Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.

1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO


MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA-I DAN HSS LIMANTARA

Jeffier Andrew Robot


Tiny Mananoma, Eveline Wuisan, Hanny Tangkudung
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: jeffier.andrew071@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Ranoyapo adalah salah satu sungai di Sulawesi Utara yang rawan terhadap banjir.
Daerah aliran sungainya mencakup beberapa daerah yang ada di Kabupaten Minahasa
Selatan dengan luas DAS 770,888 km2. Sungai Ranoyapo merupakan sungai terpanjang di
Kabupaten Minahasa. Perencanaan pengendalian banjir ataupun perencanaan teknik lain
yang berhubungan dengan Sungai Ranoyapo dapat dilakukan dengan baik apabila debit banjir
rencana di sungai ini diketahui.
Analisis debit banjir rencana menggunakan metode HSS Gama I, HSS Limantara, dan analisis
frekuensi. Nilai dari analisis menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) akan
dibandingkan dengan metode analisis frekuensi, sehingga dapat diketahui metode HSS mana
yang mendekati nilai analisis frekuensi debit langsung di sungai. Dilakukan juga analisis
menggunakan metode Rasional, Melchior, Weduwen, dan Haspers.
Dari hasil analisis, debit banjir rencana dengan berbagai kala ulang di setiap metode,
memberikan hasil yang beragam. Hasil terbesar adalah HSS Gama I dan yang terkecil metode
Melchior. Dalam perbandingan nilai debit banjir rencana antara HSS dan analisis frekuensi,
maka HSS Limantara paling mendekati nilai debit banjir analisis frekuensi.
Kata kunci : Debit banjir rencana, HSS Limantara, HSS Gama I, Sungai Ranoyapo

PENDAHULUAN debit banjir yang akurat. Dalam kenyataan


ketersediaan rekaman data debit yang panjang
Latar Belakang Penelitian pada sungai Ranoyapo belum cukup tersedia.
Sungai Ranoyapo adalah sungai Perlu analisis debit banjir rencana
terpanjang di Kabupaten Minahasa. Memiliki menggunakan metode HSS dan analisis
panjang 54 km dan luas DAS 770,888 km2, frekuensi.
bermuara di teluk Amurang tepatnya di Desa
Ranoyapo Kabupaten Minahasa Selatan. Pembatasan Masalah
Sungai ini adalah salah satu sungai yang 1. Titik kontrol (outlet) DAS di muara
rawan terhadap banjir. sungai.
Perencanaan pengendalian banjir, 2. Data hujan menggunakan data hujan
pengamanan sungai, dan struktur bangunan harian maksimum selama 20 tahun dari 3
air lainnya di Sungai Ranoyapo dapat stasiun.
dilakukan dengan baik apabila debit banjir 3. Kala ulang rencana dibatasi pada 1, 2, 5,
rencana disungai tersebut diketahui. 10, 50, 100 tahun.
Besaran debit banjir rencana dapat
diperoleh melalui analisis hidrologi, yang Tujuan Penelitian
antara lain menggunakan metode HSS, Tujuan yang hendak dicapai dalam
analisis frekuensi, maupun metode empiris penelitian ini adalah mendapatkan nilai debit
yang tersedia. banjir rencana menggunakan metode HSS
Gama I dan HSS Limantara, selanjutnya akan
Rumusan Masalah dilihat metode mana yang memberikan hasil
Perencanaan pengendalian banjir pada paling mendekati besaran debit banjir rencana
sungai Ranoyapo sebaiknya memakai nilai dengan menggunakan analisis frekuensi.

1
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

Manfaat Penelitian Analisis Frekuensi


Manfaat penelitian ini adalah: Analisis frekuensi bukan untuk
1. Memberikan informasi kepada pihak menentukan besarnya debit aliran sungai pada
terkait mengenai besaran debit banjir di suatu saat, tetapi lebih tepat untuk
Sungai Ranoyapo, sehingga dapat memperkirakan apakah debit aliran sungai
bermanfaat dalam perencanaan tersebut akan melampaui atau menyamai
penanggulangan masalah banjir di sungai suatu nilai tertentu misalnya untuk 10 tahun,
Ranoyapo. 20 tahun, dst yang akan datang. Dalam
2. Sebagai informasi kepada pemangku hidrologi, analisis tersebut dipakai untuk
kepentingan disekitar DAS Ranoyapo menentukan besarnya hujan dan debit banjir
mengenai kondisi sungai yang rawan rancangan (design flood) dengan kala ulang
bahaya banjir. tertentu. (Limantara, 2010)

Analisis Data Outlier


LANDASAN TEORI Data outlier adalah data yang secara
statistik menyimpang jauh dari kumpulan
Siklus Hidrologi datanya. Uji data outlier gunanya untuk
Siklus hidrologi merupakan proses mencari data curah hujan yang ada, apakah
berkelanjutan dimana air bergerak dari bumi ada data yang menyimpang jauh dari
ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi. kumpulan datanya. Berikut ini adalah syarat
Air di permukaan tanah dan laut menguap ke untuk pengujian data outlier berdasarkan
udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke koefisien skewness (Cslog)
atmosfer, yang kemudian mengalami
kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air Parameter Statistik
yang berbentuk awan. Selanjutnya titik-titik Dalam analisis statistik data, terdapat
air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan parameter-parameter yang akan membantu
laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian dalam menentukan jenis sebaran yang tepat
tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dalam menghitung besarnya hujan rencana.
dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Analisis Parameter statistik yang digunakan
Sebagian air hujan yang sampai ke dalam analisis data hidrologi yaitu: central
permukaan tanah akan meresap ke dalam tendency (mean), simpangan baku (standar
tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya deviasi), koefisien variasi, kemencengan
mengalir di atas permukaan tanah (aliran (skewness) dan koefisien puncak (kurtosis).
permukaan atau surface run off) mengisi
cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai Pengukuran Central Tendency (Mean)
dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang Pengukuran central tendency adalah
meresap ke dalam tanah sebagian mengalir di pengukuran yang mencari nilai rata-rata
dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah kumpulan variabel (mean). Persamaan untuk
yang kemudian keluar sebagai mata air atau mencari mean atau nilai rata-rata,
mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di diperlihatkan pada persamaan:
sungai akan sampai ke laut. Proses tersebut 1 n
berlangsung terus menerus yang disebut X Xi
n i 1
(1)
dengan siklus hidrologi.
Untuk perhitungan nilai Log maka persamaan
Daerah Aliran Sungai diatas harus diubah dahulu ke dalam bentuk
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah logaritmik, sehingga berubah menjadi:
daerah di mana semua airnya mengalir ke
1 n
dalam suatu sungai yang dimaksudkan. LogX logXi (2)
Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas n i 1
topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan
pada aliran permukaan, dan bukan ditetapkan Simpangan Baku (Standar Deviasi)
berdasarkan pada air bawah tanah karena Standar deviasi adalah suatu nilai
permukaan air tanah selalu berubah sesuai pengukuran dispersi terhadap data yang
dengan musim dan tingkat kegiatan dikumpulkan. Standar deviasi adalah
pemakaian. (Sri Harto, 1993) parameter pengukuran variabilitas yang

2
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

paling cocok dalam analisis statistik. Standar meramal harga-harga ekstrim berikutnya.
deviasi dapat dihitung dengan rumus: Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan
n seri data yang diperoleh dari rekaman data
( Xi x) 2
(data historik) baik data hujan maupun data
S i 1 (3)
n 1 debit. (Limantara, 2010)
Untuk perhitungan nilai Log maka Dalam statistik dikenal beberapa jenis
persamaan diatas harus diubah dahulu ke distribusi frekuensi. Yang banyak dikenal
dalam bentuk logaritmik, sehingga berubah dalam hidrologi antara lain :
menjadi: 1. Distribusi Gumbel
n 2. Distribusi Normal
(log Xi log x) 2

(4) 3. Distribusi Log Normal


S log i 1
n 1 4. Distribusi Log Person III

Koefisien Kemencengan (skewness) Distribusi Gumbel


Kemencengan (skewness) adalah suatu (9)
nilai yang menunjukkan derajat ketidak- (10)
simetrisan dari suatu bentuk distribusi. Dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan: * ( )+ (11)
n
n
Cs ( Xi X )3
(n 1)(n 2)s3 i 1
(5)
Distribusi Normal
(12)
Untuk perhitungan nilai Log maka
persamaan diatas harus diubah dahulu ke Distribusi Log Normal
dalam bentuk logaritmik, sehingga berubah (13)
menjadi:
n
n
Cslog (log Xi log X ) 3
(6) Distribusi Log Pearson III
( n 1)( n 2) s log
3
i 1 (14)

Koefisien Variasi Hujan rencana kala ulang T (tahun)


Koefisien variasi adalah nilai perban- dihitung dengan menggunakan antilog dari
dingan antara deviasi standar dengan nilai Log XT atau bisa ditulis dengan persamaan:
rata-rata hitungan suatu distribusi. Koefisien (15)
variasi dapat dihitung dengan persamaan :
S (7) Testing of Goodness of Fit
Cv
X Uji Smirnov-Kolomogorov adalah uji
distribusi terhadap penyimpangan data ke
Koefisien Kurtosis arah horisontal untuk mengetahui suatu data
n2 n
sesuai dengan jenis sebaran teoritis yang
Ck
(n 1)(n 2)(n 3) s 4
( Xi X ) 4
(8)
dipilih atau tidak. Pengujian dilakukan
i 1
dengan membandingkan probabilitas tiap
Tabel 1. Persyaratan Parameter Statistik suatu data, antara sebaran empiris dan sebaran
Distribusi teoritis, yang dinyatakan dalam . Distribusi
Jenis Distribusi Persyaratan dianggap sesuai jika: maks < kritis.
Cs 0 (Limantara, 2010)
Normal
Ck 3
Cs = Cv3 + 3Cv
Log Normal Hidrograf Satuan Sintetis
Ck = Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3
Cs 1.14 Untuk membuat hidrograf banjir pada
Gumbel
Ck 5.4
sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit
Log Pearson III Selain dari nilai di atas
sekali dilakukan pengamatan (observasi)
Sumber : Triatmodjo, 2008
hidrograf banjirnya, maka perlu dicari
Distribusi Harga Ekstrim karakteristik atau parameter daerah pengaliran
Tujuan teori statistik tentang distribusi tersebut terlebih dahulu. Karakteristik atau
harga ekstrim antara lain untuk menganalisis parameter tersebut antara lain waktu untuk
hasil pengamatan harga-harga ekstrim untuk mencapai puncak hidrograf, lebar dasar, luas,

3
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

kemiringan, panjang alur terpanjang, Perbandingan jumlah pangsa sungai


koefisien limpasan dan sebagainya. tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai
Hidrograf satuan sintetis merupakan suatu semua tingkat.
cara untuk memperkirakan penggunaan (18)
konsep hidrograf satuan dalam suatu
perencanaan yang tidak tersedia pengukuran-
Faktor Lebar (WF)
pengukuran langsung mengenai hidrograf
Perbandingan antara lebar DAS yang
banjir. (Limantara, 2010)
diukur dititik sungai yang berjarak 0,75 L dan
lebar DAS yang diukur di titik sungai
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I
berjarak 0,25 L dari titik kontrol (outlet).
Garis Wu dan Wl (tegak lurus) dengan
garis yang ditarik dari outlet ke titik 0,25 L
dan 0,75 L.

A - B = 0,25 L
A - C = 0,75 L

Gambar 1. Model HSS Gama I


Sumber : Triatmodjo, 2008
Gambar 2. Sketsa Penetapan WF
Parameter yang diperlukan dalam analisis Sumber: Triatmodjo 2008
menggunakan HSS Gama I antara lain:
- Luas DAS (A) (19)
- Panjang alur sungai utama (L)
- Panjang alur sungai ke titik berat DAS
Luas DAS sebelah hulu (RUA)
(Lc) Perbandingan antara luas DAS disebelah
- Kelandaian / slope sungai (s)
hulu garis yang ditarik garis hubung antara
- Kerapatan jaringan kuras (D)
titik kontrol (outlet) dengan titik di sungai
Selain parameter diatas, masih ada
yang terdekat dengan pusat berat (titik berat)
parameter lain yang dipakai, antara lain:
DAS.
- Faktor sumber (SF)
- Frekuensi sumber (SN)
- Luas DAS sebelah hulu (RUA)
- Faktor simetri (SIM)
- Jumlah pertemuan sungai (JN)

Kerapatan Jaringan Kuras / Drainage Gambar 3. Sketsa Penetapan RUA


Density (D) Sumber: Triatmodjo 2008
Perbandingan antara panjang total aliran
sungai (jumlah panjang sungai semua tingkat)
(20)
dengan luas DAS.
(16)
Faktor Simetri (SIM)
Hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan
Faktor Sumber (SF) luas DAS sebelah hulu (RUA) jadi :
Perbandingan antara jumlah panjang (21)
sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah
panjang-panjang sungai semua tingkat. Persamaan untuk menentukan Hidrograf
(17) Satuan Sintetik Gama I :
( ) (22)
Frekuensi Sumber (SN) (23)
(24)
(25)

4
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

(26) t = waktu hidrograf (jam)


(27) Tp = waktu naik hidrograf atau waktu
dengan: mencapai puncak hidrograf (jam)
TR = waktu naik hidrograf (jam)
TB = waktu dasar hidrograf (jam) Persamaan kurva turun
Qp = debit puncak hidrograf (m3dt) (30)
K = tampungan (jam) dengan :
QB = aliran dasar (m3dt) Qt = debit pada persamaan kurva turun
Qt = debit resesi hidrograf (m3dt) (m3/dt/mm)
Qp = debit puncak hidrograf satuan
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) (m3/dt/mm)
Limantara Tp = waktu naik hidrograf atau waktu
mencapai puncak hidrograf (jam)
t = waktu hidrograf (jam)
0,175 = koefisien untuk konversi satuan
(dt-1)

HSS Limantara dapat diterapkan pada


DAS lain yang memiliki kemiripan
karakteristik dengan DAS-DAS di lokasi
penelitian. Spesifikasi teknik HSS Limantara
Gambar 4. Model HSS Limantara disajikan pada tabel berikut :
Sumber : Limantara, 2010
Tabel 2. Spesifikasi Teknik HSS Limantara
Parameter DAS yang dipakai dalam HSS Uraian Notasi Satuan Kisaran
Limantara ada 5 macam, yaitu :
Luas DAS A Km 2
0,325 1667,500
- Luas DAS (A) Panjang
- Panjang sungai utama (L) L Km 1,16 62,48
sungai utama
- Panjang sungai diukur sampai titik Jarak titik
berat DAS ke Lc Km 0,50 29,386
terdekat dengan titik berat DAS (Lc) outlet
- Kemiringan sungai (s) Kemiringan
S - 0,00040 0,12700
- Koefisien kekasaran (n) sungai utama
Koefisien
kekasaran N - 0,035 0,070
Persamaan debit puncak DAS
(28) Bobot Luas
Af % 0,00 - 100
hutan
dengan: Sumber : Limantara,, 2010
Qp = debit puncak banjir hidrograf satuan
(m3/dt/mm) Untuk memperkirakan waktu puncak banjir
A = luas DAS (km2) (Tp) bisa dipakai rumus seperti Nakayasu
L = panjang sungai utama (km) sbb:
Lc = panjang sungai daro outlet sampai (31)
titik terdekat dengan titik dengan :
berat DAS Tp = tenggang waktu (time lag) dari
s = kemiringan sungai utama permulaan hujan sampai puncak
n = koefisien kekasaran DAS banjir (jam)
0,042 = koefisien untuk konversi satuan Tg = waktu konsentrasi hujan (jam)
(m0,25/dt)
Cara menentukan Tg :
Persamaan kurva naik Jika L 15 km, maka tg = 0,40 + 0,058 L
[ ] (29) L < 15 km, maka tg = 0,21 L0,7
dengan: dengan
Qn = debit pada persamaan kurva naik = parameter hidrograf
(m3/dt/mm) tr = 0,5 * tg sampai 1 * tg
Qp = debit puncak hidrograf satuan
(m3/dt/mm)

5
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

Metode Rasional diperlukan oleh air dari tempat yang paling


Untuk memperkirakan besarnya air larian jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan
puncak (peak runoff, Qp) metode rasional aliran air (outlet).
(U.S Soil Conversation Service, 1973) adalah Salah satu teknik yang dapat digunakan
salah satu metode teknik yang dianggap baik. untuk menghitung tc yang paling umum
Metode ini merupakan salah satu metode dilakukan adalah persamaan matematik yang
yang dikategorikan praktis dalam dikembangkan oleh Kirpich (1940),
memperkirakan besarnya Qp untuk persamaannya :
0,385
merancang bangunan pencegah banjir, erosi 0,87.L2
tc (36)
dan sedimentasi.
1000.s
Analisis debit puncak dengan meng-
gunakan persamaan :
Metode Empiris
Qp = 0,278 C . I . A (satuan A dalam ha) (32) Metode Empiris pada umumnya juga
Qp = 0,00278 C . I . A (satuan A dalam km2) (33) digunakan untuk memperkirakan debit
dengan : puncak banjir pada suatu daerah penelitian
Qp = debit banjir rancangan (m3/det) tertentu, di mana rumusnya dibuat
C = koefisien pengaliran berdasarkan hubungan statistik pengamatan
I = intensitas hujan (mm/jam) debit puncak banjir dengan karakteristik
A = luas DAS (km2 atau ha) daerah aliran sungai. Secara mudah bentuk
persamaannya hanya menggunakan sedikit
Koefisien Pengaliran (C) parameter yang berpengaruh terhadap banjir.
Koefisien aliran permukaan (C) didefinisi- (Nugroho, 2011).
kan sebagai laju puncak aliran permukaan Untuk menentukan hubungan antara curah
terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang hujan dan debit banjir, rumus umumnya
mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi adalah:
tanah, tanaman penutup tanah, dan intensitas Qp C R A (37)
hujan (Suripin, 2003).
dengan:
Menurut Suripin (2003), untuk DAS
dengan tata guna lahan yang tidak homogen Qp =debit puncak banjir (m3/det)
nilai debit puncak (Qp) dapat dihitung C = koefisien aliran
sebagai berikut : = koefisien reduksi
Qp 0, 278I CiAi (34) R = hujan maksimum setempat dalam
sehari (point rainfall) (m3/detik/km2)
Intensitas Curah hujan (I) A = luas daerah aliran sungai (km2)
Intensitas hujan adalah kedalaman air
hujan atau tinggi air hujan per satuan waktu. Metode Melchior
Apabila data hujan jangka pendek tidak 1970 (38)
F 3960 1720
tersedia, yang ada hanya data hujan harian, 0,12
maka intensitas hujan dapat dihitung dengan dengan:
rumus Mononobe. Dengan persamaan sebagai F = luas elips yang mengelilingi daerah
berikut: aliran sungai dengan sumbu panjang
R24 24
2/3 tidak lebih dari 1,5 kali sumbu
I . (35) pendek (km2)
24 tc
dengan: Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :
10 L (39)
I = Intensitas hujan (mm/jam) tc
R24= hujan sehari / curah hujan 36v
maksimum dalam 24 jam (mm) v 1,31(Q s 2 )0,2 (40)
tc = lamanya hujan / waktu konsentrasi
(jam) Metode Weduwen
Koefisien aliran
Waktu Konsentrasi (tc) C 1
4,1 (41)
Waktu konsentrasi tc (time of R7
concentration) adalah waktu perjalanan yang Koefisien reduksi

6
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

tc 1 - Kecamatan Modoingding, Kecamatan


120 A
tc 9 (42) Belang, serta Kabupaten Bolaang
120 A Mongondow di sebelah selatan.
Curah hujan maksimum - Kecamatan Tenga, dan Kecamatan
67, 65 (43)
R Sinonsayang di sebelah barat.
tc 1, 45
- Kecamatan Ratahan, Kecamatan
Waktu konsentrasi Langowan Barat, Kecamatan Tompaso,
L (44)
tc 0,125 0,25
Kecamatan Kawangkoan, dan Kecamatan
8Q s Tareran di sebelah timur.
- Kecamatan Tumpaan, Kecamatan Tareran,
Metode Haspers dan teluk Amurang di sebelah utara.
Koefisien aliran
1 0, 012 A0,7 (45) Analisis Data
C
1 0, 075 A0,7 Analisis permasalahan yang terjadi serta
Waktu konsentrasi alternatif penanggulangannya.
tc 0,1 L0,8 s 0,3 (46) Setelah dilakukan pengamatan di
Koefisien reduksi lapangan dan mendapati permasalahan-
permasalahan apa yang menyebabkan
1 tc (3, 7 100,4 tc ) A0,75 (47)
1 permasalahan-permasalahan itu ada, maka
(tc 2 15) 12
kita dapat menetapkan alternatif-alternatif
Curah hujan maksimum apa saja yang dapat kita ambil untuk
Untuk besarnya hujan terpusat maksimum menanggulangi permalahan yang terjadi di
(point rainfall), Haspers mendapatkan daerah penelitian.
rumus: Analisis dan Pembahasan
2 jam < tc < 19 jam, maka: 1. Analisis curah hujan
tc R24 Analisis ini dilakukan untuk mendapat-
Rt (48)
tc 1 kan curah hujan rencana
2. Analisis debit banjir
Analisis ini dilakukan untuk mendapat-
METODOLOGI PENELITIAN kan debit banjir rencana dengan
berbagai periode kala ulang.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sungai Ranoyapo yang menjadi lokasi dari Bagan Alir Penelitian
penelitian ini terletak di Kabupaten Minahasa
Selatan Provinsi Sulawesi Utara dengan
Ibukota adalah Amurang yang berjarak
sekitar 64 km dari Manado sebagai Ibukota
Provinsi Sulawesi Utara.
Luas DAS Ranoyapo sekitar 770,888 km2,
dengan muara sungai terletak di Teluk
Amurang. Sungai Ranoyapo merupakan
sungai terpanjang di Wilayah Minahasa,
dengan panjang kurang lebih 54 km, dan
mempunyai cukup banyak anak sungai.
Daerah aliran sungai Ranoyapo meliputi 6
(enam) kecamatan, yaitu :
- Kecamatan Tompaso Baru
- Kecamatan Ranoyapo
- Kecamatan Tombasian
- Kecamatan Touluaan
- Kecamatan Tombatu
Keenam kecamatan yang terkait dengan
sungai Ranoyapo ini berada diantara 0o50-
1o15 Lintang Utara dan 124o25-124o45
Bujur Timur, dan berbatasan dengan:

7
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis untuk Stasiun Pinaling


tidak terdapat data outlier tinggi maupun
Analisis Curah Hujan Rencana rendah, untuk Stasiun Tompaso Baru tidak
Data curah hujan harian maksimum yang terdapat data outlier tinggi maupun rendah,
digunakan dalam analisis ini bersumber dari dan untuk Stasiun Tombatu tidak terdapat
periode pencatatan 1992 / 2011 Dipilih pos data outlier tinggi tetapi terdapat data outlier
hujan yang berada di sekitar DAS Ranoyapo, rendah. Setelah pengujian beberapa kali
yaitu Stasiun Pinaling, Stasiun Tompaso dikoreksi data curah hujan untuk tahun 1994
Baru, Stasiun Tombatu. dan 1997 = 155,013 mm

Tabel 3. Curah Hujan Harian Maksimum Curah Hujan Rata-Rata


Data Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
Sta.
Curah hujan rata-rata adalah data
No Tahun Sta.
Sta. Pinaling Tompaso
Tombatu
kedalaman hujan dari satu atau banyak stasiun
Baru
1 1992 123,90 301 378
pengukuran hujan yang dirata-ratakan dengan
2 1993 73,20 233 245 menggunakan beberapa metode yang
3 1994 102,30 353 148
4 1995 78,30 212,31 293
dianggap mewakili.
5 1996 123,90 295 304 Untuk mendapatkan curah hujan rata-rata
6 1997 117,60 107,68 101,71
7 1998 129,90 566 343
digunakan beberapa metode, dalam penelitian
8 1999 127,80 481 533 ini digunakan metode Poligon Thiessen
9 2000 185,30 592 393
10 2001 99,50 887 308
karena memberikan koreksi terhadap
11 2002 85,1 49 474 kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah
12 2003 63,20 72 435
13 2004 79,1 117 381
yang mewakili.
14 2005 64,3 77 412 Dari hasil analisis peta Topografi dengan
15 2006 48,2 95,1 499 skala 1 : 200.000 diperoleh:
16 2007 48,6 70,4 480
17 2008 43,2 72,8 391 A1 = Luas daerah yang mewakili Stasiun
18 2009 59,9 131,5 393,1 Pinaling = 87,756 km2
19 2010 49,1 267,94 399,7
20 2011 119 96 523 A2 = Luas daerah yang mewakili Stasiun
Sumber : BMKG Kayuwatu Tompaso Baru = 377,832 km2
A3 = Luas daerah yang mewakili Stasiun
Tabel 4. Curah Hujan Harian Maksimum
Terkoreksi Tombatu = 305,3 km2
Data Curah Hujan harian Maksimum
(mm) Tabel 5. Curah Hujan Rata-Rata Dengan Cara
No Tahun Sta. Poligon Thiessen
Sta. Sta.
Tompaso Data Curah Hujan harian Curah
Pinaling Tombatu
Baru Maksimum (mm) Hujan
1 1992 123,90 301 378 No Tahun
Sta.
Sta.
Sta.
Rata-
2 1993 73,20 233 245 Tompaso rata
Pinaling Tombatu
Baru (mm)
3 1994 102,30 353 155,013
4 1995 78,30 212,31 293 1 1992 123,90 301,00 378,00 311,334
5 1996 123,90 295 304 2 1993 73,20 233,00 245,00 219,561
6 1997 117,60 107,68 155,013 3 1994 102,30 353,00 155,01 246,051
7 1998 129,90 566 343 4 1995 212,31 293,00 229,011
78,30
8 1999 127,80 481 533
5 1996 123,90 295,00 304,00 279,087
9 2000 185,30 592 393
10 2001 99,50 887 308 6 1997 117,60 107,68 155,01 127,556
11 2002 85,1 49 474 7 1998 129,90 566,00 343,00 428,039
12 2003 63,20 72 435 8 1999 481,00 533,00 461,386
127,80
13 2004 79,1 117 381
9 2000 185,30 592,00 393,00 466,891
14 2005 64,3 77 412
15 2006 48,2 95,1 499 10 2001 99,50 887,00 308,00 568,048
16 2007 48,6 70,4 480 11 2002 85,10 49,00 474,00 221,425
17 2008 43,2 72,8 391 12 2003 63,20 72,00 435,00 214,760
18 2009 59,9 131,5 393,1 13 2004 117,00 381,00 217,239
79,10
19 2010 49,1 267,94 399,7
14 2005 64,30 77,00 412,00 208,227
20 2011 119 96 523
15 2006 48,20 95,10 499,00 249,720
16 2007 48,60 70,40 480,00 230,135
Uji Data Outlier
17 2008 43,20 72,80 391,00 195,449
Pengujian data outlier dimaksudkan untuk 18 2009 131,50 393,10 226,952
59,90
menganalisis data curah hujan jika ada data 19 2010 267,94 399,70 295,208
49,10
yang outlier. 20 2011 119,00 96,00 523,00 267,726

8
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

Analisis Distribusi Probabilitas Curah 0,005 dengn n = 20 karena jumlah data yang
Hujan ada sebanyak 20 tahun. Dengan menggunakan
Ada beberapa metode distribusi probabi- Tabel Smirnov Kolmogorof: Nilai kritis (cr)
litas yang dapat digunakan untuk menghitung maka diperoleh D=0,294.
hujan rencana atau debit rencana, seperti
Gumbel, Normal, Log Normal, Log Pearson Tabel 7. Uji Kecocokan Distribusi Data Terhadap
Tipe III. Dalam penentuan jenis distribusi Distribusi Teoritis
Selisih Syarat
Tipe
yang sesuai dengan data, maka harus Sebaran
Peluang
(Dmax)
Smirnov-
Kolmogorov
Ket
Curah Hujan
dilakukan pengujian dengan menggunakan Harian
Gumbel
Normal
0,1571
0,1914
D 0,294
D 0,294
memenuhi
memenuhi
Maksimum
parameter statistik. Tahunan Log-
Normal
0,1314 D 0,294 memenuhi

Tinjauan berdasarkan statistik pada 3 Log-


Pearson III
0,1271 D 0,294 memenuhi

(tiga) tipe distribusi (Normal, log Normal,


dan Gumbel) dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 8. Hujan Rencana Berdasarkan Metode Log
berikut ini. Pearson III dengan berbagai Periode Ulang
T (Tahun) XTR (mm)
Tabel 6. Tinjauan Kesesuaian Tipe Distribusi 1 134,1843
Berdasarkan Parameter Statistik 2 257,5049
Parameter 5 353,6633
Tipe Statistik
No Syarat Parameter Statistik Keterangan
Distribusi Data 10 425,4113
Pengamatan

Cs 0 Cs 1,342
50 608,0358
Tidak
1 Normal
Ck 3 Ck 4,488 memenuhi 100 696,8236
3
Cs = Cv + 3Cv = 1,264 Cs 1,342
Log Tidak
2 Ck = Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3 =
Normal Ck 4,488 memenuhi
5,835
Cs 1,139 Cs 1,342
HSS GAMA I
Tidak
3 Gumbel
Ck 5,4 Ck 4,488 memenuhi Untuk menghitung debit banjir rencana
Catatan: Bila ketiga sebaran di atas tidak memenuhi, dengan menggunakan Hidrograf Satuan
kemungkinan tipe sebaran yang cocok adalah Sintetis (HSS) GAMA I, perlu diketahui
Pearson III atau Log Pearson III
parameter-parameter DAS yang merupakan
Pemilihan tipe distribusi yang sesuai hasil analisis dari peta topografi dengan skala
dengan distribusi data pengamatan dilakukan 1:200.000.
dengan membuat garis kurva frekuensi
berdasarkan persamaan matematis masing- Tabel 9. Parameter DAS Ranoyapo
masing tipe distribusi. Hasil yang diharapkan No Parameter Notasi Nilai Satuan

adalah terbentuknya kurva frekuensi 1. Luas DAS A 770,888 Km2


Luas DAS sebelah hulu
berdasarkan referensi titik-titik nilai teoritis 2.
titik berat
AU 359,272 Km2
dengan menggunakan persamaan matematis 3. Panjang sungai utama L 54 Km
kurva frekuensi tipe-tipe distribusi yang dapat 4. Lebar bawah DAS WL 19,4 Km
mewakili distribusi data pengamatan 5. Lebar atas DAS WU 16 Km
berdasarkan hasil uji kecocokan. 6. Elevasi hulu - 1300 m
7. Elevasi hilir - 100 m
8. Kemiringan sungai S 0,0396 -
Uji kecocokan (the goodness of fit test) 9. Panjang sungai pangsa I L1 750,93 Km
Penentuan tipe distribusi yang paling Panjang sungai semua
10. LN 1.301,58 Km
sesuai dilakukan berdasarkan hasil uji tingkat

kecocokan. Dalam penelitian ini, metode 11. Pertemuan sungai JN 612 -


12. Jumlah sungai pangsa I P1 703 -
yang digunakan adalah metode Smirnov-
Jumlah sungai semua
Kolmogorov. 13.
tingkat
PN 1341 -

Pengujian Smirnov-Kolmogorov dilaku-


kan dengan melihat penyimpangan peluang TR (waktu naik) = 2,04 jam
terbesar antara data pengamatan dengan data TB (waktu dasar) = 21,379 jam
teoritis. Perhitungan selisih dilakukan secara Qp (debit puncak) = 31,811 m3/det
grafis untuk tiap tipe distribusi. Dengan K (koef tampungan) = 5,501
selisih tersebut dapat mewakili distribusi data QB (aliran dasar) = 56,451 m3/det
pengamatan berdasarkan syarat-syarat Uji
Qt (hidrograf debit) = 18,440 m3det
Smirnov-Kolmogorov.
Dalam analisis ini, diambil derajat
kepercayaan sebesar 5% atau sama dengan

9
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

HSS LIMANTARA
50
45 Untuk menghitung debit banjir rencana
40 Qt
dengan menggunakan Hidrograf Satuan
Debit m3/d)
35 terkoreksi
30 Sintetis (HSS) LIMANTARA, perlu diketahui
25
20
Qt awal
juga parameter-parameter DAS yang
15
10
merupakan hasil analisis dari peta topografi
5 dengan skala 1:200.000.
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121314151617181920212223
Qp (debit puncak) = 19,060 m3/det
t (jam)
Qn (kurva naik) = 19,060 [(t/4,945)]1.107
Qt (kurva turun) = 19,060*10 0.175 (4,945 - t)
Gambar 5. HSS Gama 1 DAS Ranoyapo
12000
Hujan Jam-jaman Periode
10000 1,0101
Merubah hujan harian menjadi hujan jam- tahun
Periode
jaman. Dengan menganggap distribusi hujan 8000

Q (m3/det)
2 tahun
jam-jaman diambil dari hasil kajian yang 6000
Periode
telah dilakukan oleh Fakultas Teknik 4000
5 tahun

Universitas Gadjah Mada pada tahun 1986, Periode


2000
yaitu hujan terjadi dalam 4 jam. 10 tahun
0
0 10 20 30
Tabel 10. Hujan Efektif untuk Curah Hujan dalam Periode Ulang (tahun)
berbagai Periode Ulang Gambar 7. Hidrograf Debit Banjir Rencana HSS
Kala Hujan Efektif Limantara dengan Berbagai Periode Ulang

Ulang Jam Jam Jam Jam
(mm)
(Tr) ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
Tabel 12. Debit Banjir Rencana HSS Limantara
1 8,991 7,782 61,456 15,162 13,820
Untuk Berbagai Periode Ulang
2 8,991 23,197 126,199 37,360 34,785 Periode Ulang Debit Banjir Rencana
5 8,991 35,217 176,682 54,668 51,132 (Tr) (m3/det)
1 1612,943
10 8,991 44,185 214,350 67,583 63,329
2 3595,017
50 8,991 67,013 310,228 100,455 94,375 5 5140,527
100 8,991 78,112 356,841 116,437 109,469 10 6293,699
50 9228,939
100 10655,99

30000 Analisis Debit Banjir Rencana


25000 Period
Menggunakan Metode Analisis Frekuensi
e Data debit sungai maksimum yang
20000 1,0101
digunakan dalam analisis ini dari periode
Q (m3/det)

tahun
15000 Period
e2
pencatatan tahun 2003 2012.
tahun
10000
Tabel 13. Data Debit Maksimum
Period
5000 e5 Data Debit
No Tahun
tahun
(m3/det)
0
0 10 20 30 1 2003 212,77
Periode Ulang (tahun) 2 2004 338,825
3 2005 120,586
Gambar 6. Hidrograf Debit Banjir Rencana HSS
4 2006 126,942
Gama I dengan berbagai periode ulang 5 2007 103,023
6 2008 129,252
Tabel 11. Debit Banjir Rencana HSS Gama I 7 2009 267,26
untuk Berbagai Periode Ulang 8 2010 205,534
Periode Ulang Debit Banjir Rencana 9 2011 138,72
(Tr) (m3/det)
1 3905,745
10 2012 69,671
Sumber : BWS Sulawesi I
2 8550,871
5 12172,877
10 14875,416 Data debit langsung, tidak terdapat data
50 21754,350 outlier tinggi maupun outlier rendah.
100 25098,731

10
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

Analisis Distribusi Probabilitas Debit Tabel 18. Debit Banjir Rencana Metode Rasional
Rencana Berdasarkan Periode Ulang
Ada beberapa metode distribusi probabi- Periode Ulang (Tr) Debit Puncak (m3/detik)
1 1375,508
litas yang dapat digunakan untuk menghitung
2 2639,652
hujan rencana atau debit rencana, seperti
5 3625,359
Gumbel, Normal, Log Normal, Log Pearson
10 4360,840
Tipe III. Dalam penentuan jenis distribusi 50 6232,901
yang sesuai dengan data, maka harus 100 7143,055
dilakukan pengujian dengan menggunakan
parameter statistik. Metode Melchior
Tabel 14. Tinjauan Kesesuaian Tipe Distribusi Tabel 19. Debit Banjir Rencana Metode Melchior
Berdasarkan Parameter Statistik Berdasarkan Periode Ulang
Parameter
N Tipe Statistik Periode Ulang (Tr) Debit Puncak (m3/detik)
Syarat Parameter Statistik Ket.
o Distribusi Data
Pengamatan 1 649,238
Cs 0 Cs 0,962
1 Normal
Tidak 2 1245,912
Ck 3 Ck 4,196 memenuhi
3
Cs = Cv + 3Cv = 1,264 Cs 1,576 5 1711,164
2 Log Normal Ck = Tidak 10 2058,310
Cv +6Cv +15Cv4+16Cv2+3 =
8 6
Ck 4,196 memenuhi
7,721 50 2941,920
3 Gumbel
Cs 1,139 Cs 0,962 Tidak 100 3371,511
Ck 5,4 Ck 4,196 memenuhi

Catatan: Bila ketiga sebaran di atas tidak memenuhi,


kemungkinan tipe sebaran yang cocok adalah Metode Weduwen
Pearson III atau Log Pearson III
Tabel 20. Debit Banjir Rencana Metode Weduwen
Tabel 15. Uji Kecocokan Distribusi Data Berdasarkan Periode Ulang
Terhadap Distribusi Teoritis Periode Ulang (Tr) Debit Puncak (m3/detik)
Selisih
Syarat Smirnov-
1 779,433
Tipe Sebaran Peluang Ket.
Kolmogorov
(Dmax) 2 1495,762
Gumbel 0,1455 D 0,409 memenuhi 5 2054,315
Curah Hujan
10 2471,075
Harian Normal 0,2055 D 0,409 memenuhi
Maksimum
Tahunan 50 3531,882
Log-
0,1455 D 0,409 memenuhi
100 4047,621
Normal
Log-
Pearson 0,1355 D 0,409 memenuhi
III Metode Haspers

Tabel 21. Debit Banjir Rencana Metode Haspers


Tabel 16. Debit Rencana Berdasarkan Metode Log Berdasarkan Periode Ulang
Pearson III dengan berbagai Periode Ulang Debit Puncak
T (Tahun) XTR (mm) Periode Ulang (Tr)
(m3/detik)
1 84,5546 1 786,625
2 153,0285 2 1509,563
5 230,0622 5 2073,270
10 276,3266 10 2493,876
50 424,8026 50 3564,471
100 489,7453 100 4084,969

Pembahasan
Metode Rasional Dalam menganalisis debit banjir sungai
Ranoyapo, metode yang digunakan adalah
Tabel 17. Intensitas Curah Hujan Berdasarkan metode HSS Gama I, HSS Limantara, dan
Periode Kala Ulang
Analisis Frekuensi Debit. Perhitungan juga
Periode Ulang (Tr) Intensitas (mm/jam)
1
dilakukan dengan beberapa empiris yaitu
15,9942
2
Metode Rasional, Metode Melchior, Metode
30,6936
5 42,1553
Weduwen, dan Metode Haspers. Terlebih
10 50,7074 dahulu, untuk mendapatkan curah hujan
50 72,4755 rencana dilakukan perhitungan dalam
100 83,0587 menentukan jenis sebaran data dengan
menggunakan parameter statistik.

11
Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (1-12) ISSN: 2337-6732

Tabel 22. Debit Banjir Rencana Untuk Setiap Metode Dengan Berbagai Kala Ulang
Periode HSS Metode Empiris
Analisis
Ulang Metode Metode Metode Metode
Gama I Limantara Frekuensi
(Tr) Rasional Melchior Weduwen Haspers
1 3.905,744 1.612,943 84,5546 1.375,508 649,238 779,433 786,625
2 8.550,871 3.595,017 153,0285 2.639,652 1.245,912 1.495,762 1.509,563
5 12.172,877 5.140,527 230,0622 3.625,359 1.711,164 2.054,315 2.073,270
10 14.875,416 6.293,699 276,3266 4.360,840 2.058,310 2.471,075 2.493,876
50 21.754,350 9.228,939 424,8026 6.232,901 2.941,920 3.531,882 3.564,471
100 25.098,731 10.655,99 489,7453 7.143,055 3.371,511 4.047,621 4.084,969

Tabel 23. Sensitivitas Parameter DAS Ranoyapo


PARAMETER
DAS Sungai Hujan
TEORI Pangsa Sungai Curah
Tutup-
W W hujan
A AU an L s L L J Reff I
L U P1 PN ren-
Lahan 1 N N cana
HSS Gama I
HSS Limantara
Metode Rasional
Metode Melchior
Metode Weduwen
Metode Haspers
Analisis Frekuensi Menggunakan data debit langsung (tidak menggunakan parameter DAS)

Dengan melihat tabel diatas maka dapat antara curah hujan maksimum dan debit
disimpulkan bahwa jumlah parameter yang langsung maksimum, adalah beberapa faktor
digunakan untuk menghitung debit banjir yang mempengaruhi metode-metode yang
rencana mempengaruhi nilai debit yang akan menggunakan curah hujan rencana sehingga
diperoleh. Jenis-jenis parameter yang hasilnya lebih besar dari analisis frekuensi
digunakan dalam setiap metode berpengaruh data debit langsung.
pada hasil dari nilai debit yang didapat,
karena memiliki sensitivitas terhadap setiap
rumus yang digunakan. PENUTUP
Analisis debit banjir rencana dengan
menggunakan analisis frekuensi dari data Berdasarkan analisis perhitungan maka
debit langsung, memberikan hasil yang paling dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai
kecil dibandingkan metode-metode yang lain. debit banjir rencana Limantara yang lebih
Faktor luas pengaruh stasiun untuk mendekati perolehan debit banjir rencana dari
menentukan curah hujan rata-rata, penentuan analisis frekuensi dibandingkan dengan HSS
hujan jam-jaman, penentuan koefisien Gama I.
pengaliran, perbedaan pengambilan data

DAFTAR PUSTAKA

Limantara, Montarcih., 2010. Hidrologi Praktis, CV. Lubuk Agung, Bandung.


Sri Harto, 1993. Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suripin, 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., 2008. Hidrologi Terapan, Betta Offset, Yogyakarta
. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kayuwatu.
. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano.
. Balai Wilayah Sungai Sulawesi Utara I.

12

Anda mungkin juga menyukai