Anda di halaman 1dari 39

definisi

• Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk


menimbulkan bangkitan epileptic yang terus menerus, dengan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan social.
Epilepsi adalah suatu penyakt otak yang ditandai dengan
kondisi/gejala berikut:
• Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan
refleks dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih
dari 24 jam.
• Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan (minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
profokasi/ bangkitan refleks (misalkan bangkitan pertama yang terjadi
1 bulan setelah kejadian stroke, bangkitan pertama pada anak yang
disertai lesi structural dan epileptiform dischargers)
• Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi.
epidemiologi
• Epilepsi mnerupakan salah satu penyakit neurologi tertua, ditemukan
pada semua umur dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas.
Diduga terdapat sekitar 50 juta orang dengan epilepsi didunia.
Populasi epilepsi aktif (penderita dengan bangkitan tidak terkontrol
atau yang memerlukan pengobatan) diperkirakan antara 4 hingga 10
/.1000 penduduk /tahun, dinegara berkembang diperkirakan 6 hingga
10/1000 penduduk
etiologi
• Idiopatik epilepsi: Biasanya berupa epilepsi dengan serangan kejang
umum, penyebab- nya tidak diketahui
• Kriptogenik epilepsi: Dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum
diketahui
• . Kebanyakan lokasi yang berhubungan dengan epilepsi tanpa disertai
lesi yang mendasari atau lesi diotak tidak diketahui
• Simptomatik epilepsi: Pada simptomatik terdapat lesi struktural di
otak yang menda- sari
klasifikasi
• Bangkitan parsial/fokal
• Bangkitan parsial sederhana
• Dengan gejala motorik
• Dengan gejala somatosensorik
• Dengan gejala otonom
• Dengan gejala psikis
• Bangkitan parsial kompleks
• Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran
• Bangkitan yang disertai gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
• Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
• Parsial sederhana yang menjadi umum
• Parsial kompleks menjadi umum
• Parsial sederhana menjadi parsial kompleks, lalu menjadi umum
• Bangkitan umum
• Lena (absence)
• Tipikal lena
• Atipikal lena
• Mioklonik
• Klonik
• Tonik
• Tonik-klonik
• Atonik/astatik
• Bangkitan tak tergolongkan
KLASIFIKASI ILAE 1989 untuk sindroma
epilepsi
• Berkaitan dengan letak fokus
• Idiopatik (primer)
• Epilepsi anak benigna dengan gelombang paku di sentrotemporal (Rolandik benigna)
• Epilepsi pada anak dengan paroksismal oksipital
• Primary reading epilepsy“.
• Simptomatik (sekunder)
• Lobus temporalis
• Lobus frontalis
• Lobus parietalis
• Lobus oksipitalis
• Kronik progesif parsialis kontinua
• Kriptogenik
• Umum
• Idiopatik (primer)
• Kejang neonatus familial benigna
• Kejang neonatus benigna
• Kejang epilepsi mioklonik pada bayi
• Epilepsi absans pada anak
• Epilepsi absans pada remaja
• Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat terjaga.
• Epilepsi tonik klonik dengan serangan acak.
• Kriptogenik atau simptomatik.
• Sindroma West (Spasmus infantil dan hipsaritmia).
• Sindroma Lennox Gastaut.
• Epilepsi mioklonik astatik
• Epilepsi absans mioklonik
• Simptomatik
• Etiologi non spesifik
• Ensefalopati mioklonik neonatal
• Sindrom Ohtahara
• Etiologi / sindrom spesifik.
• Malformasi serebral.
• Gangguan Metabolisme.
Epilepsi dan sindrom yang tak dapat
ditentukan fokal atau umum.
• Serangan umum dan fokal
• Serangan neonatal
• Epilepsi mioklonik berat pada bayi
• Sindroma Taissinare
• Sindroma Landau Kleffner
• Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
• Epilepsi berkaitan dengan situasi
• Kejang demam
• Berkaitan dengan alkohol
• Berkaitan dengan obat-obatan
• Eklampsi.
• Serangan berkaitan dengan pencetus spesifik (reflek epilepsi)
patogenesis
• Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi
pada sinaps.
• Potensial membran neuron bergantung pada permeabilitas selektif membran
neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K+ dari ruang ekstraseluler ke
intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca2+, Na+ dan Cl-, sehingga di dalam sel
terdapat konsentrasi tinggi ion K+ dan konsentrasi rendah ion Ca2+, Na+, dan Cl
• Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang
memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi
yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak
mudah melepaskan listrik.
• Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut
glutamat,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang
terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh
kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang.
• Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah
atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah
dilampaui oleh ion Ca2+ dan Na+ dari ruangan ekstra ke intra seluler.
• Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara
sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi
• Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus melepas muatan.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi
terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang
penting untuk fungsi otak
Manifestasi klinis
• Bangkitan Umum
• Grand mal (Perancis = penyakit besar) atau bangkitan Tonik-klonik
‘generalized’
Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota
badan dan hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Terdiri atas 3
fase; fase tonik, fase klonik dan fase pasca kejang.
• Bangkitan lena (petit mal/absence)
Bangkitan lena terjadi secara mendadak dan juga menghilang secara
mendadak (10-45 detik). Berupa kesadaran menurun sementara, namun
kendali atas postur tubuh masih baik (penderita tidak jatuh); biasanya disertai
automatisme (gerakan-gerakan berulang), keadaan termangu-mangu (pikiran
kosong), mendadak berhenti bergerak.
• Bangkitan lena yang tidak khas (bangkitan lena atipikal)
Manifestasi klinisnya berupa perubahan postural terjadi lebih lambat dan
lebih lama, biasanya disertai retardasi mental.

• Bangkitan mioklonik (bangkitan klonik)


Berupa kontraksi otot sebagian/seluruh tubuh yang terjadi secara cepat dan
mendadak. Bercirikan kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang tak ritmis
dari terutama bahu dan tangan (tidak dari muka).

• Bangkitan atonik
Tiba-tiba kehilangan tonus otot postural sehingga seringkali jatuh tiba-tiba.
Sering terjadi pada anak-anak.
• Bangkitan parsial/fokal
• Bangkitan parsial sederhana
Dapat menyebabkan gejala-gejala motorik, sensorik, otonom dan psikis
tergantung korteks serebri yang teraktivasi, namun kesadaran tidak
terganggu; penyebaran cetusan listrik abnormal minimal, penderita masih
sadar.
• Bangkitan parsial kompleks (epilepsi lobus temporalis)
Cirinya ada tanda peringatan/”aura” yang disertai oleh perubahan kesadaran;
diikuti oleh “automatisme”, yakni gerakan otomatis yang tidak disadari
seperti menjilat bibir, menelan, menggaruk, berjalan, yang biasanya
berlangsung selama 30-120 detik. Kemudian, biasanya pasien kembali normal
yang disertai kelelahan selama beberapa jam.
• Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
Biasanya terjadi pada bangkitan parsial sederhana
• Bangkitan lainnya
• Kejang demam
• Status epilepticus
diagnosis
Ada tiga langkah dalammenegakkan diagnosis epilepsi, yaitu sebagai
berikut:
• 1. Langkah pertama: pastikan adanya bangkitan epileptic
• 2. Langkah kedua: tentukan tipe bangkitan berdasarkan klasifikasi
ILAE 1981
• 3. Langkah ketiga: tentukan sindroma epilepsi berdasarkan klasifikasi
ILAE 1989
Pemeriksaan Penunjang:
• EEG
• Laboratorium: (atas indikasi)
• Untuk penapisan dini metabolik Perlu selalu diperiksa:
• Kadar glukosa darah
• Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
• Atas indikasi
• Penapisan dini racun/toksik
• Pemeriksaan serologis
• Kadar vitamin dan nutrient lainnya
• Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
• Asam Amino
• Asam Organik
• NH3
• Enzim Lysosomal
• Serum laktat
• Serum piruvat
• Pada kecurigaan infeksi SSP akut
• Lumbal Pungsi
Radiologi
• 1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
• 2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
• 3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan
utama untuk epilepsi
• 4. Functional Magnetic Resonance Imaging
• 5. Positron Emission Tomography (PET)
• 6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Diagnosis banding
• Bangkitan Psychogenik
• Gerak lnvolunter (Tics, headnodding, paroxysmalchoreoathethosisl dystonia,
benign sleep myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll.)
• Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi,
attention deficit)
• Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
• Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma
psikotik
• akut)
• Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
• Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells,
cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
Penatalaksanaan (Non Farmakologi)
Saat terjadi bangkitan :
• Letakan penderita di tempat teduh dan aman, untuk mencegah
kecelakaan.
• Jangan mencoba mengambil sesuatu dari mulut / membukanya
kecuali mencegah lidah tergigit.
• Kendorkan ikat pinggang atau ikat leher (dasi)
• Jangan mencoba menahan gerak / konvulsi, dapat meninbulkan
luksasio / fraktur.
• Setelah bangkitan berhenti (bila mungkin dihentikan dengan anti
konvulsi, letakan pada posisi koma (semi frone / three-quarterprone
position)
• Awasi terus dan bebaskan jalan nafas sampai penderita sadar kembali.
• Jangan cepat-cepat dibawa kerumah sakit, kecuali bila serangan berkepanjangan,
terjadi kecelakaan atau anoreksia.
• Segera setelah fase iktal, penderita merasa bingung, perlu bantuan untuk
memuluhkan kepercayaan diri dan simpati tanpa kegaduhan
• Jangan tergesa memberikan minum setelah bangkitan, apalagi obat anti epilepsi
(OAE)
Penatalaksanaan (Farmakologis)
Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan utama.
Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul Antikonvulsan Utama
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk
bangkitan dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan
kemudahan pemakaiannya.
• Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
• Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
• Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
• Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
OAE

Jenis Epilepsi Lini Pertama OAE Tambahan

EPILEPSI TONIK- KARBAMAZEPIN, KLOBAZAM,


KLONIK OKSKARBAZEPIN, LAMOTRIGINE,
LAMOTRIGINE, LEVITERASETAM,
SODIM VALPROATE SODIUM VALPORAT,
TOPIRAMAT
BAB III
Analisis Kasus dan P-Treatment
Kasus
• Ny. T usia 29 tahun (BB = 55 Kg), datang ke Poli Saraf dengan keluhan
kejang. Kejang berulang sejak ± 1 minggu yang lalu. Kejang umum seluruh
tubuh, lama ± 2 menit, frekuensi kejang 1 kali dengan diawali kaku seluruh
tubuh ±30 detik diikuti dengan kelonjotan ±1 menit. Saat kejang pasien
tidak sadar, mata mendelik ke atas,lidah tergigit, mulut berbuih. Saat dan
sesudah kejang pasien tidak sadar.setelah kejang pasien terlihat bingung
dan kelelahan. Riwayat kejang pertama kali ±2 tahun yang lalu, ketika
pasien sedang bekerja.pasien tidak dirawat. Riwayat kejang kedua ± 7
bulan yang lalu. Pasien tidak dirawat, tapi makan obat namun minum obat
tidak teratur. Tidak ada riwayat trauma kepala serta demam tinggi. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70mmHg, N:88x/m, R: 20x/m, SB:
38°C. pemeriksaan neurologi semua dalam batas normal.
Anamnesis
• Keluhan Utama : Kejang seluruh tubuh
• Keluhan Tambahan : Penurunan Kesadaran saat kejang
• Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat kejang 2 kali, yaitu 2 tahun
lalu dan 7 bulan lalu
• Pemriksaan Fisik : Tanda vital dalam batas normal
Tidak didapatkan kelainan neurologis
• Diagnosis : Epilepsi umum tonik-klonik
• Penatalaksanaan : Sesuai P-treatment
P-Treatment
Problem Pasien
• Problem Utama : Epilepsi grand mal
• Problem Tambahan : penurunan kesadaran
• Diagnosis : Epilepsi umum tonik-klonik (grand mal)
Tujuan Pengobatan
• Menghindari terjadinya kekambuhan dengan efek buruk yang minimal
(yang dapat ditoleransi).
• Pemilihan Terapi
• Non Farmakologi
• Menghindari pencetus kejang apabila ada, seperti kelelahan, kurang tidur, hormonal,
stress psikologis, alkohol
• Menghindari tempat dan aktivitas berbahaya
• Selama bangkitan epilepsi :
• Letakan penderita di tempat teduh dan aman, untuk mencegah kecelakaan.
• Jangan mencoba mengambil sesuatu dari mulut / membukanya kecuali mencegah lidah tergigit.
• Kendorkan ikat pinggang atau ikat leher (dasi)
• Jangan mencoba menahan gerak / konvulsi, dapat meninbulkan luksasio / fraktur.
• Setelah bangkitan berhenti (bila mungkin dihentikan dengan anti konvulsi, letakan pada posisi koma
(semi frone / three-quarterprone position)
• Awasi terus dan bebaskan jalan nafas sampai penderita sadar kembali.
• Jangan cepat-cepat dibawa kerumah sakit, kecuali bila serangan berkepanjangan, terjadi kecelakaan atau
anoreksia.
• Segera setelah fase iktal, penderita merasa bingung, perlu bantuan untuk memuluhkan kepercayaan diri
dan simpati tanpa kegaduhan
• Jangan tergesa memberikan minum setelah bangkitan, apalagi obat anti epilepsi (OAE)
FARMAKOLOGI
OAE Efficacy Safety Suitability Cost
LINI PERTAMA
Karbamazepin +++ +++ +++ ++
 Menurunkan influks ion Efek samping : Pusing, Indikasi : Rp. 180.000/ 10
natrium dan kalsium ke vertigo, ataksia, mual, Efektif untuk semua serangan keping, 10 tablet
membran neuron, muntah, reaksi alergi epilepsi parsial dan sangat
mengurangi aktivitas kejang berupa dermatitis, efektif untuk serangan tonik
 A: lengkap dan lambat, leucopenia. klonik
disaluran cerna berikatan Kontraindikasi :
dengan protein 75%. Apabila digunakan bersama
M: di hati. MAO Inhibitor, riwayat
E:urin. mielosupresi, hipersensitif
Waktu paruh 25-65 jam. terhadap antidepresan trisiklik.
Okskarbazepin +++ ++ +++ +
(Gol. Karbamazepin)  Menghambat kanal rasa lelah, kadang Indikasi : Rp. 180.000/
Na yang mengantuk, sel darah epilepsi umum, tonik- 3 keping, 10
mengakibatkan putih berkurang, klonik primer dan tab (300 mg)
influx ion Na ke hiponatremia. Jarang: epilepsi parsial dengan
dalam mebran sel depresi, psikis labil, atau tidak dengan Rp. 300.000/
berkurang dan trombositopenia, generalisasi sekunder. 3 keping, 10
menghambat pansitopenia, sindrom tab (600 mg)
depolarisasi secara Stevens Johnson KI :
terus- menerus Blok AV, gangguan
 fungsi ginjal
Lamotrigin +++ +++ +++ ++
 Inaktivasi kanal Na dan Ca, dan Ruam kulit, sakit kepala, lelah, mual, Indikasi: Rp. 129.144/ 30 tab (50
mencegah pelepasan mengantuk, pusing, insomnia Terapi penunjang dan monoterapi mg)
neurotransmitter glutamate dan epilepsy dengan kejang parsial atau
aspartate kejang umum termasuk tonik-klonik, dan Rp. 235.829/ 3 keping,
 Diabsorbsi sempurna dalam 2,5 jam, kejang yang berhubungan dengan LGS 10 tab (100 mg)
55% terikat protein plasma, waktu
paruh 24 jam KONTRAINDIKASI :
Hamil dan menyusui

+++ ++ +++ +++


 Memblokade kanal natrium dan Mual,muntah dan gangguan pencernaan Indikasi: Rp. 18.310/ 50 tab (150
menyebabkan hiperpolarisasi lain seperti nyeri perut,kantuk,ataksia Efektif terhadap epilepsi tonik klonik mg)
potensial istirahat membran neuron dan tremor, hepatotoksik umum, terutama yang primer. Terapi
akibat peningkatan daya konduksi tambahan pada kejang petit mal Rp. 26. 987/ 50 tab (250
membran untuk kalium. Memiliki sederhana dan kompleks, juga kejang mg)
efek anti konvulsi dengan multipel
Asam valproat
meningkatkan GABA di otak KONTRAINDIKASI :
 Diabsorbsi cepat. Kadar maksimum Gangguan fungsi hati, penyakit hati
dicapai setelah 1-3 jam dengan
waktu paruh 8-10 jam. Metabolisme
di hati. Ekskresi di urin
OAE TAMBAHAN
Klobazam ++ +++ + +++
(Gol. Benzodiazepin)  Bersifat GABA-ergik Reaksi paradoksikal, mulut Indikasi: Tab : 10 mg / 10
(membuka kanal klorida) kering, konstipasi, mual, Terapi adjuvant pada kejang keping, 10 tab
dengan berikatan dengan tremor jari tangan, retensi yang berkaitan dengan (Rp.147.488)
reseptor GABA-A urin, penglihatan kabur, Lennox-Gastaut Syndrome
 Biovailabilitas 90-100%, 87- perubahan libido (LGS) pada pasien usia diatas 2
90% berikatan dengan tahun
protein, waktu paruh 10-30 KI : miastenia gravis
jam

Levetirasetam ++ ++ ++ ++
 Analog pirasetam, Somnolen, astenia, pusing, Indikasi : Rp. 120.000/ 30
mekanisme kerja belum mual, nyeri kepala, agitasi, Bangkitan parsial, dan tab (250 mg)
jelas, pada otak tikus obat ansietas, trombositopenia, bangkitan tonik-klonik umum
ini terikat pada protein leukopenia sekunder Rp. 140.000/ 20
vesikel sinaps SVZA tab (500 mg)
 Absorpsi lengkap
Topiramat +++ ++ +++ +
 Blok kanal Na, inhibisi Batu ginjal, hyperhidrosis, Indikasi : Rp.375.400/ 60
efek GABA gangguan, fungsi hati, Terapi tambahan untuk tab (15 mg)
 Absorpsi 2 jam, waktu teratogenic, pusing, ataksia, dewasa dan anak usia lebih
paruh 20 – 30 jam nyeri kepala, kelelahan, dari 2 tahun dengan onset
mual, penurunan berat kejang parsial atau epilepsy
badan, paresthesia, primer, monoterapi pada
glaukoma pasien yang baru didagnsa
epilepsy atau sebagai
konversi ke monoterapi
pada pasien epilepsy, terapi
tambahan pada LGS

KI: -
• Berdasarkan table diatas, obat yang dipilih untuk pasien Ny.T yaitu asam
valproate karena memiliki efikasi lebih baik dibandingkan karbamazepin
dan lamotrigine, efek samping yang lebih minimal dibandingkan
karbamazepin dan lamotrigine, indikasi yang tepat sesuai kasus, dan pasien
tidak memilik kondisi yang di kontraindikasikan terhadap asam valproate
(gangguan fumgsi hati dan penyakit hati), dan harga yang terjangkau. Obat
ini merupakan terapi lini pertama dalam pengobatan epilepsi umum tipe
tonik-klonik (grand mal).
Melakukan Terapi
• Dosis asam valproate ada orang dewasa 5 – 15 mg/KgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. BSO tablet 150 mg dan 250 mg
• Dosis Asam Valproat = 5 – 15 mg/KgBB/hari, BB : 55 Kg
= (5 – 15) x 55
= 275 – 825 Mg/hari
= 91,67 – 275 mg/dosis
= 150 mg/dosis (sediaan asam valproate)
Penulisan Resep

PRAKTEK DOKTER BERSAMA


dr. Wilanda Espandiarie
SIP : 151002903952
Jl. Pramuka 17 No.32

R / Valproat 150 mg No. XXX

S. 3 dd tab I

Pro : Ny. T
Usia: 29 tahun (55 Kg)
Alamat : Jl. X No. C
Informasi Terapi
• Informasi Penyakit
Epilepsi merupakan gangguan pada gelombang saraf di otak. Epilepsi tidak menular, bukan merupakan kelainan genetic,
dapat terjadi pada siapa saja, dapat diobati dan kendalikan.
Epilepsi terbagi atas beberapa jenis, pada pasien ini merupakan epilepsi umum tonik-klonik (grand mal) dimana pasien
akan mengalami kejang yang bersifat kaku sebelum akhirnya mengalami kejang klonik yang melibatkan gerakan kelonjotan
seluruh tubuh.
• Informasi Tujuan Terapi
Memberikan informasi mengenai tujuan terapi yaitu untuk mencegah kekambuhan kejang dengan mengupayakan efek
samping seminimal mungkin.
• Informasi Terapi Farmakologis
Memberikan penjelasan mengenai pengobatan pasien. Obat yang diberikan merupakan pengobatan monoterapi yaitu
asam valproat yang berguna untuk mencegah terjadinya kejang berulang pada pasien. Obat ini diberikan dalam bentuk
tablet dengan kandungan 150 mg diminum 3 kali sehari. Obat diminum setiap hari dan tidak boleh mengganti obat tanpa
anjuran dokter.
• Informasi Pemeriksaan Selanjutnya
Pasien diminta untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian untuk memantau keberhasilan terapi serta efek samping. Pasien
dan keluarga diberi penjelasan agar tidak mengganti obat atau mengurangi dosis obat tanpa sepengetahuan dokter.
Monitoring dan Evaluasi
• Pasien dinyatakan berhasil menjalani terapi apabila pasien bebas
kejang selama 3 tahun sejak episode kejang terakhir.
• Pada pemeriksaan EEG tidak ditemukan adanya focus epileptic.
• Penghentian terapi dilakukan dengan cara tapering off selama 3
sampai 6 bulan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai