Anda di halaman 1dari 10

REFERENSI

Wibowo, Vinaldo.2016. https://docuri.com/download/tugas-cbm-


ii_59bf3bcdf581716e46c5ba03_pdf.Diakses 26 Oktober 2017.

Ekarsiti, Kevin Gardo Bangkit.2015.Aplikasi Metode Delay Time untuk Menentukan Pondasi
Bangunan Gedung Teknik Geofisika di Lapangan Softball UPN Veteran
Yogyakarta.Yogyakarta: Teknik Geofisika UPN.

Sulystyaningrum, Endah.2014.Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk Identifikasi Pergerakan


Tanah di Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) Semarang.Semarang: Jurusan
Fisika FMIPA UNNES.
PENDAHULUAN dikurangi waktu total. Tujuannya yaitu
untuk analisis kedalaman (depth)
Metode seismik refraksi merupakan salah
satu metode geofisika untuk mengetahui
penampang struktur bawah permukaan.
Metode seismik refraksi didasarkan pada
sifat penjalaran gelombang yang mengalami
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu
bila dalam perambatannya, gelombang
tersebut melalui bidang batas yang
memisahkan suatu lapisan dengan lapisan 2) Analisis Minus Time (T-)
yang di bawahnya yang mempunyai
kecepatan gelombang lebih besar. Parameter Minus Time adalah pengurangan waktu

yang diamati adalah karakteristik waktu tiba rambatan gelombang dari sumber

gelombang pada masing-masing geophone. forward di jumlahkan dengan pengurangan


Metode ini hanya membutuhkan first break waktu rambat gelombang dari sumber
atau gelombang pertama yang mencapai
penerima. Metode Plus - Minus adalah reverse. Analisis ini digunakan untuk

turunan dari metode delay time. Metode ini mendeterminasi kecepatan refraktor (V2).

digunakan untuk keadaan bidang perlapisan Untuk analisis Minus Time bisa ditunjukkan
yang lebih kompleks. Metode ini seperti pada Gambar 2.4
menggunakan dua jenis analisis, yaitu :
analisis Plus Time (untuk analisis
kedalaman) bisa dilihat pada (Gambar 2.3),
analisis Minus Time (untuk analisis
kecepatan).

1) Analisis Plus Time (T+ ) Plus Time


adalah jumlah waktu rambat gelombang dari
sumber forward dan sumber reverse
DATA HASIL OLAHAN

Tabel perhitungan

Xloc(m) SP1 SP35 Forward reverse 2x tminus tplus H


2 0.0054 0.0612 0.0163 0.0612 4 -0.044854 0.0101 -2.83683
4 0.0135 0.0596 0.0195 0.0596 8 -0.040115 0.011715 -2.78988
6 0.0200 0.0577 0.0227 0.0577 12 -0.034992 0.012992 -2.89071
8 0.0250 0.0562 0.0250 0.0562 16 -0.031154 0.013754 -3.20995
10 0.0288 0.0546 0.0288 0.0546 20 -0.025769 0.016061 -3.27299
12 0.0331 0.0542 0.0331 0.0542 24 -0.021154 0.019908 -3.23063
14 0.0377 0.0527 0.0377 0.0527 28 -0.015 0.022984 -3.25897
16 0.0404 0.0504 0.0404 0.0504 32 -0.01 0.02337 -3.25132
18 0.0427 0.0477 0.0427 0.0477 36 -0.005 0.022984 -3.3379
20 0.0454 0.0458 0.0454 0.0458 40 -0.000384 0.023754 -2.79567
22 0.0485 0.0365 0.0485 0.0365 44 0.011924 0.0176 -2.57575
24 0.0519 0.0323 0.0519 0.0323 48 0.019615 0.016831 -2.89799
26 0.0542 0.0281 0.0542 0.0281 52 0.026154 0.014908 -2.58746
28 0.0569 0.0246 0.0569 0.0246 56 0.032308 0.014138 -2.87699
30 0.0585 0.0219 0.0585 0.0194 60 0.039062 0.010462 -3.07854
32 0.0596 0.0146 0.0596 0.0144 64 0.045215 0.006615 -3.98876
34 0.0612 0.0035 0.0612 0.0094 68 0.051754 0.003154 -4.46357
Xloc(m) SP11 SP23 Forward reverse 2x tminus tplus H
10 0.005 0.032692 0.005 0.032692 20 -0.025852 0.024042 -2.80413
12 0.005769 0.030385 0.0153 0.030385 24 -0.015085 0.032035 -3.73638
14 0.017308 0.027692 0.0183 0.027692 28 -0.009392 0.032342 -3.77219
16 0.021923 0.025 0.0213 0.025 32 -0.0037 0.03265 -3.80811
18 0.024615 0.022308 0.02462 0.022308 36 0.002307 0.033273 -3.88078
20 0.026538 0.015385 0.02654 0.015385 40 0.011153 0.028273 -3.29761
22 0.029231 0.005385 0.02923 0.005385 44 0.017896 0.020966 -2.44536
24 0.033077 0.005769 0.03308 0.012 48 0.021077 0.031427 -3.66547
26 0.036154 0.015 0.03615 0.009 52 0.027154 0.031504 -3.67445
28 0.045385 0.022308 0.04539 0.006 56 0.039385 0.037735 -4.4012
Legenda:

Judul kolom
Data direct yang slopenya berkebalikan
Data direct forward
Data direct forward yang dihitung
Data refracted
Data Perhitungan SP 1 dan SP 35

equation
Direct forward y = 0.0047x - 0.0017
refracted forward y = 0.0016x + 0.0131
direct reverse y = -0.0046x + 0.161
refracted reverse y = -0.0015x + 0.0944
t min vs 2x y = 0.0018x - 0.055
Velocity (m/s)
v1 forward 212,7659574
v1 reverse 217,3913043
v1 215,0786309
v2 555,5555556

s to s time (ms)
forward 0,0729
reverse 0,0619
average 0,0674

Data Perhitungan SP 11 dan SP 23

equation
Direct forward y = 0.004x - 0.0415
refracted forward y = 0.0015x - 0.0027
direct reverse y = -0.0042x + 0.099
refracted reverse y = -0.0015x + 0.048
T'AP VS X LOC y = 0,0017x - 0,0226
velocity (m/s)
v1 forward 250
v1 reverse 238,0952381
v1 244,047619
v2 588,2352941

s to s time (ms)
forward 0,0138
reverse 0,0135
average 0,01365
HASIL PENGOLAHAN

1. SP 1 dan SP 35

Kurva Waktu Jalar SP 1 dan SP 35


0.08
0.07
0.06
Waktu jalar (ms)

0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 20 40 60
Distance (m)

Kurva Tminus vs 2X

Kurva tminus
0.06
y = 0.0015x - 0.0558
0.04

0.02
waktu (ms)

0 tminus
0 20 40 60 80 Linear (tminus)
-0.02

-0.04

-0.06
2X-loc (m)
Kurva Waktu Jalar SP 11 dan SP 23
0.07
0.06
0.05
Waktu jalar (ms)

0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 10 20 30 40 50
Distance (m)

Kurva Tminus vs 2X

tminus
0.05

0.04
y = 0.0017x - 0.0573
0.03

0.02
tminus
0.01
Linear (tminus)
0
0 10 20 30 40 50 60
-0.01

-0.02

-0.03

Model Pasangan SP 1 dan SP 35


Plot Area SP 1 dan SP 35
0
-0.5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34

-1
-1.5 v1 = 215.0786309
Ketinggian (m)

m/s
-2
-2.5
H
-3
-3.5
-4 v2 = 588.2352941
m/s
-4.5
-5
Distance (m)

Model Pasangan SP 11 dan SP 23

Plot Area SP 11 dan SP 23


0
-0.5 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

-1
-1.5 v1 = 244.047619
Ketinggian (m)

m/s
-2
-2.5
H
-3
-3.5
-4
v2 = 588.2352941
-4.5
m/s
-5
Distance (m)

Korelasi Dua Model

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34
-0.5

-1

-1.5

-2

-2.5

-3

-3.5

-4

-4.5

-5

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan belajar tentang bagaimana menggunakan metode plus-minus
yang menghasilkan nilai kedalaman sehingga lapisan di bawah permukaan tanah dapat
diinterpretasi. Dalam pengolahan data, metode ini sepenuhnya menggunakan aplikasi Ms.Excel.
Sedangkan untuk datanya sendiri, praktikan menggunakan data praktikum pada minggu ke-2
pada line 1. Namun, praktikan hanya mengambil beberapa shot point, diantaranya, SP1, SP 11,
SP23, dan SP 45.

Setelah itu, praktikan memodelkan data-data tersebut menjadi 2 pasang, yaitu model pertama
pasangan antara SP 1 dan SP 45 lalu model kedua pasangan SP 11 dengan SP 23. Proses
selanjutnya, yaitu menentukan kecepatan forward dan reversenya untuk tiap lapisan untuk
kemudian diperoleh kecepatan V1 dan source to source time. Selanjutnya praktikan menentukan
nilai pada forward dan reverse, dengan menggunakan data first break pada shot point tertentu.
Dalam menentukan nilai ini, pada bagian data (direct), menggunakan persamaan slope refracted
forward dengan mensubsitusi nilai x dengan location data tersebut. Hal ini juga berlaku pada
kasus reverse. Nilai forward dan nilai reverse ini lah yang menjadi parameter selanjutnya untuk
menentukan nilai Tminus dan Tplus. Kemudian plotting nilai Tminus vs 2X, sehingga
menghasilkan garis yang memiliki slope, kemudian dari nilai slope tersebut dapat menghasilkan
nilai V2. Sampailah pada perhitungan terakhir, yaitu menghitung kedalaman untuk plotting nilai
kedalaman vs x loc.

Pada Model SP1 dan Sp 45 tidak semua data terpakai, hanya geophone posisi ke 2m 34m yang
dapat diproses, hal ini dikarenakan terdapat data reverse dan forward dalam satu kurva/ shot
point sehingga apabila dipakai akan merusak hasil. Setelah melakukan perhitungan dan plotting,
kurva area nampak berundulasi tidak beraturan. Hal ini menunjukkan kedalaman pada setiap titik
geophone berbeda-beda. Namun praktkan tidak dapat membenarkan hasil kurva tersebut,
dikarenakan, banyak kesalahan saat melakukan picking data dan perhitungan, sehingga praktikan
harus melakukan beberapa manipulasi data. Hal ini juga terjadi pada pasangan SP 11 dan SP23,
namun, data yang terpakai pada pasangan ini lebih sedikit, yaitu hanya 10 data dari geophone
posisi ke 10m-28m.

Selain itu, praktikan juga melakukan korelasi antara dua model tersebut. Korelasi dilakukan
dengan 2 cara, yaitu computerized dan manual. Korelasi dengan computerized dilakukan dengan
cara merger model satu sama lain, sehingga menghasilkan kurva yang nampak relatif sama
bentuknya antara model satu dengan yang lain. Namun, dalam kasus ini, ada beberapa area kurva
yang menyimpang, hal ini dikarenakan kesalahan praktikan saat picking data ataupun proses
perhitungan. Sedangkan dengan cara manual, praktikan menggunakan jangka untuk memplotting
kedalamanya, sehingga kurva area yang dihasilkan nampak berundulasi. Hasil dari kurva area
dengan manual, memiliki ketelitian yang rendah, dibandingkan dengan computerized, namun
secara garis besar bentuk kurvanya relatif sama dengan bentuk kurva computerized.

Anda mungkin juga menyukai