Oleh:
Diktat ini merupakan catatan kuliah Teori Bilangan (MX 127) tingkat sarjana tahun
pertama yang diberikan di Universitas Kristen Satya Wacana dalam semester 1 tahun
2008-2009. Karena itu naskah ini disajikan dalam cara yang sangat dasar (elementer).
Elementer berarti hampir tidak ada Analisis yang digunakan, dan hampir tidak ada
Aljabar Abstrak.
Naskah ini dirancang untuk mencakup beberapa ide dasar teori bilangan dalam satu
semester. Selain itu, di sini juga disertakan masalah-masalah teori bilangan yang di-
gunakan dalam berbagai pelatihan dan kompetisi matematika internasional untuk me-
motivasi dan memberikan tantangan kepada mahasiswa.
Penulis berharap bahwa naskah ini akan memberikan manfaat yang lebih dalam peng-
ajaran Teori Bilangan. Untuk itu masih diperlukan masukan dan saran dari pembaca
demi perbaikan dan pengembangan naskah ini secara terus menerus.
Didit B. Nugroho
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
3 Keterbagian 6
3.1 Sifat-sifat Keterbagian Elementer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
3.2 Algoritma Pembagian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
3.3 Beberapa Identitas Aljabar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
4 Kongruensi Zn 18
4.1 Kongruensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4.2 Persamaan Kongruensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
4.3 Uji Keterbagian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
4.4 Sisa lengkap . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
5 Faktorisasi Tunggal 27
5.1 FPB dan KPK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
5.2 Bilangan Prima dan Faktorisasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
5.3 Teorema Fermat dan Teorema Euler . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
6 Algoritma Euclid 36
6.1 Sistem Kongruensi Linear . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
7 Fungsi-fungsi Bilangan-Teoritik 45
7.1 Fungsi Floor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
7.2 Fungsi Legendre . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
7.3 Bilangan Fermat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
7.4 Bilangan Mersenne . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
7.5 Bilangan Sempurna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
DAFTAR PUSTAKA 54
ii
DAFTAR SINGKATAN
iii
Bab 1
: : : ; 4; 3; 2; 1; 0; 1; 2; 3; 4; : : :
Karena itu pertama kali diperkenalkan beberapa notasi dan mengingat kembali be-
berapa sifat dasar dari bilangan bulat yang akan diperlukan pada bahasan-bahasan
selanjutnya:
Dicatat bahwa N Z Q R.
1
Bab 1. Aksioma Dasar untuk Z 2
(d) Jika a < b dan c < 0 maka bc < ac.
(e) Trikotomi : Diberikan a dan b, hanya berlaku salah satu dari:
a = b, a < b, b < a.
Pada bab ini diberikan beberapa pernyataan yang dapat dibuktikan dengan menggu-
nakan Prinsip Induksi Matematis, atau secara sederhana disebut induksi. Berikut ini
diberikan suatu pernyataan beserta bukti induksi.
PIM(a) Diambil P (n) adalah pernyataan 2n > 5n. Untuk n0 diambil 5. Secara
sederhana dapat dituliskan:
Sekarang jika n = 4 maka P (n) menjadi pernyataan 24 > 5 4 yang adalah salah.
Tetapi jika n = 5 , P (n) adalah pernyataan 25 > 5 5 atau 32 > 25 yang adalah
benar. Jadi P (n) benar untuk n = 5.
PIM(b) Diasumsikan bahwa P (k) benar untuk suatu bilangan bulat positif k 5.
Artinya, diasumsikan bahwa
Asumsi (2.1) dinamakan hipotesis induksi dan akan digunakan untuk membuk-
tikan bahwa P (n) benar ketika n = k +1. Atau dengan kata lain akan dibuktikan
bahwa
2k+1 > 5 (k + 1) (2.2)
dan dilakukan seperti berikut ini. Berdasarkan (2.1), ruas kiri dari (2.2) dapat
dituliskan sebagai
2k+1 = 2 2k > 2 5k = 10k;
dan karena 5k > 5 untuk setiap k 5, maka 10k = 5k + 5k > 5k + 5 = 5 (k + 1),
sehingga
2k+1 > 10k > 5 (k + 1) :
yang berarti bahwa P (n) benar ketika n = k + 1.
3
Bab 2. Bukti dengan Induksi 4
Contoh 2.2 (USAMO 1978) Suatu bilangan bulat dikatakan bagus (good) jika dapat
dituliskan sebagai
n = a1 + a2 + + ak ;
dimana a1 ; a2 ; ; ak adalah bilangan-bilangan bulat positif (tidak perlu berbeda) yang
memenuhi
1 1 1
+ + + = 1:
a1 a2 ak
Diberikan informasi bahwa bilangan-bilangan bulat 33 sampai 73 adalah bagus, buktikan
bahwa setiap bilangan bulat 33 adalah bagus.
Bukti. Diambil n = 33, maka bilangan-bilangan bulat 33 sampai 73 dapat dituliskan
sebagai barisan
n; n + 1; n + 2; :::; 2n + 7
yang adalah bagus berdasarkan yang diketahui. Akan dibuktikan bahwa 2n + 8 dan
2n + 9 adalah bagus. Karena n adalah bagus, maka dapat dituliskan
2n + 8 = 2 (a1 + a2 + + ak ) + 4 + 4
= 2a1 + 2a2 + + 2ak + 4 + 4
dan
1 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + = + + = 1:
2a1 2a2 2ak 4 4 2 4 4
Juga,
2n + 9 = 2a1 + 2a2 + + 2ak + 3 + 6
dan
1 1 1 1 1 1 1 1
+ + + + + = + + = 1:
2a1 2a2 2ak 3 6 2 3 6
Oleh karena itu,
2n + 8 dan 2n + 9 adalah bagus.
a rn+1 1
a + ar + ar2 + + arn = :
r 1
Ini dapat dituliskan seperti
rn+1 1 = (r 1) 1 + r + r2 + + rn :
Bab 2. Bukti dengan Induksi 5
10n 1
Latihan 2.9 Buktikan bahwa 111
| {z 1} = untuk n 1.
9
n kali
n (n + 1) (2n + 1)
Latihan 2.10 Buktikan bahwa 12 +22 +32 + +n2 = untuk n 1.
6
Bab 3
Keterbagian
1. d membagi n.
Jadi, lima pernyataan di bawah ini adalah ekivalen, artinya semua cara yang berbeda
mengatakan hal yang sama.
1. 2 j 6:
2. 2 membagi 6.
Denisi 3.1 d j n berarti terdapat suatu bilangan bulat k sedemikian sehingga n = dk,
a
sedangkan d - n berarti bahwa d j n adalah salah. Dicatat bahwa a j b 6= .
b
Suatu cara lain untuk menyatakan denisi dari d j n adalah seperti berikut ini.
6
Bab 3. Keterbagian 7
Bukti. Untuk (1), dicatat bahwa n = 1 n. Untuk (2) sampai (5), (10) dan (11), syarat
d j n diberikan, artinya n = kd untuk suatu bilangan bulat k. Untuk (2), dipunyai
n j m, artinya m = k1 n, maka m = (k1 k) d atau d j m. Untuk (3), diasumsikan bahwa
m = k2 d, maka an + bm = (ka + k2 b) d. Untuk (4) dan (5), karena a 6= 0, d 6= 0 jika
dan hanya jika ad 6= 0. Dicatat bahwa n = kd jika dan hanya jika na = kda. Untuk (6),
dicatat bahwa n = n 1. Untuk (7), dicatat bahwa 1 = 1 1 atau 1 = ( 1) ( 1). Untuk
(8), dicatat bahwa 0 = d 0. Untuk (9), dipunyai 0 j n, artinya n = 0 k, maka n = 0.
Untuk (10), dicatat bahwa d; n > 0, maka jkj 1 dan juga n = jkj d d. Untuk (11),
dipunyai d j (n + m), artinya n + m = k1 d, maka kd + m = k1 d atau m = (k1 k) d
atau d j m.
Denisi 3.5 Jika c = as + bt untuk suatu bilangan bulat s dan t, dikatakan bahwa c
merupakan suatu kombinasi linier dari a dan b.
Jadi, pernyataan (3) dalam Teorema 3.3 mengatakan bahwa jika d membagi a dan b,
maka d membagi semua kombinasi linear dari a dan b. Khususnya, d membagi a + b
dan a b.
Contoh 3.6 Diambil x dan y adalah bilangan bulat. Buktikan bahwa 2x + 3y dapat
dibagi oleh 17 jika dan hanya jika 9x + 5y dapat dibagi oleh 17.
Contoh 3.7 Tentukan semua bilangan bulat positif d sedemikian sehingga d membagi
n2 + 1 dan (n + 1)2 + 1 untuk suatu bilangan bulat n.
h i
Penyelesaian. Diambil d j n2 + 1 dan d j (n + 1)2 + 1 atau d j n2 + 2n + 2 .
Jadi d j n2 + 2n + 2 n2 + 1 atau d j (2n + 1) =) d j 4n2 + 4n + 1 , sehingga
2
d j 4 n + 2n + 2 2
4n + 4n + 1 atau d j (4n + 7) : Jadi d j [(4n + 7) 2 (2n + 1)]
atau d j 5. Disimpulkan bahwa d adalah 1 atau 5. (Dapat ditunjukkan bahwa nilai
dicapai dengan mengambil n = 2:)
Bab 3. Keterbagian 8
Contoh 3.8 Buktikan bahwa 33n+3 26n 27 merupakan suatu kelipatan dari 169
untuk semua bilangan asli n.
Contoh 3.9 (IMO 1984) Diandaikan bahwa a1 , a2 , :::, a2n adalah bilangan-bilangan
bulat berbeda sedemikian sehingga persamaan
fr a1 ; r a2 ; ;r a2n g = f1; 2; ; n; 1; 2; ; ng :
yang mengakibatkan
a1 + a2 + ::: + a2n
r= :
2n
Bab 3. Keterbagian 9
Himpunan bilangan bulat dapat dipartisi menjadi dua himpunan bagian, yaitu him-
punan bilangan bulat ganjil dan himpunan bilangan genap:
berturut-turut.
Berikut ini diberikan beberapa ide dasar:
(1) suatu bilangan ganjil mempunyai bentuk 2k + 1, untuk suatu bilangan bulat k;
(2) suatu bilangan genap mempunyai bentuk 2k, untuk suatu bilangan bulat k;
(3) jumlahan dari dua bilangan ganjil adalah suatu bilangan genap;
(4) jumlahan dari dua bilangan genap adalah suatu bilangan genap;
(5) jumlahan dari suatu bilangan ganjil dan genap adalah suatu bilangan ganjil;
(6) hasil kali dari dua bilangan ganjil adalah suatu bilangan ganjil;
(7) hasil kali dari bilangan-bilangan bulat adalah genap jika dan hanya jika paling
sedikit dari faktor-faktornya adalah genap.
Contoh 3.10 Diambil n adalah suatu bilangan bulat yang lebih besar dari 1. Buktikan
bahwa
Contoh 3.11 Diambil k adalah suatu bilangan genap. Apakah mungkin untuk menu-
liskan 1 sebagai jumlahan dari kebalikan k bilangan ganjil?
Contoh 3.12 (HMMT 2004) Andi memilih lima bilangan dari himpunan f1, 2, 3,
4, 5, 6, 7g. Selanjutnya Andi memberitahu Vian berapa hasil kali dari bilangan-bilangan
terpilih tersebut, yang tidak akan menjadi informasi yang cukup bagi Vian untuk mem-
bayangkan apakah jumlahan dari bilangan-bilangan terpilih adalah genap atau ganjil.
Berapa hasil kali dari bilangan-bilangan terpilih tersebut?
Bab 3. Keterbagian 10
Sekarang diperhatikan
p 2k p 2k p 2 p 2k 2
1+ 2 + 1 2 = 1+ 2 1+ 2
p 2 p 2k 2
+ 1 2 1 2
p p 2(k 1)
= 3+2 2 1+ 2
p p 2(k 1)
+ 3 2 2 1 2
p 2(k 1) p 2(k 1)
= 3 1+ 2 + 1 2 +
p p 2(k 1) p 2(k 1)
2 21+ 2 1 2
p p
= 6N + 2 2 a 2 = 2 (3N + 2a)
Contoh 3.14 (USAMO 2003) Buktikan bahwa untuk setiap bilangan bulat positif n
terdapat suatu bilangan n-digit yang dapat dibagi oleh 5n dimana semua digit-nya ganjil.
PIM(a) Pernyataan adalah benar untuk n = 1 karena terdapat bilangan satu digit
yang dapat dibagi oleh 5, yaitu 5.
PIM(b) Diasumsikan bahwa N = a1 a2 :::an dapat dibagi oleh 5n dan hanya mempu-
nyai digit-digit ganjil. Diperhatikan bilangan-bilangan
Latihan 3.21 Diambil a dan b adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga a j b2 ,
b2 j a3 , a3 j b4 , b4 j a5 , ... . Buktikan bahwa a = b.
Teorema 3.22 (Algoritma Pembagian) Jika a dan b adalah bilangan bulat dan b >
0 maka terdapat secara tunggal bilangan bulat q dan r yang memenuhi dua kondisi:
Dalam situasi ini q dinamakan hasil bagi (quotient) dan r dinamakan sisa (remainder )
ketika a dibagi oleh b. Dicatat bahwa terdapat dua bagian untuk hasil ini. Satu bagian
adalah EKSISTENSI dari bilangan bulat q dan r yang memenuhi (3.1) dan bagian
kedua adalah KETUNGGALAN dari bilangan bulat q dan r yang memenuhi (3.1).
Bukti. Pertama kali diperkenalkan fungsi oor :
bxc = bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan x
dimana x adalah sembarang bilangan riil. Dipunyai sifat bahwa x 1 < bxc x.
Bahasan lebih lanjut mengenai fungsi oor diberikan dalam Bab 7.
Sekarang diambil b > 0 dan sembarang a mendenisikan
jak
q =
b
r = a bq:
Secara jelas dipunyai a = bq+r. Tetapi kita perlu untuk membuktikan bahwa 0 r < b.
Berdasarkan sifat fungsi oor dipunyai
a jak a
1< :
b b b
Sekarang dikalikan semua suku dari ketaksamaan dengan b yang akan menghasilkan
jak
b a> b a:
b
Bab 3. Keterbagian 13
jak
Jika ditambahkan a ke semua ruas dari ketaksamaan dan diganti dengan q maka
b
diperoleh
b > a bq 0:
Karena r = a bq, maka persamaan terakhir memberikan hasil 0 r < b.
Kita tetap harus membuktikan bahwa q dan r ditentukan secara tunggal. Untuk itu
diasumsikan bahwa
a = bq1 + r1 dan 0 r1 < b;
dan
a = bq2 + r2 dan 0 r2 < b:
Kita harus menunjukkan bahwa r1 = r2 dan q1 = q2 . Jika r1 6= r2 , tanpa kehilangan
keumuman, dapat diasumsikan bahwa r2 > r1 . Pengurangan kedua persamaan di atas
akan menghasilkan
Ini mengakibatkan
r2 r1 = b (q1 q2 ) : (3.2)
Ini berarti bahwa b j (r2 r1 ). Berdasarkan Teorema 3.3 nomor (10), ini mengaki-
batkan bahwa b r2 r1 . Tetapi karena
0 r1 < r2 < b
Contoh 3.23 (AHSME 1976) Diambil r adalah sisa ketika 1059, 1417 dan 2312
dibagi oleh b > 1. Tentukan nilai dari b r.
Contoh 3.24 Tunjukkan bahwa n2 + 23 dapat dibagi oleh 24 untuk n tak hingga ba-
nyaknya.
Denisi 3.25 Suatu bilangan prima (prime) p adalah bilangan bulat positif lebih besar
1 yang pembagi positifnya hanya 1 dan p. Jika bilangan bulat n > 1 bukan prima, maka
bilangan tersebut dinamakan bilangan composite.
Contoh 3.27 Buktikan bahwa kuadrat dari sembarang bilangan mempunyai bentuk 4k
atau 4k + 1.
Contoh 3.28 Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat dalam barisan
Bukti. Sudah diperoleh bahwa kuadrat dari sembarang bilangan bulat mempunyai
bentuk 4k atau 4k + 1. Semua bilangan dalam barisan (3.3) mempunyai bentuk 4k 1,
yang berarti tidak bisa menjadi kuadrat dari sembarang bilangan bulat.
Contoh 3.29 Tunjukkan bahwa dari sembarang tiga bilangan bulat, selalu dapat dipilih
dua diantaranya, misalnya a dan b, sehingga a3 b ab3 dapat dibagi 10.
Bukti. Jelas bahwa a3 b ab3 = ab (a b) (a + b) selalu genap. Jika satu dari tiga
bilangan bulat mempunyai bentuk 5k, maka selesai (misalnya diambil a = 5k). Jika
tidak, dipilih tiga bilangan yang terletak dalam klas-klas sisa 5k 1 atau 5k 2.
Dua dari tiga bilangan bulat pasti terletak di salah satu dari dua kelompok tersebut.
Akibatnya jumlah atau selisih dari dua bilangan tersebut berbentuk 5k dan diperoleh
hasil yang diinginkan.
Contoh 3.31 Tentukan semua bilangan prima berbentuk n3 1, untuk bilangan bulat
n > 1.
n4 + 4 = n4 + 4n2 + 4 4n2
2
= n2 + 2 (2n)2
= n2 + 2n + 2 n2 2n + 2
= (n + 1)2 + 1 (n 1)2 + 1 :
Ini mudah dilihat bahwa jika n 3, maka setiap faktor lebih besar 1, sehingga bilangan
tersebut bukan prima.
xn y n = (x y) xn 1
+ xn 2
y + xn 3 2
y + + xy n 2
+ yn 1
:
Bukti. Diasumsikan bahwa x 6= y dan xy 6= 0. Dalam kasus ini, hasil di atas mengikuti
identitas
n
X1 an 1
ak = a 6= 1;
a 1
k=0
x
pada pengambilan a = dan dikalikan dengan y n .
y
Sebagai contoh, tanpa penghitungan dapat dilihat bahwa 87672345 81012345 dapat
dibagi 666:
Bukti. Berdasarkan hasil sebelumnya, 2903n 803n dapat dibagi oleh 2903 803 =
2100 = 7 300, dan 261n 464n dapat dibagi oleh 261 464 = 203 = 7 ( 29). Jadi
pernyataan 2903n 803n 464n + 261n dapat dibagi oleh 7. Dan juga, 2903n 464n
dapat dibagi oleh 2903 464 = 9 271 dan 261n 803n dapat dibagi oleh 261 803 =
542 = ( 2) 271. Jadi pernyataan juga dapat dibagi oleh 271. Karena 7 dan 271 tidak
mempunyai faktor prima yang sama (kecuali 1), maka disimpulkan bahwa pernyataan
dapat dibagi oleh 7 271 = 1897.
a6 b6
1002004008016032 = a5 + a4 b + a3 b2 + a2 b3 + ab4 + b5 = :
a b
Pernyataan terakhir dinyatakan sebagai
a6 b6
= (a + b) a2 + ab + b2 a2 ab + b2
a b
= 1002 1002004 998004
= 4 4 1002 250501 k;
zn y n = (z y) z n 1
+ yz n 2
+ + yn 1
1 nxn 1
> xn
xn + y n = (x + y) xn 1
xn 2
y + xn 3 2
y + + xy n 2
+ yn 1
:
Bukti. Bukti diperoleh dengan pensubstitusian y untuk y dalam Contoh 3.35 dan
diperhatikan bahwa ( y)n = y n untuk n ganjil.
Contoh 3.41 (SMC 250) Tunjukkan bahwa untuk sembarang bilangan asli n, terda-
pat bilangan asli lain x sedemikian sehingga setiap suku dari barisan
x
x + 1; xx + 1; xx + 1; :::
Kongruensi Zn
4.1 Kongruensi
Denisi 4.1 Diambil n 2 N. Untuk x; y 2 Z, x dikatakan kongruen dengan y modulo
n jika n j (y x) dan dituliskan x = y (mod n) atau . Selanjutnya y dinamakan sisa
n
dari x ketika dibagi oleh n.
Klas kongruensi dari suatu bilangan bulat x modulo n, dinotasikan dengan xn (ser-
ingkali juga digunakan notasi x atau [x]n ), adalah himpunan dari semua bilangan bulat
yang kongruen dengan x modulo n. Dengan kata lain, menggunakan denisi keterba-
gian,
xn = fy 2 Z : n j (y x)g
= fy 2 Z : y x = kn; k 2 Zg
= fx + kn : k 2 Zg .
0n ; 1n ; 2n ; :::; (n 1)n :
08 = f0 + 4k : k 2 Zg = f0; 4; 8; :::g ;
14 = f1 + 4k : k 2 Zg = f:::; 7; 3; 1; 5; 9; :::g ;
24 = f2 + 4k : k 2 Zg = f:::; 6; 2; 2; 6; 10; :::g ;
34 = f3 + 4k : k 2 Zg = f:::; 5; 1; 3; 7; 11; :::g :
Klas-klas ekivalensi dapat dijumlahkan dan dikalikan menggunakan sifat berikut ini.
18
Bab 4. Kongruensi Zn 19
xn yn = (x y)n ; xn yn = (xy)n :
x0 + y 0 = x + y + x0 x + y0 y = x + y (mod n);
0 0 0 0
xy = x+ x x y+ y y
0 0
= xy + y x x +x y y + x0 x y0 y
= xy (mod n):
Contoh 4.5 Cari digit terakhir dalam ekspansi desimal dari 4100 .
Penyelesaian. Digit terakhir adalah sisa ketika dibagi oleh 10. Jadi harus dihitung
klas kongruensi dari 4100 (mod 10). Dipunyai 42 = 6(mod 10), dan selanjutnya 62 =
6(mod 10). Jadi 4100 = (42 )50 = 650 = 6(mod 10).
7
Contoh 4.6 Cari digit satuan dari 77 :
7
Penyelesaian. Harus dicari 77 (mod 10). Diamati bahwa 72 = 1 (mod 10), 73 =
2
72 7 = 7 = 3 (mod 10), dan 74 = 72 = 1 (mod 10). Selain itu, 72 = 1 (mod 4)
3
dan 77 = 72 7 = 3 (mod 4), yang berarti bahwa terdapat suatu bilangan bulat t
sedemikian sehingga 77 = 3 + 4t. Sekarang diperoleh
7 t
77 = 74t+3 = 74 73 = 1t 3 = 3 (mod 10):
1020000
?
10100 + 3
200
X 200
Karena ( 1)k = 0, maka untuk a = 3 (mod 10) persamaan (??) menjadi
k
k=0
199
X 200
3 199
( 1)k = 3199 = 3(mod 10):
k
k=0
Contoh 4.12 Buktikan bahwa tidak ada bilangan bulat yang memenuhi x2 5y 2 = 2:
Bukti. Diamati bahwa 2222 = 3 (mod 7), 5555 = 4 (mod 7), 35 = 5 (mod 7), dan
42 = 2 = 5 (mod 7). Diperoleh
Contoh 4.15 Tentukan semua bilangan bulat n sedemikian sehingga 13 j 4(n2 + 1).
terdiri dari kelipatan positif dari 3 dan kurang satu dari suatu kuadrat sempurna. Be-
rapakah sisa dari suku ke-1994 dari barisan tersebut ketika dibagi oleh 1000?
Bukti. Dipunyai
1 1
n! n!! = n (n 1) (n
2)! 1 +
2! 3!
!
n 1 n
( 1) ( 1)
+ +
(n 1)! n!
n ( 1)n
= (n 1) m + ( 1)n 1
+
n 1 n 1
= (n 1) (m + ( 1)n )
a + x = b (mod n)
3 + 2 + x = 3 + 4 (mod 5)
5 + x = 7 (mod 5)
x = 2 (mod 5) :
Bab 4. Kongruensi Zn 23
ax = b (mod n) :
a) 2x = 1 (mod 4)
b) 3x = 1 (mod 4)
Karena ruas kiri adalah bilangan ganjil dan ruas kanan adalah bilangan genap,
maka kesamaan tersebut tidak pernah terjadi. Jadi, persamaan kongruensi tidak
mempunyai penyelesaian.
3p + 4q = 1 atau 3p = 1 4q:
12x 8 = 15t:
Ruas kanan dapat dibagi 3, maka ruas kiri harus dapat dibagi 3. Suku 12x
habis dibagi 3, tetapi 8 tidak habis dibagi 3. Jadi persamaan tidak mempunyai
penyelesaian.
a) 5x = 7 (mod 12).
b) 3x = 6 (mod 101) :
c) 2x = 8 (mod 10) :
5 5x = 5 7 (mod 12)
x = 35 (mod 12) = 11:
34 3x = 34 6 (mod 101)
x = 204 (mod 101) = 2:
c) Di sini (2; 10) = 2, sehingga metode seperti di atas tidak bisa diaplikasikan. Berdasarkan
denisi kongruensi dan keterbagian, diminta 2x 8 = k 10 = 0 (mod 10) untuk
suatu k 2 Z. Persamaan dapat dituliskan menjadi
2 (x 4) = 0 (mod 10) = 10
x 4=0 atau x 4 = 5:
a) 5x = 4 (mod 11) :
b) 3x = 7 (mod 17) :
c) 9x = 4 (mod 49) :
Latihan 4.26 Jika ada, cari penyelesaian untuk persamaan berikut ini.
a) 4x = 5 (mod 6) :
b) 6x = 2 (mod 8) :
d) 8x = 4 (mod 12) :
Latihan 4.28 Cari semua bilangan bulat a dimana 1 a 5 sehingga ax = 1 (mod 6).
Latihan 4.29 Diberikan bilangan-bilangan bulat a dan b. Jika 0 < a < 7 dan 0 < b <
7, tentukan a dan b sedemikian sehingga ab = 0 (mod 15).
Bab 4. Kongruensi Zn 25
Teorema 4.30 (Casting-out 9s) Suatu bilangan asli n dapat dibagi oleh 9 jika dan
hanya jika jumlahan dari digit-digitnya dapat dibagi oleh 9.
Contoh 4.31 (AHSME 1992) Bilangan bulat dua digit dari 19 sampai 92 dituliskan
secara berturutan untuk membentuk bilangan bulat
192021222324:::89909192: (4.4)
19 + 20 + + 91 + 92 = 372 3
Oleh karena itu, bilangan (4.4) dapat dibagi oleh 3 tetapi tidak oleh 9.
Contoh 4.32 (IMO 1975) Ketika 44444444 dituliskan dalam notasi desimal, jumlah-
an dari digit-digitnya adalah A. Diambil B sebagai jumlahan dari digit-digit pada
bilangan A. Tentukan jumlahan dari digit-digit pada bilangan B. (A dan B dituliskan
dalam notasi desimal)
Penyelesaian. Dipunyai 4444 = 7 (mod 9), karena itu 44443 = 73 = 1 (mod 9). Jadi
44444444 = 44443(1481) 4444 = 1 7 = 7 (mod 9). Diambil C sebagai jumlahan dari
digit-digit pada bilangan B.
Berdasarkan aturan casting-out 9, 7 = 44444444 = A = B = C (mod 9). Sekarang,
4444 log (4444) < 4444 log 104 = 17776. Ini berarti bahwa 44444444 mempunyai paling
banyak 17776 digit, sehingga jumlahan dari digit-digit pada 44444444 adalah paling
besar 9 17776 = 159984, yang berarti A 159984. Di antara semua bilangan asli
159984, bilangan yang mempunyai jumlahan digit terbesar adalah 99999, sehingga
diperoleh B 45. Dari semua bilangan asli 45, bilangan yang mempunyai jumlahan
digit terbesar adalah 39. Jadi jumlahan dari digit-digit B adalah paling besar 12.
Tetapi karena C = 7 (mod 9), maka diperoleh C = 7. Jadi, jumlahan dari digit-digit
pada bilangan B adalah 7.
Dalam hal ini jelas bahwa untuk sembarang himpunan berhingga A dari bilangan-
bilangan bulat, himpunan A akan membentuk himpunan sisa lengkap modulo n jika
dan hanya jika himpunan A mempunyai n anggota dan setiap anggota dari himpunan
tidak saling kongruen modulo n. Sebagai contoh, himpunan A = f0; 1; 2; 3; 4; 5g mem-
bentuk suatu himpunan sisa lengkap modulo 6, karena setiap bilangan bulat x kongruen
dengan satu dan hanya satu anggota dari A. Himpunan B = f 3; 2; 1; 1; 2; 3g tidak
membentuk himpunan sisa lengkap modulo 6 karena 3 = 3 (mod 6).
Sekarang diperhatikan himpunan Zn = f0; 1; 2; :::; n 1g. Sebagai contoh, diambil
n = 3 sehingga dipunyai Z3 = f0; 1; 2g. Elemen 0 menyatakan semua semua bilangan
bulat yang dapat dibagi oleh 3, sedangkan 1 dan 2 berturut-turut menyatakan semua
bilangan bulat yang mempunyai sisa 1 dan 2 ketika dibagi oleh 3. Didenisikan jumlah-
an pada Z3 seperti berikut ini. Diberikan a; b 2 Z3 , maka terdapat c 2 Z3 sedemikian
sehingga a +3 b = c (mod 3). Tabel 4.1 memuat semua penjumlahan yang mungkin.
+3 0 1 2
0 0 1 2
1 1 2 0
2 2 0 1
Diamati bahwa Z3 bersama-sama dengan operasi +3 seperti yang diberikan dalam Tabel
4.1 memenuhi sifat-sifat:
Selanjutnya dikatakan bahwa (Z3 ; +3 ) membentuk suatu grup (group) dan dinamakan
grup dari sisa dibawah penjumlahan modulo 3.
Secara serupa, didenisikan (Zn ; +n ) sebagai grup dari sisa dibawah penjumlahan mod-
ulo n.
Latihan 4.35 Berapa banyak pasangan berurutan (a; b) 6= 0 yang berbeda di Z12 sede-
mikian sehingga a +12 b = 0?
Bab 5
Faktorisasi Tunggal
Jika (a; b) = 1, maka a dan b dikatakan prima relatif (relatively prime) atau koprima
(coprime). Jadi, jika a; b adalah prima relatif, maka keduanya tidak mempunyai faktor
bersama yang lebih besar dari 1.
Jika a; b 2 Z, keduanya tidak nol, bilangan bulat positif terkecil yang merupakan keli-
patan dari a dan b dinamakan kelipatan persekutuan terkecil (least common multiple)
dari a dan b, dan dinotasikan dengan [a; b]. Dicatat bahwa jika a j c dan b j c maka
[a; b] j c.
Berikut ini diberikan teorema-teorema yang berkaitan dengan faktor persekutuan terbe-
sar.
(a; b) = ax + by:
Jika r > 0, maka r 2 F lebih kecil daripada elemen terkecil d di F, yang kontradiksi
dengan kenyataan bahwa d adalah elemen terkecil di F. Jadi r = 0. Akibatnya dq = a,
yang berarti d j a. Dengan cara serupa dapat dibuktikan bahwa d j b.
27
Bab 5. Faktorisasi Tunggal 28
Di sini jelas bahwa sembarang kombinasi linier dari a dan b dapat dibagi oleh (a; b).
Akibat 5.2 Bilangan bulat positif a dan b adalah prima relatif jika dan hanya jika
terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian sehingga ax + by = 1.
a b
; = 1:
d d
Bukti. Diambil d1 = (ca; cb) dan d2 = (a; b). Akan dibuktikan bahwa d1 j cd2 dan cd2 j
d1 . Untuk d2 j a dan d2 j b, maka cd2 j ca dan cd2 j cb. Jadi cd2 merupakan pembagi
persekutuan dari ca dan cb, karena itu d1 j cd2 . Berdasarkan Teorema Bachet-Bezout,
dapat ditemukan bilangan-bilangan bulat x; y dimana d1 = acx + bcy = c (ax + by).
Tetapi karena ax + by merupakan kombinasi linier dari a dan b, maka ini dapat dibagi
oleh d2 . Karena itu terdapat suatu bilangan bulat s sedemikian sehingga sd2 = ax+by.
Ini berarti bahwa d1 = csd2 , artinya cd2 j d1 .
Serupa dengan di atas, berlaku (ca; cb) = jcj (a; b) untuk sembarang bilangan bulat tak
nol c.
Bukti. Karena (a; (a; b) c) membagi (a; b) c dan (a; b) c membagi bc (menurut Teorema
5.5(a; b) c) maka (a; (a; b) c) membagi bc. Jadi (a; (a; b) c) membagi a dan bc, atau
dituliskan (a; (a; b) c) j (a; bc). Di sisi lain, (a; bc) membagi a dan bc, karena itu (a; bc)
membagi ac dan bc. Oleh karena itu, (a; bc) membagi (ac; bc) = (a; b) c. Jadi (a; bc)
membagi a dan (a; b) c, atau dituliskan (a; bc) j (a; (a; b) c). Disimpulkan (a; bc) =
(a; (a; b) c).
Bukti. Diandaikan bahwa (m; n) = 1. Diaplikasikan lemma sebelumnya dua kali untuk
memperoleh
m2 ; n2 = m2 ; m2 ; n n = m2 ; (n; (m; n) m) n :
Untuk (m; n) = 1, ruas kanan dari pernyataan di atas sama dengan m2 ; n . Diaplika-
sikan kembali lemma di atas, diperoleh
m2 ; n = (n; (m; n) m) = 1:
a b
; = 1,
(a; b) (a; b)
karena itu
a2 b2
; = 1.
(a; b)2 (a; b)2
Berdasarkan Teorema 5.5, pernyataan terakhir dikalikan dengan (a; b)2 untuk memper-
oleh
a2 ; b2 = (a; b)2 .
21n + 4
Contoh 5.9 (IMO 1959) Buktikan bahwa pecahan adalah irreducible (tidak
14n + 3
dapat disederhanakan) untuk setiap bilangan asli n.
Contoh 5.11 Buktikan bahwa jika m dan n adalah bilangan-bilangan asli dan m adalah
ganjil, maka (2m 1; 2n + 1) = 1.
Contoh 5.12 Berapa banyak bilangan bulat positif 1260 yang prima relatif terhadap
1260?
Jadi, banyaknya bilangan bulat positif 1260 yang prima relatif terhadap 1260 adalah
1260 972 = 288.
hanya 2 yang merupakan bilangan prima genap, dan juga hanya 2 dan 3 yang meru-
pakan bilangan-bilangan prima yang berturutan. Suatu bilangan, selain 1, yang tidak
prima dinamakan bilangan composite. Jelas bahwa jika n > 1 adalah composite maka
n dapat dituliskan sebagai n = ab, dimana 1 < a b < n dan a; b 2 N.
Contoh 5.13 Tentukan semua bilangan bulat positif n untuk yang mana 3n 4, 4n 5,
dan 5n 3 adalah bilangan-bilangan prima.
Penyelesaian. Jumlah dari ketiga bilangan tersebut adalah 12n 12, yang jelas
merupakan suatu bilangan genap, maka paling sedikit satu diantaranya adalah bilangan
genap. Dipunyai bahwa bilangan prima genap hanyalah 2. Diamati bahwa 4n 5 tidak
mungkin menjadi bilangan genap karena 4n selalu genap untuk setiap n, sehingga jika
dikurangi suatu bilangan ganjil maka hasilnya ganjil. Tetapi 3n 4 dan 5n 3 adalah
mungkin untuk menjadi bilangan genap. Karena itu diselesaikan persamaan 3n 4 = 2
dan 5n 3 = 2 yang secara berturutan menghasilkan n = 2 dan n = 1. Secara mudah
bisa diperiksa bahwa n = 2 akan membuat ketiga bilangan tersebut adalah prima.
Penyelesaian. Diambil x1 dan x2 , dengan x1 < x2 , sebagai dua akar bulat positif yang
berbeda. Karena itu bisa dituliskan x2 px+q = (x x1 ) (x x2 ), yang mengakibatkan
p = x1 + x2 dan q = x1 x2 . Karena q adalah prima, maka x1 = 1. Jadi, q = x2 dan
p = x2 + 1, yang berarti p dan q adalah dua bilangan prima yang berurutan, yaitu
q = 2 dan p = 3.
Teorema 5.15 Jika n > 1, maka n dapat dibagi oleh paling sedikit satu bilangan prima.
Bukti. Karena n > 1, maka dipunyai paling sedikit satu pembagi > 1. Berdasarkan
Prinsip Terurut Baik, n pasti mempunyai paling sedikit satu pembagi positif yang lebih
besar dari 1, misalnya q. Diklaim bahwa q adalah prima. Jika q bukan prima maka
dapat dituliskan q = ab, 1 < a b < q. Ini berarti bahwa a adalah suatu pembagi dari
n yang lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari q. Timbul kontradiksi dengan kenyataan
bahwa q adalah minimal.
Teorema 5.17 Jika bilangan bulat positif n adalah composite, maka n pasti mempun-
p
yai suatu faktor prima p dengan p n.
Bab 5. Faktorisasi Tunggal 32
p
Bukti. Diandaikan bahwa n = ab, dimana 1 < a b < n. Jika a; b > n, maka
p p
n = ab > n n = n, yang adalah kontradiksi. Jadi n mempunyai suatu faktor 6= 1
p p
dan n. Karena itu, faktor prima dari n adalah n.
yang adalah tidak mungkin, karena ruas kiri dapat dibagi oleh pi dan ruas kanan tidak
dapat dibagi oleh pi . Serupa dengan itu, diperoleh hasil yang sama untuk ai < bi . Jadi
haruslah ai = bi untuk semua i.
Bab 5. Faktorisasi Tunggal 33
p
Contoh 5.20 Diambil p adalah suatu bilangan prima. Buktikan bahwa p bukan suatu
bilangan rasional.
p p a
Bukti. Diasumsikan bahwa p adalah rasional, artinya p = dimana a dan b
b
bilangan-bilangan asli yang prima relatif sebab faktor-faktor persekutuannya dapat
dihapus. Karena itu bisa dituliskan pb2 = a2 . Jadi p j a2 dan juga p j a. Dituliskan a =
a1 p untuk suatu bilangan bulat a1 , maka dipunyai pb2 = a21 p2 , sehingga b2 = a21 p yang
berarti p j b. Jadi, p adalah faktor persekutuan dari a dan b, sehingga ini kontradiksi
p
dengan asumsi. Jadi, p bukan suatu bilangan rasional.
Contoh 5.21 Buktikan bahwa terdapat tepat satu bilangan asli n dimana 28 + 211 + 2n
adalah pangkat dua sempurna.
Bukti. Jika k 2 = 28 +211 +2n = 2304+2n = 482 +2n , maka k 2 482 = (k 48) (k + 48) =
2n . Berdasarkan faktorisasi tunggal diperoleh k 48 = 2s , k + 48 = 2t , s + t = n. Dari
sini diperoleh 2t 2s = 96 = 3 25 atau 2s 2t s 1 = 3 25 . Berdasarkan faktorisasi
tunggal, dari kesamaan terakhir diperoleh s = 5, t s = 2. Jadi, s = 5 dan t = 7,
sehingga n = s + t = 12.
Untuk suatu bilangan prima p, pk dikatakan membagi penuh (fully divide) n dan dit-
uliskan pk k n jika k adalah bilangan bulat positif terbesar sedemikian sehingga pk j n.
Contoh 5.22 (ARML 2003) Tentukan pembagi terbesar dari 1001001001 yang tidak
melebihi 1000.
Penyelesaian. Dipunyai
m m m m m
(x + y)m = xm + x 1
y+ x 2 2
y + + xy m 1
+ ym:
1 2 m 1
10 9 2
32 1 = 32 12
9 9 9 8 8
= 32 + 1 32 1 = 32 + 1 32 + 1 32 1
9 8 7 1 0
= = 32 + 1 32 + 1 32 + 1 32 + 1 32 + 1 (3 1) :
k
Berdasarkan contoh sebelumnya, 2 j 32 + 1 untuk bilangan bulat positif k. Karena
itu, dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa setiap faktor dapat dibagi oleh 2.
10
Karena banyaknya faktor adalah 11 dan juga 32 1 dapat dibagi oleh 20 , maka
n = 11 + 1 = 12.
Proposisi 5.25 Diambil m adalah suatu bilangan bulat positif dan a adalah bilangan
bulat yang prima relatif terhadap m. Diandaikan bahwa S adalah sistem sisa lengkap
modulo m. Himpunan
T = aS = fas : s 2 Sg
juga merupakan sistem lengkap modulo m.
Proposisi di atas menyediakan dua teorema yang sangat terkenal dalam teori bilangan.
Bukti. Diperhatikan himpunan S = a1 ; a2 ; :::; a'(m) yang terdiri dari semua bilan-
gan bulat positif yang kurang dari m dan prima relatif terhadap m. Karena (a; m) = 1,
dari proposisi sebelumnya diperoleh bahwa
Dengan penggunaan (ak ; m) = 1, k = 1; 2; :::; ' (m) diperoleh hasil yang diinginkan.
Teorema 5.27 (Teorema Fermat) Diambil p adalah suatu bilangan prima, maka
ap = a (mod p) untuk semua bilangan bulat a. Selain itu jika a adalah prima relatif
terhadap p, maka ap 1 = 1(mod p)
Bab 5. Faktorisasi Tunggal 35
Contoh 5.28 Diambil p adalah bilangan prima. Buktikan bahwa p membagi abp bap
untuk semua bilangan bulat a dan b.
Contoh 5.29 Diambil suatu bilangan prima p 7. Buktikan bahwa bilangan prima
11:::1
| {z }
p 1
dapat dibagi p.
Bukti. Dipunyai
10p 1 1
11:::1
| {z } = ;
9
p 1
dan kesimpulan diperoleh dari Teorema Fermat. (Dicatat juga bahwa (10; p) = 1).
Contoh 5.30 Diambil suatu bilangan prima p 5. Buktikan bahwa p8 = 1(mod 240).
Contoh 5.31 (IMO 2005) Diperhatikan barisan a1 ; a2 ; ::: yang didenisikan oleh
an = 2n + 3n + 6n 1
untuk semua bilangan bulat positif n. Tentukan semua bilangan bulat positif yang prima
relatif terhadap setiap suku dari barisan.
3 2p 1
+ 2 3p 1
+ 6p 1
= 3 + 2 + 1 = 6(mod 6);
Algoritma Euclid
Sekarang akan diperiksa suatu prosedur yang menghindari pemfaktoran dua bilangan
bulat positif untuk memperoleh faktor persekutuan terbesar. Ini dinamakan Algoritma
Euclid dan digambarkan seperti berikut ini. Diambil a, b adalah bilangan-bilangan bu-
lat tak nol. Setelah Algoritma Pembagian diaplikasikan secara berulang-ulang, diper-
oleh barisan kesamaan, dengan r0 = a dan r1 = b,
Dicatat bahwa
0 rn < rn 1 < < r3 < r2 < b;
karena itu pada akhirnya dicapai rn+1 yang sama dengan nol. Selain itu, diperhatikan
bahwa barisan kesamaan memperbolehkan setiap rk , k = 2; :::; n dinyatakan dalam
suku-suku dari rk 2 dan rk 1 . Sebagai contoh, dipunyai
rn 1 = rn 2 qn 1 rn 1 :
Jadi rn dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari a dan b. Berdasarkan
Teorema Bachet-Bezout, disimpulkan bahwa rn adalah FPB dari a dan b. Jadi, suku
sisa tak nol terakhir rn yang dihasilkan oleh algoritma Euclid adalah (a; b).
Selanjutnya, FPB dari dua bilangan bulat boleh dinyatakan sebagai suatu kombinasi
linier dari dua bilangan bulat tersebut dengan menggunakan metode substitusi balik.
Contoh 6.1 Tentukan (84; 60), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi li-
nier dari kedua bilangan bulat tersebut.
36
Bab 6. Algoritma Euclid 37
84 = 1 60 + 24; 24 = 84 + ( 1) 60;
60 = 2 24 + 12; 12 = 60 + ( 2) 24;
24 = 1 12; 12 = (84; 60) :
12 = 60 + ( 2) 24
= 60 + ( 2) (84 + 60 ( 1))
= ( 2) 84 + 3 60.
Jadi,
(84; 60) = 12 = ( 2) 84 + 3 60.
Contoh 6.2 Tentukan (190; 72), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi
linier dari kedua bilangan bulat tersebut.
2 = 20 + ( 3) 6
= 20 + ( 3) (46 + ( 2) 20)
= ( 3) 46 + 7 20
= ( 3) 4 + 7 ( 72 + 2 46)
= 7 ( 72) + 11 46
= 7 ( 72) + 11 (190 + 2 ( 72))
= 11 190 + 29 ( 72) :
Contoh 6.3 Tentukan (190; 72), dan selanjutnya nyatakan sebagai suatu kombinasi
linier dari kedua bilangan bulat tersebut.
Bab 6. Algoritma Euclid 38
2 = 20 + ( 3) 6
= 20 + ( 3) (26 + ( 1) 20)
= ( 3) 26 + 4 20
= ( 3) 26 + 4 (46 + ( 1) 26)
= 4 46 + ( 7) 26
= 4 46 + ( 7) (72 + ( 1) 46)
= ( 7) 72 + 11 46
= ( 7) 72 + 11 (190 + ( 2) 72)
= 11 190 + 29 ( 72) :
Contoh 6.5 Cari semua penyelesaian bulat x dimana 0 x < 9 dari kongruensi
linear 6x = 15 (mod 9), atau, jika tidak ada penyelesaian, berikan alasan kenapa tidak
ada penyelesaian.
Contoh 6.6 Vian ingin membeli beberapa prangko klas kedua dengan harga $20 per
prangko, dan beberapa prangko klas pertama dengan harga $26 per prangko. Uang yang
saya miliki 264. Berapa banyak prangko yang dapat dibeli oleh Vian?
Dengan kata lain, Vian membeli 8 prangko klas kedua dan 4 prangko klas pertama.
Ini berarti bahwa (91; 126; 294) = (91; (126; 294)) = (91; 42). Diaplikasikan Algoritma
Euclid:
91 = 2:42 + 7 =) 42 = 6:7 + 0;
dan disubstitusi balik untuk memperoleh
21 = 3 7
= 3 (1 91 2 42) = 3 91 6 42
= 3 91 6 (1 294 2 126)
= 3 91 6 294 + 12 126:
Bab 6. Algoritma Euclid 41
x = 3; y = 12; z = 6:
Karena itu x j 2002 + 2; 20022 + 2 = (2004; 6) atau x j 6. Di sisi lain, setiap bilangan
dalam barisan 2002+2; 20022 +2; 20023 +2; ::: dapat dibagi oleh 2. Lebih lanjut, karena
2002 = 2001 + 1 = 667 3 + 1, untuk semua bilangan bulat positif k, 2002k = 3ak + 1
untuk suatu bilangan bulat ak . Jadi, 2002k + 2 dapat dibagi oleh 3. Karena 2 dan
3 adalah prima relatif, setiap bilangan dalam barisan tersebut dapat dibagi 6. Oleh
karena itu x = 6.
1. (34567; 987)
2. (560; 600)
3. (4554; 36)
4. (8098643070; 8173826342)
Latihan 6.10 Selesaikan persamaan diophantine berikut ini, jika diketahui bahwa penye-
lesaiannya ada.
1. 24x + 25y = 18
2. 3456x + 246y = 44
3. 1998x + 2000y = 33
Berikut ini diberikan suatu contoh yang mengilustrasikan bahwa hubungan antara mod-
ulo kongruensi-kongruensi merupakan syarat terpenting dalam menentukan apakah su-
atu sistem kongruensi linear mempunyai penyelesaian atau tidak.
x = b1 (mod n1 ) ; x = b2 (mod n2 )
x = 2 (mod 5) ; x = 1 (mod 3) :
x = 2 + 5 (1 + 3t) = 7 + 15t; t 2 Z;
3x = 1 (mod 4) ; 5x = 2 (mod 7) :
x = 3 (mod 4) ; x = 6 (mod 7) :
Bab 6. Algoritma Euclid 43
Penyelesaian. Diproses dalam dua tahap. Tahap pertama diselesaikan sistem kon-
gruensi
7x = 1 (mod 8) ; x = 2 (mod 3)
di modulo 24. Diamati bahwa 72 = 1 (mod 8), sehingga sistem kongruensi menjadi
x = 7 (mod 8) ; x = 2 (mod 3) :
( 1) 8+3 3 = 1;
Dipunyai bahwa x = 23 (mod 24) = 1 (mod 24), sehingga sistem kongruensi menjadi
( 1) 24 + 5 5 = 1;
a) x = 1 (mod 2) ; x = 2 (mod 3) :
b) 3x = 1 (mod 5) ; 2x = 3 (mod 7) :
Fungsi-fungsi Bilangan-Teoritik
3. b 3; 1c = 4 dan d 3; 1e = 3
x 1 < bxc x:
Bukti. Diambil n = bxc, maka dipunyai bahwa n x < n + 1. Hal ini memberikan
bxc x, seperti dalam denisi. Ini juga memberikan x < n + 1 yang mengakibatkan
bahwa x 1 < n, artinya x 1 < bxc.
Selanjutnya, fungsi oor memiliki sifat-sifat seperti dalam teorema berikut ini.
(1) b + ac = b c + a
j k b c
(2) =
n n
(3) b c + b c b + c b c+b c+1
Bukti.
(1) Diambil m = b + ac, maka m +a < m+1. Karena itu m a < m a+1.
Ini berarti bahwa m a = b c atau m = b c + a.
45
Bab 7. Fungsi-fungsi Bilangan-Teoritik 46
j k j k
(2) Dituliskan sebagai = + , 0 < 1. Karena n adalah suatu
n n n n
bilangan bulat, berdasarkan (1) disimpulkan bahwa
j j k k j k
b c= n +n =n + bn c :
n n
bn c bn c
Dipunyai 0 bn c n < n, sehingga 0 < 1. Jika diambil = ,
n n
maka diperoleh
b c j k
= + ; 0 < 1:
n n
b c j k
Ini berarti bahwa = .
n n
(3) Dari ketaksamaan 1<b c dan 1<b c diperoleh + 2<
b c+b c + . Karena b c + b c adalah suatu bilangan bulat yang kurang
dari atau sama dengan + , maka b c+b c pasti kurang dari atau sama dengan
bagian bulat dari + , yaitu b + c. Selain itu, + kurang dari bilangan bulat
b c + b c + 2, sehingga b + c pasti kurang dari b c + b c + 2, dan akibatnya
b + c < b c + b c + 2 menghasilkan b + c b c + b c + 1.
Contoh 7.3 (APMC 1999) Diambil suatu barisan bilangan riil a1 , a2 , ... yang
memenuhi
ai+j ai + aj
untuk semua i; j = 1; 2; :::. Buktikan bahwa
a2 a3 an
a1 + + + + an
2 3 n
untuk semua bilangan bulat positif n.
Bukti. Digunakan induksi kuat seperti berikut ini. Basis induksi untuk n = 1 dan
2 adalah trivial. Sekarang diasumsikan bahwa pernyataan benar untuk n k untuk
suatu bilangan bulat positif k 2. Artinya,
a1 a1 ;
a2
a1 + a2 ;
2
..
.
a2 ak
a1 + + + ak :
2 k
Dijumlahkan semua ketaksamaan untuk memperoleh
a2 ak
ka1 + (k 1) + + a1 + a2 + + ak :
2 k
Selanjutnya kedua ruas dari ketaksamaan terakhir ditambahkan dengan a1 +a2 + +ak ,
yang menghasilkan
a2 a3 an
(k + 1) a1 + + + + (a1 + ak ) + (a2 + ak 1) + + (ak + a1 )
2 3 n
kak+1 :
Bab 7. Fungsi-fungsi Bilangan-Teoritik 47
Jika kedua ruas dari ketaksamaan terakhir dibagi dengan (k + 1), maka
a2 a3 an kak+1
a1 + + + +
2 3 n k+1
atau
a2 a3 an ak+1
a1 + + + + + ak+1 :
2 3 n k+1
Ini berarti pernyataan benar untuk n = k + 1.
Contoh 7.4 (USAMO 1981) Untuk suatu bilangan positif x, buktikan bahwa
Contoh 7.5 (Putnam 1948) Jika n adalah suatu bilangan bulat positif, tunjukkan
bahwa p p p
n+ n+1 = 4n + 2 :
Penyelesaian. Karena x = bxc + fxg untuk semua bilangan riil x, maka jumlahan
dari tiga persamaan dalam sistem adalah
Selain itu, jika persamaan terakhir dikurangi dengan setiap persamaan dalam sistem,
maka diperoleh
Oleh karena itu bzc = bfyg + bzcc = b84; 45c = 84. Jadi, bzc = 84 dan fyg = 0; 45.
Dengan cara serupa diperoleh bxc = 94 dan fzg = 0; 35, dan juga byc = 105 dan
fxg = 0; 65. Dari sini dihasilkan x = 94; 65, y = 105; 45, dan z = 84; 35.
1
Contoh 7.7 (ARML 2003) Cari bilangan bulat positif n sedemikian sehingga pa-
p n
ling dekat dengan 123456789 .
Karena itu jp k
123456789 = 11111
dan np o
1 1
< 0; 11 < 123456789 < 0; 1111 < :
10 9
a13 144
a12 144a 1
= = 233.
a
4x2 40 bxc + 51 = 0:
Bab 7. Fungsi-fungsi Bilangan-Teoritik 49
Proposisi 7.10 (Identitas Hermite) Jika x adalah suatu bilangan riil dan n adalah
suatu bilangan bulat positif, maka
1 2 n 1
bxc + x + + x+ + + x+ = bnxc :
n n n
Bukti. Jika x adalah suatu bilangan bulat, maka hasil jelas benar. Diandaikan bahwa
x bukan suatu bilangan bulat, artinya 0 < fxg < 1. Karena itu terdapat 1 i n 1
sedemikian sehingga
i 1 i
fxg + < 1 dan fxg + 1; (7.1)
n n
artinya
n i n i+1
fxg < : (7.2)
n n
Berdasarkan (7.1) dipunyai
1 i 1
bxc = x + = = x+
n n
dan
i n 1
x+ = = x+ = bxc + 1;
n n
dan juga
1 2 n 1
bxc + x + + x+ + + x+
n n n
= i bxc + (n i) (bxc + 1) = n bxc + n i: (7.3)
yang mengakibatkan
bnxc = n bxc + n i: (7.4)
Dari (7.3) dan (7.4) disimpulkan bahwa
1 2 n 1
bxc + x + + x+ + + x+ = n bxc + n i
n n n
= bnxc :
Contoh 7.11 (AIME 1991) Diandaikan bahwa r adalah suatu bilangan riil dimana
19 20 91
r+ + r+ + + r+ = 546:
100 100 100
Cari b100rc.
Penyelesaian. Jumlahan yang diberikan mempunyai 91 19+1 = 73 suku, dan setiap
suku sama dengan brc atau brc + 1. Diamati bahwa 73 7 < 546 < 73 8, sehingga
diperoleh brc = 7. Karena 546 = 73 7 + 35, maka 38 suku pertama bernilai 7 dan 35
suku terakhir bernilai 8; artinya
56 57
r+ = 7 dan r+ = 8:
100 100
1
bxc + x + = b2xc ;
2
atau
1
x+ = b2xc bxc :
2
Diaplikasikan identitas terakhir secara berulang untuk memperoleh
1 j
!
xk j x k
1
X X1 X
x + 2k x 1
= + = = bxc :
2k+1 2k+1 2 2k 2k+1
k=0 k=0 k=0
jak
Dicatat bahwa jika a > 0 dan n adalah suatu bilangan bulat positif, maka adalah
n
banyaknya bilangan bulat positif yang tidak melebihi a dan merupakan kelipatan dari
n.
Teorema 7.13 (Rumus Legendre) Jika n adalah suatu bilangan bulat positif dan p
adalah suatu bilangan prima, maka
1
X n n n n
ep (n) = k = = + 2 + 3 + :
pj p p p
j=1
Contoh 7.14 Diambil s dan t adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga
Hitung s + t.
dan
720 720 720 720 720
t = e3 (720) = + + + +
3 32 33 34 35
= 240 + 80 + 26 + 8 + 2 = 356:
Setelah diperiksa bahwa lima bilangan di atas adalah prima, Fermat menduga bahwa fn
adalah prima untuk semua n. Tetapi Euler membuktikan bahwa 641 j f5 . Argumennya
adalah seperti berikut:
4
f5 = 232 + 1 = 228 54 + 24 5 27 + 1 = 228 641 6404 1
28 2
= 641 2 639 640 + 1 :
Ini tetap tidak diketahui apakah terdapat tak berhingga banyak bilangan-bilangan Fer-
mat prima.
Contoh 7.15 Buktikan bahwa untuk bilangan bulat positif m dan n dengan m > n, fn
membagi fm 2.
Bukti. Diaplikasikan rumus a2 b2 = (a b) (a + b) secara berulang untuk menun-
jukkan bahwa
fm 2 = fm 1 fm 2 f1 f0 :
Contoh 7.16 Untuk bilangan bulat positif berbeda m dan n, buktikan bahwa fm dan
fn adalah prima relatif.
Bukti. Berdasarkan contoh sebelumnya, dipunyai bahwa (fm ; fn ) = (f2 ; 2) = 1.
Contoh 7.17 Buktikan bahwa untuk semua bilangan bulat positif n, fn membagi 2fn
2.
Bukti. Dipunyai
n
2n n 22 n
2fn 2 = 2 22 1 =2 22 1 : (7.5)
n
Jelas bahwa 22 n adalah genap. Dicatat bahwa untuk suatu bilangan bulat positif
2n n
2m, x2m 1 dapat dibagi oleh x + 1. Karena itu x + 1 membagi x2 1. Dengan
n
n n n 22 n
pengambilan x = 22 disimpulkan bahwa fn = 22 + 1 = x + 1 membagi 22 1,
sehingga dari (7.5) diperoleh bahwa fn membagi 2fn 2.
dimana m adalah bilangan bulat positif. Secara jelas, nilai (n) menyatakan jumlahan
dari semua pembagi positif dari bilangan bulat positif n. Suatu bilangan bulat n
2 dimana (n) = 2n dikenal sebagai bilangan sempurna (perfect number ). Sebagai
contoh, bilangan 6, 28, 496 adalah sempurna. Mudah dilihat bahwa 6 = 1+ 2+ 3 dan
28 = 1+ 2+ 4+ 7+ 14.
Berikut ini diberikan dua hasil (tanpa bukti) pada bilangan sempurna.
Teorema 7.19 Suatu bilangan bulat positif genap n adalah sempurna jika dan hanya
jika n = 2k 1 Mk = 2k 1 2k 1 untuk suatu bilangan bulat positif k dimana Mk
adalah prima. Lebih lanjut, tidak ada bilangan sempurna genap lainnya.
Teorema 7.20 Jika n adalah suatu bilangan sempurna ganjil, maka faktorisasi prima
dari n mempunyai bentuk
n = pa q12b1 q22b2 qt2bt ;
dimana a dan p kongruen terhadap 1 modulo 4 dan t 2.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Andreescu, T., D. Andrica, Z. Feng (2006). 104 Number Theory Problems: From
the Training of the USA IMO Team. Birkhuser Boston.
[2] Baker, A. (2003). Algebra & Number Theory. Naskah. University of Glasgow.
[3] Budhi, W.S. (2003). Langkah Awal Menuju ke Olimpiade Matematika. Ricardo.
[4] Chen, W.W.L. (2003). Elementary Number Theory. Naskah. University of London.
[5] Clark, W.E. (2002). Elementary Number Theory. Naskah. University of South
Florida.
[6] Santos, D.A. (2007). Number Theory for Mathematical Contests. GNU Free Docu-
mentation License.
54