Anda di halaman 1dari 5

TARI DARI SUMATERA

1. Tari Piring

2. Tari Payung 4. Tari Lilin

5. Tari Pasambahan Minang


3. Tari Indang

TARI LILIN

KEUNIKAN
Tari Lilin dapat dipandang sebagai lambang, jika dilihat melalui gerak, pola lantai tari Lilin ,
dan kostum mengandung arti simbol-simbol tertentu yang menyimpan nilai-nilai masa lalu
(Primodial) Hindu.
GERAKAN
Pada setiap gerakan penari yang membawa sebuah lilin, penari akan menarikan tarian secara
kelompok dan bersamaan dengan memusingkan piring yang terdapat lilin secara berhati-hati
agar piring tersebut tidak terjatuh dan agar lilin tidak padam.
Gerakan badan yang meliuk, membongkok, dan gerakan berdoa merupakan keunikan gerakan
yang terdapat pada tarian lilin. Dari gerakan-gerakan ini lah menciptakan gerakan-gerakan
yang sangat indah pada tari lilin.

BUSANA
Tata busana merupakan sarana penunjang dan menambah nilai estetika pada sebuah tarian.
Tari lilin juga mempunyai kostum yang digunakan dalam menari. Jadi tidak sembarang
kostum yang digunakan oleh penari.
Kostum yang digunakan adalah pakaian gede atau hiasan gede, yaitu pakaian khas
Palembang yang biasanya digunakan oleh pengantin wanita di Palembang. Hiasa gede
digunakan oleh penari utama.
Sedangkan penari lainnya menggunakan hiasan dodot atau selendang mantri. Makna kostum
ini adalah lebih menekankan kepada kejayaan Hindu Budha, yaitu pada zaman kerajaan
Sriwijaya.
Pada saat itu kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kebudayaan China, terutama pada hiasan
kepala, dada, dan tangan.

PROPERTI
Sebagaimana yang telah kita singgung di atas terdapat 2 properti utama dalam kesenian tari
lilin yakni lilin dan piring. Berikut penjelasannya:
Lilin dan Piring
Sebagaimana nama tarian tersebut secara jelas kita ketahui jika lilin menjadi propertiutama
para penari dalam mempertunjukkan kepiawaiannya. Dengan nyala lilin di atas piring para
penari akan memainkan tangannya melenggok dan memutar layaknya gerakan tari pada
umumnya.
Keuinikan terdapat pada nyala lilin yang tetap menyala di sepanjang pertunjukan
berlangsung. Untuk menyiasati hal tersebut para pemain mempertahankan piring yang
mereka pegang agar tetap datar dan terhindar dari terpaan angin.
JAWA TIMUR
1. Tari Reog Ponorogo 4. Tari Jaranan Buto

2. Tari Gandrung Banyuwangi 5. Tari Remo

3. Tari Wayang Topeng

TARI REMO
KEUNIKAN
Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakankaki yang rancak dan
dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanyalonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan
kaki. Lonceng iniberbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selainitu,
karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur,gerakan anggukan dan
gelengan kepala,ekspresi wajah,dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
TATA GERAK
a. Kepala
1. Tegak pandangan Lurus kedepan
2. Tolehan kanan
3. Tolehan kiri
4. Gerakan kepala
5. Gerakan kepala nan menarik dagu kebelakang
6. Tolehan bawah
7. Tolehan bawah
b. Badan
1. Tegak
2. Ngeloyot
c. Mobilitas Tangan
1. Merentangkan tangan
2. Ukel suweng
3. Ongkekan
4. Tanjak keris
5. Mengaca
6. Ore rekmo
d. Gerakan Kaki
1. Tenjek
2. Junjungan
3. Geduk
4. Labas
5. Jluwet
6. Ngayam alas

TATA BUSANA
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling,
Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai
bagi Tari Remo gaya perempuan.
Busana gaya Surabayan
Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan
pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung
batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris
menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang
dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-
masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang
dilingkarkan di pergelangan kaki.
Busana Gaya Sawunggaling
Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan
yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.
Busana Gaya Malangan
Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun
yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta
tidak disemat dengan jarum.
Busana Gaya Jombangan
Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun
perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.
Busana Remo Putri
Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya remo yang asli. Penari memakai
sanggul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup
bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat
di bahu bahu.

Anda mungkin juga menyukai