• Bangkitan atonik
Tiba-tiba kehilangan tonus otot postural sehingga seringkali jatuh tiba-tiba.
Sering terjadi pada anak-anak.
• Bangkitan parsial/fokal
• Bangkitan parsial sederhana
Dapat menyebabkan gejala-gejala motorik, sensorik, otonom dan psikis
tergantung korteks serebri yang teraktivasi, namun kesadaran tidak
terganggu; penyebaran cetusan listrik abnormal minimal, penderita masih
sadar.
• Bangkitan parsial kompleks (epilepsi lobus temporalis)
Cirinya ada tanda peringatan/”aura” yang disertai oleh perubahan kesadaran;
diikuti oleh “automatisme”, yakni gerakan otomatis yang tidak disadari
seperti menjilat bibir, menelan, menggaruk, berjalan, yang biasanya
berlangsung selama 30-120 detik. Kemudian, biasanya pasien kembali normal
yang disertai kelelahan selama beberapa jam.
• Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
Biasanya terjadi pada bangkitan parsial sederhana
• Bangkitan lainnya
• Kejang demam
• Status epilepticus
diagnosis
Ada tiga langkah dalammenegakkan diagnosis epilepsi, yaitu sebagai
berikut:
• 1. Langkah pertama: pastikan adanya bangkitan epileptic
• 2. Langkah kedua: tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi
ILAE 1981
• 3. Langkah ketiga: tentukan sindroma epilepsi berdasarkan klasifikasi
ILAE 1989
Pemeriksaan Penunjang:
• EEG
• Laboratorium: (atas indikasi)
• Untuk penapisan dini metabolik Perlu selalu diperiksa:
• Kadar glukosa darah
• Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
• Atas indikasi
• Penapisan dini racun/toksik
• Pemeriksaan serologis
• Kadar vitamin dan nutrient lainnya
• Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
• Asam Amino
• Asam Organik
• NH3
• Enzim Lysosomal
• Serum laktat
• Serum piruvat
• Pada kecurigaan infeksi SSP akut
• Lumbal Pungsi
Radiologi
• 1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
• 2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
• 3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan
utama untuk epilepsi
• 4. Functional Magnetic Resonance Imaging
• 5. Positron Emission Tomography (PET)
• 6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Diagnosis banding
• Bangkitan Psychogenik
• Gerak lnvolunter (Tics, headnodding, paroxysmalchoreoathethosisl dystonia,
benign sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll.)
• Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi,
attention deficit)
• Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
• Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma
psikotik
• akut)
• Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
• Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells,
cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
Penatalaksanaan (Non Farmakologi)
Saat terjadi bangkitan :
• Letakan penderita di tempat teduh dan aman, untuk mencegah
kecelakaan.
• Jangan mencoba mengambil sesuatu dari mulut / membukanya
kecuali mencegah lidah tergigit.
• Kendorkan ikat pinggang atau ikat leher (dasi)
• Jangan mencoba menahan gerak / konvulsi, dapat meninbulkan
luksasio / fraktur.
• Setelah bangkitan berhenti (bila mungkin dihentikan dengan anti
konvulsi, letakan pada posisi koma (semi frone / three-quarterprone
position)
• Awasi terus dan bebaskan jalan nafas sampai penderita sadar kembali.
• Jangan cepat-cepat dibawa kerumah sakit, kecuali bila serangan berkepanjangan,
terjadi kecelakaan atau anoreksia.
• Segera setelah fase iktal, penderita merasa bingung, perlu bantuan untuk
memuluhkan kepercayaan diri dan simpati tanpa kegaduhan
• Jangan tergesa memberikan minum setelah bangkitan, apalagi obat anti epilepsi
(OAE)
Penatalaksanaan (Farmakologis)
Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama.
Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul Antikonvulsan Utama
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk
bangkitan dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan
kemudahan pemakaiannya.
• Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
• Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
• Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
• Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
OAE
Levetirasetam ++ ++ ++ ++
Analog pirasetam, Somnolen, astenia, pusing, Indikasi : Rp. 120.000/ 30
mekanisme kerja belum mual, nyeri kepala, agitasi, Bangkitan parsial, dan tab (250 mg)
jelas, pada otak tikus obat ansietas, trombositopenia, bangkitan tonik-klonik umum
ini terikat pada protein leukopenia sekunder Rp. 140.000/ 20
vesikel sinaps SVZA tab (500 mg)
Absorpsi lengkap
Topiramat +++ ++ +++ +
Blok kanal Na, inhibisi Batu ginjal, hyperhidrosis, Indikasi : Rp.375.400/ 60
efek GABA gangguan, fungsi hati, Terapi tambahan untuk tab (15 mg)
Absorpsi 2 jam, waktu teratogenic, pusing, ataksia, dewasa dan anak usia lebih
paruh 20 – 30 jam nyeri kepala, kelelahan, dari 2 tahun dengan onset
mual, penurunan berat kejang parsial atau epilepsy
badan, paresthesia, primer, monoterapi pada
glaukoma pasien yang baru didagnsa
epilepsy atau sebagai
konversi ke monoterapi
pada pasien epilepsy, terapi
tambahan pada LGS
KI: -
• Berdasarkan table diatas, obat yang dipilih untuk pasien Ny.T yaitu asam
valproate karena memiliki efikasi lebih baik dibandingkan karbamazepin
dan lamotrigine, efek samping yang lebih minimal dibandingkan
karbamazepin dan lamotrigine, indikasi yang tepat sesuai kasus, dan pasien
tidak memilik kondisi yang di kontraindikasikan terhadap asam valproate
(gangguan fumgsi hati dan penyakit hati), dan harga yang terjangkau. Obat
ini merupakan terapi lini pertama dalam pengobatan epilepsi umum tipe
tonik-klonik (grand mal).
Melakukan Terapi
• Dosis asam valproate ada orang dewasa 5 – 15 mg/KgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. BSO tablet 150 mg dan 250 mg
• Dosis Asam Valproat = 5 – 15 mg/KgBB/hari, BB : 55 Kg
= (5 – 15) x 55
= 275 – 825 Mg/hari
= 91,67 – 275 mg/dosis
= 150 mg/dosis (sediaan asam valproate)
Penulisan Resep
S. 3 dd tab I
Pro : Ny. T
Usia: 29 tahun (55 Kg)
Alamat : Jl. X No. C
Informasi Terapi
• Informasi Penyakit
Epilepsi merupakan gangguan pada gelombang saraf di otak. Epilepsi tidak menular, bukan merupakan kelainan genetic,
dapat terjadi pada siapa saja, dapat diobati dan kendalikan.
Epilepsi terbagi atas beberapa jenis, pada pasien ini merupakan epilepsi umum tonik-klonik (grand mal) dimana pasien
akan mengalami kejang yang bersifat kaku sebelum akhirnya mengalami kejang klonik yang melibatkan gerakan kelonjotan
seluruh tubuh.
• Informasi Tujuan Terapi
Memberikan informasi mengenai tujuan terapi yaitu untuk mencegah kekambuhan kejang dengan mengupayakan efek
samping seminimal mungkin.
• Informasi Terapi Farmakologis
Memberikan penjelasan mengenai pengobatan pasien. Obat yang diberikan merupakan pengobatan monoterapi yaitu
asam valproat yang berguna untuk mencegah terjadinya kejang berulang pada pasien. Obat ini diberikan dalam bentuk
tablet dengan kandungan 150 mg diminum 3 kali sehari. Obat diminum setiap hari dan tidak boleh mengganti obat tanpa
anjuran dokter.
• Informasi Pemeriksaan Selanjutnya
Pasien diminta untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian untuk memantau keberhasilan terapi serta efek samping. Pasien
dan keluarga diberi penjelasan agar tidak mengganti obat atau mengurangi dosis obat tanpa sepengetahuan dokter.
Monitoring dan Evaluasi
• Pasien dinyatakan berhasil menjalani terapi apabila pasien bebas
kejang selama 3 tahun sejak episode kejang terakhir.
• Pada pemeriksaan EEG tidak ditemukan adanya focus epileptic.
• Penghentian terapi dilakukan dengan cara tapering off selama 3
sampai 6 bulan.
TERIMA KASIH