Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI NUKLIR
PENGENALAN ANALISIS SINYAL ELEKTRONIK DALAM PENGUKURAN RADIASI NUKLIR

Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
Prodi : Elektronika Instrumentasi
Jurusan : Teknofisika Nuklir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

PENGENALAN ANALISIS SINYAL ELEKTRONIK DALAM PENGUKURAN RADIASI NUKLIR

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Agar mahasiswa mampu menggunakan pulser sebagai simulasi pulsa keluaran


detektor
2. Agar mahasiswa mampu menggunakan model-model operasi single channel
analyzer.

II. LANDASAN TEORI

Pulser
Berfungsi sebagai simulasi pulsa keluaran detektor nuklir dengan dua buah keluaran (direct
& attenuated) berbentuk eksponensial (positif atau negatif) seperti ditunjukkan pada
Gambar 1. Amplitudo pulsa keluaran dapat diatur dengan dial pulse height potensiometer
(skala 1000/1000) dan atau saklar attenuator (X1, X2, X5, X10, X10) dari 0 sampai dengan 10
volt . Jika menggunakan keluaran direct, maka amplitudo pulsa keluaran diatur melalui dial
pulse height potensiometer, untuk keluaran attenuated adalah hasil bagi antara dial pulse
height potensiometer dengan posisi saklar attenuator.

Amplifier
Berfungsi sebagai penguat dan pembentuk pulsa serta mempunyai dua bentuk pulsa
keluaran (unipolar dan bipolar) seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 1. Pulsa Keluaran Pulser Gambar 2. Unipolar Output Amplifier Gambar 3. Bipolar Output Amplifier

Single Channel Analyzer


Single Channel Analyzer yang biasa disebut SCA adalah modul elektronik yang berfungsi
sebagai penganalisa tinggi pulsa. Terdiri atas dua buah diskriminator (upper level
discriminator, ULD dan lower level discriminator, LLD). Level tegangan masing-masing
diskriminator dapat diatur tergantung pada model operasi yang digunakan. Modul ini
mempunyai tiga model operasi yaitu integral, diferensial normal, dan diferensial window.
Jika digunakan model operasi integral maka yang berfungsi hanya LLD saja, sedangkan ULD-
nya diabaikan. Jangkauan tegangan diskrimator LLD pada model operasi integral adalah 0
sampai dengan 10 volt. Pulsa dengan amplitudo di atas level tegangan LLD akan diloloskan
seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Pada model operasi diferential normal maupun
window maka kedua diskriminator ULD dan LLD difungsikan. Pulsa dengan amplitudo
diantara LLD dan ULD akan diloloskan seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Jangkauan
tegangan diskrimator LLD dan ULD pada model operasi diferensial normal adalah dari 0
sampai dengan 10 volt. Sementara untuk diferensial window jangkauan tegangan

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 2


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

diskriminator LLD adalah dari 0 sampai 10 volt, sedangkan jangkauan tegangan diskrimator
ULD adalah 0 sampai dengan 1 volt dan sekaligus berfungsi lebar jendela.

tidak lolos
lolos ULD
LLD E lolos
tidak lolos LLD
tidak lolos

Gambar 4. Model Operasi Integral Gambar 5. Model Operasi Diferensial

III. ALAT DAN BAHAN


1. Bin & Power Supply.
2. Pulser
3. Preamplifier.
4. Amplifier
5. SCA atau TSCA
6. Counter
7. Osiloskop
8. Kabel Koaksial

IV. PROSEDUR
1. Pastikan kondisi saklar daya pada Bin & Power Supply mati.
2. Masukkan modul pulser, amplifier, SCA, dan Counter ke dalam Bin.

PERCOBAAN 1.1. PENGAMATAN KELUARAN DIRECT PULSER


1. Hubungkan keluaran direct pulser ke masukan osiloskop seperti pada Gambar 6
menggunakan kabel koaksial.
2. Nyalakan saklar daya Bin & Power Supply serta Pulser.
3. Pilih polaritas keluaran pada posisi positif dan atur dial potensio pada posisi
maksimal (skala 1000/1000).
4. Ukur berapa amplitudo yang dihasilkan (dapat dibaca pada layar osiloskop), catat ke
dalam Tabel 1.
5. Ulangi pengukuran untuk melengkapi Tabel 1.

PULSER OSILOSKOP

TERMINATOR
100

Gambar 6. Pengamatan Keluaran Pulser

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 3


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

PERCOBAAN 1.2. PENGAMATAN KELUARAN ATTENUATED PULSER


1. Pindah keluaran pulser ke posisi attenuated.
2. Atur dial potensiometer pada posisi penuh
3. Atur posisi saklar sesuai Tabel 2, kemudian amati dan catat keluaran pulser.

PERCOBAAN 2. PENGAMATAN KELUARAN AMPLIFIER


1. Bangun konfigurasi sistem seperti pada Gambar 7.
2. Gunakan keluaran attenuated pulser, atur tinggi pulsa 1000/1000, calibrate full CW,
output negatif.
3. Atur saklar attenuator dan kontrol kalibrasi pulser hingga pulsa keluaran dari
preamplifier kira-kira 0,1 volt.
4. Atur keluaran unipolar dan gain hingga pulsa keluaran amplifier 10 volt. Amati
bentuk pulsa pada oslioskop
5. Pindahkan keluaran amplifier pada posisi bipolar, amati bentuk pulsa keluaran
amplifier.

PULSER PREAMP AMPLIFIER SCA COUNTER

OSILOSKOP

GAMBAR 7. SISTEM PENCACAH DENGAN MASUKAN PULSER

Percobaan 3.1 SCA (Integral mode)


1. Atur keluaran amplifier pada posisi unipolar dan SCA pada posisi Integral
2. Atur amplitudo keluaran amplifier melalui pulser, mulailah pada skala 200/1000
3. Gunakan potensio lower level SCA untuk mengatur ambang diskriminator sehingga
diperoleh kondisi maksimal pulsa keluaran amplifier masih bisa lolos.
4. Catat kedudukan potensio lower level tersebut dan masukkan dalam Tabel 3
5. Ulangi langkah 2 hingga 4 untuk melengkapi Tabel 3.

Percobaan 3.2 SCA (window mode)


1. Pindahkan saklar toggle SCA pada posisi window mode.
2. Atur dial diskriminator Upper Level dan Lower Level seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
3. Atur dial pulse height pulser pada posisi skala penuh (1000/1000). Isilah harga E
Upper dan E Lower dengan cara mengatur dial pulse height pada pulser
4. Ulangi percobaan dengan mengatur diskriminator lower level pada posisi 200/1000
untuk melengkapi Tabel 5

Percobaan 3.3 SCA (normal mode)


1. Atur saklar toggle SCA pada posisi normal. Pada posisi ini Upper Level dan Lower
Level secara independen dapat diatur dari 0 sampai 10 volt. Jika upper level diatur di
bawah lower level tidak dihasilkan keluaran pada SCA.
2. Atur dial pulse height pulser untuk mencari harga E upper dan E lower pada Tabel6.

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 4


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

V. DATA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN :


Tabel 1.
Voltage Amplitude
Pulse-Height Dial Setting
(Osiloskop)
1000/1000
800/1000
600/1000
400/1000
200/1000

PEMBAHASAN :

Tabel 2.
Voltage Amplitude
Saklar Attenuator
(Osiloskop)
X1
X2
X5
X10
X10

PEMBAHASAN :

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 5


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

Tabel 3. Integral Mode


480 Pulse-Height Dial
SCA Lower Level
Setting
1000/1000
800/1000
600/1000
400/1000
200/1000
PEMBAHASAN :

Tabel 4. Window Mode


Window or Upper
Lower Level E Upper E Lower
Level
100/1000 100/1000
100/1000 300/1000
100/1000 600/1000
100/1000 800/1000

PEMBAHASAN :

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 6


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

Tabel 5. Window Mode


Window or Upper
Lower Level E Upper E Lower
Level
200/1000 100/1000
200/1000 300/1000
200/1000 600/1000
200/1000 800/1000

PEMBAHASAN :

Tabel 6. Normal Mode


Window or Upper
Lower Level E Upper E Lower
Level
200/1000 100/1000
200/1000 300/1000
200/1000 600/1000
200/1000 800/1000

PEMBAHASAN :

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 7


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 8


PRAKTIKUM INSTRUMENTASI NUKLIR

VI. KESIMPULAN :

VII. SARAN :

VIII. DAFTAR PUSTAKA :

Yogyakarta, 18 Mei 2017

Dosen, Praktikan,

Sudiono, S.ST
NIM. 021500

Laporan Praktikum Insnuk 2017 Page 9

Anda mungkin juga menyukai