Anda di halaman 1dari 5

Laboratorium/ SMF

Telinga, Hidung, Tenggorokan

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Disusun oleh :

Fanytha Libra Karmila

Pembimbing

dr. Soehartono, Sp. THT-KL


Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/Laboratorium Telinga, Hidung dan Tenggorokan

Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

2017

1. Pemeriksaan batas atas - batas bawah (garis pendengaran)

Teknik pemeriksaan

Garpu tala dibunyikan dengan lunak sedemikian rupa sehingga hanya dapat
didengar oleh telinga normal (dengan cara menyentuh pada ujungnya) lalu
pangkalnya dipegang dimuka meatus austicus externus (MAE) dengan posisi kedua
kaki sejajar pada garis lurus yang menghubungkan MAE kanan dan kiri.

Semua garpu tala dibunyikan dari frekuensi rendah sampai tinggi (16Hz-4096Hz)
dan dicatat apa dapat didengar (frekuensi rendah 16-32Hz sebenarnya tidak didengar
tapi dirasakan vibrasinya) frekuensi yang dapat didengar 128Hz.

Interpretasi

- dikatakan batas bawah naik kalau nada-nada rendah tak dapat didengar terjadi pada
tuli konduksi

- dikatakan batas atas turun kalau nada-nada tinggi tidak dapat didengar terjadi pada
tuli persepsi

2. Pemilihan penala
Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000Hz. Oleh karena itu untuk
pemeriksaan pendengaran dipakai garpu tala 512, 1024, dan 2048Hz. Bila tidak
mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512Hz karena penggunaan
garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya.

3. Pemilihan antibiotik pada Otitis media supurativa kronik

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif,
dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin
dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram
negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena
meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan
beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif. Seperti
aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram
negatif. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.
Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan
hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes
mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila
diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negatif kecuali
Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya.
Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida
akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah10 :
A. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.
Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B.
fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
B. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik
terhadap ginjal dan telinga.
C. Kloramfenikol.
Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus, Stafilokokus group A,E.
Koli, Proteus sp,Proteus mirabilis, Klebsiella, Enterobakter, Pseudomonas. Dari
penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan
ofloksasin gol. Kuinolon ) dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan
tidak ada perbaikan 4,53%. Antibiotika topikal yang sering digunakan pada
pengobatan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah :

Gambar 1. Antibiotik Topikal

Referensi
1. Diktat Telinga Laboratorium Ilmu Kesehatan THT
2. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan
Telinga. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher
edisi 6. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
3. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). 2014. Cermin Dunia
Kedokteran 163/vol.35 no.4/ JuliAgustus 2014
4. Dewi, Nungki & Devira, Zahara. 2013. Gambaran Pasien Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan. E-Journal FK USU Vol 1; 1.

Anda mungkin juga menyukai