PENDAHULUAN
pemindahan lapisan tanah penutup (OB) dengan alat-alat mekanis agar dapat
daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang digunakan sebagai tempat
membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih. Material tersebut
harus digali dari pit agar dapat memperoleh bijih/material kadar tinggi. Lokasi disposal
merupakan lereng yang sudah ditambang yang nantinya akan dilakukan revegetasi.
Disposal biasanya juga digunakan sebagai tempat pembuangan reject dryer, maupun
PT. Inco sebenarnya mempunyai tiga macam tipe disposal, yakni disposal tipe
Induced Flow, disposal tipe Semi induced dan disposal tipe Finger tetapi berhubung
disposal tipe Induced Flow sangat sulit untuk diterapkan karena tingginya persyaratan
untuk menggunakan tipe disposal tersebut, sehingga saat ini perusahaan hanya
terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu
armada. Dalam perencanaan disposal, perlu untuk mengetahui aspek teknis suatu
1
dan aspek biaya operasi suatu disposal. Pentingnya aspek tersebut di atas menjadi
terhadap aspek operasi terutama menyangkut kajian teknisnya. Analisis yang senantiasa
dilakukan berkaitan dengan aspek keselamatan, aspek kestabilan lereng disposal, dan
menyangkut jenis atau tipe disposal. Untuk membuat suatu perencanaan disposal yang
produktivitas alat mekanis yang bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal,
biaya terhadap aktivitas disposal per minggunya. Data yang menyangkut beberapa aspek
keseluruhan, baik itu dalam pengevaluasian kinerja alat mekanis, perencanaan produksi
disposal pertahun, perencanaan produksi material sipil, dan pengaturan budget biaya
Salah satu operasi pada departemen tambang di PT. Inco yang cukup penting
adalah operasi disposal. Operasi ini akan menunjang kelangsungan produksi bijih dan
bertujuan mempersiapkan lahan yang telah selesai digali untuk dapat dipergunakan
yang melibatkan berbagai aspek. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk melakukan analisis aspek produktivitas alat mekanis, laju pengisian disposal,
2
komposisi material sipil dan aspek biaya operasi di disposal area. Data tersebut akan
menjadi pertimbangan tambahan dari sisi perencanaan disposal baik itu perencanaan
biaya operasi tambang yang lebih baik dan efisien di PT. Inco Tbk. Untuk mendukung
tujuan penelitian tersebut maka akan dilakukan penelitian yang berfokus pada:
1. Analisis produktivitas alat mekanis yang bekerja pada disposal tipe Finger dan
landasan dumping material disposal tipe Finger dan disposal tipe Semi
Induced.
3
4. Dengan adanya analisis penggunaan biaya diharapkan dapat menjadi acuan
setiap item atau jenis aktifitas produksi di Departemen Mining PT. Inco.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama kurun waktu 6 bulan dimana
khusus untuk penelitian lapangan dilakukan kurang lebih selama tiga bulan yakni mulai
Tbk. atau yang biasa disebut PT. Inco Tbk. Daerah penambangan PT Inco Tbk. dibagi
atas dua yaitu blok barat dan blok timur. Blok penambangan ini dipisahkan oleh pabrik
peleburan Plant site dan secara umum berbatasan dengan bagian utara Desa Nuha
dan Danau Matano, bagian timur Danau Mahalona, bagian selatan Desa Wawondula,
Blok barat meliputi 36 bukit dengan luas daerah sekitar 46,5 km 2 dan blok timur
meliputi 44 bukit menempati area seluas 36,3 km 2. Lokasi penelitian terletak pada
Sorowako Project Area (SPA), daerah Anoa South dan Watulabu tepatnya disposal
4
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
ke lingkungan tambang.
2. Tahapan Kedua yakni tahapan yang dilakukan dalam hal penentuan studi yang
serta jenis data-data yang akan diambil, baik itu data primer maupun data
sekunder.
3. Tahapan ketiga adalah pengambilan data studi baik itu data primer maupun data
sekunder.
4. Tahapan keempat adalah pengolahan data, yang mana pengolahan datanya
5
pada kedua tipe disposal, laju produksi/pengisian disposal, komposisi aktual
area.
5. Tahapan kelima adalah melakukan penyusunan tugas akhir sesuai dengan tujuan
Penulis membagi beberapa bagian penelitian ini ke dalam beberapa bab dengan
sistematika penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan, serta bagan alur studi.
Bab II studi pustaka merupakan teori-teori yang dipakai untuk mengolah data
yang didapat untuk selanjutnya dipakai sebagai salah satu acuan dalam analisis
masalah.
penelitian yang menjelaskan cara pengambilan data, jenis data yang dipakai,
kesimpulan.
menyeluruh terhadap hasil olahan data yang diselaraskan dengan dasar teori dan
Bab V kesimpulan dan saran merupakan bab akhir yang merangkum hasil yang
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat disampaikan oleh
6
penulis terkait dengan studi ini, terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai studi ini terutama kepada PT. Inco tempat penulis melakukan studi.
BAB II
STUDI PUSTAKA
mengambil bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu
7
area tertentu untuk membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak
menutupi area yang masih mengandung bahan galian yang ekonomis. Tempat
penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump/disposal dan stockpile.
Waste dump/disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang
dijadikan tempat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan bijih.
Material tersebut perlu digali dari pit demi memperoleh bijih/material kadar tinggi,
sedangkan stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada
saat yang akan datang. Stockpile juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan
bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang maupun tanah
nama waste dumps. Istilah yang dipakai adalah disposal area, waste rock storage
bekas penambangan kuari, seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Ketika lubang
tersebut telah penuh, maka permukaan dari disposal ini akan ditutupi dengan lapisan
tanah penutup (top soil) untuk dijadikan daerah penghijauan. Sudah menjadi tanggung
area penambangan ditutup. Oleh karena itu, suatu area yang berupa lubang atau
8
Gambar 2.1 Pemindahan lapisan tanah penutup
dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk, biaya operasi
dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada umumnya daerah yang
diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 23 kali dari daerah penambangan
Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit.
Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman dari pit.
jenis penambangan open cast mining seperti pada PT. Inco terbagi atas tiga jenis,
yaitu: Finger Disposal, Semi Induced Disposal dan Induced Fow Dsposal (Sunarno,
2008).
9
Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan dozer.
Disposal tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15 meter dengan
kemiringan lereng yang landai kurang dari 40 0. Dibutuhkan kontinuitas dari material
sipil sebagai landasan Dump Truck agar tidak terjadi longsoran. Jika diperlukan dapat
dibuat dyke untuk melindungi area yang belum terganggu dan juga untuk
meningkatkan kapasitas disposalnya. Sama seperti tipe dumping Semi Induced Flow,
material didorong dengan dozer hingga ujung lereng. Dozer mendorong material
buangan dari jarak 7,5 meter dari crest yang merupakan posisi truk menongkang
besar sehingga dibutuhkan dozer yang lebih banyak untuk mendorong material.
Disposal ini dapat bergerak maju setelah dilakukan pembatuan dengan menggunakan
material sipil seperti slag, material reject, dan material kuari. Kelebihan dari jenis ini
10
2.2.2 Disposal Tipe Induced Flow
Induced Flow Disposal adalah tipe disposal yang memanfaatkan beda
ketinggian > 15 meter untuk mendumping material, dengan sudut kemiringan antara
500 maksimum 700. Disposal tipe ini dibangun di atas tanah asli yang stabil (original),
pada area blue zone atau pada area yang direkomendasikan oleh engineer geoteknik.
Disposal ini juga dilengkapi dengan backstop sebagai dudukannya (bund wall) setinggi
setengah ban roda truk yang terletak pada ujung crest seperti yang terlihat pada
gambar 2.3 dan 2.4. Untuk mendorong material yang cukup padat ke bawah bisa
disemprot dengan air. Selain itu, juga diperlukan instalasi alat pemantauan untuk
mengamati ada tidaknya pergerakan tanah pada lereng, alatnya berupa inclinometer.
11
Gambar 2.4 Rancangan Backstop Induced Flow (Sunarno,2008)
Kekurangan tipe dumping ini yaitu tidak dapat diterapkan pada semua slope
karena batuan landasannya harus cukup kuat untuk menahan live road dari truk
Induce Flow tetapi truk hanya bisa dumping pada jarak tertentu yang diperbolehkan
yaitu 12.5 m dari original crest. Setelah itu tanah penutup di dorong oleh dozer hingga
ujung crest. Crest ke toe adalah 30 meter dengan kemiringan lereng antara 26 0- 360.
Semi Induce Flow membutuhkan pembatuan material sipil pada landasan truk yang
akan menongkang untuk menambah daya dukung tanah agar tidak terjadi longsoran
(subsidence). Karena kemiringannya lebih besar, disposal tipe ini membutuhkan dozer
yang lebih sedikit dari pada Fnger Flow. Namun batas dorongan dozer pada disposal
jenis ini tidak bergerak maju. Sebagai langkah antisipasi kelongsoran, perlu dilakukan
Kelebihan dari jenis ini yaitu tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan
12
mengeluarkan biaya untuk pengadaan dozer dan apabila dibandingkan dengan
sebagai bahan untuk perkuatan, baik itu perkuatan untuk jalan dozer, maupun sebagai
landasan untuk tempat backstop. Landasan dozer dibutuhkan agar nantinya dozer
yang digunakan tidak terperosok. Pada backstop, perkuatan dilakukan agar cukup
meliputi kuari, pecahan batuan slag, dan reject screening station. Material sipil ini
berguna untuk menambah kekuatan dari tanah. Material sipil ini biasanya digunakan
untuk penggunaan material pondasi bawah, jalan, rail roads, dan sebagainya. Di PT.
INCO, selain sebagai bahan perkerasan jalan, material sipil juga digunakan sebagai
bahan perkerasan permukaan lapangan di front dan sebagai bahan untuk perkuatan
material di disposal.
13
Material sipil yang digunakan oleh pihak PT. Inco dibedakan atas tiga macam
yaitu kuari, reject dan slag yang memiliki komposisi berbeda-beda untuk setiap macam
jenis perkerasan atau penguatan baik itu jalan tambang, disposal, ataupun pada lokasi
2.3.1 Kuari
Kuari adalah batuan dasar yang berasl dari daerah-daerah bluezone atau
Batuan ini merupakan bluezone pada daerah penambangan. Kuari tipe 1 ini baru
dapat diambil apabila kegiatan pengambilan ore di mine front-nya sudah selesai.
Kuari tipe dua merupakan suatu massa batuan yang tersingkap di permukaan
atau hanya ditutupi oleh tanah penutup. Tidak seperti kuari tipe satu, kuari tipe
dua ini tidak ada kegiatan pengambilan ore disana sehingga pengambilan
14
2.3.2 Slag (terak nikel)
Slag (terak nikel) adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel
membentuk batuan alam yang terdiri dari slag padat dan slag yang berpori (seperti
yang terlihat pada gambar 2.8). Berdasarkan bentuknya, slag nikel dapat dibedakan
menjadi 3 tipe yaitu high, medium, dan low slag. Terak nikel yang masuk kategori high
diperoleh dari proses pemurnian di converter berbentuk pasir halus berwarna coklat
tua, sedangkan kategori medium dan low slag diperoleh lewat tungku pembakaran
(furnace).
Di PT. Inco, produksi limbah slag yang melewati proses pemurnian di converter
medium slag dan low slag sebanyak 48.679 ton. Terak ini akan disimpan ke lokasi
pembuangan terak (slag dump). PT. Inco tidak diperkenankan membuang terak di luar
lokasi penambangan yang diizinkan dan tidak boleh menjual atau memberikan terak
kepada pihak lain melainkan hanya boleh dimanfaatkan dan dikelola oleh pihak PT.
Inco sendiri. Atas dasar kebijakan PT. Inco, maka terak akan dimanfaatkan sebagai
lapisan material untuk pembuatan akses jalan tambang, dan sebagai material untuk
meningkatkan daya dukung tanah. Hal ini dilakukan karena lemahnya daya dukung
tanah yang ada untuk operasi alat berat dan Dump Truck dalam proses penambangan.
15
Gambar 2.7 Foto proses quarrying
Kegiatan utama di slag dump yaitu pouring dan quarrying seperti yang terlihat
pada gambar 2.6 dan 2.7. Pouring adalah kegiatan penumpahan slag sedangkan
dalam kegiatan pengambilan ROM. Reject material ini merupakan hasil pemisahan
dengan menggunakan grizzy bar pada screening station, seperti yang terlihat pada
gambar 2.9. Secara umum ada beberapa ukuran reject yang dihasilkan oleh screening
station di PT. Inco. Material reject yang dihasilkan dari screening station berupa +18",
+4", +2". Selain dari hasil screening station, PT. Inco juga memperoleh reject yang
16
Berdasarkan ukuran dan pemamfaatannya, hanya reject +4", +2" dan reject
dryer yang digunakan sebagai material sipil. Hal ini disebabkan oleh ukuran reject
+18" yang terlalu besar dan persentase pemakaian yang kecil untuk dipakai sebagai
material sipil. Sebenarnya reject +18" ini bisa digunakan lagi dengan cara memperkecil
ukuran batunya dengan di-crushing, namun karena hal ini dinilai tidak ekonomis, maka
reject +18" kebanyakan hanya dibuang begitu saja atau dijadikan sebagai dasar untuk
landasan disposal.
17
Ada beberapa komponen biaya yang harus diperhatikan untuk menghitung
besarnya biaya yang terpakai untuk setiap penggunaan jenis material sipil apakah itu
kuari, reject maupun slag. Untuk masing-masing jenis material sipil, memiliki
perbedaan satu sama lainnya. Ada yang hanya berupa biaya penggunaan alat mekanis
ada juga yang memerlukan biaya tambahan berupa biaya produksi material. Untuk
material sipil kuari dan slag masih memerlukan biaya operasi untuk memproduksi
material tersebut sedangkan untuk material slag hanya memerlukan biaya penggunaan
alat mekanis karena tidak memerlukan usaha untuk memproduksi material tersebut.
pengambilan material kuari. Material kuari ini biasa diambil dari batuan bluezone.
Batuan-batuan ini biasanya memiliki tingkat kekerasan tertentu yang sebagian besar
tidak dapat langsung diambil dengan menggunakan backhoe/shovel. Maka dari itu,
fragmen batuan yang diambil. Dalam sistem pemboran peledakan, biaya yang
Dalam kegiatan pemboran, waktu yang diperlukan untuk membuat lubang tembak
tergantung kepada tingkat kekerasan batuan. Semakin bagus mata bor yang
digunakan semakin cepat kecepatan pengeboran dan semakin keras batuan akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuang lubang tembak. Apabila
waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah lubang tembak semakin besar,
18
2. Jumlah bahan peledak yang digunakan
Bahan peledak merupakan komponen utama dalam sistem peledakan. Banyaknya
jumlah bahan peledak yang digunakan akan sangat bergantung pada jumlah
produksi yang diinginkan. Semakin banyak lubang tembak yang kita isi, akan
cukup keras. Penggunaan mata bor pada alat pengeboran adalah hal yang paling
diperhatikan karena tingkat kerusakan mata bor ini sangat tinggi. Semakin banyak
mata bor yang rusak, maka akan semakin banyak jumlah biaya yang dibutuhkan
untuk melakukan perbaikan. Dalam komponen biaya, biaya perbaikan ini sudah
termasuk ke dalam biaya pemakaian alat/jam. Biaya pemakaian alat itu sendiri
Truck. Biaya ini lebih banyak dipengaruhi oleh waktu kerja alat muat.
Bm = W x bm ...........................................................................................(2.1)
Keterangan:
Bm = Biaya pemuatan ($)
W = Waktu operasi kerja alat (jam)
bm = Biaya alat muat (perjam/ton)
material. Dalam pemakaian alat angkut, biaya yang dikeluarkan tergantung kepada
lamanya pemakaian waktu pengangkutan. Biaya pemakaian alat angkut ini disusun
oleh beberapa komponen penting diantaranya biaya operasi dan biaya perbaikan.
19
Biaya operasi ini berarti biaya yang dikeluarkan untuk operasional alat seperti biaya
bahan bakar, pemakaian pelumas dan lain-lain. Sedangkan untuk biaya perawatan,
biaya yang dibutuhkan untuk perawatan alat agar tetap maksimal. Komponen biaya ini
akan dibagi terhadap jumlah jam kerja alat untuk mendapatkan biaya penggunaan alat
Ba = W x ba (2.2)
Keterangan:
Ba = Biaya pemuatan ($)
W = Waktu operasi kerja alat (jam)
ba = Biaya alat angkut (biaya/jam)
kontraktor pengangkut air dalam pendinginan slag. Slag yang merupakan buangan dari
pabrik pada awalnya berbentuk material liquid panas sehingga belum bisa digunakan
untuk material sipil. Agar slag dapat dimanfaatkan, proses pendinginan perlu dilakukan
agar bentuk slag yang liquid menjadi material padat. Untuk mendinginkan slag
dilakukan penyiraman air terhadap slag panas tersebut sampai material slag menjadi
Bs = W x V ............................................................................................(2.2)
Keterangan:
Bs = Biaya penyiraman ($)
W = Waktu operasi kerja alat (jam)
V = Volume air per tonnase slag yang dihasilkan (m3/ton)
Slag yang dibawa oleh haul master dari pabrik pengolahan ke slag dump memiliki suhu
dengan cara didiamkan selama kurang lebih 4 minggu maka suhunya akan berkurang
proses pendinginan dengan cara penyiraman dengan air. Hal ini dilakukan agar suhu
20
slag bisa turun dan dapat dilakukan penambangan slag. Suhu rata-rata pada saat
alat mekanis dan aspek kesediaan alat mekanis yang mengindikasikan kesediaan suatu
alat untuk melakukan kerja, pengaruh dari kesediaan alat mekanis akan berujung pada
Alat mekanis yang bekerja pada disposal area umumnya terdiri atas 2 alat
mekanis yang merupakan kombinasi sesuai dengan fungsi alat mekanis tersebut.
Umumnya terdiri atas alat angkut seperti dump truck yang mengangkut material dari
front penambangan dan dozer sebagai alat dorong yang membantu meratakan dan
mendorong material ke dalam disposal (gambar 2.11.). Berikut rincian alat tersebut:
1. Dump Truck
Dump truck senantiasa menjadi pilihan idola sebagai alat angkut dalam
tingkat produksi yang tinggi sehingga menghemat ongkos angkut material per ton
jika dibandingkan dengan jenis alat angkut yang lain. Selain itu, Dump Truck juga
fleksibel, artinya dapat mengangkut berbagai jenis material dan muatan yang
bentuk dan ukurannya beraneka ragam dan tidak terlalu bergantung pada jalur
jalan. Berdasarkan ukurannya Dump Truck dibedakan atas tiga jenis yaitu:
21
a. Ukuran kecil yaitu truk-truk yang mempunyai kapasitas hingga 25 ton
kerja, artinya tergantung dari keadaan dan letak tempat pembuangan material
(Projosumarto, 1993)
2. Buldozer
Salah satu alat mekanis yang sangat berpengaruh pada aktivitas di disposal area
attachment. Dalam hal ini attachment adalah blade. Dalam aplikasinya, bulldozer
dimana gerakan naik turun bilahnya memakai kabel sebagai alat pengendali.
Controlled Blade), ini merupakan yang lebih modern dengan tenaga hidrolik
Bila ditinjau dari segi penggeraknya, ada 2 (dua) macam bulldozer, yaitu:
22
a. Bulldozer yang memakai roda karet ( rubber tired bulldozer atau whell
dozer). Bulldozer jenis ini lebih gesit dan lincah dalam pergerakannya. Jenis
bulldozer ini sangat cocok untuk daerah kering dan memiliki landasan yang
keras. Sementara untuk daerah yang becek dan landasan lunak, bulldozer
dozer). Bulldozer tipe ini gerakannya lamban tetapi memiliki daya gusur yang
cukup dan dapat bergerak dengan baik pada daerah yang kering maupun
MA = ...................(2.3)
dan sebagainya.
Kesedian Fisik dapat dirumuskan:
PA = .............................................(2.4)
23
3. Kesediaan pemakaian atau Used of Availability (UoA)
seberapa efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan.
UoA = ...........................................(2.5)
yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif dari alat dalam
suatu kegiatan.
Penggunaan Efektif dirumuskan :
MA = ...................................................(2.6)
Dimana :
W = waktu operasi aktual, merupakan jumlah jam kerja alat pada saat
alat dalam kondisi dapat dioperasikan.
R = waktu repair, merupakan waktu yang hilang akibat unit rusak,
sedang atau belum diperbaiki karena tunggu suku cadang atau
tenaga.
S = waktu standby, merupakan jumlah waktu yang tidak dapat
dipergunakan unit tetapi unit dalam keadaan baik dan siap
digunakan.
T = waktu total, merupakan jumlah dari waktu operasi aktual, waktu
repair dan waktu standby.
24
dipengaruhi oleh kapasitas bucket/blade alat mekanis. Terkhusus pada alat mekanis
Pa = Cb x n.......................................................................................(2.7)
Keterangan:
Pa = Produksi alat angkut (wmt)
Cb = Kapasitas baket alat angkut (ton)
n = Jumlah edar/trip tiap hari
Kapasitas truk diperoleh berdasarkan jumlah pemuatan dari kapasitas alat muat
yang memiliki faktor koreksi yaitu S ( Swell faktor), F (Fill Faktor), tetapi di
material pada saat diambil dan dimuat sudah dalam keadaan lepas. Sedangkan
dalam jumlah trip perhari memiliki 2 (dua) faktor koreksi yaitu : availability
yang terdiri dari ; Mechanical Availability (MA), dan Physical Availability (PA),
serta utilisasi yang terdiri dari ; Use of Availability (UoA), dan Effective Utility
waktu untuk beroperasi yang dapat dipergunakan dari waktu kerja dan EU
persentase kesediaan suatu alat atau mesin bila tidak rusak atau sedang dalam
perawatan dan EU adalah perkalian dari PA dan UoA. Bila PA dan UoA
25
digunakan, faktor koreksi dalam perhitungan produksi akan dobel. Sehingga
Pa = 60/Cta x n x Cb x Ff x EU.............................................................(2.8)
Keterangan :
Pa : Produktivitas alat angkut, (ton/jam)
Pm : Produktivitas alat muat, (ton/jam)
Cta : Waktu edar alat angkut, (menit)
Ctm : waktu edar alat muat satu swing, (menit)
Cb : Kapasitas bucket alat muat, (m3)
Ff : faktor pengisian (fill faktor), (%)
PA : Phisical Availability atau kesediaan fisik, (%)
UoA : Use of Availability atau kesediaan pemakaian, (%)
MA : Mechanical Availability atau kesediaan mekanis, (%)
EU : Effective Utility atau penggunaan efektif, (%)
Ct a A B C D E F G H................................................(2.9)
Keterangan:
A = Waktu diisi muatan (detik)
B = Waktu mengangkut muatan (detik)
C = Waktu menunggu bermuatan (detik)
D = Waktu manuver saat muatan (detik)
E = Waktu menumpahkan (detik)
F = Waktu kembali dalam keadaan kosong (detik)
G = Waktu menunggu keadaan kosong (detik)
H = Waktu manuver kosong (detik)
26
Keterangan:
A = Waktu melakukan pendorongan (detik)
B = Waktu melakukan ganti gigi (detik)
C = Waktu mundur (detik)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dengan menggunakan pemikiran yang kritis dalam waktu yang relatif lama dan
penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai acuan langkah dalam melakukan
penelitian hingga pada akhirnya penelitian ini diseminarkan dan menjadi dasar buat
pihak lain guna melakukan penelitian serupa ataukah meneliti unsur kebenaran dari
penelitian ini. Proses kegiatan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sisi
produktivitas alat, produksi rata-rata, pemakaian material sipil dan biaya rata-rata
beberapa aspek teknis di disposal area yakni menyangkut produktivitas alat mekanis yang
bekerja di disposal area, laju produksi pengisian disposal, komposisi aktual penggunaan
material sipil terhadap overburden serta penggunaan biaya terhadap aktivitas disposal
per minggunya.
28
Studi pustaka dilakukan untuk mempersiapkan beberapa materi penunjang
yang berkaitan dengan penelitian secara umum. Studi pustaka yang digunakan sebagai
dasar pengolahan data penelitian tidak hanya dilakukan pada tahapan persiapan tetapi
juga pada tahapan penelitian dilapangan, pengolahan dan analisis data hingga pada
data primer merupakan data yang berkaitan secara langsung dengan penelitian
sedangkan data sekunder adalah data-data yang sifatnya sebagai data pelengkap dan
secara umum untuk pengambilan data primer dilapangan adalah sebagai berikut:
a. Pengambilan data cycle time alat angkut Dump Truck tipe Caterpillar 777 C dan
Caterpillar 777 D yang dumping di Disposal Watulabu 07, selama satu minggu.
Dimana selain mengambil data cycle time alat, juga mengambil data waktu
antrian alat angkut, bila terjadi antrian, serta jenis material yang akan di-
29
dumping apakah overburden ataupun material sipil, yang akan dipergunakan
Disposal Watulabu 07 yaitu cycle time Dozer Caterpillar D8R. Selain data cycle
time alat angkut, juga diambil data-data berupa waktu stand by alat, waktu
pada Disposal Anoa 28 yang mewakili Disposal Semi Induced dimana data yang
diambil berupa data cycle time alat angkut dan alat dorong/dozer serta
berat dalam bulan tertentu, dimana akan menjadi rujukan utama dalam
sebelumnya yang menyangkut penelitian ini yang sifatnya sebagai data tambahan
atau pelengkap data-data sekunder yang diambil di lokasi penelitian dalam hal ini
30
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan
a. Menghitung produktivitas alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan Caterpillar
777 D, kemudian produktivitas alat dorong Caterpillar D8R. Tahap pengolahan data
a. Menghitung cycle time rata-rata pada setiap tipe dan jenis alat mekanis
menggunakan rumus:
C Trata-rata =
CT ......................................................................(3.1)
n
Keterangan:
CT = Cycle time (menit)
n = Jumlah siklus
b. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat angkut menggunakan
rumus:
WT
Pc = ...................................................................................(3.2)
n
Keterangan:
Pc = Produksi per siklus (wmt)
WT = Tonase total material (wmt)
n = Jumlah siklus
c. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat angkut menggunakan
rumus:
60
PH =P C EU ....................................................................(3.3)
CT
Keterangan:
PH = Produksi per jam
Pc = Produksi per siklus
EU = Efisiensi kerja alat
d. Menghitung produksi per siklus pada setiap tipe alat dorong menggunakan
rumus:
PC =V b a ...................................................................................(3.4)
Keterangan:
Vb = kapasitas blade (m3)
= Faktor pengisian blade
e. Menghitung produksi per jam pada setiap tipe alat dorong menggunakan
rumus:
60
PH =P C EU (3.5)
CT
31
b. Menghitung produksi dumping material, baik itu overburden, material sipil berupa
material kuari, material reject, yang mana material reject yang dipakai adalah +4,
+2 dan reject dryer, sedangkan reject +18 tidak digunakan, serta material slag
dengan rumus:
Pm=n P C ..................................................................................(3.6)
Keterangan:
Pm = Produksi total material
n = Jumlah siklus angkut material
Pc = produksi per siklus angkut material
c. Dari hasil produksi material dumping pada masing-masing tipe disposal per minggu
kemudian dapat dicari komposisi aktual dilapangan material sipil yang diperlukan
d. Menghitung biaya alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777 D serta alat
dorong Caterpillar D8R per jam yang kemudian dihitung untuk dikonversikan
berapa biaya alat yang digunakan per ton untuk menghitung berapa biaya yang
dipakai untuk men-dumping material per ton pada masing-masing tipe disposal.
a. Menghitung biaya alat mekanis per siklus untuk setiap tipe dan jenis alat
mekanis yang dikhususkan pada alat angkut dan alat dorong dengan
menggunakan rumus:
B C =BU CT ...............................................................................(3.7)
Keterangan:
BC = Biaya per siklus alat ($)
BU = Biaya unit alat tiap jam ($/hours)
CT = Cycle time alat mekanis (jam)
b. Setelah mendapatkan biaya alat per siklus kemudian mencari biaya alat per
32
WC = Tonase material per siklus angkut (wmt)
c. Setelah mendapatkan biaya alat per ton kemudian dihitung biaya aktivitas
secara komperehensif.
3. Analisis tingkat pemakaian material sipil secara aktual pada masing-masing tipe
disposal.
4. Analisis biaya terpakai pada masing-masing tipe disposal perminggu
33
RUMUSAN MASALAH STUDI PUSTAKA
Produktivas alat mekanis. Anonim, Cara menghitung produksi dan ongkos produksi
Laju produksi perminggu. Projosumarto,1993. Pemindahan tanah mekanis
Komposisi material sipil Indonesianto,2008. Pemindahan tanah mekanis
Biaya operasi Nurhakim. 2004. Tambang terbuka & Buku panduan KLT
Projosumarto. Unit produksi tambang
PENGOLAHAN DATA
Produksi per cycle
Produksi per jam
Produksi material dumping
Biaya per cycle
Biaya per ton
34
SKRIPSI
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
BAB IV
ANALISIS OPERASI DISPOSAL AREA
Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa aspek teknis dari kedua disposal
yang berbeda tipe yakni Disposal Watulabu 07 yang merupakan disposal tipe Finger,
dan juga Disposal Anoa 28 yang merupakan disposal tipe Semi Induced. Pembahasan
juga akan dititikberatkan pada kesesuaian antara disposal tipe Finger secara teoritis
dan aktual pada Disposal Watulabu 07 serta Dsposal tipe Semi Induced pada Disposal
Anoa 28. Menyangkut inti masalah dari penelitian ini yang berupaya melakukan analisis
beberapa aspek teknis dalam perencanaan disposal pada masing-masing tipe disposal,
maka yang akan dibahas secara rinci adalah tingkat produktivitas dari alat angkut dan
dozer pada masing-masing tipe disposal, serta laju produksi dari overburden yang di-
dumping pada disposal. Kemudian akan dihitung juga berapa pemakaian material sipil
pada masing-masing tipe disposal agar tetap aman untuk mendukung laju produksi
Terakhir adalah menghitung dan membandingkan total biaya yang dipergunakan untuk
35
menopang aktivitas disposal yang terbatas pada biaya alat, dan biaya produksi
material sipil.
Produktivitas alat mekanis yang akan dianalisis yaitu menyangkut produksi per
siklus dan produksi per jam alat angkut Dump Truk CAT 777C dan Dump Truk CAT
777D antara kedua tipe disposal yakni Disposal Watulabu 07 yang mewakili tipe
angkut pada kedua tipe disposal (lihat lampiran A, perhitungan dan pengolahan data
NO
. Produktivitas Alat Angkut Watulabu 07 Anoa 28
1 Produksi per siklus DT CAT 777 C 76,29 wmt 78,48 wmt
2 Produksi per jam DT CAT 777 C 109,50 wmt 112,64 wmt
3 Produksi per siklus DT CAT 777 D 93,86 wmt 94,46 wmt
4 Produksi per jam DT CAT 777 D 172,66 wmt 174,02 wmt
Dari tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa tingkat produktivitas alat angkut disposal
tipe Semi Induced Anoa 28 lebih tinggi dibanding alat angkut pada disposal tipe
Finger Watulabu 07, yang ditandai dengan lebih tingginya produksi per jam Dump
Truck Caterpillar 777C dan juga Dump Truck Caterpillar 777D pada Disposal Anoa 28.
Secara aktual ini disebabkan antara lain karena cycle time alat angkut tipe CAT
777 D alat angkut Disposal Watulabu 07 yang lebih tinggi dibanding c ycle time alat
36
angkut tipe CAT 777D Disposal Anoa 28. Bahkan pada Disposal Anoa 28, cycle time
alat angkutnya masih bisa lebih rendah lagi dikarenakan seringnya terjadi antrian
hingga 6-7 truk dalam satu lokasi disposal. Hal ini berakibat pada cycle time yang lebih
lama, dimana rata-rata cycle time-nya bertambah hingga 15 menit per unit alat. Yang
kedua adalah jika ditinjau dari produksi per siklus alat, dimana untuk setiap tipe alat
angkut pada Disposal Watulabu 07 yaitu Dump Truck CAT 777C dan Dump Truck
CAT 777D lebih rendah produksi per siklusnya dibanding alat angkut tipe yang sama
pada Disposal Anoa 28. Produksi per jam Dump Truck CAT 777C Anoa 28 lebih tinggi
sekitar 2,19 wmt, sedangkan pada Dump Truck CAT 777D lebih tinggi sekitar 0,6 wmt.
alat angkut sebagaimana disebutkan di atas, mengakibatkan produksi per jam DT CAT
777 C Disposal Anoa 28 lebih tinggi 3,14 wmt dibanding alat angkut tipe yang sama
pada Disposal Watulabu 07, sedangkan produksi per jam DT CAT 777 D Disposal
Anoa 28 lebih tinggi 1,36 wmt. Pengaruh dari produktivitas ini akan sangat
disposal.
37
Dari tabel 4.2 di atas kita bisa menarik beberapa asumsi terkait produktivitas alat
dorong/dozer yang bekerja pada disposal. Dimana terlihat bahwa jarak dorong rata-
rata dozer pada Disposal Watulabu 07 lebih jauh dibanding jarak dorong rata-rata
dozer pada Disposal Anoa 28. Secara teoritis jarak dumping yang dianjurkan pada
disposal tipe finger adalah 7,5 meter, sedangkan pada kondisi aktualnya hingga
mencapai 20,14 meter. Padahal secara teoritis jarak dumping disposal tipe Finger itu
lebih rendah dibanding jarak dumping tipe Semi Induced disebabkan karena pada
pada disposal tipe Semi Induced tidak mengalami kemajuan batas dumping.
Tingginya jarak dorong rata-rata secara aktual di lapangan pada disposal Watulabu 07
yang merupakan disposal tipe Finger mengakibatkan secara signifikan pada tingginya
cycle time Dozer. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada rendahnya produksi per
jam alat.
Ini disebabkan karena pada kondisi aktual terkadang jumlah material sipil yang
masuk ke Disposal Watulabu 07 lebih rendah dari seharusnya. Dengan kata lain,
karena tidak segera terlayaninya permintaan material sipil dari operator dozer di
disposal ini. Kurangnya material sipil untuk pembatuan pada Disposal tipe Finger
dumping diperlukan landasan yang cukup kuat sehingga material bisa lancar terdorong
ke depan. Apabila landasannya kurang baik atau pembatuan yang kurang, akan
mengakibatkan landasan yang dilalui dozer menurun oleh landasan yang lemah karena
hanya terisi oleh overburden yang merupakan tanah lepas. Hal ini berimplikasi pada
berat dozer yang membuat tanah landasan menjadi menurun. Apabila landasan
menurun, maka pada ujung crest akan mengalami penumpukan material. Dengan
38
adanya penumpukan material maka Dozer tidak akan bisa mendorong lebih jauh, dan
rendah dibanding kecepatan dorong material pada Watulabu 07. Idealnya kecepatan
dorong material dozer pada Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced
harusnya lebih tinggi dibanding kecepatan dorong dozer pada Watulabu 07 yang
merupakan Disposal Finger dikarenakan material yang didorong pada Disposal Semi
Induced hampir seluruhnya adalah material overburden yang lunak, karena tidak
terlalu dibutuhkan pembatuan. Beda halnya dengan disposal tipe Finger yang
senantiasa diikuti dengan material sipil walaupun pada kenyataannya cycle time
Disposal Watulabu 07 lebih tinggi dibanding cycle time pada Disposal Anoa 28.
Dari sisi produksi per jam, terlihat bahwa dozer pada Disposal Watulabu 07
yang merupakan tipe Finger lebih rendah dibanding produksi per jam Disposal Anoa
28 yang merupakan tipe Semi Induced. Hal ini dikarenakan pada Disposal Watulabu
memerlukan waktu yang cukup lama atau cycle time yang lebih lama yang berimplikasi
pada rendahnya produksi per jam pada Disposal Watulabu 07. Jadi secara umum, bisa
merupakan disposal tipe Finger lebih baik dari produktivitas alat dorong/dozer pada
Secara umum merujuk pada hasil produktivitas alat mekanis pada masing-
masing tipe disposal, terlihat bahwa produktivitas alat pada disposal tipe Semi
Induced senantiasa lebih tinggi jika dibandingkan dengan Disposal Finger. Dari hasil
pengolahan data juga terlihat bahwa yang mempengaruhi secara signifikan tingkat
produksi material dumping dari sisi produktivitas alat adalah menyangkut efisiensi
39
kerja alat, cycle time alat angkut dan penggunaan metode pada masing-masing tipe
Pada subbab ini akan dibahas mengenai produksi overburden atau jumlah
overburden yang masuk ke disposal. Akan dibandingkan antara kedua tipe disposal,
karena tentu saja laju pengisian material terutama overburden pada masing-masing
yang merupakan lapisan tanah penutup yang harus dipindahkan ke disposal dan
material sipil sebagai material perkuatan. Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan hasil
pengolahan data mengenai produksi overburden dan pemakaian material sipil pada
40
Produksi Harian Watulabu 07
18000
16000 OB
14000 QUARRY
12000
REJECT
10000
8000 SLAG
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7
25000
OB
20000 QUARRY
REJECT
15000
SLAG
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7
41
Tabel 4.5 Perbandingan produksi material dumping
180000.00
160000.00
140000.00
120000.00
100000.00 WATULABU 07
80000.00 ANOA 28
60000.00
40000.00
20000.00
0.00
OB Quarry Reject Slag
Gambar 4.3 Grafik data produksi material dumping
Dari tabel 4.5 dan grafik data di atas (gambar 4.1, gambar 4.2 dan gambar 4.3)
terlihat bahwa total produksi dumping material pada Disposal Anoa 28 jauh lebih
banyak dibanding total produksi dumping material pada Disposal Watulabu 07.
Dimana untuk produksi overburden pada Disposal Anoa 28 lebih tinggi sebanyak
101.449,85 wmt dibanding Disposal Watulabu 07, yang berarti lebih banyak sekitar
2,5 (dua setengah) kali lipat. Untuk produksi dumping material sipil pada Disposal
Anoa 28 juga lebih banyak dibanding pada Disposal Watulabu 07, karena produksi
dumping material sipil pada Disposal Anoa 28 lebih banyak sekitar 1630,20 wmt
dibanding Disposal Watulabu 07 bahkan sekitar 2,5 (dua setengah) kali lipat lebih
Disposal Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced jauh lebih baik dibanding
Watulabu 07. Hal ini bisa disebabkan antara lain karena, yang pertama oleh jarak
42
pengangkutan dan jumlah alat angkut yang dipergunakan, karena apabila jarak tempat
loading dan dumping overburdennya lebih sedikit tentu akan meningkatkan jumlah
siklus alat angkut. Apalagi jika ditunjang dengan penempatan jumlah alat angkut yang
sesuai tentunya akan mendongkrak produksi. Kedua adalah karena pada Disposal
Anoa 28 yang merupakan tipe Semi Induced, tidak terlalu membutuhkan pembatuan
untuk bisa men-dumping material overburden secara terus menerus dibanding pada
Disposal Watulabu 07 yang merupakan tipe Finger. Ketiga, bisa juga disebabkan
karena penggunaan metode disposal pada disposal tipe Finger yang senantiasa tidak
juga disebabkan karena pada disposal tipe Finger senantiasa terdapat masalah yang
banyak dibanding pemakaian material sipil pada Disposal Anoa 28, memang sudah
sesuai teori yang mana pada disposal tipe Finger senantiasa membutuhkan
pembatuan terus-menerus. Akan tetapi, jika dilihat selisih jumlah sekitar 1600-an ton
ini disebabkan karena produksi dumping material overburden yang jauh lebih banyak
diketahui seberapa banyak material sipil yang diperlukan guna menopang aktivitas
dumping material overburden yang merupakan tanah lepas yang sudah mengalami
Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 68.153,24) adalah
sebagai berikut:
43
a. Kuari = 2.876,79 wmt
= 13 %
Dengan rincian sebagai berikut:
Material Kuari
= 4%
Material Reject
= 3%
Material Slag
= 6%
2. Disposal Anoa 28 (Disposal Tipe Semi Induced)
Jumlah kebutuhan rata-rata material sipil per minggu (OB = 169.840,10)
adalah sbb:
a. Kuari = 1.191,03 wmt
= 6%
Dengan rincian sebagai berikut:
Material Kuari
= 0,7 %
Material Reject
= 0,5 %
Material Slag
= 4,8 %
44
Pada perhitungan biaya disposal baik itu Disposal Watulabu 07 sebagai
disposal tipe Finger dan Disposal Anoa 28 sebagai disposal tipe Semi Induced
terbatas pada biaya alat angkut dan dozer serta komponen biaya produksi pada
material sipil. Dimana sebagian menggunakan data penelitian yang berkaitan erat
1. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 C = US$ 0,62/ton (lihat lampiran C,
2. Biaya alat angkut Dump Truck CAT 777 D = US$ 0,40/ton (lihat lampiran C,
3. Biaya Kuari
4. Biaya Reject
5. Biaya Slag
alat dorong yaitu biaya penggunaan alat angkut Dump Truck Caterpillar 777 C dan 777
D, sedangkan alat dorong yang dihitung adalah Dozer Caterpillar D8R. Untuk alat
mekanis lainnya, seperti loader dan alat lainnya dianggap sama pada kedua tipe
disposal.
45
1. Biaya alat angkut
Untuk biaya alat angkut pada Disposal Watulabu 07 didapatkan dari perkalian
biaya material per tonase material angkut dengan tonase material yang di
Dari tabel biaya di atas (tabel 4.5) bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut
Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Watulabu 07 selama
46
Biaya Total = $ 31.868,84 + $ 4.395,42 + ((68.930,24 x 0,29) + (2876,79
(0,068 + 0,29)))
= US$ 60.089,77
melibatkan seluruh komponen biaya operasi mulai dari produksi material hingga pada
penggunaan alat mekanis seperti alat angkut, alat dorong dan alat muat. Terkhusus
untuk alat mekanis yang bekerja pada disposal area dibedakan atas:
Biaya alat angkut pada Disposal Anoa 28 sedikit berbeda dimana biaya untuk
pengangkutan material kuari oleh alat angkut Dump Truck CAT 777 C tidak ada
seperti yang terlihat pada tabel 4.6 dikarenakan tidak ada material kuari yang
Dari tabel biaya 4.6 bisa dilihat bahwa total biaya dari alat angkut yang
47
No. Biaya Biaya Total Biaya Total Biaya
Jenis Material
777C/TON 777D/TON CAT 777C CAT 777D
1 OB US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 2.041,35 US$ 64.932,51
2 QUARRY US$ 0,61 US$ 0,39 - US$ 464,50
3 REJECT US$ 0,61 US$ 0,39 US$ 82,96 US$ 303,09
4 SLAG US$ 0,61 US $ 0,39 US$ 4.769,26 US$ 167,70
Jadi, total biaya alat angkut yang dipakai pada Disposal Anoa 28 selama
Biaya total = Biaya Alat Angkut + Biaya Dozer + Biaya Produksi Material
Biaya total = $ 72.761,37 + $ 8.108,67 + ((169.840,10 x 0,29) + (1191,03
(0,068 + 0,29)))
= US$ 134.114,78
Dari perhitungan biaya di atas bisa dilihat bahwa biaya untuk men- dumping
disposal selama seminggu maka didapatkan bahwa biaya pada Disposal Anoa 28
lebih tinggi sekitar US$ 74.025,01. Hal ini dikarenakan tingkat produktivitas atau
produksi dumping material dari Disposal Anoa 28 jauh lebih tinggi dibanding produksi
tinggi. Tapi juga terlihat jelas bahwa biaya yang dikeluarkan untuk material sipil
dengan biaya untuk overburden-nya pada Disposal Watulabu 07 lebih tinggi jika
dibandingkan antara perbandingan biaya material sipil dengan biaya overburden pada
48
Disposal Anoa 28, ini disebabkan dengan komposisi material sipil pada Disposal
Watulabu 07 lebih tinggi dibanding komposisi material sipil Disposal Anoa 28 yang
merupakan disposal tipe Finger. Sehingga secara umum disimpulkan biaya operasi
disposal tipe Finger lebih mahal dibanding disposal tipe Semi Induced. Biaya disposal
tipe Finger sebesar US$ 0,779/ton material dumping sedangkan pada Semi Induced
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
49
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dari
1. Tingkat produktivitas alat mekanis baik itu alat angkut maupun alat dorong pada
disposal tipe Semi Induced lebih tinggi dibanding disposal tipe Finger, baik dari
sebesar 2.876,79 wmt, reject sebesar 1.974,31 wmt dan slag sebesar
wmt
kuari sebesar 1.191,03 wmt, reject sebesar 913,14 wmt dan slag sebesar
wmt
berikut:
a. Pada disposal tipe Finger memerlukan 13% total material sipil dari produksi
b. Pada disposal tipe Semi Induced memerlukan 6% total material sipil dari
50
a. Disposal tipe Finger sebesar US$ 60.089,77 atau sebesar US$ 0,779/ton
material dumping.
b. Biaya Disposal tipe Semi Induced sebesar US$ 134.114,78 atau sebesar
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan oleh penulis mengenai penelitian yang
disposal pertahun agar aktivitas disposal selama setahun dapat berjalan lancar
menutupi satu-sama lain yang mana jika faktor keselamatannya dapat tercapai
disposal yang aktif untuk menanggulangi tingkat produksi material yang harus
masuk ke disposal.
DAFTAR PUSTAKA
51
2. Anonim. Cara Menghitung Produksi dan Ongkos Produksi
6. Nurhakim. 2004. Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Edisi 2 . Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru
10. Wedhanto, S. 2009. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah
Untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil). Universitas Malang: Malang
11. Wafi Auzan, H. 2010. Optimasi Pemilihan Material Civil Untuk Mendukung
Keperluan Produksi di PT International Nickel Indonesia Tbk. Teknik Pertambangan
UPN : Yogyakarta
52
LAMPIRAN
53