran atau penjualan terjadi. Akan tetapi, pertambahan
dalam nilai pasar surat berharga, dalam keadaan tertentu mungkin sudah merupakan bukti
yang cukup untuk mengakui keuntungan. Tetapi sebagian besar akuntan mensyaratkan bahwa
pertambahan nilai hampir tidak mungkin turun lagi sebelum membuat pengakuan. Pada
dasarnya, para akuntan enggan mencatat kenaikan nilai (apresiasi) berpangkal pada dua
sumber yaitu :
a. Pertambahan nilai bersifat tidak pasti dan sementara
b. Kenyataan bahwa pertambahan nilai tidak menyebabkan bertambahnya sumber daya likuid
yang dapat digunakan untuk pembayaran deviden.
Penekanan pada sumber daya likuid atau arus kas ini mungkin relevan untuk beberapa
jenis keputusan, tetapi tidak relevan untuk pengukuran sebagian besar konsep laba. Untuk
penentuan laba, kepastian yang relative dan pengukuran yang dapat diverifikasi merupakan
kriteria yang lebih relevan. Jika suatu investasi jangka panjang dalam obligasi disebut dengan
harga perolehan yang lebih rendah dari nilai nominal obligasi itu, biasanya para akuntan
menganggap layak untuk menaikkan nilai invesatasi samapi ke nilai nominal pada saat jatuh
tempo. Total kenaikan itu adalah pasti, sesaui dengan kontrak dan dapat diverifikasi,
walaupun jumlah pertambahan setiap tahun mungkin tidak dapat ditentukan.
8) Akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual dan konsep penandingan,
laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendaptan dan biaya. Sementara
itu, pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui prosedur tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum (PABU). Tujuan Pelaporan adalah : Kandungan informasi dalam
laba akuntansi mempunyai keunggulan dan manfaat, seperti yang dikemukakan dalam SFAC
Nomor 1, yaitu:
informasi tentang earnings perusahaan dan komponen-komponen yang diukur
dengan dasar accrual accounting, umumnya menyediakan indikasi yang terbaik
tentang kinerja perusahaan daripada informasi tentang penerimaan dan pembayaran
cash sekarang (current cash receipts and payments).
9) Pengakuan Kerugian :
Pengakuan biaya tidak di bedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut
masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus di penuhi agar
penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat di akui dan masalah saat
pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai
bahwa kriteria pengakuan telah di penuhi. Tidak seperti pendapatan atau untung, biaya dan
rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi. Oleh karena itu, kriteria
pengakuan tidak di bedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya
(rugi) adalah kapan penurunan nilai aset dapat di katakan telah terjadi atau kapan biaya
(rugi) telah timbul sehingga jumlah rupiah biaya (rugi) dapat di akui.